Anda di halaman 1dari 23

MEMAHAMI PERBEDAAN ZAKAT, INFAQ DAN

SHADAQAH (ZIS) PERSEFEKTIF AL-QUR’AN SEBAGAI


PEDOMAN SYARI’AT UMAT ISLAM

MAKALAH

OLEH:

Abi Izul Fadilah : 12008021


Anisa : 12008002

Dosen Pengampu:

Imam Agung Prakoso, S.Sy., M.H

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN


DAKWAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN
DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PONTIANAK
2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr.wb.
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas
limpahan nikmat, berkah, dan rahmatNya sehingga kami dapat menyusun makalah
ini dengan judul “Memahami perbedaan Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS)
Persepektif Al-Qur’an sebagai Pedoman Syari’at Umat Islam”

Shalawat serta salam tidak lupa kita sampaikan kepada Rasulullah SAW,
yang telah membebaskan kita dari zaman yang penuh kezaliman dan membawa
kita menuju zaman yang sarat dengan ilmu pengetahuan seperti yang kita
rasakan saat ini.

Pada kesempatan ini tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Imam Agung Prakoso, S.Sy., M.H selaku Dosen Mata Kuliah Fiqh
Zakat yang telah menjadi pembimbing kami dalam menyusun makalah, serta
pihak-pihak lain yang berkait dalam proses penyusunan makalah ini secara
langsung maupun tidak langsung. Semoga makalah kami ini dapat memberikan
manfaat kepada kami selaku penyusun, para pembaca, dan semua pihak
masyarakat.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak


kekurangan sehingga hasil yang diperoleh jauh dari sempurna. Oleh sebab itu saran
dan kritik yang membangun sangat kami harapkan.

Wassalaamu ‘alaikum Wr. Wb.

Pontianak, 25 Februari 2023

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan masalah.....................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Zakat Infaq dan Shadaqah Persepektif Al-Qur’an.................3
B. Pebedaan Zakat Infaq dan Shadaqah Pesepektif Al-Qur’an....................7
1. Makna..................................................................................................8
2. Hukum.................................................................................................10
3. Pelaksanaan.........................................................................................12
4. Penerima..............................................................................................13
5. Pemanfaatan........................................................................................15
C. Hikmah Zakat Infaq dan Shadaqah Persepektif Al-Qur’an......................15

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...............................................................................................17
B. Saran..........................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam yang di tujukan kepada setiap jiwa yang beruntung dengan
berada dalam naungan Agama yang paling benar. Beragama Islam secara
teknis tidak lah sulit hanya perlu meyakini Allah dan menjuhi larangan Allah.
Namun ketika umat Islam di hadapkan dengan dunia maka tentunya menjadi
penghuni syurga dengan sekedar taqwa sangatlah Kurang. Karna pada
hakikatnya banyak jenis ibadah yang menjadi shirath umat Islam untuk
memperoleh Syurga Allah. Salah satu ibadah sebagai jembatan syurga adalah
ibadah mahdah disandingkan dengan ibadah Ghairu Mahdah itu Zakat, infaq
dan Sedekah.
Zakat, Infaq DAN Sedekah merupakan 3 ibadah yang memiliki jenis
yang sama namun secara tujuan serta pelaksanan banyak perbedaan yang
penting untuk dipahami Umat Islam. memhamai perbedaan ketiganya
merupakan rentetan ilmu yang tidak bisa di pisahkan. Jika tidak di kuasai
secara mendalam maka kesalah-kesalahan akan sering terjadi tanpa tahu
bahwa apa yang di lakukan merupakan kesalahan yang tidak di sengaja.
Untuk menghindari kesalahan yang tidak di sengaja dalam perosedur
ZIS maka tentunya di butuhkan pemahaman sebagai penunjang agar ketika
menjadi bagian pemberi ZIS bisa berjalan sesuai dengan aturan syari’at Islam.
berbicara tentang syri’at Islam maka rujukan paling relevan dari masa
kenabian hingga masa digital sekarang sumber utama adalah Al-qur’an.
sebagai pedoman umat Islam. dengan adanya pedoman Al-qur’an maka
seharusnya umat islam tertolong sehingga bisa menjalani hodup sesuai
keridhoanAllah. Sama halnya ZIS yang di laksanakan semata hanya untuk
memperoleh ridha Allah SWT.

