Anda di halaman 1dari 20

TANTANGAN DAN PERAN INDONESIA SEBAGAI

POROS MARITIM DUNIA


“Rancang Bangun Agenda Pembangunan sektor-sektor strategis
dalam rangka merealisasikan dan penguatan kembali visi Indonesia
sebagai Poros Maritim Dunia”

Disusun sebagai persyaratan mengikuti “Latihan Kader II (Intermediate


Training) HMI Cabang Depok KORKOM UI 2019”
(Kode Makalah : O)

Disusun oleh :
Alim Murtadlo

Himpunan Mahasiswa Islam


Cabang Surabaya
Komisariat Fisika Teknik Sepuluh Nopember
Surabaya
2019

1
Kata Pengantar

Assalamu‟alaikum Wr. Wb.


Teriring rasa syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan ijin-Nya saya
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Sebuah anugerah yang teramat luar
biasa yang Allah SWT curahkan kepada kita. Kenikmatan sehat, ilmu, dan waktu yang
telah Dia berikan, memberikan saya kesempatan untuk tetap dapat berkarya.
Makalah dengan judul “Rancang Bangun Agenda Pembangunan sektor-
sektor strategis dalam rangka merealisasikan dan penguatan kembali visi
Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia” ini disusun dalam rangka memenuhi
persyaratan untuk mengikuti Latihan Kader II (Intermediate Training) HMI
Cabang Depok Korkom UI 2019. Selain itu saya juga memiliki harapan semoga
makalah ini dapat menjadi rekomendasi bagi seluruh elemen yang bertanggung jawab
untuk mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.
Tak lupa saya ucapkan terimakasih kepada keluarga dan juga teman-teman saya
yang secara langsung maupun tak langsung telah membantu saya untuk memiliki
semangat dan inspirasi baru dalam menyusun makalah ini. Semoga dengan selesainya
penysusunan makalah ini dapat menjadi amalan jariyah bagi saya dan orang-orang
yang telah membantu saya.
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.
Penyusun,
Alim Murtadlo

2
Daftar Isi

Kata Pengantar .......................................................................................................... 2


Daftar Isi.................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 4
1.2 Rumusan masalah ........................................................................................ 6
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penulisan ....................................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 7
2.1 Definisi Maritim .......................................................................................... 7
2.2 Poros Maritim Dunia.................................................................................... 8
2.3 Kondisi Terkini Kemaritiman Indonesia...................................................... 9
2.4 Pedoman Poros Maritim Indonesia .............................................................. 11
2.5 Langkah-langkah Strategis ........................................................................... 12
2.6 Peranan HMI sebagai Organisasi Kader dalam mendukung visi Indonesia
sebagai Poros Maritim Dunia...................................................................... 16
BAB III PENUTUP .................................................................................................. 18
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 18
3.2 Saran ............................................................................................................ 18
Daftar Pustaka ........................................................................................................... 19

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jalasveva Jayamahe, sebuah slogan yang digunakan armada perang Kerajaan
Majapahit untuk membangkitkan semangat pasukannya. Slogan yang diambil dari
Bahasa sansakerta yang mempunyai arti “Di air-airlah kita Berjaya” atau bisa dimaknai
“Di lautan kita Berjaya”. Dan sekarang digunakan sebagai motto atau seruan TNI
Angkatan Laut.
Sebuah kata yang pernah diucapkan Presiden Joko Widodo dalam pidato
kenegaraan pertama pada pelantikan presiden di Gedung DPR/MPR Jakarta di tahun
2014 atau periode pertama pemerintahan joko widodo. Dengan maksud sebagai bentuk
pemaparan dan penegasan visi Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia yang akan
dikerjakan selama 5 tahun periode pemerintahannya kedepan. Tentu visi yang sangat
revolusioner yang di latar belakangi keinginan untuk kembali Berjaya dengan potensi
maritim yang pernah terjdi pada era Sriwijaya dan Majapahit. Dan melihat potensi
maritime Indonesia yang sangat besar.
Indonesia merupakan negara yang terletak di cross-position antara dua benua
dan dua samudra. Sebagaimana diperkenalkan dalam Wawasan Nusantara yang
diperkenalkan pada era Suharto, masyarakat secara umum memahaminya NKRI
sebagai sebaran pulau saja yang disebut ‘zamrud khatulistiwa’. Tanpa kemudian
melihat laut yang terdapat di tengah-tengah antara satu pulau dengan pulau yang lain
merupakan penghubung.
Sebagai negara kesatuan dengan 80% wilayahnya adalah laut, Indonesia
memiliki panjang pantai sekitar 81.000 Km, terdiri dari sekitar 17,51 ribu pulau dengan
potensi lahan tambak 840.000 Ha. Disamping itu, wilayah ini memiliki wilayah laut
yang luasnya sekitar 5,8 jujta Km2 dengan dugaan potensi perikanan sebesar 6,10 Juta
ton per tahun. Disamping itu sekitar 161 Juta masyarakat atau 60% penduduk tinggal
di daerah pesisir. Berdasarkan komitmen internasional yang dibuat FAO yang
dinyatakan dalam Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF), potensi sumber

