Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ZAKAT

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqih Ibadah yang diampu

Oleh Bapak : Muchsinul Khuluq, M.Pd

Disusun Oleh

(Kelompok 6)

Afriqatun Nabila Ramadhani (23381072006)

Amiratul Bariza (23381072011)

Ervita Yuliana (23381072023)

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INDONESIA

FAKULTAS TARBIYAH

INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

2023

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT karena dengan limpahan rahmat serta taufiqnya
kami dapat menyelesaikan makalah ini, dengan judul “Zakat” dengan tepat waktu.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan pada Nabi
Muhammad SAW yang telah berhasil membawa manusia dari zaman jahiliyah
menuju zaman yang terang benderang yang disinari oleh ilmu pengetahuan, iman
dan Islam.
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Fiqih Ibadah. Dalam
pembuatan makalah ini, kami mengalami banyak kendala. Akan tetapi, atas bantuan
beberapa pihak makalah ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Muchsinul Khuluq, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Fiqih
Ibadah.
2. Semua anggota kelompok yang telah membantu menyusun makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca terutama dosen
pengampu supaya makalah ini nantinya menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya. Semoga makalah kami dapat memberikan manfaat
bagi semua pembaca, aamiin.
.

Pamekasan, 24 Agustus 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .......................................................................................... i


KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI .........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah ......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
A. Pengertian Zakat ........................................................................................ 3
B. Dalil-dalil Tentang Zakat ........................................................................... 4
C. Rukun-rukun Zakat ..................................................................................... 6
D. Macam-macam Zakat ................................................................................. 8
E. Syarat-syarat Zakat .................................................................................... 11
F. Hal yang Membatalkan Zakat ..................................................................... 12
G. Hikmah Zakat ............................................................................................. 12
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 14
A. Kesimpulan ............................................................................................... 14
B. Saran ......................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam merupakan salah satu agama yang diturunkan kepada umat manusia untuk mengatur
berbagai persoalan dan urusan kehidupan dunia untuk mengatur berbagai persoalan dan urusan
kehidupan dunia dan untuk mempersiapkan kehidupan akhirat. Sebagai umat muslim kita
menjalankan ibadah wajib dan sunnah. Salah satunya yaitu dengan membayar zakat. Zakat
merupakan rukun islam yang kelima yang perlu dipenuhi untuk menyempurnakan ibadah yang
dilakukan. Perintah zakat di dalam Al-Quran senantiasa disandingkan dengan perintah shalat.
Seperti nampak dalam surat Al-Baqarah (2): 43:
‫ِين‬ َّ ٰ ‫ٱر َكعُوا۟ َم َ۟ع‬
َ۟ ‫ٱلر ِكع‬ ْ ‫ٱلزك َٰو ۟ة َ َو‬ َّ ‫َوأَقِي ُموا۟ ٱل‬
َّ ۟‫صلَ ٰو ۟ة َ َو َءاتُوا‬
Artinya : "Dan dirikanlah shalat, tunaikan zakat dan ruku'lah beserta orang- orang yang
ruku'."
Ayat tersebut menerangkan bahwa shalat dan zakat merupakan dua pilar utama dari
keislaman seseorang.
Khalifah pertama Abu Bakar Ash-Shiddiq۟ RA۟ berkata,۟ “۟ Sungguh,۟ aku۟ akan۟ memerangi
siapa saja yang memisahkan antara zakat dengan shalat.” Pentingnya menunaikan zakat karena
perintah ini mengandung misi sosial yang memiliki tujuan jelas bagi kemaslahatan umat.
Adapun tujuan yang dimaksud antara lain untuk memecahkan problem kemiskinan, meratakan
pendapatan, meningkatkan kesejahteraan umat dan negara. Inilah yang menunjukkan betapa
pentingnya menunaikan zakat sebagai salah satu rukun Islam. Zakat dan shalat dalam al-Qur’an۟
dan hadist dijadikan sebagai lambing keseluruhan ajaran Islam. Pelaksanaan shalat
melambangkan baiknya hubungan seseorang secara vertical dengan Tuhannya, sedangkan zakat
adalah lambang harmonisnya hubungan antar manusia. Oleh karena itu, zakat dan shalat
merupakan pilar-pilar esensial berdirinya bangunan Islam.
Menurut pendapat al-Zuhaili definisi zakat adalah hak (tertentu) yang terdapat dalam harta
seseorang. Adapun hukum zakat, agama islam telah menyatakan dengan tegas, bahwa zakat
merupakan salah satu rukun dan fardhu yang wajib ditunaikan oleh setiap muslim yang hartanya
sudah memenuhi kriteria dan syarat tertentu. Dalam banyak kesempatan jumhur ulama juga
sepakat, bahwa zakat merupakan suatu kewajiban yang tidak boleh diingkari. Artinya, siapa
yang mengingkari kewajiban berzakat, maka dihukum telah kufur terhadap ajaran islam. Karena
kewajiban zakat merupakan bukti integralitas syariah islam.

