Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH POLITIK DAN KEBIJAKAN MENUJU NEGARA MARITIM

NI KADEK RISKI DWI ANJALI


A11 119051

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur patut kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas kasih dan rahmat-Nya, makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
dosen serta memahami dan mengerti tentang Politik dan Kebijakan menuju Negara
Maritim .Namun, dalam penulisan makalah ini, masih terdapat banyak kekurangan.
Untuk itu, saya mohon kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk
pennyempurnaan makalah ini.

Demikianlah makalah ini saya buat, atas perhatian serta kritik dan sarannya,
saya ucapkan terima kasih.

Mowila, Juni 2020


Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................1
1.2 Tujuan...........................................................................................1
1.3 Rumusan Masalah.........................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................2
2.1 Strategi maritime indonesia..........................................................2
2.2 Posisi srtategis wilayah indonesia.................................................6
2.3 Arah strategi pembangunan Negara maritim................................9
2.4 .Konsep Perencanaan Strategi Maritim......................................10
BAB III PENUTUP.....................................................................................13
3.1 Kesimpulan.................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Benua Maritim Indonesia adalah hasil perjuangan bangsa Indonesia melawan
segala pihak yang tidak mau melihat bangsa Indonesia yang merdeka dan bersatu di
Kepulauan Nusantara yang merupakan satu keutuhan geografis. Ketika rakyat Indonesia,
terutama para pemudanya, melancarkan gerakan kemerdekaan bangsa Indonesia yang
dimulai dengan menyatakan Sumpah Pemuda pada tahun 1928, banyak pihak yang
mengatakan bahwa kebangsaan Indonesia adalah satu illusi belaka.( Sutijono, 1995 : 125)
mengatakan mereka tidak hanya terdapat kaum politik kolonialis yang tidak sudi melihat
Indonesia merdeka, tetapi juga pakar ilmu sosial yang melihat persoalannya dari segi ilmiah.
Malahan ada pula orang Indonesia yang terpengaruh oleh sikap dan pandangan kolonial itu
dan turut berpikir serta berbicara seperti pihak penjajah. Memang Indonesia adalah satu
kenyataan dan diteguhkan oleh ridho Illahi dalam wujud kehidupan bangsa merdeka yang
pada tahun 1945 telah berlangsung 50 tahun.
Fenomenal yang terjadi semua menolak dari segala kesangsian, baik yang bersifat ilmiah
maupun politik, bahwa Indonesia hanya mungkin ada karena dan kalau dijajah. Dalam 50
tahun bangsa Indonesia berhasil mengatasi segala usaha pihak lain yang hendak
merontohkan Indonesia, dari luar maupun dari dalam. Bangsa Indonesia pun berhasil
memperoleh pengakuan eksistensinya dari semua bangsa di dunia, termasuk dari bekas
penjajahnya. Selain itu bangsa Indonesia berhasil memperoleh pengakuan bahwa wilayah
Republik Indonesia yang meliputi Kepulauan Nusantara merupakan satu kesatuan
geografi. Dunia internasional mengakui eksistensi satu. Benua Maritim Indonesia
( Suharsono, 1998)
(Prasetyo, 2011) mengatakan bahwa bangsa Indonesia sepenuhnya pula sadar bahwa
bangsa Indonesia terdiri dari sekian banyak suku dan golongan, masing masing dengan
kebudayaannya sendiri. Demikian pula adanya kemungkinan bahwa rakyatnya melihat
perairan yang ada antara pulau-pulau bukan sebagai penghubun melainkan sebagai pemisah
pulau satu dengan yang lain. Sebab itu bangsa Indonesia mengambil sebagai
semboyan nasionalnya Bhinneka Tunggal Eka atau Kesatuan dalam Perbedaan. Timbul pula
kesadaran bahwa dapat timbul kerawanan nasional kalau tidak ada pendekatan secara tepat.
Pihak lain yang tidak mau melihat bangsa Indonesia maju pasti akan memanfaatkan
kerawanan demikian. Maka untuk menjamin agar kesatuan Indonesia selalu terpelihara,