1
Di era sekarang banyak fenomena individu yang yang melakukan
ibadah ZIS tanpa tahu perbedaan ke-tiga-NyA. Padahal Allah menganjurkan
sebelum kita tahu dasarnya maka seharusnya kita mencari tahu dulu
kebenaran-Nya. Terkait ibadah yang akan dilaksanakan termasuk ibadah ZIS.
Maka dari itu berdasarkan urgensi kebutuhan terhadap pemahaman perbedaan
Zakat. Makalahini di susun sebagai penunjang penambah wawasan terkait
perbedaan ZIS. Agar pribadi umat Islam bisa menjalankan ibadah berdasarkan
Ilmu pengetahuan nukan ikut-ikutan. Dengan demikian penulis mencoba
untuk mengungkap tabir mengenai Pemahaman perbedaan Zakat, Infaq dan
Sedekah dengan menjadikan al-qur’an sebagai rujukan utama serta menjadi
parameter penulisan yang di sajikan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di sub-bab
sebelumnya maka ada beberapa objek pembahasan yang menjadi fokus
penulis diantaranya:
1. Bagaaimana pengertian zakat, infaq dan sedekah persepektif Al-qur’an?
2. Apa saja perbedaan antara zakat, infaq dan sedekah persepektif Al-qur’an?
3. Apa saja hikamah dari pelaksanaan zakat, infaq dan sedekah?

C. Tujuan
Berangkat dari rumusan sebagai oangkah fokus masalah maka ada
beberapa tjuan yang menjadi orientasi penulis diantaranya:
1. Memahami pengertian zakat, infaq dan sedekah persepektif Al-qur’an.
2. Mengetahui perbedaan antara zakat, infaq dan sedekah persepektif Al-
qur’an.
3. Mengetahui Hikmah pelaksanaan zakat, infaq dan sedekah persepektif Al-
qur’an.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Zakat Infaq dan Shadaqah Persepektif Al-Qur’an


1. Zakat
Secara bahasa kata Zakat berasal dari mufrodat Arab ‫ زكاة‬atau zakah
yang berarti bersih, suci, subur, berkah dan berkembang. Sedangkan
dalam filosofi istilah kata zakah bermakna adalah sejumlah harta benda
yang fardhu dikeluarkan umat islam di waktu yang telah ditetapkan serta
diserahkan kepada golongan yang berhak menerima sesuai ketentuan
syari’at Islam. Pelaksanaan zakat merupakan suatu kewajiban untuk
setiap individu umat Islam sebagaimana Rukun Islam nomor 4 (empat)
yang berbunyi “Membayar Zakat”.
Definisi terkait zakat yang bermakna “suci atau menyucikan”, serta
“bersih atau membersihkan”. Al-qur’an sebagai pedoman Umat Islam
secara tekstual banyak memberikan definisi untuk di pahami umat Islam.
Adapun ayat yang menjelaskan definisi Zakat terdapat dalam Firman
Allah:

‫ ٰلوتَ َك‬C‫ص‬
َ َّ‫ ِّل َعلَ ْي ِه ۗ ْم اِن‬C‫ص‬ َ ‫ُخ ْذ ِمنْ اَ ْم َوالِ ِه ْم‬
َ ‫ا َو‬CC‫زَ ِّك ْي ِه ْم بِ َه‬CCُ‫ َدقَةً تُطَ ِّه ُر ُه ْم َوت‬C‫ص‬
‫هّٰللا‬
)103( ‫س ِم ْي ٌع َعلِ ْي ٌم‬ َ ُ ‫س َكنٌ لَّ ُه ۗ ْم َو‬ َ

“Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan


menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya

3
doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah
Maha Mendengar, Maha Mengetahui”. (QS. At-Taubah/9:103)

Makna ayat At-Taubah/9:103 disini memberikan gambaran secara


umum bahwa zakat merupakan sutau ibadah yang di jalankan umat Islam
sebagai penggugur kewajiban yang bertujuan untuk menyucikan harta
serta membersihkan jiwa pemberi zakat. Selain karna kewajiban yang
mendampingi jiwa umat Islam. Allah menegaskan bahwa dalam harta
seseorang ada hak beberapa golongan yang berhak menerima zakat.
Firman Allah dalam Al-qur’an terkait hak orang yang mengambil zakat
QS. Az-Zaariyat/51:19

)19( ‫س ۤا ِٕى ِل َوا ْل َم ْح ُر ْو ِم‬


َّ ‫ق لِّل‬
ٌّ ‫َوفِ ْٓي اَ ْم َوالِ ِه ْم َح‬

“Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang
meminta dan orang miskin yang tidak meminta”.