1
B. Rumusan Masalah
Dengan latar belakang di atas, penulis menemukan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Apa pengertian zakat?
2. Apa saja dalil-dalil yang menerangkan zakat?
3. Apa saja macam-macam zakat?
4. Apa saja hal-hal yang membatalkan zakat?
5. Apa saja hikmah zakat?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka makalah ini bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian zakat
2. Untuk mengetahui dalil-dalil yang menerangkan zakat
3. Untuk mengetahui macam-macam zakat
4. Untuk mengetahui hal-hal yang membatalkan zakat
5. Untuk mengetahui hikmah zakat

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Zakat
Zakat dilihat dari segi etimologi, menurut pengarang Lisan al-‘Arab, kata zakat (al-
Zakah) merupakan kata dasar (mashdar) dari zaka yang berarti suci, berkah, tumbuh, dan
terpuji, yang semua arti itu sangat popular dalam penerjemahan baik al-Qur’an۟ maupun۟
hadist.
Ditinjau dari segi terminologi fiqh seperti yang dikemukakan oleh pengarang Kifayah
al-Akhyar, Taqiy al-Din Abu Bakar, zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diserahkan
kepada orang-orang yang berhak dengan syarat tertentu.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah At-Taubah (9):103:

۟‫علِيم‬
َ ۟‫سمِ يع‬ َّ۟ ‫سكَن۟ لَّ ُه ْ۟م۟ۗ َو‬
َ ُ‫ٱّلل‬ َ َ۟‫صلَ ٰوت َك‬ َّ۟ ِ‫علَ ْي ِه ْ۟م۟ۖ إ‬
َ ‫ن‬ َ ‫ل‬ َ ‫ط ِه ُرهُ ْ۟م َوتُزَ كِي ِهم بِ َها َو‬
ِ۟ ‫ص‬ َ ‫ن أ َ ْم ٰ َو ِل ِه ْ۟م‬
َ ُ ‫صدَقَة۟ ت‬ ْ۟ ِ‫ُخ ۟ذْ م‬
Artinya : "Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka,
dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan)
ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui."
(At Taubah:103)
Zakat menurut istilah ialah mengeluarkan sebagian dari harta benda atas perintah
Allah sebagai sedekah wajib kepada mereka yang telah ditetapkan menurut syarat-syarat
yang telah ditentukan oleh hukum islam, sebagaimana firman Allah SWT dalam surah At-
Taubah (9):60:

َ ‫ل۟ۖ فَ ِري‬
‫ض ۟ة‬ ِ۟ ‫س ِبي‬
َّ ‫ْن ٱل‬ َِّ۟ ‫ل‬
ِ۟ ‫ٱّلل َوٱب‬ َ ‫ب َوٱ ْل ٰغَ ِر ِمينَ۟ َوفِى‬
ِ۟ ‫س ِبي‬ ِ ‫علَ ْي َها َوٱ ْل ُم َؤلَّفَ ِ۟ة قُلُوبُ ُه ْ۟م َوفِى‬
ِ۟ ‫ٱلرقَا‬ َ۟ ‫ِين َوٱ ْل ٰ َع ِمل‬
َ ‫ِين‬ َ ٰ ‫صدَ ٰقَتُ۟ ِل ْلفُقَ َرآءِ۟ َوٱ ْل َم‬
ِ۟ ‫سك‬ َّ ‫نَّ َما ٱل‬
۟‫علِيم۟ َحكِيم‬ َّ۟ ‫ٱّلل۟ۗ َو‬
َ ُ‫ٱّلل‬ َِّ۟ َ۟‫ِمن‬
Artinya : "Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang
miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk
mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (At-Taubah:60)

Kalimat zakat adalah suatu kalimat yang dipakai untuk dua arti yaitu kesuburan dan
suci. Abul Hasan Al Wahidi mengatakan bahwa “zakat itu menyucikan harta dan
memperbaikinya, serta menyuburkannya.” Menurut pendapat yang lebih nyata, zakat itu
bermakna kesuburan dan penambahan serta perbaikan. Asal maknanya penambahan
kebajikan.
3
Mahmud Syaltut, seorang ulama kontemporer dari Mesir, mendefinisikannya sebagai
ibadah kebendaan yang diwajibkan oleh Allah SWT agar orang yang kaya menolong orang
yang miskin berupa sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan pokoknya. Pengertian ini
sejalan dengan yang dirumuskan oleh Yusuf Qardhawi yang mengatakan bahwa zakat adalah
ibadah maliyah yang diperuntukkan memenuhi kebutuhan pokok orang-orang yang
membutuhkan (miskin).
Dari pengertian di atas terkandung makna bahwa zakat memiliki dua dimensi yaitu
dimensi ibadah yang dilaksanakan dengan perantaraan harta benda dalam rangka mematuhi
perintah Allah SWT dan mengharap pahala dari-Nya, dan dimensi sosial yang dilaksanakan
atas dasar kemanusiaan.
Kalimat ”zakat” dalam Al-Qur’an۟di۟sebutkan۟secara۟Ma’rifah۟sebanyak۟30۟kali.۟8۟
kali di antarnya terdapat dalam surah Makiyah dan selainnya terdapat dalam surat-surat
Madaniyah. Dan tiadalah kalimat zakat terdapat berbareng dengan shalat sebanyak 82 kali
sebagai yang dikatakan oleh pengarang Fiqhus Sunnah dan oleh beberapa pengarang
sebelumnya. Yang benar-benar bergandengan dengan shalat hanyalah pada 28 tempat sahaja.