1
bangsa Indonesia melahirkan Wawasan Nusantara. Pandangan itu adalah satu konsepsi
geopolitik dan geostrategi yang menyatakan bahwa Kepulauan Nusantara yang meliputi
seluruh wilayah daratan, lautan dan ruang angkasa di atasnya beserta seluruh penduduknya
adalah satu kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan-keamanan. Agar
bangsa Indonesia mencapai tujuan perjuangannya, yaitu terwujudnya masyarakat yang
maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila, Wawasan Nusantara harus diaktualisasikan
dan tidak tinggal sebagai semboyan atau potensi belaka. Untuk memperoleh aktualisasi
Wawasan Nusantara ada tiga kendala utama, yaitu : Letak kepulauan Nusantara sepanjang
khatulistiwa amat menguntungkan untuk penempatan satelit yang memungkinkan
komunikasi yang makin canggih dengan memanfaatkan ruang angkasa yang terbentang di
atas wilayah Nusantara. Dan perlu ada pengambilan dari kebudayaan asing yang dapat
memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan Indonesia. Dalam kenyataan masih
belum cukup berkembang kebudayaan nasional Indonesia. Kesatuan dalam pertahanan-
keamanan secara relatif lebih terwujud ketimbang faktor lainnya, hal mana dibuktikan oleh
keberhasilan bangsa Indonesia mengatasi semua persoalan hankamnya sejak tahun 1945
hingga sekarang. Akan tetapi dilihat dari kondisi geografi Indonesia belum pula ada
pertahanan-keamanan yang sesuai dengan tuntutan Benua Maritim Indonesia. Titik berat
hankam masih pada daratan belaka dan itupun baru pada aspek territorial. Kemampuan di
lautan dan di udara masih sangat terbatas. Itu berakibat kurang baik, ketika ABRI kurang
mampu mencegah masuknya pihak asing yang mengambil kekayaan laut Indonesia secara
tidak sah. Memang membangun kekuatan hankam yang seimbang untuk daratan, lautan dan
udara tidak murah. Sebab itu perlu lebih dulu ada kemajuan besar dalam pembangunan
ekonomi nasional. Itu tidak mungkin tercapai secara optimal kalau kendala di atas masih
belum dapat diatasi. Melihat kondisi dan sifat rakyat Indonesia masa kini nampaknya usaha
untuk mengatasi kendala itu harus terutama bersumber pada pemerintah dan dunia swasta.
Dan mendorong pihak swasta untuk melakukan hal serupa melalui radio dan televisi swasta.
Di samping itu pemerintah harus memperhatikan penyelenggaraan pendidikan umum yang
bermutu, terutama di luar Jawa, agar semuanya dapat menjalankan desentralisasi dengan
efektif dan bermanfaat. Pendidikan itu juga membuka pandangan rakyat terhadap faktor
perairan Indonesia yang demikian luasnya (Groeneveldt. W.P. 2009)
Pemerintah juga harus mendorong dan memberikan peluang timbulnya usaha swasta
yang bersangkutan dengan laut. Mengingat kondisi Kawasan Indonesia Timur, maka
perlu diberikan prioritas kepada perkembangan itu di wilayah tersebut. Apalagi di wilayah
tersebut luas laut dan kekayaan yang terkandung di dalamnya cukup besar. Usaha di
2
perairan, khususnya di lautan, beraneka ragam bentuknya. Banyak negara di dunia telah
menjadi kaya dan maju karena faktor kelautan. Malahan semua imperium yang pernah
menguasai dunia mendasarkan kekuasaannya atas kekuatannya di laut. Itu dimulai oleh
Spanyol yang pada abad ke 17 dapat mengatakan bahwa di wilayah kekuasaannya matahari
tidak pernah terbenam. Kemudian digantikan oleh Inggeris yang bahkan mempunyai
semboyan : Rule Brittania, Rule the Waves ! Setelah Inggris mundur pada tahun 1940-an,
maka digantikan oleh AS yang juga merupakan kekuatan maritim besar. Usaha di lautan
menjadikan bangsa- bangsa itu pedagang besar yang memiliki armada angkutan yang besar
pula. Demikian pula armada perikanan mereka besar dan turut menambah kekayaan
bansganya. Malahan bangsa yang sebenarnya di daratan tidak terlalu besar artinya, seperti
Belanda dan Norwegia, telah menjadi kaya dan cukup berkuasa karena mempunyai usaha
yang luas di laut. (Guan, John. 1997).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana strategi maitim indonesia ?


