Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ZAKAT MAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqh dan Manajemen Zakat di
Indonesia
Dosen Pengampu: Dr. H. Moh. Toriquddin,Lc, M.HI

Disusun oleh:

Syahnaz Bahmid (200202110083)


Rofli Agus Hidayat (200202110085)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2022/ 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia.
Shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW
yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan Sunnah untuk
keselamatan umat di dunia. Makalah ini merupakan pertanggung jawaban dari
tugas mata kuliah Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia padaUnivesitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Selanjutnya penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. H. Moh. Toriquddin, Lc,
M.HI, selaku Dosen pembimbing mata kuliah Fiqh dan Manajemen Zakat di
Indonesia dan pada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan
selama penulisan makalah ini. Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat
kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, 27Februari 2022

Kelompok 2
DAFTAR ISI

BAB I .................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ............................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 5
BAB II................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ................................................................................................... 6
B. Dasar Hukum .............................................................................................. 7
C. Syarat Zakat Mal ......................................................................................... 8
D. Macam-macam Zakat Mal dan Pembagiannya ............................................. 8
BAB III ............................................................................................................... 13
ZAKAT MAL MASA KLASIK DAN KONTEMPORER ............................... 13
A. Pengelolaan Zakat di Dunia Islam Klasik................................................... 13
B. Pengelolaan Zakat di Dunia Islam Modern ................................................ 15
BAB IV ............................................................................................................... 18
PENUTUP .......................................................................................................... 18
A. Kesimpulan ............................................................................................ 18
B. Saran...................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 19
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Zakat merupakan salah satu rukun Islam. Zakat adalah ibadah
mâliahijtima’iyyah yang memiliki posisi yang strategis dan menentukan bagi
pembangunan kesehjateraan umat. Zakat tidak hanya berfungsi sebagai suatu
ibadah yang bersifat vertikal kepada Allah (hablum min Allah), namun juga
berfungsi sebagai wujud ibadah yang bersifat horizontal (hablumminanas). 1

Zakat adalah rukun ketiga dari rukun islam yang lima, yang merupkan pilar
agama yang tidak dapat berdiri tanpa pilar ini. Zakat, hukumnya wajib’ain (fardu
‘ain) bagi setiap muslim apabila telah memenuhi syarat syarat yang telah ditentukan
syariat.2

Fungsi zakat meliputi bidang moral, social dan ekonomi. Dalam bidang moral,
zakat mengkikis ketamakan dan keserakahan hati si kaya. Adapun dalam bidang
sosial, zakat berfungsi untuk menghapuskan kemiskinan dari masyarakat. Di bidang
ekonomi, zakat mencegah penumpukan kekayaan ditangan sebagian kecil manusia
dan merupakan sumbangan wajib kaum muslimin untuk perbendaharaan negara.3

Macam-macam zakat yaitu zakat fitrah dan zakat mal. Zakat fitrah adalah zakat
yang wajib dikeluarkan oleh umat Islam sebelum menjelang hari raya idul fitri.
Zakat mal adalah zakat harta yang dikeluarkan dari penghasilan seperti profesi,
emas perak, pertambangan, peternakan, dan pertanian.

Makalah ini akan menjelaskan mengenai zakat mal dalam perspektif fikih klasik
dan kontemporer (Pendayagunaan zakat mal).

1
Nurul Huda,Zakat PerspektifMikro-MakroPendekatan Riset (Jakarta:PrenadamediaGrup, 2015),25.
2
HikmatKurnia, A Hidayat, PanduanPintar Zakat (Jakarta: Qultum Media, 2008), 2.
3
Ibid, 11.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Zakat Mal?
2. Apa dasar hukum Zakat Mal?
3. Apa Syarat-syarat Zakat Mal?
4. Apa saja macam-macam zakat Mal ?
5. Bagaimana pengelolaan zakat Mal pada masa klasik ?
6. Bagaimana pengelolaan zakat mal pada masa kini ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Zakat Mal.
2. Untuk mengetahui dasar hukum adanya Zakat Mal.
3. Untuk mengetahui Syarat-syarat Zakat Mal.
4. Menyebutkan macam-macam zakat Mal.
5. Menjelaskan cara pengelolaan zakat mal pada era klasik.
6. Menjelaskan cara pengelolaan zakat pada era modern.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Zakat Mal

Zakat secara etimologis berasal dari kata yang berarti tumbuh, kesuburan
dan pensucian. Kata zakat digunakan untuk pemberian harta tertentu karena di
dalamnya terdapat suatu harapan mendapat berkah, mensucikan diri dan
menumbuhkan harta tersebut untuk kebaikan.4