B. Dalil-dalil Zakat
Pijakan hukum disyariatkannya zakat dapat ditemukan dalam beberapa ayat al-
Qur’an۟dan۟hadits.۟Berikut۟ini۟adalah۟sebagian dari dasar hukum zakat, baik dari al-Qur’an۟
maupun hadits yang dimaksudkan.
1. Al-Qur’an
a. Al-Baqarah (2): 110
‫ير‬
۟ ‫ص‬ِ ‫ٱّلل ِب َما ت َ ْع َملُونَ۟ َب‬ َّ۟ ‫ٱّلل۟ۗ ِإ‬
ََّ۟ ‫ن‬ ْ۟ ‫ٱلزك َٰو ۟ة َ۟ۚ َو َما تُقَ ِد ُموا۟ ِِلَنفُ ِسكُم ِم‬
َِّ۟ َ‫ن َخيْر۟ ت َِجدُو ۟هُ عِن ۟د‬ َّ ‫َوأَقِي ُموا۟ ٱل‬
َّ ۟‫صلَ ٰو ۟ة َ َو َءاتُوا‬
Artinya : "Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu
usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan."

b. Al-Baqarah (2): 267


َ۟ ‫ل ت َ َي َّم ُموا۟ ٱ ْل َخ ِب‬
‫يث ِم ْن ۟هُ تُن ِفقُونَ۟ َولَ ْستُم‬ ۟ ِ ‫س ْبت ُ ْ۟م َومِ َّم۟ا ٓ أ َ ْخ َر ْجنَا لَكُم ِمنَ۟ ْٱِل َ ْر‬
۟ َ ‫ض۟ۖ َو‬ َ ‫ٰ َيٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ۟ َءا َمنُ ٓوا۟ أَن ِفقُوا۟ مِ ن‬
ِ۟ ‫ط ِي ٰ َب‬
َ ‫ت َما َك‬
‫يد‬
۟ ‫غنِى۟ َح ِم‬
َ ‫ٱّلل‬ َّ۟ َ ‫لٓ أَن ت ُ ْغ ِمضُوا۟ فِي ِ۟ه۟ۚ َوٱ ْعلَ ُم ٓوا۟ أ‬
ََّ۟ ‫ن‬ ۟ َّ ِ‫بِـَٔاخِ ذِي ِ۟ه إ‬
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah)
sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami
keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk
lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau

4
mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan
ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji."

c. At-Taubah (9): 11
ِ ‫ٱلزك َٰو ۟ة َ فَإِ ْخ ٰ َونُكُ۟ ْ۟م فِى ٱلد‬
۟‫ِين‬ َّ ‫فَإِن ت َابُوا۟ َوأَقَا ُموا۟ ٱل‬
َّ ۟‫صلَ ٰو ۟ة َ َو َءات َُوا‬
Artinya : “Jika mereka (kaum musyrikin) bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan
zakat, maka mereka adalah saudara-saudaramu seagama....”
Ayat itu mengandung arti bahwa menunaikan zakat salah satu syarat seseorang
menjadi saudara seagama. Dari sini dapat dipahami bahwa orang yang tidak menunaikan
zakat tidak dapat disebut muslim, sehingga para ulama menetapkan zakat sebagai salah satu
rukun Islam.

d. Al-An’am۟(6):۟141
َ ٰ َ ‫ٱلر َّمانَ۟ ُمت‬
‫شبِها‬ ُّ ‫ٱلز ْيتُونَ۟ َو‬َّ ‫ٱلز ْرعَ۟ ُم ْختَلِفا أُكُلُ ۟هُۥ َو‬ َّ ‫ل َو‬ َ۟ ‫شت۟ َوٱلنَّ ْخ‬ َ ٰ ‫غي َْ۟ر َم ْع ُرو‬
َ ‫شت۟ َو‬ َ ٰ ‫ش۟أ َ َج ٰنَّت۟ َّم ْع ُرو‬
َ ‫ِى أَن‬ ۟ٓ ‫َوه َُ۟و ٱلَّذ‬
َ۟ ِ۟‫ل يُحِ بُّ۟ ٱ ْل ُمس ِْرف‬
‫ين‬ ۟ َ ُ‫ل تُس ِْرفُ ٓوا۟۟ۚ إِنَّ ۟ۥه‬
۟ َ ‫صا ِدِۦه۟ۖ َو‬ َ ٰ َ ‫غي َْ۟ر ُمت‬
َ ‫شبِه۟۟ۚ كُلُوا۟ مِ ن ث َ َم ِرِۦٓ۟ه إِذَآ۟ أَثْ َم َ۟ر َو َءاتُوا۟ َحقَّ ۟هُۥ يَ ْو َ۟م َح‬ َ ‫َو‬
Artinya : "Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak
berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun
dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah
dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di
hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah
kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-
lebihan."