4
daya laut yang boleh dimanfaatkan hanya sekitar 80% dari tingkat panen maksimum
berkelanjutan (Maximum Sustainable Yield, MSY).
Namun, sayang seribu sayang narasi visi Indonesia sebagai Poros Maritim
Dunia yang dulu lantang ke angkasa, sekarang seolah-olah tersapu masa. Kemana
muaranya narasi ingin kembali Berjaya dengan potensi maritim ? pertanyaan ini
muncul ketika di periode yang kedua pemerintahan Jokowi tidak menyinggung sama
sekali tentang visi Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh The Habibie Center, Indonesia
sebagai poros maritim dunia yang dicanangkan lima tahun lalu itu baru menyumbang
7 persen dari Rp 14.300 triliun terhadap produk domestik bruto (PDB) Tanah Air.
Padahal potensi ekonomi dari maritim kita dari semua ikan, udang dan lainnya jauh
lebih besar dari itu. Dalam bidang perikanan, sedianya sudah ada perusahaan perikanan
yang sukses. Namun, sumbangannya juga masih sedikit sekali. Baru 7 persen yang bisa
dieksploitasi dari kekayaan laut Indonesia. Kalau ingin ekonomi tinggi, supaya
problem PDB naik, harusnya lebih keras untuk eksploit keadaan laut ini. Setidaknya,
peningkatan sumbangsih poros maritim ini bisa mencapai 30 persen atau sekitar Rp
4.300 triliun per tahun. Dengan demikian, nelayan di Indonesia akan makmur apabila
sektor tersebut bisa menghasilkan sejumlah itu.
Indonesia sebagai poros maritim dunia sejuh ini belum bisa dikatakan selesai.
Walaupun program Tol Laut sangat berdampak bisa menekan harga di Indonesia
Timur. Namun program mahabesar ini jauh dari kata selesai dengan lima pilar Poros
Maritim Dunia yang dicetuskan. Sejatinya, program Indonesia sebagai Poros Maritim
Dunia adalah cita-cita luhur. Namun tanpa persiapan, gagasan dan rencana yang detail
maka program tersebut terasa berjalan di tempat.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pengkajian dan penyusunan langkah-langkah
strategis untuk merealisasikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia dan dalam
rangka sebagai penguatan kembali visi Indonesia Poros Maritim Dunia. Kader HMI
dengan Nilai-nilai Dasar Perjuangan yang dimiliki harusnya mampu menjadi pioner-
pioner penyumbang ide, pikiran dan gagasan untuk menjadikan Indonesia kembali

5
Berjaya melalui bidang kemaritimannya. Karena sudah menjadi tanggung jawab moral
kader HMI yang telah memproklamirkan dirinya sebagai kader Umat dan Bangsa.

1.2 Rumusan masalah


Dari latar belakang yang sudah disampaikan didapat rumusan masalah dari
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana menyusun langkah-langkah pembangunan sektor strategis untuk
merealisasikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia berdasarkan kondisi
perkembangan maritim saat ini (empiris) dan pedoman (yuridis) yang ada ?
2. Bagaimana Peranan HMI sebagai Organisasi Kader dalam mendukung visi
Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia ?

1.3 Tujuan Penulisan


Penulisan makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Untuk menyusun langkah-langkah pembangunan sektor strategis untuk
merealisasikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia berdasarkan kondisi
perkembangan maritim saat ini (empiris) dan pedoman (yuridis).
2. Untuk mengetahui peranan HMI sebagai Organisasi Kader dalam mendukung
visi Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.

1.4 Manfaat Penulisan


Dengan adanya penulisan makalah ini, diharapkan akan memberikan manfaat
sebagai berikut :
1. Menawarkan konsep berpikir tentang pembangunan sektor strategis untuk
Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.
2. Memberikan konsep pembangunan sektor strategis sebagai bentuk rekomendasi
kepada pihak yang bertanggung merealisasikan visi Indonesia sebagai Poros
Maritim Dunia.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Maritim


Maritim berasal dari bahasa inggris yaitu maritime, yang berarti navigasi, dari
kata ini kemudian lahirlah istilah maritime power yaitu negara dengan kekuatan
maritim atau negara dengan kekuatan yang bebasis di laut. Masih dalam bahasa Inggris,
kata yang digunakan untuk menunjukkan sifat atau kualitas yang menyatakan
penguasaan terhadap laut adalah seapower. Sementara, dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, maritim diartikan sebagai hal yang berkenaan dengan laut, terutama hal
yang berhubungan dengan pelayaran dan perdagangan di laut.
Dari istilah seapower tadi, Istilah maritim seringkali mengandung unsur
ambiguitas. Terdapat dua versi untuk pengertian ini : maritim dalam pengertian sempit
yang hanya berhubungan dengan pengaruh dan laut (angkatan laut) atau maritim dalam
arti yang seluas-luasnya yang meliputi semua kegiatan yang berhubungan dan
berkenaan dengan laut atau lebih sering disinggung dengan istilah kelautan. Jika dilihat
dari sisi tata bahasa, kelautan adalah kata benda, sedangkan maritim adalah kata sifat.
Dengan demikian, kalau kita ingin menyatakan bahwa Indonesia adalah negara yang
harus memanfaatkan potensi lautnya, rasanya penggunaan kata maritim akan lebih
tepat. Indonesia harus menjadi negara maritim, bukan hanya negara kelautan.
Argumentasinya adalah, negara maritim adalah negara yang mempunyai sifat
memanfaatkan potensi laut untuk kemakmuran negaranya, sedangkan negara kelautan
lebih menunjukkan kondisi fisiknya saja, yaitu negara yang berhubungan, dekat dengan
atau terdiri dari laut.
Kalau kita telaah lebih dalam, secara luas, kata kelautan mungkin lebih
cenderung mengartikan laut sebagai wadah, yaitu sebagai hamparan air asin yang
sangat luas dan menutupi permukaan bumi, yang hanya melihat laut secara fisik dengan
segala kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian, istilah maritim
sesungguhnya lebih komprehensif, yakni tidak hanya melihat laut secara fisik, wadah
dan isi saja, tetapi juga melihat laut dalam konteks hakekat geopolitik, terutama dengan
keberadaan Indonesia yang terletak pada persilangan antara dua benua dan dua
samudera serta merupakan wilayah laut yang sangat penting bagi perdagangan dunia.
Pengertian ini sesuai pula dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang mengartikan
maritim sebagai hal yang berkenaan dengan laut serta berhubungan dengan pelayaran
dan perdagangan di laut.
Masalahnya, pengertian kemaritiman yang selama ini diketahui oleh
masyarakat umum adalah merujuk pada kegiatan di laut yang berhubungan dengan
pelayaran dan perdagangan, sehingga kegiatan di laut yang menyangkut eksplorasi,
eksploitasi atau penangkapan ikan bukan merupakan kegiatan kemaritiman. Dalam arti
lain istilah kemaritiman menjadi sempit ruang lingkupnya, karena hanya berkenaan

7
dengan pelayaran dan perdagangan laut. Sedangkan, sebenarnya pengertian lain dari
kemaritiman adalah bagian dari kegiatan di laut yang mengacu pada pelayaran,
pengangkutan laut, perdagangan, navigasi, keselamatan pelayaran, kapal, pengawakan,
pencemaran laut, wisata laut, kepelabuhanan baik nasional maupun internasional,
industri dan jasa maritim, termasuk kegiatan eksplorasi dan eksploitasi di dalamnya.