Adapun menurut terminologis, zakat diartikan sebagai pemberian sesuatu


yang wajib diberikan dari sekumpulan harta tertentu, menurut sifat - sifat dan
ukuran tertentu kepada golongan tertentu yang berhak menerimanya.5

Kata mal jamak dari kata amwal dapat diartikan sebagai segala sesuatu
yang diinginkan sekali oleh manusia untuk memiliki dan menyimpannya. Pada
mulanya kekayaan sepadan dengan dengan emas dan perak, namun kemudian
berkembang menjadi segala barang yang dimiliki dan disimpan.6

Dalam kitab Fathul Mu’in disebutkan zakat mal ( harta benda ) yaitu zakat
yang di keluarkan dari harta benda tertentu misalanya emas, perak, binatang,
tumbuhan (biji - bijian), dan harta perniagaan.7 Para pemikir ekonomi Islam
kontemporer mendefinisikan zakat mal sebagai harta yang telah ditetapkan
oleh pemerintah atau pejabat berwenang, kepada masyarakat umum atau
individu yang bersifat mengikat dan final, tanpa mendapat imbalan tertentu
yang dilakukan pemerintah sesuai dengan kemampuan pemilik harta, yang
dialoksikan untuk memenuhi kebutuhan delapan golongan yang telah
ditentukanoleh Al - Qur’an, serta untuk memenuhi tuntutan politik bagi
keuangn Islam. 8

4
SayidSabiq, FiqihSunnah (BaerutLibanon: Dar al - Fikr, 1983), 276.
5
Dr. WahbahZuhailiy, Al-Fiqhu al-Islamiwa-Adalatuhu (Damaskus: Dar al - Fikr, 1409), 730.
6
Mursyidi, Akutansi Zakat Kontemporer(Bandung: RosydaKarya, 2003),89.
7
Zainuddin bin Muhammad Al–Ghazali Al-Malibari, Fath Al - Mu’in, (Bairut : Darul Al – Fikri,tt)
8
NurdinMuhd Ali, Zakat Sebagai Instrument DalamKebijakanFiskal (Jakarta : Raja
GrafindoPersada, 2006), 6.
B. Dasar Hukum

Sebagai salah satu rukun Islam, zakat adalah fardhu ‘ain dan kewajiban
ta’abuddi. Dalam Al - Qur'an perintah zakat sama pentingnya dengan perintah
shalat.9 Zakat merupakan rukun agama Islam yang sama dengan rukun-rukun
agama Islam yang lain, merupakan fardhu dari fardhu - fardhu agama yang
wajib diselenggarakan. Di dalam Al-Qur'an banyak ayat yang menyuruh kita
untuk melaksanakan dan menunaikan zakat. Sedemikian pula banyak sekali
hadis yang menganjurkan dan memerintah kita memberikan zakat. Terdapat
dalam Qs. Al-Baqarah ayat 267:

َ‫س ْبت ُ ْم َو ِم َّما ٰٓ ا َ ْخ َرجْ نَا لَ ُك ْم ِمن‬َ ‫ت َما َك‬ ِ ‫طيِ ٰب‬َ ‫ٰيٰٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْٰٓوا اَ ْن ِفقُ ْوا ِم ْن‬
ٰٓ َّ ‫ْث ِم ْنهُ ت ُ ْن ِفقُ ْونَ َولَ ْست ُ ْم ِب ٰا ِخ ِذ ْي ِه ا‬
ُ ‫ِْل اَ ْن ت ُ ْغ ِم‬
‫ض ْوا‬ َ ‫ض ۗ َو َْل تَ َي َّم ُموا ْال َخ ِبي‬ ِ ‫ْاْلَ ْر‬
‫ي َح ِميْد‬ ‫فِ ْي ِه ۗ َوا ْعلَ ُم ْٰٓوا اَ َّن ه‬
ٌّ ِ‫ّٰللاَ َغن‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari
hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami
keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk
untuk kamu keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya
melainkan dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Dan
ketahuilah bahwa Allah Mahakaya, Maha Terpuji” (QS. Al-Baqarah
ayat 267).

