Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia yang lahir ke bumi dibekali dengan kekuatan jasmani dan rohani serta
dilengkapi perasaan, akal, dan naluri. Kedua komponen jasmani dan rohani ini memerlukan
kebutuhan yang harus dipenuhi. Komponen jasmani memerlukan kebutuhan jasmani atau
kebutuhan tubuh yang wujud, seperti makan, minum, pakaian, rumah, dan sebagainya. Begitu
pula komponen rohani memerlukan kebutuhan berupa ketenangan, kesenangan, dan
kenikmatan, seperti pendidikan, agama, siraman rohani, dan rekreasi. Kebutuhan jasmani dan
rohani tersebut harus dipenuhi agar hidup manusia dapat berlangsung dengan baik.

Setiap manusia berusaha memenuhi kebutuhannya,namun tidak semua kebutuhan dapat


dipenuhi. Pemenuhan kebutuhan tergantung dan kemampuan dan usaha masing-masing dan
faktor lainnya yang mempengaruhi keinginan manusia dalam memenuhi kebutuhannya.
Keinginan berbeda dengan kebutuhan. Keinginan merupakan hasrat akan pemuas , kebutuhan
yang spesifik, sedang kebutuhan merupakan keinginan atas barang dan jasa yang dapat
memberikan kepuasan untuk kelangsungan hidup.

Hasrat manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya disebut manusia sebagai


makhluk ekonomi dengan hasrat itu, manusia terus berusaha dengan berbagai cara dan upaya
agar terpenuhi kebutuhannya. Dalam memenuhi kebutuhan, manusia tidak dapat
melakukannya sendiri, namun memerlukan bantuan orang lain. Hasrat manusia
memerlukan bantuan orang lain disebut manusia sebagai makhluk sosial.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Makhluk Ekonomi (Homo Economicus)?
2. Apa saja ciri-ciri atau karakteristik yang dimiliki oleh Makhluk Ekonomi?
3. Apa saja faktor yang menyebabkan manusia menjadi Makhluk Ekonomi?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui definisi dari Makhluk Ekonomi dan maknanya.
2. Dapat mengetahui ciri-ciri atau karakteristik Makhluk Ekonomi.
3. Dapat mengetahui faktor penyebab manusia sebagai Makhluk Ekonomi.

1
BAB II

PEMBAHASAN

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK EKONOMI (HOMO ECONOMICUS)

A. Definisi Manusia Sebagai Makhluk Ekonomi (Homo Economicus)

Istilah Homo economicus dipahami oleh masyarakat awam sebagai predikat bagi
mereka kaum yang sangat mendewakan materi, mempunyai orientasi keuntungan pribadi,
sehingga istilah ini kemudian bukan merupakan terminologi yang positif dalam kehidupan
masyarakat.
Homo economicus berasal dari bahasa Latin yang berarti manusia ekonomi. Apabila
pengertian kata “ekonomi” sendiri dipahami dengan lebih mendalam, maka akan ditemukan
arti Homo economicus tidak seperti yang selama ini orang awam secara sempit pahami,
melainkan akan merujuk kepada sebuah sosok manusia yang rasional dan berkebebasan
dalam menentukan pilihan-pilihan yang ada untuk mencapai tujuan tertentu.
Manusia sebagai Homo Economicus berarti manusia dapat mengadakan usaha atas
dasar perhitungan ekonomi (homo economicus). Salah satu prinsip dalam hukum ekonomi
adalah, bahwa semua kegiatan harus atas dasar untung-rugi, untung apabila input lebih besar
daripada output, rugi apabila sebaliknya. Manusia dalam tingkat sederhana dapat mencukupi
kebutuhannya sendiri, kemudian atas dasar jasa maka dikembangkan sistem pasar sehingga
hasil produksinya dijual di pasaran.Semakin luas pemasaran barang semakin banyak
diperoleh keuntungan. Salah satu usaha meningkatkan produktivitas kerja dapat dijalankan
dengan mempergunakan teknologi modern sehingga dapat ditingkatkan produktivitas kerja
manusia.
Sehingga manusia sebagai makhluk ekonomi (homo economicus) adalah manusia
sebagai makhluk hidup yang rasional, dimana selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya
guna mencapai kesejahteraan. Homo Economicus sebenarnya menegaskan bahwa manusia
memiliki kebutuhan yang beragam dan tidak pernah merasa puas. Manusia memiliki sifat
untuk senantiasa memperbaiki dan meningkatkan kualitas dalam hidupnya. Artinya manusia
sebagai makhluk ekonomi bersikap rasional, segala perilaku dan kegiatannya selalu
memperhitungkan keuntungan yang diperoleh.