Ayat Ini menegaskan bahwa salah satu ihsan terhadap sesama


makhluk. Setiap muslim mengetahui bahwa pada sebagian hartanya
da hak-hak orang mukmin yang harusnya di tunaikan( ‫“ ) لِّلس َّۤا ِٕى ِل‬orang
yang meminta-minta” dan ‫“ َو ْال َمحْ رُوْ ِم‬orang yang tidak meminta-minta
akan tetapi membutuhkan”. Yaitu orang yang tidak sanggup bekerja
atau tidak memiliki pekerjaan namun tidak meminta-minta, orang
yang tertimpa musibah namun tidak memiliki harta untuk menghadapi
musibah tersebut contoh yang tiba-tiba kecelakaan, terkena gempa
bumi, dan banjir.
Menurut Tafsir Al-Lubab At-Taubah/9:103 menjelaskan
bahwa zakat adalah salah satu jalan pengampunan dosa amal buruk
dengan adanya amal sholeh berupa zakat yang di laksanakan. “Atas

4
nama Allah SWT. Ambillah sebagian harta mereka sebagai
pelaksanaan zakat. Karna apa yang engkau ambil dari harta mereka
akan menyucikan serta membersihka jiwa-Nya dan mengembangkan
hartanya. Lalu, Nabi SAW. Penerima zakat diharuskan untuk
memohon keselamatan dan kesejahteraan bagi orang yang telah
memberikan zakat. Hal ini tergambar dalam Arti ayat “Sesungguhnya
do’a menjadi ketentraman jiwa mereka” dan sampaikan kepada
mereka bahwa Allah maha mendengar lagi maha mengetahui.1
Menurut Imam Syafi’I mengemukakan yang diungkapkan
dengan kalimat ilustrasinya “kami tidak pernah tahu bahwa Rasulallah
menunda dalam penarikan zakat, selama setahun sehingga beliau tidak
menarik zakat. Abu as-Sidiq berkata “Seandainya mereka menolak
menyerahkan seekor ‘anaq (kambing) kepadaku sebagaimana dulu
mereka pernah menyerahkan kepada Rasulullah, pasti aku akan
perangi mereka. Janganlah kalian memisahkan apa yang telah Allah
himpun”. Harta yang dipungut dari seorang muslim ialah zakat.2
Jadi melihat dari paparan diatas definisi zakat di sederhanakan
memiliki makna, menyucikan harta, membersihkan jiwa lalu
dikembangkan bagi penerimanya. Di laksanakan pada waktu tertentu,
di berikan kepada golongan tertentu. Dengan ketentuan syari’at Islam.

2. Infaq
Kata Infaq berasal dari mufrodat bahasa Arab fiil Madhi Anfaqo dan
fiil mudhore’ yunfiqu, yang bermakna “membelankan” dan “membiayai”.
Yang diadopsikan kedalam bahasa indonesia menjadi kata Infaq. Apabila
arti infaq disandingkan dengan upaya realisasi perintah Allah maka akan

1
Qurash Shihab, Al-Lubab.(2012) Makna, tujuan dan pelajaran dari surah-surah al-Qur’an.
Tangerang: Penerbit Lentera Hati, 588
2
Riwayati, S. (2018). “Zakat Dalam Telaah Qs. At-Taubah: 103. Al Furqan” : Jurnal Ilmu Al
Quran Dan Tafsir, 1(2), 77-91.

5
memiliki makna khusus. Secara filosofi istilah syari’at berarti
mengeluarkan sebagian harta benda dari penghasilan untuk kepentingan
yang di perintahkan Allah SWT itulah Infaq.
Makna dasar infaq adalah membelanjakan dengan demikian ada akibat
dari makna tersebut yaitu “berlalu, hilang, tidak ada lagi” dengan sebab
kematian, kepunahan serta penjualan. Dalam hal ini Allah secara tegas
telah memberikan gambaran bahwa setelah harta ada kata infaq .3