Ibnu Katsir menafsirkan ayat tersebut bahwa Allah SWT


memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman untuk berinfak. Yang
dimaksud dengan infak dalam ayat ini ialah bersedekah. Menurut Ibnu Abbas,
sedekah harus diberikan dari harta yang baik (yang halal) yang dihasilkan oleh
orang yang bersangkutan.Menurut Mujahid, yang dimaksud dengan hasil usaha
ialah berdagang, Allah telah memudahkan cara berdagang bagi mereka.
Menurut Ali dan As-Saddi, makna firman-Nya: dari hasil usaha kalian yang
baik., Yakni emas dan perak, juga buah-buahan serta hasil panen yang telah
ditumbuhkan oleh Allah di bumi untuk mereka.Ibnu Abbas mengatakan bahwa

9
SahalMahfudh, NuansaFiqihSosial(Yogyakarta: PustakaPelajar, 1994).
Allah memerintahkan kepada mereka untuk berinfak dari sebagian harta
mereka yang baik, yang paling disukai dan paling disayang. Allah melarang
mereka mengeluarkan sedekah dari harta mereka yang buruk dan jelek serta
berkualitas rendah, karena sesungguhnya Allah itu Mahabaik, Dia tidak mau
menerima kecuali yang baik. Karena itulah dalam firman selanjutnya
disebutkan:Dan janganlah kalian memilih yang buruk-buruk, lalu kalian
nafkahkan darinya, padahal kalian sendiri tidak mau mengambilnya.Yakni
janganlah kalian sengaja memilih yang buruk-buruk. Seandainya kalian diberi
yang buruk-buruk itu, niscaya kalian sendiri tidak mau menerimanya kecuali
dengan memicingkan mata terhadapnya. Allah Mahakaya terhadap hal seperti
itu dari kalian, maka janganlah kalian menjadikan untuk Allah apa-apa yang
tidak kalian sukai. 10

C. Syarat Zakat Mal

Zakat mal atau harta adalah segala sesuatu yang diinginkan oleh manusia
untuk dimiliki, dimanfaatkan, dan juga disimpan. Sesuatu inilah yang perlu
dikeluarkan zakatnya jika sudah memenuhi syaratnya. Syarat zakat mal adalah:

1. Milik penuh, bukan milik bersama;


2. Berkembang, harta tersebut bertambah atau berkurang bila diusahakan
atau mempunyai potensi untuk berkembang;
3. Cukup hisabnya tau sudah mencapai nilai tertentu;
4. Cukup haulnya atau sudah lebih dari satu tahun;
5. Lebih dari kebutuhan pokok; dan
6. Bebas dari hutang. 11

D. Macam-macam Zakat Mal dan Pembagiannya

Ismail bin Umar al-Quraisyi bin Katsir, “Al-Qur'an Surat Al-BaqarahAyat


10

267”,https://quranhadits.com/quran/2-al-baqarah/al-baqarah-ayat-267/, diakses pada 27 Februari


2022.