Pada kebutuhannya ini terbagi menjadi 3 bagian, yaitu :

1. Kebutuhan Primer

Kebutuhan utama bagi manusia apabila tidak tercapai, maka tidak bisa melanjutkan
kehidupannya. Kebutuhan itu menyangkut pangan (makan), sandang (pakaian), papan (rumah
sebagai tempat tinggal). Semua itu harus terpenuhi tanpa terkecuali.

2. Kebutuhan Sekunder

Ini adalah pelengkap untuk kebutuhan primer. Kebutuhan ini jika tidak di penuhi
manusia masih tetap bisa untuk melanjutkan kehidupannya. Meski hanya mengandalkan
kebutuhan yang bersifat primer, kebutuhan sekunder ini terealisasi dari apapun jenis
kebutuhan yang menyangkut langsung dengan kebutuhan inti, seperti jika dalam kebutuhan
inti ada pangan, seperti nasi, sayur, ikan dan lain sebagainya maka kebutuhan yang menjadi
kebutuhan sekundernya adalah piring dan gelas, karena orang makan tidak harus menjadikan
piring dan gelas sebagai alat bantunya, bisa juga menggunakan daun dan batok kelapa
2
sebagai pengganti piring dan gelas. Namun alangkah baiknya jika menggunakan piring dan
gelas sebagai alat yang membantu dalam kegiatan pangan.

3. Kebutuhan tersier

Kebutuhan ini adalah kebutuhan yang sifatnya tambahan. Maksudnya sebagai


pemuas keinginan yang di miliki manusia. Sebagai contoh punya mobil atau tidak punya
tetap saja bisa jalan untuk melanjutkan kehidupannya.

Dengan kebutuhan ini, manusia bisa bertahan hidup. Beberapa poin terkait dengan
aktivitas sehari-hari manusia untuk bertahan hidup adalah:

 Dalam kehidupan sesungguhnya, kita tidak bisa mendapatkan segala kebutuhan dan
keinginan tanpa adanya pengorbanan. Untuk mendapatkan sesuatu, kita harus
menukarkan sejumlah barang dengan nilai yang sepadan.
 Selain itu, perasaan tidak pernah puas untuk merasa cukup ketika kebutuhan berhasil
dipenuhi akhirnya melahirkan kesepakatan di antara manusia untuk bekerja,
mendapatkan uang, yang akhirnya digunakan untuk membeli segala keperluan.
 Selalu ada peningkatan pemenuhan kebutuhan yang merupakan bagian dari tindakan
rasional seorang manusia. Inilah hakikat dari titel makhluk ekonomi yang lekat pada
manusia.

B. Ciri- ciri Manusia Sebagai Makhluk Ekonomi

Ada karakteristik yang biasanya dimiliki oleh manusia dalam kedudukannya sebagai
homo economicus, yaitu :
a. Selalu bertindak secara rasional dengan mempertimbangkan antara pengorbanan
dengan hasil yang diperoleh.
b. Memiliki rasa ketidakpuasan yang tidak terbatas.
c. Selalu berusaha untuk mendapatkan yang terbaik dengan menjunjung norma agama,
adat istiadat, dan norma yang berlaku di masyarakat.
d. Bertindak berdasarkan dorongan pada kepentingan sendiri untuk memenuhi
kebutuhannya secara efisien.
e. Cenderung memilih suatu kegiatan/aktivitas yang paling dekat dengan pencapaian
tujuan yang diinginkan.

C. Faktor-Faktor Penyebabnya

Karena setiap manusia membunyai kebutuhannya masing-masing dan berbeda-beda


baik ragam maupun jumlahnya. Perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor-faktor
diantaranya adalah sebagai berikut :

3
1. Jenis Kelamin dan Usia Manusia
Perbedaan jenis kelamin dan usia pada manusia tentunya mempengaruhi kebutuhan
hidup seseorang baik ragam ataupun jumlah. Perbedaan tersebut sangatlah dominan.
Contohnya anak berusia 2 tahun, tentunya kebutuhannya akan berbeda dengan yang
sudah berumur 15 tahun. Selain itu jenis kelamin juga dapat mempengaruhi variasi
kebutuhan hidup seseorang tersebut.

