Zakat menurut bahasa berasal dari bahasa arab za-kaa, yang berarti tumbuh berkembang, suci bersih, berkah
dan pujian. Menurut istilah, zakat merupakan kewajiban muslim yang kaya - yang diberi karunia lebih oleh
ALLAH SWT (memilki kekayan minimum setara 200 (dua ratus) dirham atau 85 gr (delapan puluh lima
gram emas setahun) untuk menegakkan keadilan sosial.
Prinsip-Prinsip Zakat
1. Prinsip keyakinan: perintah zakat berkaitan dengan shalat- kesalehan individu prinsip kepastian: jumlah yang
harus dibayar dan batas nisab jelas.
2. Prinsip kemudahan: muzakky bisa menghitung sendiri atas dasar keyakinan dan kerelaan.
3. Prinsip keadilan dan persaman: ketentuan zakat ini adalah ketentuan syara' (ALLAH dan Rasul-Nya) dimana
perhitungan zakat selalu mempertimbangkan depresiasi (penyusutan), produktivitas dan keuntungan.
4. Prinsip produktivitas: mencegah kecenderungan untuk menimbun sumber daya ekonomi dan uang tunai yang
tidak digunakan, sebaliknya ia mendorong kuat untuk menginvestasikan persediaan yang tidak terpakai ini.
Harta Yang Wajib Dizakatkan, Nisab dan
Kadar Zakatnya.
1. Emas dan perak (tabungan) dan laba perdagangan (saham, sero, obligasi?) 2,5%
2. ternak dan hewan domestik
3. Hasil (bumi) pertanian, 5- 10%
4. mesin industri (pabrik) dan hasil pabrik 10% dari hasil bersih setelah dikurangi depresiasi.
5. Rikaz (tambang, mineral dan harta terpendam) 20%
6. Hotel dan sewa akomodasi lainnya 2,5% dengan mempertimbangkan produktivitas dan keuntungan.
Mustahik Zakat
1. Fakir Miskin
2. Amil Zakat
3. Muallaf
4. Pembebasan Budak
5. Gharimin (orang yang berhutang)
6. Fi sabilillah
7. Ibn Sabil
Orang yang Haram Menerima Zakat
1. Muhammad Rasulullah SAW beserta keluarganya dari keturunan Bani Hasyim dan Bani Muthalib
mengingat kedudukan beliau sebagai pemimpin dari Ahl Bait, umat diantara tugasnya adalah memungut
zakat dari kaum beriman (muslimin).
2. Istri, anak, ayah dan semua keturunan muzakky.
3. Orang kafir atau murtad tidak berhak menerima zakat.
4. Orang yang menghabiskan waktunya untuk mengerjakan ibadah ritual (ahli ibadah) sehingga tidak ada lagi
waktu luang untuk mencari nafkah, sementara ia memiliki tenaga dan kemampuan tuk itu, maka ia tidak
berhak atas zakat.
Manajemen Pengelolaan Zakat
Untuk pengelolaan zakat secara protesional perlu diidentifikasi dan diperhatikan beberapa persoalan berikut:
1. Tingkat kemiskinan dan kompleksitas masalah kemiskinan itu sendiri
2. Besarnya dana yang diberikan
3. Cara harta Zakat itu dipergunakan
4. Kemampuan penerima zakat (mustahik)
5. Bentuk Zakat yang diberikan
Lanjutan...
Alternatif yang mungkin dilakukan untuk mendorong karya usaha mandiri mustahik:
1. Dapat mensucikan jiwa muzakki dari sifat tercela seperti kikir, individualisme, angkuh, dan lain-lain.
2. Untuk membersih kan harta dari kemungkinan bercampurnya hak orang lain [QS At-Taubah: 103].
3. Untuk mendistribusikan harta dengan baik schingga tidak hanya dimiliki oleh orang-orang kaya saja (Q5.
Al-Hasyr: 7].
4. Untuk memenuhi kepentingan umum, seperti jembatan, masjid, irigasi, dan lain-lain.
5. Untuk meningkatkan kualitas hidup manusia
Dimensi zakat
Dimensi
3. Ekonomi Ibadah Zakat
Perintah zakat membawa implikasi kepada pemahaman konsep iman dan kafir dalam analisis sosial-ekonomi.
2. Dimensi Sosial Ibadah Zakat
Zakat fitrah termasuk dalam kategori zakat untuk Kepentingan konsumtif dan hanya untuk mengatasi Kelaparan
pada hari raya, senilai 2,5 kg beras. Implkasi zakat dari segi perbaikan dalam konsumsi dapat dilihat dengan
meningkatnya daya beli masyarakat fakir misikin dalam pemenuhan kebutuhan pokok.
3. Dimensi Ekonomi Ibadah Zakat
Meningkatnya konsumsi masyarakat akan mendorong tindakan investasi dan produksi. Karena itulah program
recoveri ekonomi bagi gharimin (konglomerat muslim yang jatuh pailit) dan pembebasan budak (riqab) menjadi
relevan.
4. Dimensi Politik Ibadah Zakat
Meningkatnya konsumsi masyarakat yang disertai dengan perbaikan invastasi dan produksi pada sektor riil
(mikro) akan memperbaiki sektor makro ekonomi, di mana devisa (tabungan) negara akan meningkat.