11
Kemenag RI, Panduan Praktis Zakat (kementrian agama republik Indonesia, 2013), 49.
Dalam ketentuan agama Islam, macam-macam zakat mal terbagi menjadi
macam. Pengeluaran zakat mal ini wajib bagi umat Islam dengan tujuan untuk
membersihkan dan menyucikan harta yang didapatkan. Macam-macam zakat
mal sendiri telah diatur dalam UU Nomor 23 Tahun 2011. Berikut ini adalah
penjelasan tentang zakat mal di negara Indonesia, diantaranya yaitu:
1. Zakat Perhiasan
Zakat mal perhiasan dapat diartikan sebagai salah satu dari beberapa
macam zakat mal yang wajib dikeluarkan oleh umat Islam. Dengan
catatan, perhiasan berupa emas, perak, dan logam mulia hingga mas
kawin yang dimiliki telah mencapai perhitungan atau nisab serta masa
kepemilikan selama satu tahun. Cara untuk menghitung zakat perhiasan
ini adalah dengan mengalikan 2,5 persen jumlah harta yang dimiliki.
Perhitungan syarat jumlah minimum atau biasa disebut dengan nisab
yang wajib dikeluarkan untuk mengeluarkan zakat perhiasan adalah
ketika telah mencapai jumlah hingga setara dengan harga emas 85 gram,
dengan catatan telah melewati masa haul atau satu tahun kepemilikan.
2. Zakat Uang dan Surat Berharga
Zakat mal uang atau surat berharga lainnya dapat dipahami sebagai
salah satu bagian dari macam-macam zakat mal yang wajib dikeluarkan
oleh seorang muslim. Zakat mal ini wajib apabila seorang muslim telah
mencapai nisob dan kepemilikan selama satu tahun. Cara menghitung
zakat mal uang atau surat berharga lainnya yaitu dengan mengalikan nilai
harta yang telah tersimpan dengan 2,5 persen.
3. Zakat Mal Hasil Perniagaan
Zakat mal perniagaan dapat dimaksudkan sebagai salah satu bagian
dari macam-macam zakat mal yang wajib dikeluarkan oleh seorang
muslim. Zakat mal jenis ini menjadi wajib ketika hasil usah
pertambangan telah mencapai jumlah nisob dan masa kepemilikan
selama satu tahun. Untuk penentuan syarat jumlah minimum dari zakat
mal hasil perniagaan ini adalah jumlah yang telah dikurangi biaya
operasional, kebutuhan primer, hingga membayar utang.
Cara penghitungan zakat mal hasil perniagaan adalah dengan
mengalikan jumlah harta yang terkumpul dengan 2,5 persen. Asas dalam
perhitungan yaitu sebagai berikut:
a) Nisobnya setara dengan emas senilai 85 gr dan kadar zakatnya
2,5 persen.
b) Acuan perhitungan yang digunakan annual report basis.
c) Komoditas yang diperdagangkan halal.
d) Diperhitungkan “before tax”.
e) Usaha atau perniagaan telah beroperasi selama 1 tahun Hijriyah.
f) Jika tidak dapat membayar zakat dengan uang, maka
diperbolehkan dengan materi lain yang memiliki nilai dan juga
sifat untuk dijual atau dibeli dengan pihak lain.
g) Dikenakan pada perdagangan atau perseroan.
h) Perhitungan zakat adalah (modal diputar + keuntungan +
piutang) – (hutang jatuh tempo) x 2,5 % = zakat.
4. Zakat Mal Hasil Pertanian, Perkebunan, Kehutanan
Zakat hasil penghasilan berupa pertanian, perkebunan dan juga
kehutanan dapat dimasukkan sebagai salah satu dari beberapa macam
zakat mal yang wajib dikeluarkan, ketika penghasilan dari pertanian,
perkebunan dan kehutanan sudah memasuki masa panen. Hasil pertanian
biasanya dalam bentuk tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang memiliki
nilai ekonomis atau dapat diperjual belikan,
Sebuah harta terhitung bisa dizakatkan apabila telah mencapai syarat
jumlah minimum. Dengan catatan, harta atau penghasilan tersebut sudah
dikurangi dengan biaya operasional, kebutuhan primer, hingga
membayar hutang. Nisab atau syarat jumlah minimum yang wajib
dikeluarkan adalah ketika mencapai jumlah setara dengan harga emas 85
gram. Cara perhitungan zakat mal penghasilan hampir sama seperti zakat
yang dibahas di atas, yaitu mengalikan jumlah harta yang dimiliki
dengan 2,5 persen
5. Zakat Mal Hasil Peternakan dan Perikanan
Zakat hasil dari perikanan dan peternakan sebagai salah satu dari
macam-macam zakat mal yang harus dikeluarkan. Syarat jumlah
minimum zakat peternakan adalah unta 5 ekor, sapi 30 ekor, kambing
atau domba 40 ekor.
Sementara itu, perhitungan zakat mal peternakan dan perikanan
adalah dengan mengalikan 2,5 persen jumlah harta yang dimiliki ketika
telah melewati masa haul.
6. Zakat Mal Hasil Pertambangan
Zakat mal pertambangan termasuk zakat yang wajib dibayarkan
selama sudah memenuhi syarat nisob dan haul. Barang pertambangan
sendiri adalah segala sesuatu yang merupakan hasil eksploitasi dari
dalam tanah untuk mendapatkan hasil alam. Dalam ketentuan sebuah
negara, pihak yang melakukan pertambangan biasanya adalah pihak
swasta dan juga pihak pemerintah.
Dalam menghitung zakat mal hasil pertambangan adalah dengan
mengalikan 2,5 persen jumlah hasil pertambangan yang didapatkan.
Syarat jumlah minimum atau nisob yang wajib mengeluarkan zakat uang
apabila jumlahnya sudah mencapai harga emas 85 gram dan juga telah
melewati haul.
7. Zakat Mal Hasil Perindustrian
Zakat perindustrian dapat dikatakan sebagai salah satu dari beberapa
macam zakat yang harus dibayarkan bagi pelaku usaha dibidang produksi
barang dan jasa. Zakat mal ini menjadi wajib dengan catatan harta dan
hasil industrinya telah mencapai nisob dan juga sudah dikurangi biaya
operasional, kebutuhan primer, dan membayar hutang.
Cara penghitungan zakat mal perindustrian adalah dengan
mengalikan jumlah harta yang terkumpul dengan 2,5 persen. Nisob atau
syarat jumlah minimum hasil perindustrian yang wajib dikeluarkan untuk
zakat uang adalah ketika nilainya sudah setara harga emas 85 gram
dengan masa kepemilikan selama satu tahun.
8. Zakat Mal dari Pendapatan
Zakat mal dari pendapatan adalah zakat yang dikeluarkan dari gaji
pembayaran atas kerja seseorang. Zakat mal biasa disebut sebagai zakat
profesi atau zakat penghasilan.
Dalam menghitung zakat mal dari pendapatan, jumlah penghasilan
yang didapatkan seorang muslim dapat dikalikan 2,5 persen. Bagi umat
muslim wajib mengeluarkan zakat uang apabila penghasilannya sudah
mencapai nisob atau syarat jumlah minimum. Selain itu, zakat mal yang
wajib dikeluarkan untuk zakat, jika jumlah harta yang dikumpulkan
sudah mencapai harga emas 85 gram dengan haul satu tahun
kepemilikan.
9. Zakat Mal Rikaz
Zakat rikaz adalah salah satu bagian dari beberapa macam zakat mal
yang wajib untuk disalurkan karena memiliki sifat sebagai harta temuan.
Kadar zakat harta temuan ini sendiri adalah 20% yang dikalikan 2,5%.
Dengan ketentuan, nilai dari harta temuan ini telah setara dengan harga
emas 85 gram dan juga masa kepemilikan selama satu tahun12.