َ‫ا لَ ُك ْم ِّمن‬CCَ‫ ْبتُ ْم َو ِم َّمٓا اَ ْخ َر ْجن‬CC‫س‬َ ‫ا َك‬CC‫ت َم‬ ِ ‫وا ِمنْ طَيِّ ٰب‬CC ْ ُ‫وا اَ ْنفِق‬CCْٓ ُ‫ا الَّ ِذيْنَ ٰا َمن‬CC‫ٰيٓاَيُّ َه‬
‫ ْوا‬C ‫ض‬ُ ‫ ِه آِاَّل اَنْ تُ ْغ ِم‬C ‫ستُ ْم بِ ٰا ِخ ِذ ْي‬ْ َ‫ث ِم ْنهُ تُ ْنفِقُ ْونَ َول‬ َ ‫ ا ْل َخبِ ْي‬C‫ض ۗ َواَل تَيَ َّم ُموا‬ِ ‫ااْل َ ْر‬
‫فِ ْي ِه ۗ َوا ْعلَ ُم ْٓوا اَنَّ هّٰللا َ َغنِ ٌّي َح ِم ْي ٌد‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari hasil


usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan
dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu
keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan
dengan memocingkan mata (enggan) terhadapnya. Dan ketahuilah
bahwa Allah Mahakaya, Maha Terpuji” (AL-Baqarah/2:267)

Menurut pemaparan Asy-syaukani kutipan dari an-Nihas, “Bagi


mereka yang membelanjakan hatra di luar ketaatan maka hukumnya
menjadi isyraf (berlebihan). Bagi mereka yang menahan infaq ialah iqtar
(kikir). Bagi mereka yang membelanjakan dijalan Allah itulah Infaq.
Berdasarkan pemaparan definisi diatas bisa penulis simpulkan bahwa
infaq merupakan suatu ibadah muamalah dengan definisi etimologi
pendapatan atau hasil harta yang diberikan kepada orang lain yang nanti-
Nya akan habis, hilang dan terputus dari pemilikian orang yang memberi.

3
Dr. Zulkifli. (2020). Panduan Praktis Memahami Zakat Infaq, Shadaqah Wakaf dan Pajak.
(Yogyakarta: Kalimedia). Hal. 22-23.

6
Namun secara parameter Infaq di batasi hanya diberikan dalam
kepentingan yang di perintahkan ajaran Allah.

3. Shadaqah
Sedekah secara etimologi Syari’at berasal dari kata bahasa Arab ash-
Shadaqah yang diartikan pemberian yang di sunnahkan. Sedangkan
dalam istilah terminologi atau istilah shadaqah memberikan sesuatu tanpa
mengharapkan pamrih atau imbalan atas sedekahnya dan hanya
mengharapkan ridho Allah serta mengharapkan pahala atas kebaikan
dengan bersedekah.
Menurut Al-Manawi dalam kitab Ta’arif “ sedekah adalah kesesuaian
antara hukum dan kenyataan-Nya. Menurut Ibnu Kamal secara istilah
Shadaqah adalah pemberian yang berorientasi mengharap pahala atas
kebaikan yang telak dialkukan dengan bersedekah. Sedangkan menurut
Ar-Raghib sedekah adalah harta yang dikeluarkan seseorang dengan
tujuan mendekatkan diri kepada Allah4.
Dari pemaparan di atas mengenai sedekah dapat kita sederhanakan
terkait definisi dari sedekah itu sendiri pemberian seseorang tanpa
mengharapkan balasan dan hanya berorientasi pada ridho Allah serta
mengharapakan kebaikan berupa pahala dari Allah SWT.

B. Pebedaan Zakat Infaq dan Shadaqah Pesepektif Al-Qur’an


Zakat, Infaq dan Sedekah (ZIS) merupakan 3 kata ibadah muamalah
yang melibatkan sesama manusia namun tujuan akhirnya tetap mengharapkan
ridho dan balasan terbaik dari Allah SWT. berupa pahala. Namun kendati
demikian walau 3 mufrodat tersebut seringkali di sandingkan ketiganya
tetaplah ada perbedaan yang perlu kita pahami sebagai umat Islam yang akan

4
Reza Pahlevi Dalimuthe. (2010). 100 Kesalahan Dalam Sedekah, (Jakarta: Qultum Media).
Hal. 2-3.

7
melaksanakan ibadah tersebut. Adapun perbedaan ZIS dirincikan sebagai
berikut:

1. Aspek Makna
Sebagaimana telah penulis jabarkan di sub-pembahasan sebelum-Nya ada
beberapa perbedaan dalam pemaknaan ZIS.
a. Zakat
Zakat secara bahasa berasal dari bahasa Arab Zaka yang
memiliki arti bertambah dan berkembang. Secara etimologi zakat
berarti keseuburan, tumbuh dan berkembang. Sebagai Thaharah
(Kesucian) barakah (keberkahan) dan dan tazkiyah, tathhir yang
berarti menyucikan dan membersihkan jiwa dan harta.
Sebagaimana Firman Allah dalam AL-Qur’an “Ambillah zakat
dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan
berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan)
ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha
Mengetahui”. (QS. At-Taubah/9:103).
Ayat Allah surah At-Taubah di respon para ulama Ahli tafsir
yang menyatakan Bahwa zakat memiliki makna independen
yaitu ,menyucikan dan membersihkan harta dan jiwa pemberi zakat.
Menurut pandangan Yusuf Qaardhawi dalam kitabnya Fiqhuz Zakat.
“Zakat memiliki arti bertumbuh, berkembang, yang dipondasikan
oleh kata zaka (Tumbuh) sesuatu yang tumbuh tentunya akan menjadi
zakaa (berkembang). Sesuatu yang bertambah tanpa ada Illah maka
tentunya kebersihan dan kesucisn harta-jiwa yang akan di dapatkan.5
Dengan demikian makna khusus zakat yang dinisbatkan pada
ibadah zakat memiliki arti tersendiri yakni suatu ibadah berarti,
tumbuh lalu berkembang menjadi suatu kebaikan bertambah tanpa
5
Gus Arifin. (2011) Zakat Infaq Sedekah. (Jakarta: Elex Media Komputindo). Hal 4.

8
Illah sehingga point akhirnya adalah mampu menyucikan dan
membersihkan Harta dan jiwa berkat kebaikan yang mengalir dari
pelaksanaan Zakat.

b. Infaq
Infaq memiliki arti yang sederhana menurut Etimologi Syari’at
Islam pemberiamn atau pengeluaran harta kepada orang lain (siapapun
yang di kehendaki tidak terbatas peneriman-Nya) yang akan habis,,
hilang atau terputus kepemilikan-Nya dari pemberi Infaq, hasil dari
pendapatan atau penghasilan atas dasar keinginan pribadi dengan niat
jihad terkait kepentinga perintah ajaran Agama Islam.
Gagasan berpondasi terhadap ayat Allah dalam Firman-Nya
“Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan
dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu
keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan
dengan memocingkan mata (enggan) terhadapnya. Dan ketahuilah
bahwa Allah Mahakaya, Maha Terpuji” (AL-Baqarah/2:267)
Ayat Ini secara tegas menjelaskan tentang zakat sebagai
perintah untuk mengeluarkan infaq serta penjelasan seorang mukmin
yang harus mengeluarkan infaq dari hasil pendapatan yang setelahnya
akan pindah kepemilikan yang di gunakan untuk kepentingan perintah
Ajaran Allah SWT.

c. Shadaqah
Sedekah di tinjau dari segi definisi memiliki arti yang lebih
luas dari zakat dan Infaq. Sedekah dalam mufrodat Arab berasal dari
kata Ash-Shadaqah yang berarti pemberian yang di sunnahkan. Dan

9
dalam istilah di perluas lagi memiliki arti memberikan sesuatu kepada
orang lain (siapapun) kapanpun dan di manapun tanpa mengharap
imbalan dari sedekahnya hanya mengharap kebaikan berupa pahala
dari Allah serta salah satu ikhtiar untuk mendekatkan diri kepada
Allah.6

2. Aspek Hukum
a. Zakat
Hukum Zakat secara Mutlak Wajib. Zakat salah satu Ibadah
Mahdah yang berhubungan langsung antara Manusia dan Allah yang
tersusun dalam Rukun Islam ke-empat “Membayar zakat”. Artinya
untuk orang yang beragama Islam Wajib hukumnya membayarkan
zakat pada waktu yang telah ditetapkan serta di tujukan pada penerima
sesuai ketetapan Syari’at Islam. zakat menjadi bagian penyempurna
keislaman seseorang sehingga zakat dilewatkan maka keislaman
seseorang tersebut belum sempurna.7
Ayat Allah secara tersirat memberikan pedoman terkait
kewajiban zakat. Terdapat dalam Surah Al-Baqarah/2:43 “dan
dirikanlah Sholat. Keluarkanlah zakat, dan rukuklah bersama orang-
orang yang rukuk”. Pada ayat ini menunjukkan kewajiban secara
Mutlaq untuk mengeluarkan zakat dan perintah untuk mengambil
zakat oleh golongan yang berhak menerima yang terdapat pada Kata
Wa Athusszakah merupakan Fiil amar bermakna perintah untuk orang
mukmin menunaikan zakat.

b. Infaq

6
Dr. Zulkifli. (2020). Panduan Praktis Memahami Zakat Infaq, Shadaqah Wakaf dan Pajak.
(Yogyakarta: Kalimedia). Hal. 22-23.
7
Yusuf Qardawi. (2006). Fiqh Zakat, juz 1. Kairo: Maktabah Wahbah.