2. Bagaimana Posisi Strategis Wilayah Indonesia ?
3. Bagaimana Arah Strategi Pembangunan Negara Maritim ?
4. Apa Konsep Perencanaan Strategi Maritim dari Perspektif Indonesia sebagai
Negara Kepulauan ?

C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui strategi maitim indonesia
2. Untuk Mengetahui Posisi Strategis Wilayah Indonesia
3. Untuk Mengetahui Arah Strategi Pembangunan Negara Maritim
4. Untuk Mengetahui Konsep Perencanaan Strategi Maritim dari Perspektif
Indonesia sebagai Negara Kepulauan

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Strategi Maritim Indonesia

Strategi maritim harus berpijak berdasarkan sejarah perkembangan


kemaritiman di Indonesia dan di dunia. Dari sejarah – sejarah itulah banyak
pembelajaran dan contoh strategi yang didapat dan bisa menjadi contoh dalam
implementasi strategi maritim modern. Strategi maritim dapat didefinisikan sebagai
suatu seni yang mengarahkan aset – aset maritim untuk mencapai tujuan atau
sasaran politik yang diinginkan. Strategi maritim hendaknya disusun berdasarkan
faktor – faktor seperti determinan, tujuan, tinjauan singkat dengan negara – negara
yang berbatasan langsung, maritim domain awareness, dan penggunaan kekuatan.
Sedangkan kekuatan maritim itu merupakan segala upaya dalam pengelolaan
laut untuk kepentingan nasional baik di masa perang maupun damai. Lingkungan
politik, ekonomi, dan teknologi memiliki hubungan secara langsung pada strategi
maritim suatu bangsa. Strategi maritim menggunakan laut untuk mendayagunakan
posisi geografi dari negara pantai dan menolak untuk memberikan keuntungan bagi
musuh.
Sea Power adalah hal–hal dasar menuju kebesaran bangsa. Sea Power secara
umum dijelaskan termasuk di dalamnya semua aspek kekuatan, dan perikanan. Sea
Power ini mengangkat pentingnya aspek laut dan kekuatan maritim bagi
kesejahteraan bangsa. Kepentingan tersebut bisa terwujud bila memiliki elemen–
elemen yang dibutuhkan untuk membangun negara maritim. Umumnya
pembahasan itu dapat dibagi ke dalam dua aspek yaitu, strategis dan operasional.

Elemen dalam aspek strategis mencakup karakter geografi, dekat dengan laut,
memiliki pantai yang relatif cukup panjang, karakter bangsa yang menganggap laut
sebagai aset penting untuk meningkatkan kesejahteraan nasional, ada sumber daya
alam yang mendukung kekuatan maritim, dan karakter pemerintah yang memiliki
mindset berorientasi ke domain maritim. Sedangkan aspek operasional, lazimnya
terdiri dari tiga elemen besar, yaitu, kekuatan pengamanan atau dalam istilah teknis
fighting instrument untuk melindungi aset dan kepentingan, armada niaga, dan
yang terakhir berhubungan dengan industri dan jasa yang mampu mendukung
kedua elemen operasional meliputi berbagai kegiatan yang terkait dengan laut.
Oleh karena itu harus dibangun armada laut yang kuat untuk menjaganya.

Strategi maritim sangat erat hubungannya dengan keamanan maritim. Keamanan


maritim adalah keamanan yang lebih kombinatif preventif dan responsif yang
terukur untuk melindungi seluruh elemen domain maritim terhadap pengancamnya
dari setiap tindakan yang tidak didasari dengan regulasi yang sah, atau bisa juga
didefinisikan sebagai kegiatan internasional, interagensi, interoperability, baik oleh
4
sipil maupun militer untuk memitigasi risiko serta melawan kegiatan ilegal dan
ancaman dalam ruang domain maritim. Masalah keamanan maritim yang akan
dihadapi ke depan masih akan berkisar pada searobbery and piracy, illegal fishing,
transnational threat, illicit trafficking in weapon of mass destruction and related
materials, pelanggaran wilayah, lalu lintas di laut yang terkait dengan gerakan
separatis dan sangat mungkin ancaman maritime terrorism. Diperkirakan pula
bahwa ancaman tersebut akan semakin meningkat yang diukur dari intensitas,
penggunaan teknologi maju, dan pengembangan modus operandi.
Aspek – aspek yang mendukung pembangunan maritim antara lain : Aspek
Kehidupan sosial dan budaya, Aspek Ekonomi, Aspek pertahanan dan keamanan,
dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Untuk mengoptimalkan aspek ekonomi dari
sumber daya maritim, armada nasional harus mampu mengangkut 100 persen.
Peranan armada nasional dalam angkatan laut internasional, baik ekspor
maupun impor harus lebih dominan. Pelabuhan nasional harus tertata secara
konseptual tentang pelabuhan utama ekspor – impor dan pengumpan. Selain itu,
keamanan dan efisiensi pelabuhan sudah tidak diragukan lagi, terutama bila
dihadapkan pada pemenuhan persyaratan International Ship and Port Safety (ISPS)
Code. Tentunya untuk mengoptimalkan aspek ini harus didukung oleh SDM yang
berkualitas, teknologi yang memadai, serta pengembangan dengan memanfaatkan
data – data dari survei, penelitian dan sumber daya lainnya.

Dalam penyusunan strategi pertahanan negara maritim di Indonesia sebagai


poros maritim dunia hendaknya mengandung hal – hal sebagai berikut :
1) Sejarah kemaritiman yang up to date, yaitu menggambarkan tentang
implikasi sejarah maritim yang ada di Indonesia mulai dari evolusi
penjajahan oleh Belanda sampai dengan beberapa operasi yang telah
dilaksanakan oleh TNI AL.
2) Menjelaskan tentang geopolitik dan konstelasi kawasan Indonesia. c.
Menjelaskan tentang perdagangan maritim dan security of energy.
3) Menjelaskan dan membahas tentang Maritime Domain Awareness
dengan permasalahan permasalahan perbatasan dengan negara tetangga
baik batas laut maupun batas darat. Menjelaskan tentang penggunaan
strategi di masa damai.
4) Menjelaskan tentang penggunaan strategi kekuatan di masa konflik. f.
Menjelaskan strategi pembangunan kekuatan.