2.2 Poros Maritim Dunia


Jika mengacu dua pengertian tentang Kemaritiman yaitu menurut masyarakat
luas dan pengertian maritim dengan arti seluas-luasnya, jelas terlihat bahwa pada masa
lalu kebanyakan dari kita hanya memandang laut dalam pengertian terbatas yaitu laut
secara fisik dengan segala isinya, tentu sebagai konsekuensinya kita hanya akan
memanfaatkan laut dari sisi sumber dayanya saja seperti ikan, terumbu karang, dan
sumber mineral serta kekayaan laut lainnya. Dan sayangnya, itulah yang masih terjadi
hingga saat ini. Meskipun Kementian Maritim sudah terbentuk, kita masih belum
masuk ke konsep dan pemahaman maritim yang sebenarnya, tapi masih terbatas pada
konsep dan pemahaman dalam ranah kelautan.
Untuk mewujudkan kemaritiman, kita harus mulai sadar dan berpikir lebih
strategis dengan memandang laut dari sisi wadah, isi sekaligus posisi geografinya, serta
menerapkan strategi geopolitik yang tepat, dimulai dengan hal paling sederhana, yakni
memahami dan menggunakan kata yang tepat yaitu kata maritim, bukan kelautan.
Dengan begitu kita bisa melihat dan memanfaatkan laut sebagai media pemersatu
bangsa, laut sebagai media perhubungan, laut sebagai media sumber daya, laut sebagai
media pertahanan dan keamanan, serta laut sebagai media diplomasi. Bukan sebagai
rintangan, kendala, hambatan apalagi pemisah antar satu pulau dengan pulau lain di
negara ini yang menjadikannya mendapat julukan lain lagi sebagai negara kepulauan
untuk itulah perlu adanya gagasan tentang Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.
Poros maritim merupakan sebuah gagasan strategis yang diwujudkan untuk
menjamin konektifitas antar pulau, pengembangan industri perkapalan dan perikanan,
perbaikan transportasi laut serta fokus pada keamanan maritim. Sedangkan menurut
KBBI, poros artinya sumbu (gandar) roda dan sebagainya, sedangkan maritim
merupakan segala hal yang berkenaan dengan laut; berhubungan dengan pelayaran dan
perdagangan di laut. Maka dari itu poros maritim bisa diartikan sebagai sebuah gagasan
strategis dalam mewujudkan pengembangan industri, transportasi dan infrastruktur
yang ada di laut serta menjadi pusat kegiatan dan aktifitas kelautan yang ada di dunia.
Gagasan tersebut berdasarkan latar belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) sebagai negara kepulauan terbesar di dunia sehingga sah saja jika angan,
harapan, dan potensi tersebut muncul.
Menjadikan Indonesia sebagai Negara Poros Maritim Dunia merupakan salah
satu Nawacita Presiden era Joko Widodo-Jusuf Kalla yang gaungnya paling keras
terdengar. Penegasan mengenai konsep Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia

8
diucapkan oleh Presiden Jokowi pada saat KTT Asia Timur sedang berlangsung yang
diselenggarakan di Nay Pyi Taw, Myanmar.

2.3 Kondisi Terkini Kemaritiman Indonesia


Kita sudah mengetahui dan memahami pendefinisan dari poros maritim dunia. Namun,
bagaimana kondisi Indonesia saat ini?
Pertama, pembangunan kembali budaya maritim Indonesia. Dalam hal ini
langkah strategis yang diambil adalah mengimplementasikan kurikulum kemaritiman
dalam sistem pendidikan di beberapa provinsi yang ada di Indonesia. Kemenko bidang
Kemaritiman menargetkan ada 12 provinsi yang mengimplementasikan hal tersebut
yang pada realisasinya terdapat 13 provinsi yang menerapkan. Pada tahun 2018 telah
ditetapkan ada 52 sekolah yang menjadi percontohan implementasi muatan
kemaritiman dalam kurikulum dalam jenjang yang berbeda (TK, SD, SMP, SMA).
Kedua, berkomitmen dalam menjaga dan mengelola sumber daya laut dengan
fokus membangun kedaulatan pangan laut melalui pengembangan industri perikanan
dengan menempatkan nelayan sebagai pilar utama. Bersama dengan Kementerian
Kelautan dan Perikanan ingin mewujudkan pengelolaan Sumber Daya Kelautan
Perikanan yang berkelanjutan dengan beberapa aspek yang ditinjau. Pertama,
Persentase pengelolaan wilayah Kelautan dan Perikanan (KP) yang berkelanjutan.
Selanjutnya persentase peningkatan ekonomi KP. Yang ketiga, produksi perikanan.
Lalu produksi garam Nasional. Kelima nilai ekspor hasil perikanan. Selanjutnya yaitu,
konsumsi ikan. Terakhir, nilai PNBP dari sektor Kelautan dan Perikanan(KP).
Ketiga, yaitu komitmen mendorong pengembangan infrastruktur dan
konektivitas maritim dengan membangun tol laut, pelabuhan laut, logistik, dan industri
perkapalan, serta pariwisata maritim. Sasaran yang dituju oleh pemerintah adalah
menjadikan bangsa Indonesia sebagai pusat perhatian atau tolak ukur bangsa-bangsa
lain di dunia dalam mengelola sumber daya kemaritiman. Pada tahun 2018 ada dua
indikator yang digukan dalam menilai hal tersebut, Logistic Performance Index (LPI)
dan Competitiveness Index. LPI adalah suatu penilaian terhadap konektivitas atau
kelancaran dan kecepatan distribusi logistik secara global dengan meninjau enam
indikator, yaitu: efisiensi proses clearance di pelabuhan/bandara dan bea cukai, kondisi
infrastruktur perdagangan dan transportasi, kemudahan mencari kapal pengakutan
barang, kompetensi dan kualitas jasa logistik, kemudahan proses pelacakan dan
penelusuran barang, dan ketepatan waktu.
Tahun 2018 Indonesia menempati peringkat 46 dari 160 negara yang disurvei,
selisih 11 angka dari target yang ditetapkan untuk tahun tersebut yaitu peringkat 57 dan
meningkat dari tahun sebelumnya yang menempati peringkat 63. Indikator selanjutnya
adalah Competitiveness Index, yaitu indeks yang merepresentasikan tingkat daya saing
suatu bangsa dalam hal mengelola sumber daya menjadi sebuah produk barang maupun
jasa agar unggul dari bangsa lainnya guna meningkatkan kesejahteraan dan

