Disusun oleh
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berbagai hal di dunia ini pasti tidak terlepas dari sejarah yang akan terus
abadi sepanjang masa, salah satu diantaranya adalah perumusan dasar negara kita
tercinta yakni Pancasila. Secara historis, bangsa Indonesia telah melewati berbagai
peristiwa yang telah membentuk karakteristik bangsa. Keotentikan sejarah suatu
bangsa diperlukan dalam menjaga keberlangsungan bangsa kita, khususnya
sejarah pembentukan dasar negara.
1
Dinamika Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia memperlihatkan
adanya pasang surut dalam pemahaman dan pelaksanaan nilai-nilai Pancasila1.
Banyak yang mengganggap Pancasila sebagai elit politik yang hanya digunakan
para penguasa. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman dari sejarah perjuangan
bangsa Indonesia dalam upaya mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang erat kaitannya dengan perumusan Pancasila sebagai dasar Negara dan
memahami nilai-nilai Pancasila secara utuh terutama Pancasila sebagai jati diri
bangsa.
1
Paristiyanti Nurwardani, Hestu Yoga Saksama, dkk, Pendidikan Pancasila, (Jakarta: Direktorat
Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, 2016), Hal 66
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sekitar tahun 400 Masehi, Raja Kerajaan Kutai yakni Raja Mulawarman
membagikan sedekah kepada kaum brahmana yang tertulis dalam yupa. Para
Brahmana membangun yupa tersebut sebagai tanda terima kasih kepada raja
mereka yang dermawan. Kerajaan Kutai sebagai pembuka zaman sejarah
Indonesia untuk pertama kalinya ini telah menampilkan nilai-nilai seperti nilai
ketuhanan dimana rakyat kerajaan telah mengamalkan ajaran Hindu. Selain itu
Wilayah kekuasaan Kerajaan Kutai yang luas dan kehidupan rakyatnya yang
sejahtera dan makmur menampilkan nilai kerakyatan dan juga persatuan.
3
Wilayah kekuasaan Majapahit yang membentang dari semenanjung
Melayu sampai Irian Barat tidak terlepas dari Sumpah Palapa yang diucapkan
oleh Mahapatih Gajah Mada pada tahun 1331 yang berisi cita-cita mempersatukan
seluruh nusantara yakni: “Saya baru akan berhenti berpuasa makan pelapa,
jikalau seluruh nusantara bertakluk di bawah kekuasaan negara, jikalau Gurun,
Seram, Tanjung, Haru, Pahang, Dempo, Bali, Sunda, Palembang, dan Tumasik
telah dikalahkan”.
2
Syamsir, Ali Imran dkk, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi, (Palembang: BKS PTN-
Barat, 2017), Hal 59
4
2.2. Pancasila Era Zaman Penjajahan
5
bangsa Portugis dari Maluku pada tahun 1575. Bangsa Portugis yang terusir dari
Maluku ini kemudian menyingkir ke Pulai Timor dan berkuasa di Timor Timur
hingga menjelang akhir abad ke-20.
6
Perlawanan Kesultanan Banten dimulai karena persaingan dagang dengan
VOC dan gangguan VOC terhadap politik Kerajaan Banten. Sultan Ageng
Tirtayasa pada akhirnya melawan VOC dengan bekerja sama dengan pedagang-
pedagang asing lainnya, seperti pedagang Inggris. Sultan Ageng kemudian
menyerang kapal-kapal VOC yang ada di perairan Banten serta wilayah-wilayah
yang berbatasan dengan Batavia, seperti peperangan di daerah Angke dan
Tangerang pada tahun 1658–1659.
Perlawanan rakyat Maluku dilakukan karena mereka tidak mau orang Belanda
kembali ke wilayah mereka. Saat Thomas Stamford Raffles berkuasa di Hindia
Belanda, beberapa aturan VOC seperti praktik monopoli dagang dan kerja rodi
tidak diterapkan. Namun, saat Belanda kembali berkuasa pada tahun 1817, aturan-
aturan yang menindas seperti praktik monopoli perdagangan cengkih dan kerja
rodi kembali diterapkan. J.R van den Berg, Residen Saparua yang baru pada saat
itu, juga dianggap tidak peka pada keluhan rakyat. Belanda juga memaksa para
pemuda Maluku untuk menjadi tentara yang ditugaskan ke Jawa.
7
sebuah negara, namun karena belum terorganisir secara nasional hal tersebut
masih sulit untuk diwujudkan.
8
untuk mewujudkan suatu bangsa yang memiliki kehormatan akan kemerdekaan
dan kekuataannya sendiri.
Isi Sumpah Pemuda yakni berisi pernyataan bahwa Putra Putri Indonesia
Bertanah air satu tanah air Indonesia, Berbangsa satu bangsa Indonesia, dan
berbahasa satu bahasa Indonesia. Kemudian bersamaan dengan itu
dikumandangkanlah Lagu Indonesia Raya ciptaan W.R Supratman yang
merupakan Lagu Kebangsaan negara kita hingga sekarang.
3
Tiga serangkai adalah julukan untuk tiga tokoh pendiri Indische Partji yakni Dowwes Dekker,
Suwardi Suryaningrat, dan Cipto Mangunkusumo,
4
Syamsir, Ali Imran dkk, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi, (Palembang: BKS PTN-
Barat, 2017), Hal 61
9
Pada tanggal 7 Desember 1941 meletuslah Perang Pasifik dengan
dibomnya Pangkalan Pearl Harbour oleh Jepang. Jepang dengan serangan kilatnya
berhasil menduduki daerah-daerah jajahan sekutu termasuk Indonesia. Serangan
Jerman terhadap Belanda saat berlangsungnya perang dunia II ditambah dengan
kedatangan Jepang di Indonesia membuat Belanda terpaksa menyerah terhadap
Jepang pada 8 maret 1942 melalui perundingan Kalijati dan berpindahlah kuasa
penjajah dari pemerintah kolonial Belanda kepada pemerintah militer Jepang.