e. Al-Bayyinah (98): 5
ُ۟ ‫ٱلزك َٰو ۟ة َ۟ۚ َو ٰذَلِكَ۟ دِي‬
۟‫ن ْٱلقَيِ َم ِة‬ َّ ۟‫صلَ ٰو ۟ة َ َويُؤْ تُوا‬
َّ ‫ِصينَ۟ لَ ۟هُ ٱلدِينَ۟ ُحنَفَا ٓ َ۟ء َويُقِي ُموا۟ ٱل‬
ِ ‫ٱّلل ُم ْخل‬
ََّ۟ ۟‫ل ِليَ ْعبُدُوا‬ ُ ُ ‫َو َم۟ا ٓ أ‬
۟ َّ ِ‫مِر ٓوا۟ إ‬
Artinya : "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah
agama yang lurus."

2. Hadist
Selain al-Qur’an,۟beberapa۟hadist,۟telah۟mengungkap۟kewajiban۟pelaksanaan۟zakat,۟
yaitu:
a. Hadist diriwayatkan dari Umar bin Khattab

5
‫بني السالم على خمس شهادة ان ل اله‬: ‫عن ابن عمر رضي هللا عنهما قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
‫ال هللا وان محمدا رسول هللا واقام الصالة واتاء الزكاة والحج وصوم رمضان )رواه البخار ى‬
Dari Umar ra, Rasulullah saw bersabda: Islam dibangun di atas lima pondasi pokok,
yakni kesaksian bahwa tiada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad itu utusan
Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji, dan berpuasa bulan
ramadhan. (HR. Bukhari)
b. Hadist diriwayatkan dari Ibnu Abbas

‫عن ابن عباس رضي هللا عنهما قال قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم لمعاذ بن جبل حين بعثه الى اليمن‬
‫انك ستاءتي قوما اهل كتاب فإذا جئتهم فادعهم إلى أن يشهدوا أن ل اله ال هللا وأن محمدا رسول هللا فإن هم‬
‫اطاعوا لك بذلك فأخبرهم أن هللا قد فرض عليهم خمس صلوات في كل يوم وليلة فإن هم اطاعوا لك بذلك‬
‫فأخبرهم أن هللا قد فرض عليهم صدقة تؤخذ من اغنيائهم فترد على فقرائهم فإن هم اطاعوا لك بذلك فإياك‬
۟‫ن هللا )رواه البخارى‬
۟ ‫وكرائم اموالهم واتق دعوة المظلوم فإنه ليس بينه وبي‬
Dari Ibnu Abbas ra. berkata bahwa Rasulullah bersabda kepada Muadz bin
Jabbal ketika diutus ke Yaman : Sesungguhnya engkau akan mendatangi sebuah
komunitas ahli kitab. Maka ketika kau sampai di sana, ajaklah mereka untuk bersaksi
bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya. Jika mereka
mematuhimu, maka informasikan bahwa Allah telah mewajibkan shadaqah yang
akan diambil dari golongan yang kaya di antara mereka dan akan didistribusikan
kepada golongan yang fakir. Jika mereka menaatinya, maka engkau harus menjaga
kehormatan mereka. Waspadalah kepada do'a orang yang dianiaya, sesungguhnya
tidak ada penghalang antara dia dan Allah.

C. Rukun-rukun Zakat
Adapun rukun-rukun zakat sebagai berikut :
1. Niat zakat fitrah
‫ي فَ۟ ْ۟رض۟اِ۟لل ِ۟ه ۟ت َعَ۟الَ۟ى‬
ْ۟ ‫ن ۟نَْ۟فس‬
ْ۟ ‫ع‬ ْ۟ ‫ﺝ ﺯَ۟ َ۟كا۟ة َ اْ۟لِ۟ف‬
َ۟ ‫ط ِ۟ر‬ ْ۟ ُ ‫ن ۟أ‬
َ۟ ‫خ ِ۟ر‬ ْ۟ َ ‫نَ َ۟وْ۟يتُ۟ ۟أ‬
Artinya:۟“Aku۟niat۟mengeluarkan۟zakat۟fitrah۟untuk۟diriku۟sendiri۟fardhu۟karena۟Allah۟
Ta’ala.”
2. Terdapat muzakki atau orang yang berzakat.
3. Terdapat mustahik atau orang yang menerima zakat.
Sudah menjadi sifat manusia bahwa setiap orang membutuhkan harta. Orang yang sudah
diberi kecukupan harta pun ingin terus menambah hartanya, apalagi orang yang tidak
berkecukupan. Namun, Islam sangat mengharapkan bahwa harta itu tidak hanya ada pada
orang-orang kaya, tetapi juga harta itu ada pada orang-orang yang membutuhkannya.
6
Oleh karena itu, zakat harus diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya
(mustahiq). Dalam al-Qur’an,۟mustahiq zakat disebutkan sebanyak delapan golongan.