9
kemakmuran rakyatnya. Menurut perhitungan yang dilakukan oleh World Economic
Forum (WEF), Indonesia menempati peringkat 36 dari 137 negara dengan indeks daya
saing sebesar 4,68 pada tahun 2017/2018, meningkat dari tahun sebelumnya yang
menempati peringkat 41 dari 138 negara dengan indeks 4,52. Dengan capaian tersebut,
target yang ditetapkan pada angka indeks daya saing 4,6 telah terlewati. Lalu di bidang
infrastruktur Indonesia merencanakan pemerataan pembangunan infrastruktur.
Pemerataan pembangunan dapat dilihat dari disparatis investasi dalam
infrastruktur antara Wilayah Barat dengan Wilayah Timur. Disparatis investasi adalah
selisih nilai investasi yang dalam hal ini mengarah ke bidang infrastruktur antara
Wilayah Barat dengan Wilayah Timur. Batasan wilayahnya adalah Jawa, Sumatera,
dan Kepulauan Riau merupakan Wilayah Barat, selain wilayah tersebut merupakan
Wilayah Timur. Target yang ditetapkan untuk disparatis investasi pada tahun 2018
adalah 20% dengan meninjau aspek penilaian: pembangunan atau pengembangan
pelabuhan, bidang energi yang meliputi penyediaan energi listrik dan pembangunan
dan revitalisasi kilang minyak dan/atau gas bumi. Pada tahun 2018 pencapaian
disparatis investasi antara Wilayah Timur dan Barat adalah 4,79%.
Keempat, diplomasi maritim yang mengajak semua mitra Indonesia untuk
bekerja sama pada bidang kelautan. Kebijakan pemerintah terhadap lembaga yang
menyangkut kemaritiman merupakan langkah taktis yang harus ditempuh dengan
mempertimbangkan kepentingan dua belah pihak. Dalam hal ini pemerintah
mengambil jalan untuk menyediakan rekomendasi kebijakan dalam kemaritiman yang
efektif. Maksudnya adalah rancangan yang dapat diimplementasikan dalam suatu
ketetapan atau kebijakan oleh instansi atau lembaga terkait. Pemerintah menetapkan
rekomendasi kebijakan bidang kemaritiman yang nantinya menjadi dasar penerbitan
kebijakan oleh lembaga terkait dan tindak lanjut terhadap hasil pengendalian kebijakan
terkait bidang kemaritiman sebagai sasaran yang dituju. Presentase keberhasilan dari
dua sasaran tersebut adalah 100% dengan target 75%.
Kelima, Membangun kekuatan pertahanan maritim. Ramai juga kita dengarkan
tentang penenggelaman kapal yang dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan
Perikanan. Hal tersebut tentunya salah satu upaya pemerintah dalam menjaga
kedaulatan maritimnya. Pemerintah menargetkan penyelesaian tindak pidana kelautan
dan kemaritiman secara akuntabel dengan presentase penilaian 90% pada tahun 2018
dan 92% pada tahun 2019. Dengan total 158 kasus hukum yang 149 merupakan tindak
pidana perikanan dan 9 kasus merupakan tindak pidana kelautan pada tahun 2018,
pemerintah mencapai presentase penyelesaian kasus sebesar 93,44%. Upaya
selanjutnya adalah pengawasan terhadap wilayah perbatasan. Dalam hal ini terdapat 17
lokasi titik perbatasan yang dimasukkan dalam penilaian. Aspek yang dinilai meliputi
pengawasan terhadap Exit-Entry dan pemenuhan fasilitas pelayanan di wilayah
perbatasan. Dalam hal tersebut, pemerintah mencapai presentase 79,82% untuk
realisasi dari target sebesar 76%.

10
2.4 Pedoman Poros Maritim Indonesia
Era Pemerintahan Presiden Joko Widodo periode 2014-2019 dengan visi
pembangunan “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong” memberikan harapan dan
mengembalikan semangat untuk membangun maritim dengan memanfaatkan potensi
sumberdaya alam kelautan. Selanjutnya untuk mencapai visi tersebut terdapat misi :
1) Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan
wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber
daya maritim, dan mencerminkan keperibadian Indonesia sebagai Negara
Kepulauan;
2) Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis
berlandaskan negara hukum;
3) Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri
sebagai bangsa maritim;
4) Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera;
5) Mewujudkan bangsa yang berdaya saing;
6) Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri maju, kuat
dan berbasiskan kepentingan nasional;
7) Mewujudkan masyarakat yang berkeperibadian dalam kebudayaan.

*Tiga dari tujuh misi tersebut berhubungan dengan maritim dan posisi Indonesia
sebagai Negara Kepulauan.

Sebagai langkah konkrit yang dilakukan oleh Presiden Jokowi demi mewujudkan
gagasannya, maka dari itu beliau memaparkan lima pilar utama yang akan menjadikan
Indonesia mewujudkan cita-citanya sebagai poros maritim dunia.

Kelima pilar itu yakni pertama, pembangunan kembali budaya maritim Indonesia.