10
Hukum Infaq di kategorikan menjadi 4( empat) hukum.
Pertama wajib. Infaq menjadi wajib jika di sandingkan dengan
beberapa keadaan terhadap individu diantaranya, Zakat, Kafarat,
Nadza. Kedua sunnah. Infaq jatuh menjadi sunnah diantaranya infaq
pada fakir Miskin, sesama Muslim, bencana alam, infaq kemanusiaan.
Firman Allah “mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan.
Jawablah: “Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah
diberikankepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-
orangmiskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan.”
danapa saja kebaikan yang kamu buat, Maka Sesungguhnya Allah
Maha mengetahuinya.” (QS. Al Baqarah/2: 215).

c. Shadaqah
Sama halnya dengan definisi. Sedekah memiliki cakupan yang
luas begitu dalam segi hukum. Namun dalam penulisan ini penulis
menawarkan satu hukum yaitu Sunnah karna yang lebih umum
Sedekah adalah sunnah. Kenapa Sunnah? sunnah nya sedekah bisa di
keluarkan kapan saja. Serta sedekah tidak harus berbentuk materi.
8
Sedekah berbagai macam jenis nya bisa materi, bisa tenaga, bia ide
atau gagasan yang berikan secara Cuma-Cuma tanpa mengharap
balasan melainkan hanya untuk sebagai jalan lebih dekat dengan
Allah..Selain itu juga untuk menjadi penawar ketika seseorang
melakukan keburukn serta sedang memadamkan amarah. Sabda
Rasulallah ““Telah bercerita Uqbah bin Mukrom al-Amma al-Bashori
telah bercerita Abdullah bin Isa al-Khozaz al-Basri dari Yunus
binUbaidillah dari Hasan dari Anas bin Malik berkata: Telah

8
Mariyana, D., Naan, N., & Tamami, A. (2019). “Sedekah sebagai kekuatan spiritual Studi
kasus pada Komunitas Yuk Sedekah Bandung”. Syifa Al-Qulub, 4(1), 9-19.

11
bersabda Rasulullah SAW (Sesungguhnya sedekah memadamkan
amarah Allah dan mencegah kematian buruk)”

3. Aspek Pelaksanaan
a. Zakar
Sebagaimana kita ketahui pelaksaan zakat memeliki ketentuan dalam
syari’at islam. Adapun ketentuan pelaksanaan Zakat di tentukan
berdasarkan jenisnya.
1) Zakat Fitrah
yaitu zakat makanan pokok dilaksanakan ketika sudah memasuki
bulan puasa Ramadhan dan selesai saat matahari terbenam menuju
malam idul Fitri.
2) Zakat Mall (Harta Benda)
Zakat yang Mall tidak memeiliki ketentuan pelaksanaan. Karna
kewajiban pelaksanaan zakat Mall di tentukan oleh jenis harta
benda yang di miliki. Adapun wajib nya zakat mall ketika harta
yang di miliki sudah mencapai haul dan nishab sesuai ketentuan
dalam Syari’at Islam.9

b. Infaq
Pelaksanaan infaq bisa dilaksanakan kapan saja. Tidak ada
batas pelaksanaan atau ketentuan batas akhir. Karna melihat definisi
infaq yang merupakan suatu ibadah yang di anjurkan Allah
mengeluarkan harta benda dari hasil pendapatan untuk di berikan
kepada penerima yang sedang menjalankan perintah ajaran Agama
Allah. Infaq di tujukan pada semua orang. Ketika infaq di berikan

9
M. Ali Hasan. (2005) Zakat dan Infak Salah Satu Mengatasi Problema Sosialdi Indonesia.
Jakarta: Kencana.

12
maka kepemilikan akan beralih kepada penerima dan penerima berhak
menggunakan infaq tersebut namun tetap dalam jihad agama Allah.

c. Sedekah
Sedekah bisa dilaksanakan kapan saja, pada siapa saja, dan di
mana saja. Merujuk kembali kepada definisi bahwa sedekah bisa di
artikan suatu ibadah yang berbentuk pemberian sesuatu kepada orang
lain atas dasar Cuma-Cuma tanpa pamrih semata hanya mengharapkan
ridha dan menjadi jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Bersedekah merupakan semua umat muslim yang sangat di
anjurkan terumata bagi golongan orang kaya yang memiliki kelebihan
harta. Di sunnahkan untuk bersedekah membantu golongan yang
lemah sebagai bentuk syukur dan sebagai sirat mendekatkan diri
kepada Allah.

