NIM : 135190062
Kelas : Agribisnis B
Sifat dan bentuk pasar di pengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari kedudukan
ekonomi petani, peranan kebijaksanaan pemerintah, hingga hubungan antara pasar
dalam negeri dengan pasar luar negeri.
Sebagai contoh khusus untuk padi, terutama di Jawa, menjelang panen ini
disebut masa paceklik yaitu masa di mana persediaan bahan makanan bagi
masyara kat minimum dan dengan demikian harga-harga paling tinggi. Di Jawa saat-
saat paceklik ini terjadi pada bulan Desember-Februari menjelang panen musim
kemarau. Masa-masa paceklik ini adalah masa-masa yang paling kritis bagi petani
terutama petani-petani subsisten atau setengah subsisten yang tanahnya sangat
sempit. Kalau panenan benar benar gagal, maka harga beras melonjak tinggi sekali.
Konsumen di kota yang biasanya mengharapkan penambahan persediaan dan
penjualan dari desa tidak terpenuhi, ditambah dengan para petani produsen kecil
yang biasanya menjual kini berubah menjadi pembeli ke kota-kota. Variasi dan
kegoncangan-kegoncangan harga ini merupakan sifat yang khas dari hasil-hasil
pertanian. Kegoncangan-kegoncangan harga ini biasanya terjadi pada negara
berkembang seperti negara kita yang disebabkan oleh :
1. peranan sektor pertanian masih sangat penting
2. sebagai akibat, dan berhubungan erat dengan kenyataan tersebut,
pemerintah dan sektor-sektor di luar pertanian belum mampu menyum bang
stabilisasi harga-harga hasil pertanian itu.
Di negara-negara seperti di Amerika Serikat sektor pertanian hanya memberikan
lapangan kerja pada kira-kira 5% (1961-1965) dari seluruh tenaga kerja, sehingga
dengan berbagai cara pemerintah dapat menyusun kebijaksanaan pertanian yang
sifatnya menjaga kestabilan harga-harga dan pendapatan pertanian dengan bantuan
dana-dana dari sektor-sektor lain di luar pertanian.
Dalam teori ekonomi, faktor jumlah (banyaknya) pembeli dan penjual dalam
tataniaga dianggap memegang peranan sangat penting dalam menentukan bentuk
dan sifat-sifat pasar. Bentuk yang ekstrim adalah persaingan sempurna di mana
terdapat banyak pembeli dan penjual yang saling bersaingan. Pembeli bersaing
untuk mendapatkan barang dan penjual bersaing untuk mencari pembeli. Karena
jumlah penjual dan petani yang banyak itu maka masing-masing tidak mampu mem
pengaruhi dan menentukan harga yang terjadi. Tetapi di samping faktor jumlah
pembeli dan penjual ada tiga faktor lain yang harus dipenuhi supaya ada persaingan
sempurna yaitu sifat barang yang diperdagangkan harus homogen (sama), ada
kebebasan dari penjual dan pembeli untuk ke luar masuk pasar (free entry dan free
exit), dan pengetahuan yang sempurna dari penjual dan pembeli.
Kalau suatu pasar tidak sempurna maka pasar itu dapat bersifat monopoli
(atau monopsoni) atau oligopoli (atau oligopsoni). Dalam monopoli, hanya ada satu
penjual untuk memenuhi kebutuhan pembeli jumlahnya banyak; sedangkan dalam
monopsoni, sebaliknya, hanya ada satu pembeli berhadapan dengan penjual yang
banyak jumlahnya. Pasar oligopoli adalah suatu bentuk pasar yang terdapat
beberapa penjual dimana salah satu atau beberapa penjual bertindak sebagai
pemilik pangsa pasar terbesar (price leader). Sedangkan pasar oligopsoni adalah
kondisi pasar dimana terdapat beberapa pembeli, masing-masing pembeli memiliki
peranan cukup besar untuk mempengaruhi harga.
Analisa struktur tataniaga yang digunakan adalah komoditi padi dan kopi.
Padi
Pada saluran swasta, petani menjual padi/gabah kepada para tengkulak atau
pedagang kecil yang ada di desa-desa atau khusus datang dari kota. Pedagang-
pedagang kecil ini kemudian menggilingkan padi/gabahnya pada huller kecil-kecil di
desa setempat atau menjualnya langsung pada penggilingan padi besar. Bila
padi/gabah digilingkan sendiri maka beras hasilnya dibawanya ke kota untuk dijual
pada pedagang-pedagang beras besar dan kemudian pedagang-pedagang beras
besar (wholesaler, grosir) ini menjualnya lagi kepada pedagang pengecer.