Secara konseptual dapat dinyatakan bahwa membangun strategi maritim yang


modern dilakukan dengan memahami sejarah bangsa dan memenuhi aspek Political
Will (Poros Maritim Dunia) sebagai modal dasar untuk mewujudkan pertahanan
maritim yang tangguh, Sea Power yang kuat, dan melaksanakan sea control dan
power projection ashore. Dengan demikian tempat bermain utama dari strategi
maritim adalah lautan dan kemampuan yang dimiliki agar Sea Power atau kekuatan
laut tercapai dengan mudah. Untuk mewujudkan ekonomi tangguh di sektor
5
maritim, Indonesia harus memiliki sea power yang cukup untuk memproyeksikan
kekuatannya ke negara lain. Sasaran Indonesia yang saat ini paling realistis adalah
menjadi kekuatan maritim di ASEAN, lalu Asia Pasifik dan selanjutnya
mewujudkan visi Poros Maritim Dunia. Strategi angkatan laut selama perdamaian
terutama dipandu oleh prinsip yaitu : bangsa yang kuat akan melakukan tindakan
preemptive dengan sea power projection dan tidak membiarkan kompetitor untuk
mengembangkan armada kapal niaga. Pengembangan industri pelayaran
komersial adalah kekuatan yang secara alami menghasilkan angkatan laut
yang sehat. Indonesia wajib untuk melakukan sea power projection dengan
menjaga perbatasan laut Indonesia dan membatasi aktivitas ilegal. Indonesia
juga seharusnya mengembangkan industry kelautan dan perikanan yang kuat
karena hal ini akan berbanding lurus dengan angkatan laut yang kuat.
Tujuh langkah strategis dalam Kebijakan Kelautan Indonesia :
1) Pengelolaan sumber daya kelautan dan pengembangan sumber daya
manusia.
2) Pertahanan, keamanan, penegakan hukum dan keselamatan laut.
3) Tata kelola dan kelembagaan kelautan.
4) Ekonomi, infrastruktur kelautan dan peningkatan kesejahteraan.
5) Pengelolaan ruang laut dan pelindungan lingkungan laut.
6) Budaya bahari.
7) Diplomasi Maritim.

B. Posisi Strategis Wilayah Indonesia

Secara geo-politik dan geo-strategis, Indonesia terletak diantara dua benua, Asia
dan Australia dan dua samudera, Hindia dan Pasifik yang merupakan kawasan
paling dinamis dalam percaturan dunia baik secara ekonomi dan politik. Posisi
strategis tersebut menempatkan Indonesia memiliki keunggulan sekaligus
ketergantungan yang tinggi terhadap bidang kelautan, dan sangat logis jika
ekonomi kelautan dijadikan tumpuan bagi pembangunan ekonomi nasional.

Dalam menjaga wilayah kedaulatan dan kepentingan sebagai negara


kepulauan, Indonesia harus mampu menyelesaikan batas wilayahnya dengan 10
negara tetangga, yaitu India, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina,
Palau, Papua Nugini, Australia, dan Timor Leste. Berdasarkan Konvensi PBB
tentang Hukum Laut (UNCLOS 1982), terdapat empat batas maritim yang harus
diperjanjikan, yaitu:

Pertama, laut teritorial (territorial sea), adalah wilayah kedaulatan suatu negara
yang didasarkan atas hukum internasional, yang lebar lautnya tidak boleh melebihi
12 mil laut.

6
Kedua, zona ekonomi eksklusif (economic exclusive zone), adalah wilayah
berdaulat yang tidak boleh melebihi 200 mil laut, diukur dari garis pangkal yang
sama yang dipakai untuk mengukur lebar laut teritorial. Pada wilayah ini, suatu
negara mempunyai hak-hak berdaulat dan yurisdiksi khusus untuk memandaatkan
kekayaan alam yang berada pada jalur tersebut, termasuk pada dasar laut dan tanah
dibawahnya.

Ketiga, landas kontinen (continental shelf). Menurut Summer, teori dari landas
kontinen didasarkan kepada suatu fakta sosiologis bahwa disepanjang sebagian
besar pantai, tanahnya menurun ke dalam laut, sampai akhirnya di suatu tempat
tanah tersebut jatuh curam ke dalam laut. Hal ini sesuai Pasal 76 UNCLOS 1982,
landas kontinen suatu negara pantai adalah dasar laut dan tanah dibawahnya yang
merupakan kelanjutan daratan wilayahnya sampai jarak 200 mil laut dari garis
dasar dan dalam hal tertentu dapat sampai 350 mil laut, tergantung jarak tepian
kontinennya.