4. Aspek Penerima
Penerima adalah orang menerima manfaat atau penerima Zakat,Infaq
dan Shadaqah.. secara garis besar penerima ZIS tentunya adalah sesama
umat islam serta termasuk di utamakan pada yang membutuhkan. Namun
Karna ZIS memiliki fungsi tersendiri maka dari setiap masing-masing
ibadah tentunya memiliki penerima masing-masing diantaranya sebagai
berikut:
a. Zakat
Penerima manfaat Zakat di bagi menjadi 8 asnaf atau depalan
golongan yang berhak menerima zakat. Allah Berfirman dalam kalam-
Nya. QS. At-Taubah/9:60

13
‫وبُ ُه ْم‬Cْ Cُ‫ ِة قُل‬Cَ‫ا َوا ْل ُمَؤ لَّف‬CC‫ا ِملِيْنَ َعلَ ْي َه‬CC‫ ِك ْي ِن َوا ْل َع‬C‫صد َٰقتُ لِ ْلفُقَ َر ۤا ِء َوا ْل َم ٰس‬ َّ ‫اِنَّ َما ال‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
ِ َ‫ةً ِّمن‬C‫ض‬ َ ‫بِ ْي ۗ ِل فَ ِر ْي‬C‫الس‬
َّ ‫بِ ْي ِل ِ َوا ْب ِن‬C‫س‬ َ ‫ا ِر ِميْنَ َوفِ ْي‬CC‫ب َوا ْل َغ‬ ِ ‫ا‬CCَ‫الرق‬ِّ ‫َوفِى‬
‫َۗوهّٰللا ُ َعلِ ْي ٌم َح ِك ْي ٌم‬

“Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir,


orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf),
untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan)
orang yang berutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang
sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah
Maha Mengetahui, Mahabijaksana” (QS. At-Taubah/9:60)
b. Infaq
Orang yang berhak menerima Infaq adalah pihak keluarga
yang harus di nafkahkan serta kerabat dekat. Allah telah menegaskan
dalam Al-Qur’an bahwa orang yang lebih utama menerima Infaq
adalah Keluarga atau kerabat dekat. Firman Allah SWT. QS. Al-
Baqarah/2:215

َ‫ َربِ ۡين‬f‫د َۡي ِن َوااۡل َ ۡق‬fِ‫ ٍر فَلِ ۡل َوال‬f‫ٓا اَ ۡنفَ ۡقتُمۡ ِّم ۡن خ َۡي‬ff‫ل َم‬fۡ fُ‫ونَ  ؕ ق‬fۡ fُ‫ۡســـَٔلُ ۡونَكَ َما َذا ي ُۡنفِق‬
‫خَي ٍر فَا ِ َّن هّٰللا َ بِ ٖه َعلِ ۡي ٌم‬
ۡ ‫َو ۡاليَ ٰتمٰ ى َو ۡال َم ٰس ِك ۡي ِن َو ۡاب ِن ال َّسبِ ۡي ِل‌ؕ َو َما ت َۡف َعلُ ۡوا ِم ۡن‬

"Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang apa yang


harus mereka infakkan. Katakanlah, 'Harta apa saja yang
kamu infakkan, hendaknya diperuntukkan bagi kedua orang
tua, kerabat, anak yatim, orang miskin dan orang yang dalam
perjalanan.' Dan kebaikan apa saja yang kamu kerjakan,
maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui." (QS Al-
Baqarah Ayat 215)

Dari ayat Allah di atas setidaknya ada 5 golongan berhak


menerima Infaq. 1) Orang Tua, 2) Kerabat dekat, 3) Anak Yatim, 4)
Orang miskin, dan 5) Orang yang sedang dalam perjalanan. Lima

14
golongan ini lebih utama menerima Infaq jika infaq yang di keluarkan
adalah Infaq dalam konteks sunnah. Bukan wajib.

c. Shadaqah
Golongan yang berhak atau lebih utama menerima sedekah
adalah sanak Keluarga. Kenapa Keluarga? Imam Nawawi dalam kita
karangan-Nya Majmu’ Syarah Al-Muhadzab menjelaskan terkait
golongan yang paling utama menerima sedekah.