Perampasan harta dan kekayaan serta kerja paksa rakyat untuk Jepang
dalam perang Pasifik menjadi derita dalam kehidupan rakyat Indonesia. Selain
itu, pemaksaan ritual menyembah matahari terbit tidak dapat diterima oleh rakyat
Indonesia yang mayoritas sudah memeluk Islam pada saat itu menimbulkan
kekecewaan besar sehingga muncullah perlawanan-perlawanan dari rakyat
Indonesia, diantaranya perlawanan PETA di Blitar, perlawanan K.H. Zaenal
5
Syamsir, Ali Imran dkk, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi, (Palembang: BKS PTN-
Barat, 2017), Hal 62
10
Mustafa di Singaparna yang menolak seikerei6, perlawanan rakyat Indramayu,
perlawanan rakyat Aceh, dan perlawanan rakyat lainnya yang menolak keras
kesewenangan Jepang.
Memasuki tahun 1944, Posisi Jepang dalam perang Pasifik yang semula
dimenangkan Jepang mulai berbalik ke pihak Sekutu dimana wilayah-wilayah
yang diduduki oleh Jepang berhasil direbut kembali oleh sekutu sehingga
pertahanan Jepang mulai goyah dalam mempertahankan wilayah kekuasaannya.
6
Seikerei adalah penghormatan kepada kaisar Jepang dengan membungkukkan badan ke arah
matahari terbit
11
K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat didampingi oleh dua orang Wakil Ketua yaitu
Raden Panji Suroso dan Ichibangase (orang Jepang).
1. Peri kebangsaan
2. Peri kemanusian
3. Peri Ketuhanan
4. Peri kerakyatan (permusyawaratan, perwakilan, kebijaksanaan)
5. Kesejahteraan rakyat (keadilan sosial).
Dalam pidatonya pada sidang BPUPKI 31 Mei 1945, Prof. Dr. Supomo
mengemukakan teori-teori negara sebagai berikut:
12
Selanjutnya dalam kaitannya dengan dasar filsafat negara Indonesia
Soepomo mengusulkan hal-hal mengenai: kesatuan, kekeluargaan, keseimbangan
lahir dan batin, musyawarah, keadilan rakyat.
c. Ir. Soekarno
7
Sarbini, Reja Fahlevi, Pendidikan Pancasila Pendekatan Berbasis Nilai-Nilai (Sleman: Aswaja
Pressindo, 2018), Hal 72
13
Sietelah sidang pertama selesai, di tanggal 1 Juni 1945 BPUPKI
membentuk Panitia Kecil yang disebut Panitia 9 yang diketuai oleh Ir.Soekarno.
Tugas dari panitia 9 ini adalah mengumpulkan dan memeriksa usul-usul yang
masuk dan menentukan kebulatan pendapatnya.
Akhirnya sidang BPUPKI menerima hasil kerja panitia itu dan Setelah
menyelesaikan tugasnya, BPUPKI dibubarkan dan sebagai gantinya dibentuklah
Panitia Pesiapan Kemedekaan Indonesia pada tanggal 9 Agustus 1945.
14
Kemenangan Sekutu atas Perang Dunia II membawa angin segar bagi
Indonesia yang sedang mempersiapkan kemerdekaan. Pemboman Kota Hiroshima
dan Nagasaki pada tanggal 6 dan 9 Agustus membuat Jepang harus mengakui
kekalahannya. Pada 14 Agustus 1945, Jepang menyerah kepada sekutu tanpa
syarat.
15
bahwa proklamasi akan dibacakan di halaman rumah Ir. Soekarno di jalan
Pegangsaan Timur 56 Jakarta pada pukul 10:00 WIB. Proklamasi dilaksanakan
pada tanggal 17 Agustus 1945, pada hari Jum’at, 17 Ramadhan, dan naskah
proklamasi yang ditandatangani oleh Soekarno dan M.Hatta, atas nama rakyat
Indoneia bertanggal 17 Agustus 1945 yang dibacakan oleh Soekarno didampingi
oleh Moh.Hatta.
16
2.4. Pancasila Pasca Kemerdekaan
Beralih dari orde lama, Indonesia memasuki masa orde baru yang dimulai saat
Mayjen Soeharto resmi ditetapkan menjadi presiden. Dalam masa
pemerintahannya, presiden Soeharto berusaha untuk memulihkan kembali
beberapa kekacauan yang sebelumnya pernah terjadi di Indonesia. Upaya
pemulihan kembali ini dituangkan dalam program Repelita atau Rencana
Pembangunan Lima Tahun, diadakannya PEMILU, pendidikan pelaksanaan
pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila, serta pemerataan
pembangunan.
Upaya pemulihan yang dilakukan oleh presiden Soeharto ini mengacu pada
nilai yang terkandung dalam Pancasila. Contohnya pemerataan pembangunan ini
17
bisa dikaitkan dengan sila kelima Pancasila, yakni Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Namun, dalam pemerintahan orde baru juga ditemui beberapa
masalah seperti KKN atau Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dan adanya dwifungsi
ABRI.
8
Sarbini, Reja Fahlevi, Pendidikan Pancasila Pendekatan Berbasis Nilai-Nilai (Sleman: Aswaja
Pressindo, 2018), Hal 97
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
19
DAFTAR PUSTAKA
20