“Sebagai negara yang terdiri atas 17 ribu pulau, bangsa Indonesia harus menyadari
dan melihat dirinya sebagai bangsa yang identitasnya, kemakmurannya, dan masa
depannya, sangat ditentukan oleh bagaimana kita mengelola samudera,”

Pilar kedua adalah komitmen menjaga dan mengelola sumber daya laut dengan
fokus membangun kedaulatan pangan laut melalui pengembangan industri
perikanan dengan menempatkan nelayan sebagai pilar utama.

“Kekayaan maritim kami akan digunakan sebesar-sebesarnya untuk kepentingan


rakyat kami”.

Pilar ketiga adalah komitmen mendorong pengembangan infrastruktur dan


konektivitas maritim dengan membangun tol laut, pelabuhan laut, logistik, dan
industri perkapalan, serta pariwisata maritim.

11
Pilar keempat adalah diplomasi maritim yang mengajak semua mitra Indonesia
untuk bekerja sama pada bidang kelautan.

Terakhir adalah sebagai negara yang menjadi titik tumpu dua samudera, Indonesia
berkewajiban membangun kekuatan pertahanan maritim.

Sesuai arahan Presiden, sudah saatnya kita kembali ke laut, kembali


menjadikan laut sebagai kekuatan bangsa dan negara Indonesia, sehingga Indonesia
dapat menjadi Poros Maritim Dunia. Tonggak baru pembangunan negara maritim
dicanangkan oleh Presiden Indonesia ke-7. Cuplikan pidato pelantikan Joko Widodo
sebagai Presiden RI di MPR pada tanggal 20 Oktober 2014, merupakan orientasi baru
dan tonggak kebangkitan bangsa Indonesia menjadi negara kepulauan yang segala
aktivitasnya haruslah mencirikan kemaritiman.

“Kita harus bekerja dengan sekeras-kerasnya untuk mengembalikan Indonesia


sebagai negara maritim. Samudra, laut, selat dan teluk adalah masa depan
peradaban kita. Kita telah terlalu lama memunggungi laut, memunggungi samudra,
memunggungi selat dan teluk. Kini saatnya kita mengembalikan semuanya sehingga
Jalesveva Jayamahe, di Laut justru kita jaya, sebagai semboyan nenek moyang kita
di masa lalu, bisa kembali membahana.”

Di dalam UU No 17/2007 tentang RPJPN 2005-2025, ditegaskan dalam Misi ke-7


untuk Mewujudkan Indonesia Menjadi Negara Kepulauan yang Mandiri, Maju,
Kuat dan Berbasiskan Kepentingan Nasional

Misi : Mewujudkan Indonesia Menjadi Negara Kepulauan yang Mandiri, Maju, Kuat
dan Berbasiskan Kepentingan Nasional Arah Kebijakan Pembangunan.

1. Membangkitkan wawasan dan Budaya bahari


2. Meningkatkan dan Menguatkan Peran SDM di bidang Kelautan
3. Menetapkan Wilayah NKRI, aset dan hal-hal terkait di dalamnya termasuk
kewajibian yang telah digariskan oleh hukum laut UNCLOS 1982
4. Melakukan Pengamanan wilayah kedaulatan yurisdiksi dan aset NKRI
5. Mengembangkan industri kelautan secara sinergi, optimal dan berkelanjutan
6. Mengurangi dampak bencana pesisir dan pencemaran laut
7. Meningkatnya kesejahteraan keluarga miskin di kawasan pesisir.

2.5 Langkah-Langkah Strategis


Dari hal yang sudah disampaiakan sebelumnya baik berdasarkn kondisi terkini
maupun hal-hal yang menjadi pedoman Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia, maka
perlu adanya langkah pembangunan sektor-sektor strategis untuk merealisaikan
Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia sebagai berikut :
I. Penyelesaian wilayah untuk penguatan “Klaim” yurisdiksi dan aset yang
ada di Indonesia.

12
Isu permasalahan yang dibahas : Batas wilayah laut Indonesia.
Batas dalam ZEE adalah batas luar dari laut teritorial. Zona batas luas
tidak boleh melebihi kelautan 200 mil laut dari garis dasar dimana luas pantai
teritorial telah ditentukan. Kata-kata dalam ketentuan ini menyarankan bahwa
200 mil laut adalah batas maksimum dari ZEE, sehingga jika ada suatu negara
pantai yang menginginkan wilayahnya ZEE-nya kurang dari itu, negara itu
dapat mengajukannya. Namun, dalam banyak wilayah negara banyak yang
tidak bisa mengklaim 200 mil laut penuh, karena kehadiran negara tetangga,
dan itu menjadikan perlu menetapkan batasan ZEE dari negara-negara tetangga,
pembatasan ini diatur dalam hukum laut internasional.
Zona Eekonomi Esklusif (ZEE) adalah laut lepas dimana sebuah negara
mempunyai hak berdaulat (sovereign right) atas sumber daya alam negara
tersebut. Indonesia mempunyai hak untuk eksplorasi dan eksploitasi baik
konservasi dan pengelolaan sumberdaya alam itu sendiri. Dari tahun 2010
sampai tahun 2016 indoneisa dan vietnam telah melakukan perundingan
penetapan batas wilayah maritim sebanyak delapan kali, hal ini karena batas
batas tersebut masing asing mengklaim memiliki wilayah dan masuk wilayah
negara tertentu.
Untuk itu diperlukan penguatan “klaim” yurisdiksi dan asset yang ada
di kelautan Indonesia.
II. Penguatan dan pengembangan industri perkapalan sebagai langkah yang
mendukung pengembangan armada laut di Indonesia.
Isu permasalahan yang dibahas : Pengembangan industry perkapalan.
Industri perkapalan nasional Indonesia memang masih tertinggal
dengan industri perkapalan di negara lain seperti China, Korea Selatan dan
Jepang. Oleh karena itu, untuk menghidupkan kembali industri lokal, Prof.
Sunaryo Guru Besar Universitas Indonesia (UI) menyarankan adanya
pembangunan kapal multi-galangan. Pembangunan kapal multi-galangan
dimaksudkan kepada perakitan model kapal secara series dimana bagian-bagian
kapalnya dibuat di beberapa galangan yang lokasinya berdekatan sedangkan
pembangunan modul komponennya dikerjakan secara paralel oleh beberapa
industri lokal penunjang sehingga tidak ada lagi galangan yang mengerjakan
satu buah kapal sendirian.
Dampak yang dihasilkan dari konsep pembangunan kapal series dan
multi-galangan ialah efisiensi waktu dalam pengerjaan sebuah kapal serta
jumlah kapal yang dibuatakan jauh lebih banyak layaknya industri mass
production. Dengan sejumlah pendekatan inovatif tersebut, bukan tidak
mungkin Indonesia akan menjemput asanya dalam mengukuhkan diri sebagai
“Poros Maritim Dunia” yang tak akan kalah daya saingnya dengan negara
galangan kapal lainnya.