2. Status Sosial
Selain dari jenis kelamin dan usia manusia. Ada faktor juga yang sangat mencolok
yang terlihat dikehidupan kita saat ini, yaitu status sosial. Karena semakin tinggi
status sosial seseorang, maka akan menyebabkan bertambahnya berbagai macam
kebutuhan. Bertambahnya kebutuhan tersebut sangatlah dipengaruhi untuk menjada
harga diri seseorang dan kehormatannya.

3. Tingkat Pendidikan Seseorang


Bagi seseorang yang mengutamakan penambahan pengetahuan ataupun wawasan
yang berkaitan dengan latar belakang pendidikan, maka akan berpengaruh pada
kebutuhannya.
Contohnya : kebutuhan siswa SD akan sangat jauh berbeda dengan kebutuhan
mahasiswa perkuliahan, anak perkuliahan akan sangat membutuhkan internet,
seminar, literatur buku-buku. Hal tersebutlah yang membuat perbedaan kebutuhan.
Maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pendidikan maka akan semakin besar
pula kebutuhannya.

4. Tingkat Pendapatan
Ketika seseorang tingkat pendapatannya tinggi, maka tentunya kebutuhan akan
semakin besar pula, dikarenakan mereka merasa mampu untuk memiliki sarana-
sarana untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya. Dengan demikian, semakin kecil
pendapatan, maka akan semakin menekan untuk memenuhi kebutuhan hidup
seseorang.

5. Lingkungan
Lingkungan tempat tinggal dari seseorang juga sangatlah berpengaruh pada
kebutuhan kehidupan. Sebagai contoh, orang yang hidup di pedesaan kebutuhannya
akan sangat berbeda jauh dengan orang yang tinggal di daerah perkotaan. Pola
kehidupan seseorang akan sangat di pengaruhi oleh lingkungan sekitar.

6. Kemajuan ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, maka
semakin besar juga produk-produk dan kebutuhan baru yang akan di ciptakan. Dan
dengan adanya produk-produk baru tersebut yang akan mempengaruhi kehidupan
manusia pada suatu wilayah, mereka akan berusaha memiliki teknologi-teknologi
baru. Maka kebutuhan akan produk-produk baru sudah mulai bermunculan.

7. Perbedaan Selera
Ketika seseorang mempunyai selera yang tinggi, untuk memiliki kebutuhan apresiasi
seni yang tinggi, maka orang tersebut akan memenuhi kebutuhan seni mereka.
.

4
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Manusia sebagai makhluk ekonomi (homo economicus) adalah manusia sebagai


makhluk hidup yang rasional, dimana selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya guna
mencapai kesejahteraan. Homo Economicus sebenarnya menegaskan bahwa manusia
memiliki kebutuhan yang beragam dan tidak pernah merasa puas. Manusia memiliki sifat
untuk senantiasa memperbaiki dan meningkatkan kualitas dalam hidupnya. Artinya manusia
sebagai makhluk ekonomi bersikap rasional, segala perilaku dan kegiatannya selalu
memperhitungkan keuntungan yang diperoleh.

B. Saran

Setiap manusia memiliki kebutuhan dan berusaha memenuhi kebutuhannya. Namun,


tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi. Kita sebagai manusia harus tahu mana yang lebih
dahulu diutamakan untuk dipenuhi seperti pangan, sandang dan papan. Sedangkan untuk
keinginan, manusia tiak pernah merasa puas. Untuk itu, kita sebagai manusia harus menjaga
nafsu yang sesaat tersebut, dan tunggu hingga waktunya tepat. Kita tidak boleh mengikuti
nafsu yang rakus dan berpikir masih banyak orang yang lebih susah dibandingkan dengan
kita.

5
DAFTAR PUSTAKA

Gadek (2019, 29 Mei ).Pengertian Manusia Sebagai Makhluk Ekonomi dan Faktornya.

Dikutip 28 September 2019 dari Ayok Sinau.com :

https://www.ayoksinau.com/manusia-makhluk-ekonomi/

Maharani, Septiana D. 2008.Filsafat Manusia Unsur-Unsur dan Problematikanya.

Yogyakarta: Kepel Press.

Anda mungkin juga menyukai