12
Emka Umam, “Macam-macam Zakat Mal dari Ketentuan hingga Perhitungannya”.
https://www.gramedia.com/best-seller/macam-zakat-
mal/#:~:text=Macam%2Dmacam%20zakat%20mal%20berdasarkan,bagi%20umatnya%20dengan%
20sedemikian%20rupa. Diakses pada 8 Februari 2022
BAB III

ZAKAT MAL MASA KLASIK DAN KONTEMPORER

A. Pengelolaan Zakat di Dunia Islam Klasik


Islam turun ke dunia sebagai rahmatan lil alamin. Salah satu misi Islam
adalah untuk mengentaskan kemiskinan. Ajaran zakat dalam Islam adalaha
simbol kepedulian sosial terhadap kesenjangan ekonimi, perhatiian atas
fenomena kemiskinan, dan cita-cita akan kesejahteraan umat. Melalui zakat,
Islam tidak akan membiarkan kemiskinan merajalela dan menjamur diatas
pentas sejarah hidup manusia. Berikut ini adalah gambaran historis bagaimana
pengelolaan zakat sebagai salah satu ajaran Islam yang bervisi pengentasan
kemiskinan dijalankan dengan baik.

1. Zakat Pada Masa Nabi


Peradapan Islam adalah cermin kultural dari kalangan elit yang
dibangun dengan keuatan-kekuatan ekonomi dan perubahan sosial.
Rasulullah SAW pernah mengangkat dan menginstruksikan kepada
sahabat Umar bin Khattab, Ibnu Qois, Ubadah bin Samith, Muadz bin
Jabal sebagai amil zakat di tingkat daerah mereka bertanggung jawab
membina berbagai negeri guna mengingatkan para penduduknya tentang
kewajiban zakat. Zakat diperuntukkan untuk mengurangi kemiskinan
dengan menolong mereka yang membutuhkan13. Pada masa Nabi
Muhammad SAW, ada lima jenis kekayaan yang dikenakan wajib zakat,
yaitu: uanag, barang dagangan, hasil pertanian (gandum dan padi) dan
buah-buahan, dan rikaz (barang temuan). 14selain lima jenis harta yang
wajib zakat di atas, harta profesi dan jasa ssesungguhnya sejak periode
Rasulullah SAW juga dikenakan zakat.
Dalam bidang pengelolaan zakat Nabi Muhammad SW memberikan
contoh dan petunjuk operasionalnya. Manajemen operasional yang