Keempat, zona tambahan (contiguous zone), adalah zona maritim yang


berdampingan dengan laut teritorial dan merupakan area tambahan (Pasal 33
UNCLOS 1982). Zona tambahan tidak boleh melebihi 24 mil laut dari garis
pangkal yang sama untuk lebar laut teritorial. Pada zona tambahan memiliki
kekuasaan terbatas untuk penegakkan hukum bea cukai, keimigrasian, fiskal, dan
saniter.

Selain penyelesaian batas maritim, ke depan, Indonesia harus mampu


melakukan eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya alam laut di luar wilayah
yurisdiksi Indonesia, seperti klaim terhadap landas kontinen sejauh 350 mil di
wilayah Samudera Hindia dan kawasan dasar samudera. Dalam konteks ekonomi
yang lain, Indonesia harus mampu memanfaatkan selat strategis seperti Selat Malaka
dan 3 Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) sebagai sumber pendapatan negara
dan rakyat, melalui pengembangan berbagai aktivitas ekonomi. Dalam
pengembangan negara maritim, Indonesia harus memiliki visi ”outward looking”
didasarkan pada peraturan internasional yang dimungkinkan untuk mendapatkan
sumberdaya alam laut secara global maupun mengembangkan kekuatan armada laut
nasional untuk dapat menguasai pelayaran internasional dengan menciptakan daya
saing sehingga kapal-kapal berbendera Indonesia menguasai pelayaran internasional
dan memiliki kekuatan laut (sea power) yang unggul.

Pengembangan pelabuhan-pelabuhan Indonesia yang kompetitif, efisien dan maju


disegenap wilayah Indonesia yang mampu mendorong terbangunnya aktivitas
ekonomi di seluruh kepulauan maupun jalur ALKI sehingga manfaat peningkatan
perdangangan dunia dapat dimanfaatkan bagi pertumbuhan kemakmuran disegenap
penjuru nusantara. Berkembangnya aktivitas ekonomi berbasis sumberdaya

7
kelautan dan fungsi laut harus dilakukan secara terpadu dalam matra darat, laut dan
udara.

Posisi Indonesia secara geo-poilitik dan geo-strategis tersebut harus didukung


dengan berdaulat terhadap wilayah NKRI secara nyata dilapangan sehingga batas-
batas wilayah dengan negara tetangga secara nyata dikuasai oleh Indonesia melalui
penguasaan yang efektif dan ”sea power” yang unggul. Keadaan tersebut juga
harus diperkuat kemampuan mempertahankan dari segenap ancaman baik dari
dalam maupun dari luar NKRI melalui kemampuan maritime security yang
disegani secara global. Posisi strategis wilayah tersebut selanjutnya dapat
memberikan keunggulan Indonesia secara geo-ekonomi melalui kemampuan
mengelola dan memanfaatkan secara berkelanjutan sehingga menghasilkan
kesejahteraan bagi masyarakat dan bangsa Indonesia. Namun demikian
penguasaan, pengelolaan dan pemanfaatan yang dilakukan secara terpadu antara
kawasan darat dan laut dalam wilayah NKRI serta kemampuan memanfaatkan
aktivitas global yakni pelayaran dan perdagangan global maupun eksploitasi
sumberdaya yang dimungkinkan berdasarkan peraturan internasional (e.g.
wilayah 200-350 mil laut, artik, antartitika) perlu disiapkan dengan seksama
demi keberlanjutan bangsa dan negara Indonesia dimasa yang akan datang.

Geo-strategis Indonesia diperkuat dengan geo-politik, geofisik, geoekosistem,


geoideologi, geoekonomi serta keunggulan kewilayahan yang dimiliki maupun
wilayah laut lainnya yang dapat dikuasai sesuai hukum nasional maupun
internasional yang berlaku, harus menjadi kekuatan bangsa Indonesia menjamin
tercapainya keberlangsungan kehidupan, kemajuan, kemandirian dan
kemakmurkan bangsa, negara dan rakyat indonesia. Dalam Undang-undang No. 17
Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (UU RPJPN)
disebutkan bahwa pembangunan adalah untuk mewujudkan “INDONESIA YANG
MANDIRI, MAJU, ADIL”, melalui “Mewujudkan Indonesia menjadi negara
kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional”. Visi
dan misi tersebut dilaksanakan dengan menumbuhkan wawasan bahari bagi
masyarakat dan pemerintah agar pembangunan Indonesia berorientasi kelautan;
meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia yang berwawasan kelautan melalui
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; mengelola wilayah laut nasional
untuk mempertahankan kedaulatan dan kemakmuran; dan membangun ekonomi
kelautan secara terpadu dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber kekayaan
laut secara berkelanjutan. Dengan demikian wilayah yang dikuasai dan dijaga
kedaulatannya dapat untuk memajukan bangsa dan mampu menjamin kemakmuran
antar generasi (intergerational welfare) bangsa Indonesia.