۟‫ّللا َواب ِْن‬


ِٰ۟ ‫ل‬ِ۟ ‫سبِ ْي‬
َ ‫ي‬ ِ ‫ب َوا ْلغ‬
ْ۟ ِ‫َار ِميْنَ۟ َوف‬ ِ ‫علَ ْي َها َوا ْل ُم َؤلَّفَ ِ۟ة قُلُ ْوبُ ُه ْ۟م َوفِى‬
ِ۟ ‫الرقَا‬ ِ۟ ‫صدَ ٰقتُ۟ ِل ْلفُقَ َر ۤاءِ۟ َوا ْل َمسٰ ِكي‬
َ َ۟‫ْن َوا ْلعَا ِم ِليْن‬ َّ ‫اِنَّ َما ال‬
‫ع ِليْم۟ َح ِكي ْ۟م‬
َ ُ‫ّللا‬
ٰ۟ ‫ّللا۟ۗ َو‬
ِٰ۟ َ۟‫ضة۟ مِ ن‬ ِ۟ ۗ ‫س ِب ْي‬
َ ‫ل فَ ِر ْي‬ َّ ‫ال‬
Artinya:۟“sesungguhnya۟zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang
miskin, pengurus-pengurus۟ zakat,۟ para۟ mu’allaf۟ yang۟ dibujuk۟ hatinya,۟ untuk۟
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk
mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah,
dan۟Allah۟Maha۟mengetahui۟lagi۟Maha۟Bijaksana.’’۟(QS.۟At-Taubah:60)
Berdasarkan ayat di atas, mustahiq zakat adalah:
1) Fakir, yakni orang yang melarat dan tidak mempunyai mata pencaharian.
2) Miskin, yakni orang yang punya mata pencaharian tetapi tidak mencukupi
kebutuhan sehari-hari.
3) ‘Amil,۟ yakni۟ orang۟ yang۟ bertugas۟ melaksanakan۟ pengumpulan۟ dan۟
pembagian zakat.
4) Muallaf, orang yang baru masuk Islam dan belum kuat imannya. Jiwanya
perlu dibina agar bertambah kuat meneruskan iman Islamnya.
5) Budak (Hamba Sahaya), golongan ini mencakup budak mukatab, yakni yang
telah dijanjikan oleh tuannya akan merdeka apabila telah melunasi harga
dirinya yang telah ditetapkan, dan demikian pula budak-budak biasa. Budak
mukatab dibantu dengan harta zakat untuk membebaskan dirinya dari
belenggu perbudakan, sedangkan budak-budak biasa dibeli dengan harta itu
(zakat), lalu dibebaskan.
6) Gharim, orang yang berutang untuk sesuatu kepentingan yang bukan maksiat
dan ia tidak sanggup untuk melunasinya.
7) Fisabilillah, yakni orang yang berusaha dan berjuang untuk menyebarluaskan
ajaran Islam, serta mempertahankannya.
8) Ibnu Sabil, yakni orang yang sedang dalam perantauan, sementara bekal
perjalanannya sangat kurang. Dalam hal ini, ulama mensyaratkan bahwa
perjalanannya itu hendaklah dalam melakukan ketaatan, tidak dalam
kemaksiatan. Seperti menuntut ilmu dan menyiarkan agama dan sebagainya.
Menurut۟golongan۟Syafi’i۟ibnu۟sabil۟itu۟ada۟dua۟golongan:۟pertama,۟orang۟
yang melakukan perjalanan di negeri tempat tinggalnya, di tanah airnya
sendiri; kedua, orang yang menjadi musafir yang melintasi suatu negeri.
7
4. Memberikan harta atau makanan pokok yang di zakatkan.