13
III. Konektivitas laut sebagai tindak lanjut pembangunan menuju poros
maritim dunia, namun tidak berdiri sendiri melainkan perlu didukung
dan berjalan selaras dengan peningkatan pertumbuhan daerah.
Isu permasalahan yang dibahas : Alur laut kepulauan Indonesia.
Indonesia memiliki jalur pelayaran internasional yang diakui dalam
hukum laut internasional (UNCLOS 1982), yaitu alur laut kepulauan Indonesia
(ALKI) I, II, dan III. Jalur ALKI I melewati Laut Cina Selatan, Selat Karimata,
Laut Jawa, dan Selat Sunda. Jalur ALKI II melewati Laut Sulawesi, Selat
Makassar, Laut Flores, dan Selat Lombok. Jalur ALKI III melewati Samudra
Pasifik, Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda, Selat Ombai, dan Laut Sawu.
Keberadaan ALKI secara geopolitik bernilai vital karena menghubungkan jalur
pelayaran internasional yang melayani Asia Tenggara, Asia Selatan, Afrika,
hingga Timur Tengah, yang juga beririsan dengan jalur sutra maritimnya
Tiongkok.
Selat Malaka, Selat Makassar, dan Selat Lombok merupakan jalur
pelayaran internasional yang dilewati kapal tonase besar setiap harinya. Halim
mengutip Cleary dan Chuan mencatat bahwa diperkirakan (i) 200 kapal per hari
dan 150 tanker setiap melayari perairan Selat Malaka; (ii) sekitar 72% kapal
tanker dunia melayari Selat Malaka, sedangkan Selat Makasar dan Selat
Lombok hanya 28%; dan (3) setiap tahunnya perputaran uang dari bisnis
pelayaran di selat mencapai USD84–250 miliar.
Untuk itu perlu mendayagunakan potensi ekonomi selat strategis yang
menjadi jalur pelayaran internasional yang juga masuk jalur ALKI yang
berjalan selaras dengan peningkatan pertumbuhan daerah.
IV. Kesadaran akan pentingnya menjaga keberlangsungan sumber daya alam
yang ada di laut dengan menciptkaan infrastruktur laut yang ramah
lingkungan.
Isu permasalahan yang dibahas : Infrastrukur laut ramah lingkungan.
Pemerintah mesti memberlakukan disinsetif bagi pencemar di laut dari
bahan plastik. Selain itu, pemerintah juga mendorong lembaga riset nasional
dan universitas untuk mengembangkan teknologi bioremediasi penghancur
sampah plastik. Inggris, Amerika Serikat, dan Jepang telah menemukan bakteri
penghasil enzim yang menghancurkan dan mencerna plastik jenis polyethylene
terephthalate (PET) seperti botol plastik.
V. Peningkatan penguasaan teknologi kelautan dan kemaritiman.
Isu permasalahan yang dibahas : Pemanfaatan energi laut sebagai sumber
daya pembangkit listrik yang efisien.
Energi gelombang laut memiliki potensi yang sangat besar, dapat
menghasilkan sejumlah besar energi (sumber daya gelombang laut yang

14
bermanfaat diperkirakan lebih besar dari 2 terawatt (TW)). Dan juga pada
proyek energi gelombang laut, sekali pembangkit dibangun mereka tidaklah
mahal untuk dioperasikan dan dipelihara. Pembukaan proyek-proyek
pembangkit listrik tenaga gelombang laut juga akan memberi banyak
kesempatan kerja di bidang konstruksi, operasi dan pemeliharaan.
Kelemahan utama dari energi gelombang laut adalah kenyataan bahwa
kekuatan gelombang bervariasi di berbagai belahan dunia dalam artian tidak
semua bagian dunia efisien untuk dibuat proyek-proyek energi gelombang yang
bernilai ekonomis. Agar proyek-proyek energi gelombang laut cocok secara
komersial, dibutuhkan gelombang kuat secara konsisten.Dan juga, teknologi
energi gelombang laut masih belum berkembang, teknologi energi gelombang
laut saat ini sedang dalam tahap awal pertumbuhannya, meskipun telah hadir
pembangkit listrik tenaga gelombang laut komersial pertama di dunia yang
berbasis di Portugal, di Aguçadoura Wave Park.
Dan juga memanfaatkan energi gelombang laut dapat memiliki
beberapa efek negatif dari sudut pandang lingkungan seperti mengganggu
kehidupan laut, mengganggu pemandangan lanskap, dan polusi suara.
Memang, energi gelombang laut masih memiliki permasalahan yang
mesti dipecahkan. Tetapi, dengan pengembangan teknologi lebih lanjut, kita
tidak akan terkejut jika energi gelombang laut di masa depan menjadi salah satu
sumber energi terbarukan yang paling penting dan ramah lingkungan.
VI. Peran serta masyarakat dan kearifan lokal serta pengawasan dan
dukungan kelembagaan yang efisien dan kuat.
Isu permasalahan yang dibahas : Hal yang harus dilakukan oleh masyarakat
sebagai bentuk dukungan terhadap kemaritiman Indonesia.
Satu bagian yang jangan sampai luput dari perhatian pemerintah dalam
proses pembangunan Visi Poros Maritim adalah kehadiran Masyarakat Pesisir.
Mereka adalah sekumpulan masyarakat yang hampir seluruh kehidupannya
bergantung kepada aktivitas dan sumberdaya laut. Selain adanya
ketergantungan akan laut, masyarakat pesisir dalam hal ini juga memiliki
potensi yang dapat mendukung visi Poros Maritim Dunia ini yaitu dengan
adanya Kearifan Lokal.
Kearifan lokal adalah suatu adat istiadat yang bisa digunakan sebagai
pendukung tata kelola laut terutama mengenai konservasi, dimana setiap
daerah memiliki pantangan dalam hal melakukan aktivitas di laut. Seperti
halnya Hukum Adat Laot, Mane’e di Sulawesi Utara, Lamafa (penjaga ikan
paus) di Lamalera (NTT), Sasi di Maluku, Labuhan Kraton di Yogyakarta, dan
sebagainya. Beberapa adat istiadat tersebut memiliki nilai pengelolaan
sumberdaya kelautan yang tinggi. Masyarakat pesisir harus dilibatkan dalam
perencanaan tata ruang laut, agar nantinya kebijakan yang dikeluarkan dapat