13
Ahmad Munif Suratmaputra, Filsafat Hukum Islam al-Ghazali (Jakarta: Pustaka Firdaus 2002),
h.104.
14
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, (Surabaya: Darul Ihya’ Al-Kutub, 2010) Jilid I h.182
bersifat teknis terdiri dari struktur amil zakat, yaitu: (1) katabah, pencatat
para wajib zakat, (2) hasabah , penaksir dan penghitung zakat, (3)
Jubaah, penarik dan pengambil zakat, (4) khazanah, penghimpun dan
memelihara harta, (5) qasamah, penyalur zakat ke mustahiq.
2. Zakat Pada Masa Sahabat
Untuk mengetahui dengan lebih jelas pola operasional aplikasi dan
implementasi zakat pada masa sahabat dapat dilihat dalam periode-
periode berikt ini:
Pertama, periode Abu Bakara As-Shiddiq

Pengelolaan zakat pada masa Abu Bakar As-Shiddiq RA, sedikit


mengalami kendala. Pasalnya, beberapa umat muslim menolak membayar
zakat. Mereka meyakini bahwa zakat adalah pendapat personal Nabi
SAW15. Menurut golongan ingkar zakat ini, zakat tidak wajib ditunaikan
pasca wafatnya Nabi SAW. Pemahaman yang salah ini hanya terbatas di
kalangan suku-suku Arab Badui. Suku-suku Arab Badui ini menganggap
pembayaran zakat sebagai hukuman atau beban yang merugikan.

Kedua, periode Umar Bin Khattab

Umar Ra adalah salah satu sahabat Nabi SAW. Ia menetapkan suatu


hukum berdasarkan realitas sosial. Diantara ketetapan Umar RA adalah
menghapus zakat bagi golongan muaalaf, enggan memungut sebagaian
‘Usyr (zakat tanaman) karena merupakan ibadah pasti, mewajibkan kharraj
(sewa tanah), menetapkan zakat kuda yang tidak pernah terjadi pada masa
Nabi Muhammad SAW.16

Tindakan Umar RA menghapus kewajiban zakat pada muallaf bukan


berarti mengubah hukum Islam dan mengenyampingkan ayat-ayat Al-
Qur’an. Ia hanya mengubah fatwa sesuai dengan perubahan zaman yang
jelas berbeda dari zaman Rasulullah Saw. Sementara itu sahabat Umar
RA tetap membebankan kewajiban zakat dua kali lipat terhadap orang-

15
Ahmad Munif Suratmaputra, Filsafat Hukum IslamAl Ghazali (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002),
h.214
16
Iskandar Usman, Istihsan dan Pembaharuan Hukum Islam (Jakarta: Raja Grafindo, 1994) h.184
orang Nasrani Bani Taqlab, hal ini disebut zakat Muda’afah. Zakat
Muda’afah itu terdiri dari jizyah (cukai perlindungan) dan beban
tambahan. 17
Ketiga, periode Usman Bin Affan

Pengelolaan zakat pada masa Usman Bin Affan dibagi menjadi dua
macam: zakat amwal adz-dzahirah (harta benda yang tampak)seperti
ternak dan hasil bumi, zakat amwal al-bathiniyyah (harta benda yang
tidak tampak) sepert uang dan barang niaga. Zakat kategori pertama
dikumpulkan oleh negara, sedangkan yang kedua diserahkan kepada
masing-masing individu yang berkewajiban mengeluarkan zakatnya
sendiri sebagai bentuk self assesment. 18

Keempat, periode Ali bin Abi Thalib

Situasi politik pada masa kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Thalib
berjalan tidak stabil, penuh peperangan dan pertumpahan darah. Akan
tetapi, Ali bin Abi Thalib Ra tetap mencurahkan perhatiannya yang
sangat serius dalam mengelola zakat. Ia melihat bahwa zakat merupakan
urat nadi kehidupan bagi pemerintahan dan agama. Ketika Ali Ra
bertemu dengan orang-orang fakir miskin dan para pengemis buta yang
beragama non-muslim (Nasrani), ia menyatakan biaya hidup mereka
harus ditanggung oleh Baitul Mal. Khalifah Ali bin Abi Thalib juga ikut
terjun langsung dalam mendistribusikan zakat kepada para mustahiq
(delapan golongan yang berhak menerima zakat). Harta kekayaan yang
wajib zakat pada masa Khalifah Ali Ra, ini sangat beragam. Jenis barang-
barang yang wajib zakat pada waktu itu berupa dirham, dinar, emas dan
jenis kekayaan apapun tetap dikenai kewajiban zakat.19

B. Pengelolaan Zakat di Dunia Islam Modern


Di dunia Islam modern ini terdapat beberapa negara Islam yang
mewajibkan warga negaranya untuk mengeluarkan zakat dalam rangka