D. Macam-macam Zakat
Secara garis besar zakat dibagi menjadi 2 macam yaitu zakat fitrah dan zakat maal.
1. Zakat Fitrah
Zakat fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim laki-laki,
perempuan, besar atau kecil, merdeka atau budak pada awal bulan Ramadhan sampai
sebelum orang-orang melaksanakan sholat Idul Fitri, dengan ukuran sebanyak dua
setengah kilogram bahan makanan pokok untuk setiap orangnya. Dasar kewajiban zakat
fitrah adalah sabda Rasulullah SAW berikut :
“Rasulullah۟SAW۟mewajibkan۟zakat۟fitrah۟pada۟bulan۟Ramadhan۟sebanyak۟satu۟sha’۟
(3,1 liter) dari makanan kurma atau syair (gandum) atas tiap-tiap orang merdeka atau
hamba, laki-laki۟atau۟perempuan۟muslim.”۟(HR.۟Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar
r.a).
“Rasulullah۟ SAW۟ memfardhukan۟ ۟ zakat۟ fitrah۟ untuk۟ mensucikan۟ orang۟ yang۟
berpuasa dari perbuatan sia-sia dan tutur kata keji, dan menjadi makanan bagi orang-
orang۟miskin.۟Barang۟siapa۟menunaikannya۟sebelum۟shalat۟‘id۟maka۟itulah۟zakat۟yang۟
diterima.۟ Dan۟ barang۟ siapa۟ menunaikannya۟ setelah۟ ‘id,۟ maka۟ shadaqahnya۟ itu۟
merupakan۟shadaqah۟min۟shadaqah۟(shadaqah۟biasa).”
2. Zakat Maal
Zakat Maal adalah zakat harta atau kekayaan yang harus dikeluarkan setelah
terpenuhinya syarat-syarat. Di antara syarat-syarat tersebut adalah:
• Milik sempurna, adalah bahwa harta tersebut benar-benar miliknya, yang
mempunyai kekuasaan untuk mengelolanya. Dengan demikian, tidak wajib
mengeluarkan zakat maal dari harta pinjaman, juga tidak wajib mengeluarkan
harta dari harta-harta yang diperoleh dengan cara-cara yang tidak baik seperti
ghasab atau mencuri, korupsi, menipu, dan lain-lain.
• Harta kekayaan yang berharga. Dalam hal ini adalah emas dan perak, hewan
ternak, hasil tanaman, harta perniagaan, hasil tambang, harta temuan (rikaz), dan
zakat profesi.
• Nishab, yakni kadar atau ukuran minimal wajib zakat.
• Haul, yaitu waktu pemilikan harta selama satu tahun. Sebagaimana sabda
Rasulullah۟SAW:۟“Tidak۟ada۟(wajib)۟zakat۟pada۟harta۟seorang۟sebelum۟sampai۟
satu۟tahun۟dimilikinya.”(HR.۟Daruquthni).
a) Zakat Emas dan Perak
8
Emas dan perak adalah salah satu jenis harta kekayaan yang bernilai tinggi,
sehingga wajib dikeluarkan zakatnya jika telah mencapai nishab dan haul. Wajib
mengeluarkan zakat emas jika telah sampai 20 dinar dan telah menjalani masa
setahun (haul) yang wajib dikeluarkan zakatnya 1/40 atau 2,5%. Setiap lebih 20 dinar
dikeluarkan 1/40 lagi. Nishab emas adalah seberat 85 gram, dan zakatnya adalah
2,5%. Adapun nishab perak ialah seberat 200 dirham, atau 5 awaq, atau 672 gram
perak murni, zakatnya adalah 5 dirham atau 2,5%. Adapun tentang uang kertas,
sesungguhnya jika uang itu dapat digunakan untuk membeli emas, maka bila
jumlahnya telah mencapai 85 gram, maka wajib dikeluarkan zakatnya.
b) Zakat Hewan Ternak
Hewan ternak yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah sapi, kambing atau
domba, dan unta. Syarat wajib zakat ternak:
1. Sampai senishab.
2. Berlansung setahun.
3. Binatang tersebut digembalakan rumput untuknya.
4. Tidak dipekerjakan untuk kepentingan pemiliknya.
Sesuai۟ dengan۟ ijma’۟ ulama dan hadis-hadis yang bersumber dari Rasulullah
SAW dan sahabat, maka nisab dan kadar zakat unta, sapi dan kambing dapat dilihat
sebagai berikut:
1. Unta nisabnya dari 5-120 ekor
a. 5-9 ekor zakatnya 1 ekor kambing umur 2 tahun.
b. 10-14 ekor zakatnya 2 ekor kambing umur 2 tahun.
c. 15-19 ekor zakatnya 3 ekor kambing umur 2 tahun.
d. 20-24 eekor zakatnya 4 ekor kambing umur 2 tahun.
e. 25-35 ekor zakatnya 1 ekor unta umur 1 tahun.
f. 36-45 ekor zakatnya 1 ekor unta umur 2 tahun.
g. 46-60 ekor zakatnya 1 ekor unta umur 3tahun.
h. 61-75 ekor zakatnya 1 ekor unta umur 4 tahun.
i. 76-90 ekor zakatnya 2 ekor unta umur 2 tahun.
j. 91-120 ekor zakatya 3 ekor unta umur 3 tahun.
k. 121-….۟ekor۟zakatnya۟3۟ekor۟unta۟umur۟2۟tahun.
Mulai dari 121 ekor ini dihitung tiap-tiap 40 eor untuk zakatnya 1
ekor unta umur 2 tahun dan tiap-tiap 50 ekor unta zakatnya 1 ekor unta
umur 3 tahun.
2. Sapi atau lembu nisabnya 30-100 ekor
9
a. 30-39 ekor zakatnya sapi jantan umur 1 tahun yang memasuki tahun
kedua (tabi’).
b. 40-59 ekor zakatnya sapi betina umur 2 tahun memasuki tahun
ketiga (musinnah).
c. 60-…۟ekor۟zakatnya۟2۟tabi’.
d. 70-…۟ekor۟zakatnya۟1۟tabi’ dan 1 musinnah.
e. 80-…۟ekor۟zakatnya۟2۟musinnah.
f. 90-…۟ekor۟zakatnya۟3۟tabi’.
g. 100-…۟ekor۟zakatnya۟2۟tabi’ dan 1 musinnah.
3. Kambing nisabnya 40-500 ekor
a. 40-120 ekor zakatnya 1 ekor kambing.
b. 121-200 ekor zakatnya 2 ekor kambing.
c. 201-399 ekor zakatnya 3 ekor kambing.
d. 400-499 ekor zakatnya 4 ekor kambing
e. 500-599 ekor zakatnya 5 ekor kambing.
Seterusnya, setiap 100 ekor ditambah zakatnya 1 ekor kambing.
c) Zakat Hasil Tanaman
Segala macam hasil tanaman semacam padi, gandum, kentang, jagung, dan
sebangsanya, yang sifatnya menjadi bahan makanan pokok bagi penduduk suatu
negara adalah wajib dizakati. Berbeda dengan jenis zakat maal lainnya, zakat hasil
tanaman tidak harus dikeluarkan dengan menunggu haul (1 tahun), tetapi setiap kali
panen. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT :
َ ‫۟ۖ َو َءاتُوا۟ َحقَّ ۟ۥهُ َي ْو َ۟م َح‬...
...‫صا ِدِۦه‬
Artinya : "Dan keluarkanlah haknya (zakatnya) biji makanan itu di hari
memetiknya..." (QS. Al-An'am:141).
Nishab zakat hasil tanaman adalah 5 wasaq (jumlah 5 beban yang dibawa
unta), dan wajib mengeluarkan zakatnya 5% jika hasil panennya diusahakan oleh
manusia. Jika tidak memerlukan usaha manusia, zakatnya adalah 10%.
d) Zakat Harta Perniagaan
Harta perniagaan adalah harta keuntungan dari perdagangan. Nishab harta
perniagaan sama dengan nishab emas, yaitu 85 gram. Zakat yang harus
dikeluarkannya adalah 2,5%. Harta perniagaan baru dikeluarkan zakatnya di akhir
tahun jika sudah mencapai senishab.
e) Zakat Hasil Tambang