8
C. Arah Strategi Pembangunan Negara Maritim

• Pembangunan Ekonomi
Kusumastanto (2006) mengemukakan bahwa konsep ekonomi kelautan
mengedepankan pembangunan ekonomi yang mendayagunakan sumberdaya
kelautan (ocean based resource) dan fungsi laut secara bijaksana sebagai pendorong
pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia dengan
didukung oleh pilar-pilar ekonomi berbasis daratan (land based economy) yang
tangguh dan mampu bersaing dalam kancah kompetisi global antar bangsa.
Kusumastanto (1997), Kusumastanto et al (2000) dan Kusumastanto (2006)
mengelompokkan aktivitas ekonomi di pesisir, laut dan lautan sebagai ekonomi
kelautan (ocean economy) yang terdiri dari 7 (tujuh) sektor yakni perikanan,
pariwisata bahari, pertambangan laut, industri kelautan/maritim, transportasi laut,
bangunan kelautan dan jasa kelautan. Batasan secara spasial ekonomi kelautan
adalah ke darat adalah wilayah kabupaten/kota pesisir dan ke arah laut adalah
wilayah laut sampai ZEE Indonesia serta Landas Kontinen Indonesia.

• Potensi dan Keragaan Ekonomi Bidang Kelautan Indonesia


Keanekaragaman sumberdaya di bidang kelautan terlihat dari jenis potensi yang
dimiliki yakni Pertama, sumberdaya yang dapat diperbaharui (renewable resources)
seperti sumberdaya perikanan beserta ekosistem laut dengan
megabiodiversitasnya. Kedua, sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui (non
renewable) seperti sumberdaya minyak, gas, dan berbagai jenis mineral lainnya.
Ketiga, selain dua jenis sumberdaya tersebut, juga terdapat berbagai macam
fungsi dan jasa kelautan yang dapat dikembangkan untuk pembangunan nasional
seperti transportasi laut, pariwisata bahari, energi terbarukan (pasang surut, OTEC
dll), industri kelautan/maritim, dan jasa lingkungan laut. Potensi ekonomi tersebut
belum dimanfaatkan secara optimal dalam pembangunan nasional. Pengembangan
perekonomian Indonesia belum memanfaatkan potensi kelautan sengan sungguh-
sungguh yang ditunjukkan belum optimumnya perhatian terhadap ekonomi
kelautan Indonesia. Potensi kekayaan pesisir dan laut belum menjadi basis
ekonomi bagi pembangunan nasional. Hal ini dapat dilihat dari masih relatif tidak
berkembangnya kontribusi ekonomi bidang kelautan dalam GDP nasional.
Dibandingkan nilai ekonomi kelautan Jepang, Korea Selatan, Cina, mampu
menyumbang hingga 48,4% bagi PDB nasionalnya, sedangkan ekonomi kelautan
Vietnam bahkan memberikan kontribusi sebesar 57,63% dari total GDP pada tahun
2007 maka nampak ekonomi kelautan Indonesia kurang berkembang walaupun
potensi yang dimilikinya lebih besar. Kontribusi ekonomi bidang kelautan
dinegara-negara Eropa, juga menunjukkan perkembangan, bahkan ada yang
mencapai hampir 60% PDB. Proporsi ini bisa dikatakan besar jika dilihat panjang
pantai dan kekayaan laut mereka memang relatif kecil jika dibandingkan Indonesia.
9
Bila dilihat dari kontribusi bidang kelautan terhadap Produk Domestik Bruto
dibandingkan bidang lainnya sudah menunjukkan peran yang cukup besar namun
kurang berkembang. Berdasarkan perhitungan dengan berbagai keterbatasan data
yang tersedia, sejak tahun 1995-2005 kontribusi ekonomi bidang kelautan
diperkirakan berkisar pada 20,06 % pada tahun 2000 hingga 22,42% dari total
PDB pada tahun 2005, sektor pertambangan (minyak, gas dan mineral)
memberikan kontribusi terbesar diikuti industri maritim.

D. Konsep Perencanaan Strategi Maritim dari Perspektif Indonesia sebagai


Negara Kepulauan

Indonesia adalah Negara Kepulauan dengan jumlah penduduk yang besar


dengan berbagai corak ragam kondisi sosial budaya secara historis memiliki
karakter bahari yang kuat. Namun disayangkan bahwa sebagai negara kepulauan
terbesar di dunia, Indonesia belum mampu memanfaatkan potensi sumber daya
laut tersebut secara maksimal. Diperlukan konsep dan strategi untuk membangun
Indonesia menjadi sebuah negara maritim yang tangguh dan berdaulat.