17
Mahayuddin Hj.Yahya, Sejarah Islam (Kuala Lumpur: Fajar Bakti, 1995), h.173
18
Permono, pemerintah, h. 8
19
Abdurrahman Qodir, Zakat dalam Dimensi Mahdhah Dan Sosial (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1998) h. 94
mengentaskan kemiskinan, dan demi menjalankan perintah agama. Di
Indonesia sendiri sejak masa kolonialisme sampai masa kemerdekaan hingga
masa reformasi, zakat sudah diatur sedemikian rupa oleh cendikiawan muslim
di indonesia sebagai sarana ibadah yang terjamin. Pelaksanaan zakat yang telah
berlangsung di Indonesia dirasakan belum terarah. Hal ini mendorong umat
Islam melaksanakan pemungutan zakat dengan sebaik-bainya. Berbagai usaha
telah dilakukan untuk mewujudkannya, baik oleh badan-badan resmi seperti
Departemen Agama, Pemerintah Daerah, maupun oleh para pemimpin Islam
dan organisasi-organisasi Islam swasta.
Pengelolaan zakat yang bersifat nasioanal semakin intensif setelah
diterbitkannya Undang-undang No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan zakat.
Undang-undang inilah yang menjadi landasan legal formal pelaksanaan zakat
di Indonesia. Sebagai konsekuensinya, pemerintah wajib memfasilitasi
terbentuknya lembaga pengelola zakat, yakni Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) untuk tingkat pusat, dan Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA)
untuk tingkat daerah. BAZNAS ini dibentuk berdasarkan Kepres No. 8/2001
tanggal 17 Januari 2001.20
Secara garis besar UU zakat diatas memuat aturan tentang
pengelolaan dana zakat yang terorganisir dengan baik, transparan dan
profesional, serta dilakukan oleh amil resmi yang ditunjukan oleh pemerintah.
Secara periodik akan dikeluarkan jurnal, sedangkan pengawasannya akan
dilakukan oleh ulama’, tokoh masyarakat dan pemerintah. Apabila terjadi
kelalaian dan kesalahan dalam pencatatan harta zakat, bisa dikenakan sanksi
bahkan dinilai sebagai tindakan pidana. Dengan demikian, pengelolaan zakat
dimungkinkan terhindar dari bentuk-bentuk penyelewengan yang tidak
bertanggung jawab.
Di dalam undang-undang zakat tersebut juga disebutkan jenis harta
yang dikenai zakat yang belum pernah ada pada zaman Rasulullah Saw, yakni
hasil pendapatan dan jasa. Jenis harta ini merupakan harta yang wajib dizakati
sebagai sebuah penghasilan yang baru dikenal di zaman modern. Zakat untuk

20
Fakhruddin, Fiqih dan Manajemen Zakat di Indonesia, h.247
hasil pendapat ini juga dikenal dengan sebutan zakat profesi. Dengan kata lain,
undang-undang tersebut merupakan sebuah terobosan baru.
BAZNAS memiliki ruang linkup berskala nasional yang meliput
Unit Pengumpul Zakat (UPZ) di Depertamen, BUMN, Konsulat Jenderal dan
Badan Hukum Milik Swasta berskala nasional. Sedangkan ruang lingkup kerja
BASDA hanya meliputi propinsi tersebut. Alhasil, pasca diterbitkannya UU
No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, amak pengelolaan zakat
dilakukan oleh satu wadah, yakni Badan Amil Zakat (BAZ) yang dibentuk
Pemerintah bersama masyarakat dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang
sepenuhnya dibentuk oleh masyarakat yang terhimpun dalam ormas-ormas
maupun yayasan-yayasan. 21
Hadirnya undang-undang diatas memberikan spirit baru. Pengelolaan
zakat sudah harus ditangani oleh Negara seperti yang pernah dipraktekan pada
masa awal Islam. Menurut ajaran Islam, zakat sebaiknya dipungut oleh Negara,
dan pemerintah bertindak sebagai wakil dari golongan fakir miskin untuk
memperoleh hak mereka yang ada pada harta orang-orang kaya. Hal ini
didasarkan pada sabda Nabi Saw kepada Muadz bin Jabal bahwa penguasalah
yang berwenang mengelola zakat. Baik secara langsung maupun melalui
perwakilannya, pemerintah bertugas mengumpulkan dan membagi-bagikan
zakat.