10
Zakat hasil tambang adalah sesuatu yang dihasilkan dari kekayaan alam
seperti emas, perak, tembaga, timah, permata, hasil tambang ikan, dan lain
sebagainya. Nishabnya adalah sama dengan nishab perak atau emas dan zakatnya
adalah 2,5%
f) Zakat Rikaz
Rikaz adalah harta temuan berupa barang-barang berharga, seperti emas dan
perak. Rikaz adalah harta terpendam dari masa jahiliyah. Jika kita menemukan harta
ini, kita wajib mengeluarkan zakatnya sebanyak 1/5 (20%). Hal ini sebagaimana
hadist berikut:
“Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
Zakat rikaz adalah seperlima (20%)”.
Zakat rikaz tidak disyaratkan sampai satu tahun (haul). Tetapi apabila didapat segera
(wajib) dikeluarkan zakatnya pada waktu itu juga.
g) Zakat mata pencaharian atau profesi
Zakat profesi muncul baru-baru ini, sejak profesi seseorang zaman
sekarang ini beraneka ragam. Zakat profesi dapat dikeluarkan setiap kali menerima
gaji, nishabnya sama dengan nishab perak. Hal ini diqiyaskan dengan zakat hasil
tanaman. Juga dapat dikeluarkan setahun sekali dan nishabnya sama dengan nishab
emas. Hal ini diqiyaskan dengan zakat perdagangan.
E. Syarat-syarat Zakat
Syarat-syarat orang wajib membayar zakat:
1. Muslim, seorang yang beragama islam. Bagi orang yang berzakat wajib beragama islam.
Zakat tidak wajib bagi orang kafir asli, orang murtad, maka pendapat yang saleh, bahwa
harta bendanya di berhentikan (dibekukan dahulu), maka jika ia kembali ke agama islam
(seperti sedia kala) maka wajib baginya mengeluarkan zakat dan jika tidak kembali lagi
Islam maka tidak wajib zakat.
2. Aqil, yaitu seorang muslim yang telah dapat menggunakan akalnya dan sehat secara fisik
dan mental.
3. Baligh, yaitu seorang muslim yang telah memasuki usia wajib untuk zakat.
4. Memiliki harta yang mencapai nishab (perhitungan minimal syarat wajib zakat). Islam
tidak mewajibkan zakat atas seberapa saja besar kekayaan yang berkembang sekalipun
kecil sekali, tetapi memberi ketentuan sendiri yaitu nisab.