15
diterima secara sosial dan adanya kesiapan jauh-jauh hari dari masyarakat
selaku penerima kebijakan.
Sudah seharusnya masyarakat mulai diarahkan kepada kegiatan
pengolahan dan inovasi. Hal tersebut dapat menurunkan jumlah eksploitatif dan
meningkatkan nilai produk perikanan. Sehingga keberlanjutan sumberdaya
akan tetap terjaga tanpa menurunkan kesejahteraan masyarakat.
Selain itu, dengan hadirnya pengolahan dan inovasi harapannya
kegiatan ini dapat menyerap tenaga kerja dan menambah nilai suatu produk
menjadi lebih tinggi dimana nantinya akan berpengaruh besar terhadap
kesejahteraan masyarakat juga menambah pemasukan devisa negara. Setiap
pulau terdekat dengan sumberdaya kelautan harus memiliki industri terutama
untuk pengolahan hasil perikanan, agar penanganan/pengolahan ikan segera
dilakukan sehingga ikan terjaga kualitasnya dan bernilai tinggi di pasaran

2.6 Peranan HMI sebagai Organisasi Kader dalam mendukung visi Indonesia
sebagai Poros Maritim Dunia
Sejak awal HMI hadir telah memprokalimirkan sebagai organisasi perkaderan
yang berwajah ke-Islaman dan ke-Indonesiaan. Oleh karena itu HMI tidak lepas dari
perannya sebagai pondasi-pondasi yang kokoh dalam pembangunan bangsa. Hal
tersebut akan menjadi konsistensi bahwa HMI menjadi tulang punggung bangsa. Dari
masa ke masa HMI sukses menciptakan mahasiswa yang progresif dan kritis serta telah
melahirkan tokoh-tokoh intelektual dan cendekiawan seperti Anis Baswedan yang
sukses dibidang akademiknya, Akbar Tanjung dibidang politik. Tokoh-tokoh
intelektual ini yang menjadi penopang pembangunan bangsa melalui pemikiran-
pemikirannya maupun perannya sebagai insan kamil. Dengan hadirnya tokoh-tokoh
intelektual dan cendekiawan ini yang melahirkan eksistensi HMI sehingga sampai saat
ini HMI masih dikenang.
Perkaderan HMI merupakan strategi besar perjuangan HMI sebagai organisasi
perkaderan dan organisasi perjuangan dalam menjawab tantangan zaman. Lantas, apa
peran HMI dimasa mendatang ? HMI memiliki peran strategis dalam upaya
membangun dan menyiapkan sumber daya yang berkualitas di abad 21 ini. Peran
tersebut peran yang telah dimiliki perguruan tinggi, tidak lepas dari peran
kemahasiswaannya. Oleh sebab itu aktualisasi dan prean HMI dimasa mendatang
sebagai upaya HMI dalam merealisasikan Visi Indonesia Poros Martim Dunia dapat
dijabarkan sebagai berikut :
1. Melahirkan Kader Berkualitas Insan Cita dengan memperkuat basis
kelompok intelektual
Sebagai organisasi kemahasiswaan, HMI menjadi wadah pembelajaran diluar
kurikulum perguruan tinggi terutama yang sudah tidak bisa bisa dijadikan wadah
penampung kreatifitas dan inovatif mahasiswa. Agar menghasilkan kader kualitas

16
insan cita, HMI harus menjaga bangunan intelektual yang telah dikokohkan HMI
Sebagai lembaga pembelajaran di luar kurikulum akademik perguruan tinggi,
diharapkan HMI dapat memberi kontribusi besar terhadap proses pematangan
mahasiswa sebagai kelompok masyarakat terpelajar. Dengan proses pembelajaran yang
akan melahirkan manusia-manusia unggul masa depan. Yaitu manusia-manusia yang
cerdas, terampil, memiliki etos kerja tinggi, semangat dan daya juang yang bergelora,
sehingga siap dan mampu menyongsong kehidupan kompetitif global dan menciptakan
msayarakat madani.
2. Menggiatkan program pengabdian masyarakat
HMI sebagai organisasi perkaderan yang dibina secara terus menerus untuk
mensejahterakan kehidupan bangsa, adil makmur sehingga realisasi untuk menciptakan
kesejahteraan masyarakat tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk pengabdian
masyarakat.
3. Penguasaan IPTEK
Meski HMI dilahirkan sebagai organisasi pergerakan dan perkaderan ini tidak
lepas dari peran HMI dalam menjawab tantangan di zaman mendatang. Di eramondial
saat ini IPTEK sangat dibutuhkan disegala bidang. HMI harus bisa mengikuti arus
perkembangan zaman sehingga mampu memanfaatkan informasi-informasi sebagai
bahan rujukan dalam mengaplikasikan peran HMI.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyusunan langkah-langkah pembangunan sektor strategis untuk
merealisasikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia berdasarkan kondisi
perkembangan maritim saat ini (empiris) dan pedoman yang ada (yuridis) adalah
sebagai berikut :
a) Penyelesaian wilayah untuk penguatan “Klaim” yurisdiksi dan aset yang
ada di Indonesia.
b) Penguatan dan pengembangan industri perkapalan sebagai langkah yang
mendukung pengembangan armada laut di Indonesia.
c) Konektivitas laut sebagai tindak lanjut pembangunan menuju poros
maritim dunia, namun tidak berdiri sendiri melainkan perlu didukung
dan berjalan selaras dengan peningkatan pertumbuhan daerah.
d) Kesadaran akan pentingnya menjaga keberlangsungan sumber daya alam
yang ada di laut dengan menciptkaan infrastruktur laut yang ramah
lingkungan.
e) Peningkatan penguasaan teknologi kelautan dan kemaritiman.
f) Peran serta masyarakat dan kearifan lokal serta pengawasan dan
dukungan kelembagaan yang efisien dan kuat.
Dan peranan HMI sebagai Organisasi Kader dalam mendukung visi Indonesia
sebagai Poros Maritim Dunia adalah dengan : 1) Melahirkan Kader Berkualitas
Insan Cita dengan memperkuat basis kelompok intelektual. 2) Menggiatkan
program pengabdian masyarakat. 3) Penguasaan IPTEK.