Pedagang-pedagang beras besar biasanya mempunyai penggilingan sendiri.
Untuk beras yang diperdagangkan melalui saluran pemerintah (Bulog) maka pada
tingkat terbawah (desa, kecamatan atau kabupaten) sebenarnya masih juga melalui
pedagang-pedagang swasta. Bulog hanya mengadakan kontrak pembelian minimum
5 ton dengan pedagang-pedagang beras kecil atau penggilingan-penggilingan padi
di ibukota, kabupaten, atau provinsi. Setelah beras disetor pada gudang
Bulog/Depolog maka beras itu di simpan sebagai stok pemerintah untuk keperluan
pembagian pada anggota-anggota TNI, pegawai negeri dan perusahaan-
perusahaan negara dan sebagian lagi sebagai buffer stok nasional baik untuk
keperluan injeksi maupun untuk keperluan lain-lainnya. Dalam injeksi ini Bulog
menggunakan pedagang-pedagang besar tertentu untuk menjual beras dengan
harga yang telah ditentukan oleh Bulog dan pedagang-pedagang besar ini
menggunakan para pengecernya yang tersebar di seluruh bagian kota.
Pada saluran pemerintah juga pasar pengumpul lokal dan regional digunakan, tetapi
setelah itu dikenal Lembaga Dolog sebagai lembaga tata niaga transit yang besar
dengan cabang-cabangnya sampai di kota-kota kabupaten atau paling sedikit kota
propinsi. Dari Dolog beras dikirim melalui pasar/distribusi terakhir yang dapat
berupa:
1. Kantor-kantor Pemerintah termasuk TNI untuk para pegawainya;
2. Pedagang-pedagang besar dan kecil untuk beras injeksi
3. Pengiriman antar daerah yaitu dari daerah surplus ke daerah defisit. Pada
kantor Dolog yang terakhir beras didistribusikan melalui salah satu dari dua
kemungkinan di atas yaitu melalui kantor-kantor pemerintah atau melalui
pedagang-pedagang besar dan pedagang pengecer.
Kopi
Saluran tataniaga kopi di semua daerah pada umumnya sama yaitu dari petani kopi
dijual pada pedagang pengumpul (tengkulak) yang datang ke desa-desa. Pedagang
pengumpul ini kemudian menjualnya kepada pedagang lokal yang seterusnya
mengirimnya kepada eksportir di kota kota pelabuhan. Eksportir yang menerima kopi
dari pedagang lokal da pat dibagi dua yaitu eksportir produsen dan eksportir biasa.
Eksportir produsen memiliki mesin pengolahan dan berspesialisasi dalam kopi,
sedangkan eksportir biasa adalah eksportir hasil-hasil pertanian/hasil bumi pada
umumnya yang di samping hasil-hasil lain juga mengekspor kopi. Eksportir yang
terakhir ini tidak memiliki fasilitas-fasilitas pengolahan.
Kopi yang dihasilkan perkebunan-perkebunan diekspor langsung oleh perkebunan-
perkebunan yang bersangkutan. Kopi untuk pasaran dalam negeri dijual oleh
perusahaan-perusahaan pengolahan kopi pada pedagang-pedagang besar yang
kemudian menjualnya lagi ke pada pedagang pengecer.
CATATAN :
A. Petani Produsen mengolah kopi menjadi kopi beras kualitas asalan.
B. Tengkulak desa merupakan tengkulak pengumpul yang mendatangi desa desa
merupakan tangan kanan dari pedagang lokal C yang menyediakan modal dan alat
pengangkutan bagi B.
C. Pedagang lokal (di kecamatan) disebut Cengkau, pengumpul kopi dari tengkulak
dan petani yang menjual langsung.
D. Pedagang hasil bumi ( di Ibu Kota Telukbetung) kedudukannya sama de ngan C
tapi lebih besar.
E. Eksportir membeli kopi dari D.C dan kadang-kadang juga dari B dan A. Eksportir
ini mensortir/mengolah untuk kualitas ekspor.
F. Pedagang luar negeri.
Kini persoalan ini telah dicoba diatasi dengan pendirian Bank-bank Unit Desa
yang di samping bertujuan untuk memberikan kredit yang mudah dan ringan pada
petani juga mempertimbangkan pemberian kredit-kredit penyimpanan (storage cre
dit) kepada petani atau koperasi-koperasi petani.