11
F. Hal yang Membatalkan Zakat
1. Tenggat waktu.
2. Tidak mencapai ukuran nishab.

G. Hikmah Zakat
Zakat merupakan salah satu cara untuk mendistribusikan harta kekayaan dari orang
kaya kepada orang miskin. Allah tidak akan mungkin mensyariatkan suatu perbuatan ibadah
tanpa tujuan yang jelas. Zakat dapat mengajarkan manusia untuk gemar berinfak dan
membantu meringankan penderitaan saudaranya. Dari penjelasan diatas dapat dipaparkan
secara terperinci hikmah zakat sebagai berikut:
a. Zakat dapat menyucikan jiwa seoarang mukmin yang berzakat dari sifat-sifat kikir, dan
mengantarnya kepada sifat kedermawanan.
b. Zakat sebagai ibadah dapat mendekatkan seseorang kepada Allah SWT yang pada
gilirannya۟ia۟dapat۟melaksanakan۟ibadah۟lain۟dengan۟khusu’.
c. Zakat sebagai perwujudan dari rasa kesyukuran terhadap nikmat yang diberikan Allah
SWT kepadanya, mendorongnya lebih memperkokoh tauhid, karena zakat juga
merupakan aplikasi dari pengakuan terhadap keesaan Allah SWT.
d. Zakat dengan pengertian kewajiban menyisihkan sebagian kekayaan yang diberikan
kepada orang yang membutuhkan, dapat menanamkan kesadaran bahwa apa yang
dimilikinya, pada hakikatnya adalah milik Allah SWT yang harus dikembalikan kepada-
Nya melalui antara lain pembayaran zakat.
e. Kebiasaan memberikan zakat dapat menghantarkannya menjadi seorang mukmin yang
jauh dar sifat keborosan dan ketamakan.
f. Zakat dapat memelihara harta orang-orang kaya dari perbuatan orang-orang jahat yang
diakibatkan oleh kesenjangan social.
g. Zakat dapat membersihkan harta yang diperoleh, bisa saja saat mendapatkannya terjadi
kekhilafan dan kekeliruan yang tidak disengaja.
h. Dengan zakat harta seseorang lebih terjaamin dari kehilangan, Kesia-siaan dan
kemusnahan; karena dengan zakat harta yang tersisa mendapat berkah dari Allah SWT
seperti۟yang۟ditegaskan۟Nabi۟dalam۟sabdanya:۟“Bentengilah۟harta۟kamu۟dengan۟zakat.”۟
(HR al-Jannah)
i. Hikmah yang terpenting dari zakat itu ialah terlaksananya perintah Allah SWT.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Zakat dilihat dari segi etimologi, menurut pengarang Lisan al-‘Arab,۟kata۟zakat۟(al-
Zakah) merupakan kata dasar (mashdar) dari zaka yang berarti suci, berkah, tumbuh, dan
terpuji, yang semua arti itu sangat popular dalam penerjemahan baik al-Qur’an۟ maupun۟
hadist. Zakat adalah salah satu ibadah pokok yang menjadi kewajiban bagi setiap individu
(mukallaf) yang memiliki harta untuk mengeluarkan harta terebut sesuai dengan aturan-
aturan yang berlaku dalam zakat itu sendiri.
Zakat merupakan rukun Islam yang ketiga setelah syahadatain dan shalat, sehingga
merupakan ajaran yan sangat penting bagi kaum muslimin. Bila saat ini kaum muslimin
sudah sangat paham tentang kewajiban shalat dan manfaatnya dalam membentuk kesalehan
diri.
B. Saran
Kami sadar dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan terdapat banyak
kesalahan maupun kekurangan, maka dari itu kami sebagai penulis mengharap kepada para
pembaca atas kritik dan sarannya demi kesempurnaan penyusuann maklah berikutnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Al-qur’an۟

Hadits

Abdullah, Syarifuddin. "Zakat Profesi." Jakarta: Moyo Segoro Agung (2003).

Adam, Panji. Fiqh Muamalah Kontemporer Perkembangan Akad-Akad dalam Hukum Ekonomi
Syariah. Yogyakarta: Intelgensia, 2015.

Ali, Muhammad. "Zakat۟Mal۟Dalam۟Kajian۟Hadis۟Maudhu’i." Aqidah-Ta: Jurnal Ilmu Aqidah 1.1


(2015): 69-98.

Sudirman. Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas, Malang: UIN Press, 2007.

Dr. Nurhayati, M.Ag, dan Dr. Ali Imran Sinaga, M.Ag. Fiqh Dan Ushul Fiqh, Prenada Media, 2018.

Hasbiyallah. Fiqh Dan Ushul Fiqh, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015.

Horean, Nasrun. fiqh Muamalah. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007.

Mulyono, Slamet. Rukun Islam. PT Balai Pustaka (Persero), 2012.

Nurhasanah, S., & SURYANI, S. Maksimalisasi potensi zakat melalui peningkatan kesadaran
masyarakat. JEBI (Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam), 3.2(2018), 185-194.

Nurzansyah, M. Zakat; Rukun Islam Yang Sering Dilupakan. Islaminomics: Journal of Islamic
Economics, Business and Finance, 4.1 (2013).

Qodariah Barkah, M. H. I., et al. Fikih Zakat, Sedekah, dan Wakaf. Prenada Media, 2020.

Rusli, Almunauwar Bin. "Nalar Ushul Fiqh KH. Sahal Mahfudh dalam Wacana Islam
Indonesia." Potret Pemikiran 22.2 (2018).

Zainuddin, C. (2013). Zakat Hasil Pertanian Kontemporer. Nurani: Jurnal Kajian Syari'ah dan
Masyarakat, 13(2), 51-60.

14

Anda mungkin juga menyukai