3.2 Saran
Penyusunan langkah-langkah strategis ini tentu sangat baik sebagai bentuk
penawaran konsep berfikir dalam merealisasikan dan penguatan kembali visi Indonesia
sebagai Poros Maritim Dunia. Dan juga, sebagai bentuk rekomendasi kepada semua
elemen yang bertanggung jawab untuk merealisasikan visi Poros Maritim Dunia.
Namun, masih ada yang menjadi permasalahan yaitu penentuan skala prioritas. Untuk
itu menyarankan perlu adanya pemabahasan tentang sektor strategis mana yang
menjadi prioritas utama untuk dikerjakan terlebih dahulu dalam mewujudkan Indonesia
Poros Maritim Dunia.

18
Daftar Pustaka

Indonesia, K. R. (2019). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-


2024. Jakarta : Kementrian PPN/Bappenas.
Republik Indonesia, Presiden. (2017). Lampiran I Perpres No. 16 Tahun 2017 tentang
Kebijakan Kelautan Indonesia. Jakarta : Sekretariat Kabinet RI.
Malaka, Tan, 2007. Menuju Republik Indonesia (terj.) Naar de Republiek Indonesia.
Jakarta : Yayasan Massa.
Susilo, I. Basis (ed.), Kemaritiman Indonesia: Problem Dasar Strategi Maritim
Indonesia. Surabaya: CSGS, 2015.
Witjaksono. 2017. Reborn Maritim Indonesia. Jakarta : PT. Adhi Kreasi Pratama
Komunikasi.
Kemenko Kemaritiman dan Investasi RI, 2019. “Energi Hijau tekan neraca
Transaksi berjalan” Berita, 04 Desember 2019. [Daring]. Dalam
https://maritim.go.id/menko-luhut-energi-hijau-bantu-tekan-neraca-transaksi/
(diakses 06 Desember 2019).
Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi. ESDM. 2019.
“PLN Kaji Pengembangan Energi Laut Menjadi Listrik” Berita, 23 Februari
2015.[Daring].Dalam
http://ebtke.esdm.go.id/post/2015/02/18/785/pln.kaji.pengembangan.energi.lau
t.menjadi.listrik (diakses 05 Desember 2019).
Universitas Indonesia. 2019. “Industri Galangan Kapal, Asa Utama Indonesia
Menjadi Poros Maritim Dunia” Berita, 10 September 2018. [Daring]. Dalam
https://www.ui.ac.id/industri-galangan-kapal-asa-utama-indonesia-menjadi-
poros-maritim-dunia/ (diakses 05 Desember 2019).
Sukirno, Sadono. 2015. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers.
Madjid, Nurcholish. 2013. Islam, Kemordenan, dan Keindonesiaan. Bandung :
Penerbit Mizan.
Madjid, Nurcholish. 2003. Indonesia Kita. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Wijaya, Cuk Ananta. 2015. Plato : Republik. Yogyakarta : Narasi.
HMI. (2018). Hasil-Hasil Kongres HMI XXX. Jakarta: PB HMI.
Sitompul, Agussalim. 2008. 44 Indikator Kemunduran HMI. Jakarta : CV Misaka
Galiza.
Solichin, D. H. (2010). HMI Candradimuka Mahasiswa. Jakarta: Sinergi Persadatama
Foundation.
Tarigan, A. A. (2007). Islam Madzab HMI (Tafsir Tema Besar NDP). Jakarta: Kulturan
(GP Press Grup).
HMI, P. (2018). NDP HMI : Nilai-nilai Dasar Perjuangan Himpunan Mahasiswa
Islam. Jakarta: PB HMI.

19
BIODATA PENYUSUN

Nama Lengkap : Alim Murtadlo


Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, Tanggal Lahir : Bojonegoro, 19 Agustus 1998
Alamat Asal : Jl. Mawar RT.06 RW.03 Ds. Siwalan Kec.
Sugihwaras Kab. Bojonegoro
Alamat di Surabaya : Jl. Gebang Lor no. 14
No. Telp/HP : 085758006119
Email : Alim.Murtadlo44@gmail.com

Riwayat Pendidikan :
SD : SDN SIWALAN 1 (2004-2010)
SMP : SMP NEGRI 1 SUGIHWARAS (2010-2013)
SMA : MAN MODEL 1 BOJONEGORO (2013-2016)
UNIVERSITAS : ITS (2016-Sekarang)

Riwayat Organisasi :
OSIS SMPN 1 SUGIHWARAS (2011-2012)
MPK MAN MODEL 1 BOJONEGORO (2015-2016)
Staff JMMI ITS (2017-2018)
Staff Magang BEM ITS (2017-2018)
Ketua HIMATEKINS (2018-2017)
HMI (2016-Sekarang)

Riwayat Pelatihan :
1. LKMM Pra-TD FTI ITS
2. LKMW TD ITS
3. PKTI TD FTI ITS
4. PSI 1 JMMI ITS
5. LK 1 HMI FISTEK SN 2016

20

Anda mungkin juga menyukai