21
Ibid., h. 249-250
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Zakat Mal aadalah sarana untuk menyucikan harta yang kita miliki dan hasil
dari harta tersebut dibagikan kepada saudara yang fakir dan miskin untuk
memenuhi kebutuhan mereka, dan sebagai modal harian yang bisa pergunakan.
Zakat mal sendiri telah diwajibkan kepada umat Islam sejak zaman Rasulullah
SAW hingga sekarang, dan terdapat hukum kewajibannya pula yang tertuang dalam
Al-Qur’an dan Hadis, sehingga tidaka ada satupun dari manusia yang bisa
mengubah hukum kewajiban tersebut. Dari zaman ke zaman zakat memiliki sejarah
yang panjang sejak diberlakukannya, semakin bertambahnya ekonomi dan profesi
baru yang ada pada setiap zaman, maka juga bertambah pula pundi-pundi zakat
yang harus dibayarkan oleh umat muslim. Maka dari itu di Indonesia terdapat
badan hukum yang bertugas untuk menarik zakat dari rakyat dan mendistribusikan
kepada orang yang kurang mampu dari segi penghasilan, sehingga tidak di
khawatirkan untuk melesetnya pembagian zakat tersebut. Badan yang berwenang
tersebut juga bukan hanya dibentuk oleh pemerintah terdapat juga swadaya
masyarakat atau organisasi maupun yayasan yang berwenang dalam hak-hak zakat.

B. Saran

Dengan dimudahkannya urusan zakat di Indonesia dengan adanya


organisasi atau badan pemerintah yang berwenang dan ditambah lagi dengan
perekonomian masyarakat yang semakin mudah, diharapkan masyarakat sadar
dengan adanya kewajiban zakat dan tak mudah untuk menghiraukannya agar dapat
membantu perekonomian masyarakat yang kurang mampu secara khusus dan
membantu perekonomian negara secara umum.
DAFTAR PUSTAKA

Qodir, Abdurrahman,1998. Zakat dalam Dimensi Mahdhah Dan Sosial. Jakarta:


Raja Grafindo Persada.
Suratmaputra, Ahmad Munif,2002. Filsafat Hukum Islam al-Ghazali. Jakarta:
Pustaka Firdaus.
Zuhaily, Dr. Wahbah, 1409. Al-Fiqhu al-Islamiwa-Adalatuhu. Damaskus: Dar al –
Fikr.
Umam, Emka 2022. “Macam-macam Zakat Mal dari Ketentuan hingga
Perhitungannya”. https://www.gramedia.com/best-seller/macam-zakat-
mal/#:~:text=Macam%2Dmacam%20zakat%20mal%20berdasarkan,bagi
%20umatnya%20dengan%20sedemikian%20rupa.
Fakhruddin, 2008. Fiqih dan Manajemen Zakat di Indonesia. Malang : UIN Malang
Press.
HikmatKurnia, A Hidayat,2008 PanduanPintar Zakat . Jakarta: Qultum Media.
Rusyd, Ibnu 2010. Bidayatul Mujtahid, Surabaya: Darul Ihya’ Al-Kutub.
Usman, Iskandar,1994. Istihsan dan Pembaharuan Hukum Islam. Jakarta: Raja
Grafindo.
Bin Katsir, Ismail bin Umar al-Quraisyi, 2022. “Al-Qur'an Surat Al-BaqarahAyat
267”,https://quranhadits.com/quran/2-al-baqarah/al-baqarah-ayat-267/.
Kemenag RI,2013. Pand.uan Praktis Zakat (kementrian agama republik Indonesia)
Mahayuddin Hj.Yahya, 1995. Sejarah Islam. Kuala Lumpur: Fajar Bakti.
Mursyidi,2003. Akutansi Zakat Kontemporer. Bandung: RosydaKarya.
NurdinMuhd Ali, 2006. Zakat Sebagai Instrument DalamKebijakanFiskal. Jakarta :
Raja GrafindoPersada.
Huda,Nurul, 2015. Zakat Perspektif Mikro-Makro Pendekatan Riset
Jakarta:Prenada media Grup.
Permono, pemerintah, h. 8
SahalMahfudh,1994. NuansaFiqihSosial Yogyakarta: PustakaPelajar.
Sabiq, Sayid 1983. FiqihSunnah . Baerut Libanon: Dar al – Fikr.
Al-Malibari, Zainuddin bin Muhammad Al–Ghazali, 2010. Fath Al - Mu’in, Bairut
: Darul Al – Fikri.

Anda mungkin juga menyukai