Istilah maritim dapat berkaitan dengan laut; berhubungan dengan pelayaran dan
perdagangan di laut. Secara primer pengertiannya adalah sifat yang
menggambarkan obyek atau aktivitas berkenaan dengan laut. Dalam konteks
negara kepulauan negara maritim adalah negara yang mempunyai sifat
memanfaatkan laut untuk kejayaan negaranya, sedangkan negara kelautan lebih
menunjukkan kondisi fisiknya, yaitu negara yang berhubungan, dekat dengan atau
terdiri dari laut.

Konsep negara maritim, adalah negara yang mampu memanfaatkan dan menjaga
wilayah lautnya. Saat ini telah terjadi perubahan yang sangat signifikan
terhadap perubahan lingkungan strategis maritim, baik kawasan regional maupun
internasional hal ini sangat mempengaruhi pola berpikir, cara bertindak dalam
penentuan kebijakan politik suatu negara. Perubahan tersebut secara otomatis pula
mempengaruhi penentuan strategi maritim masing– masing negara, yang
merupakan aplikasi dari doktrin maritim yang dilaksanakan oleh setiap negara.
Indonesia membutuhkan doktrin maritim sebagai pengoperasionalan pilihan
strategi dan prioritas pembangunan ke depan.

Pemerintah harus berani menjadikan sejarah kejayaan maritim Nusantara sebagai


sebagai lesson learned yang bukan saja menyangkut tentang keberhasilan, tetapi
juga kegagalan atau kekurangan yang terjadi. Hal ini sebagai pijakan dalam
membangun Kekuatan Maritim Indonesia. Dalam menyusun Strategi Maritim
Indonesia tak luput juga dengan melihat kondisi di alam nyata yang kompleks,
multidimensi dan saling terkait. Keterkaitan antara strategi dengan kondisi di alam
nyata merupakan salah satu isu kritis dalam penyusunan strategi, karena kegagalan
10
untuk menghubungkan keduanya akan mempengaruhi rumusan strategi menjadi
sesuatu tidak bisa dioperasionalkan.

Berdasarkan perkembangan lingkungan strategis dan menguatnya isu Maritime


Security, maka Indonesia akan melaksanakan transformasi dari status negara
berkembang menuju negara maju. Strategi maritim yang akan disusun ini
dipandang akan mampu mengamankan aspirasi kepentingan nasional Indonesia
yang masih berstatus negara berkembang. Namun dalam 20 sampai dengan 30
tahun ke depan, bisa jadi status Indonesia telah meningkat menjadi negara maju
sehingga aspirasinya mengalami perluasan dibandingkan saat ini. Perubahan itu
akan diikuti pula strategi keamanan nasionalnya, termasuk pula strategi
maritim. Untuk mengembalikan kejayaan nusantara maka Indonesia harus
mengedepankan strategi pembangunan Negara Maritim. Indonesia sebagai sebuah
Negara Maritim memiliki kriteria :

1) Berdaulat di wilayah NKRI dan disegani negara lain atas wilayahnya,


2) Menguasai seluruh wilayah darat dan laut melalui “effective occupancy”
dan memiliki “sea power” yang diandalkan secara nasional dan global,
3) Mampu mengelola dan memanfaatkan berbagai potensi pembangunan
sesuai aturan nasional dan internasional,
4) Menghasilkan kemakmuran bagi segenap rakyat Indonesia. Dengan
demikian maka keterpaduan darat dan laut dalam pembangunan harus
menjadi dasar spasial serta berorientasi pada wawasan nasional maupun
global dengan mengutamakan kepentingan Nasional.

Perspektif pembangunan Negara Maritim juga didasari bahwa keberlanjutan


pembangunan guna mencapai keberlanjutan bangsa Indonesia. Karakteristik
laut berbeda dengan darat, keberlanjutan (sustainability) pembangunan
kemaritiman ditentukan oleh kelestarian sumber daya pulih (renewable resources)
sehingga perlu adanya ambang batas (threshold) aktivitas pembangunan ekonomi
sektor lainnya pada tingkat yang tidak membahayakan kelestarian sumber daya
pulih. Dengan demikian keberhasilan pengelolaan pembangunan kemaritiman
(ocean development management) memerlukan keterpaduan perencanaan dan
implementasi pembangunan yang kuat agar tidak mengulang kesalahan
pengelolaan pembangunan di darat.

Kelautan adalah tumpuan masa depan Indonesia yang harus dikembangkan secara
lestari dan mampu menyejahterakan segenap komponen bangsa di tanah airnya
sendiri serta sebagai unsur utama dalam membangun Indonesia sebagai Negara
Maritim. Pembangunan kemaritiman memerlukan suatu perencanaan yang
terkoordinasi, komprehensif dan berpihak terhadap kepentingan masyarakat serta
lingkungan. Oleh karenanya keterpaduan tujuan pembangunan antar stakeholders

11
serta antar sektor dalam bidang kemaritiman harus dapat dituangkan melalui
kebijakan dan strategi pembangunan nasional yang dapat diimplementasikan.

Dalam membangun negara maritim perlu adanya keterlibatan seluruh komponen


bangsa dan membuat suatu komitmen bersama bahwa bangsa Indonesia adalah
bangsa yang berorientasi maritim. Bila ditinjau dari kondisi bangsa Indonesia saat
ini kebijakan pembangunan kemaritiman pemerintah Indonesia telah berupaya
membentuk lembaga pemerintah kelautan (ocean governance), dengan melihat
konstelasi geografis Indonesia, seperti adanya kementrian yang bergerak di bidang
kelautan, lembaga transportasi laut di bawah Kementrian Perhubungan, Kementrian
ESDM, Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementrian Pertahanan,
Kementrian BUMN (Pelni), Kementerian Lingkungan Hidup dan asosiasi –
asosiasi bidang kelautan dan kemaritiman, namun semuanya belum terintegrasi
dengan manajemen yang terkotak – kotak sehingga upaya yang dilakukan
pemerintah tidak optimal. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan suatu kebijakan
pembangunan kelautan nasional ( National Ocean Development Policy) yang
integral dan komprehensif dalam satu kesatuan strategi pembangunan nasional.

12
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Strategi maritim harus berpijak berdasarkan sejarah perkembangan


kemaritiman di Indonesia dan di dunia. Dari sejarah – sejarah itulah banyak
pembelajaran dan contoh strategi yang didapat dan bisa menjadi contoh dalam
implementasi strategi maritim modern. Strategi maritim dapat didefinisikan sebagai
suatu seni yang mengarahkan aset – aset maritim untuk mencapai tujuan atau sasaran
politik yang diinginkan. Strategi maritim hendaknya disusun berdasarkan faktor –
faktor seperti determinan, tujuan, tinjauan singkat dengan negara – negara yang
berbatasan langsung, maritim domain awareness, dan penggunaan kekuatan.
Sedangkan kekuatan maritim itu merupakan segala upaya dalam pengelolaan laut
untuk kepentingan nasional baik di masa perang maupun damai. Lingkungan politik,
ekonomi, dan teknologi memiliki hubungan secara langsung pada strategi maritim
suatu bangsa. Strategi maritim menggunakan laut untuk mendayagunakan posisi
geografi dari negara pantai dan menolak untuk memberikan keuntungan bagi musuh.
Secara geo-politik dan geo-strategis, Indonesia terletak diantara dua benua, Asia dan
Australia dan dua samudera, Hindia dan Pasifik yang merupakan kawasan paling
dinamis dalam percaturan dunia baik secara ekonomi dan politik. Posisi strategis
tersebut menempatkan Indonesia memiliki keunggulan sekaligus
ketergantungan yang tinggi terhadap bidang kelautan, dan sangat logis jika
ekonomi kelautan dijadikan tumpuan bagi pembangunan ekonomi nasional.
Indonesia adalah Negara Kepulauan dengan jumlah penduduk yang besar
dengan berbagai corak ragam kondisi sosial budaya secara historis memiliki karakter
bahari yang kuat. Namun disayangkan bahwa sebagai negara kepulauan terbesar
di dunia, Indonesia belum mampu memanfaatkan potensi sumber daya laut tersebut
secara maksimal. Diperlukan konsep dan strategi untuk membangun Indonesia
menjadi sebuah negara maritim yang tangguh dan berdaulat.

13
Istilah maritim dapat berkaitan dengan laut; berhubungan dengan pelayaran dan
perdagangan di laut. Secara primer pengertiannya adalah sifat yang menggambarkan
obyek atau aktivitas berkenaan dengan laut. Dalam konteks negara kepulauan negara
maritim adalah negara yang mempunyai sifat memanfaatkan laut untuk kejayaan
negaranya, sedangkan negara kelautan lebih menunjukkan kondisi fisiknya, yaitu
negara yang berhubungan, dekat dengan atau terdiri dari laut.

14
\DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, MS1.2014.jurnal Arah Strategi Pembangunan


Indonesia sebagai Negara Maritim.Bogor Agricultural University

Arief Budiman. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama. 2000.

Hettne, Bjorn. Teori Pembangunan dan Tiga Dunia. Jakarta:


Gramedia. 2001.

Mansour Fakih. Runtuhnya Teori Pembangunan dan


Globalisasi. Yogyakarta: Insist Press dan Pustaka Pelajar. 2002.

15

Anda mungkin juga menyukai