ِ ِ‫ ان‬CCC‫ ُل ِمنْ اَأْل َج‬CCC‫ض‬


‫ب‬ َ ‫ب َأ ْف‬
ِ ‫ا ِر‬CCCَ‫ َدقَةَ َعلَى اَأْلق‬CCC‫الص‬
َّ َّ‫َأ ْج َم َعتْ اُأْل َّمةُ َعلَى َأن‬
Cٌ‫ورة‬
َ ‫ش ُه‬ َ ِ‫سَألَ ِة َكث‬
ْ ‫يرةٌ َم‬ ُ ‫َواَأْل َحا ِد‬
ْ ‫يث فِي ا ْل َم‬

“Ulama sepakat bahwa sedekah kepada sanak famili, kerabat


lebih utama daripada sedekah kepada orang lain. Hadis-hadis
yang menyebutkan hal tersebut sangat banyak dan terkenal.”

Dari hadis ini bisa kita lihat bahwa sanak keluarga atau senasab
lebih di tamakan menerimasedekaht. Kenadti demikian sedekah tetap
lah bisa di tujukan untuk semua orang, kalanagn sesama Umat Islam
dengan niat untuk mendekatkan diri kepada Allah.

5. Pemanfaatan
Pemanfaatna merupakan tindakan penerima ZIS untuk
mempergunakan dana kebaikan. Dalam aspek ini tiga ibadah dengan
masing-masing penerima memiliki hak penuh untuk memanfaatkan
kebaikan ZIS. Dengan demikian penerima memiliki kewenanagan kemana
kiranya dana tersebut di gunakan. Sesuai kebutuhan masing-masing
penerima.

15
C. Hikmah Zakat Infaq dan Shadaqah Persepektif Al-Qur’an
1. Hikmah Zakat
a. Kesenjangan miskin-kaya akan terpangkas.
b. Sirath tergenggamn-Nya amal Jama’I antara kaum kaya dengan para
mujahid yang berjuang di jalan Allah untuk melangitkan kalimat
Tauhid Allah SWT.
c. Penawar akhlak tercela hingga yang buruk tertutupi dengan kebaikan.
d. Harta yang dimiliki dengan value bersih secara hak dan dzat nya.
Selain itu juga sebagai perisai diri terhindar dari sifat tamak terhadap
duniawi.
e. Bentuk Syukur kepada Allah SWT.
f. Eksistensi potensi ummat semkain berkembang.
g. Sebagai bentuk dorongan atau motivasi terkhusus untuk golongan
yang baru masuk Islam (Muallaf).

2. Hikmah Infaq dan Sedekah


a. Mendekatkan diri kepada Allah SWT.
b. Bentuk nyata kepedulian terhadap sosial.
c. Ungkapan Syukur kepada Allah dengan menyalurkan-Nya di jalan
Allah.
d. Sebagai benteng diri untuk terhindar dari sifat boros, kikir, dan tamak.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Zakat, Infaq dan Sedekah (ZIS) merupakan suatu ibadah yang selalu di
sandingkan karna sama-sama berhubungan dengan perintah dan anjuran untuk
mengeluarkan sebagian harta. Karna dalam sebagian harta ada hak yang harus
di keluarkan dan silaurkan kepada golongan yang berhak menerima.
Sebagai umat Islam yang tentunya menjadi pelaksana dari ibadah
tersebut di tuntut untuk mengetahui terkait pemahaman ZIS. Allah sudah
banyak memberikan gambaran secara luas di dalam al-qur’an dan ketika di
telaah lebih dalam ada banyak perbedaan antara Zakat, Infaq dan Sedekah
yakni dari aspek makna, hukum, pelaksanaan, penerima serta pemanfaatan-
Nya.
Perbedaan itulah yang harus di pahami umat Islam agar ketika
melaksanakan ibadah tersebut bukan seta merta karna suka-suka atau hanya
sebagai penggugur kewajiban melainkan di laksanakan dengan landasan
pedoman al-qur’an. Ketika seorang insan menjalankan sebuah ibadah sesuai
pedoman al-qur’an maka tentunya hikmah yang di dapatkan pun sesuai
dengan cit-cita sejati Ibadah yang mnejadi pengantar umat islam ke dalam
Syurga-Nya Allah SWT.

17
B. Saran
Setelah kesimpulan di kemukakan selanjutnya penulis dirasa perlu
untuk menyampaikan saran sebagai pertimbangan kepada para pembaca
terkait perbedaan ZIS sebagai berikut:
Di Era modern sekarang ZIS menjadi ibadah yang di jalankan
berdasarkan pengetahuan turun temurun pola hidup semakin kompleks dan
para individu semakin mengingkan segalanya berjalan sesederhana mungkin
begitupun pemahaman terhadap ZIS. Sehingga seharus sebagai umat Islam
kita perlu menelaah Al-qur’an untuk mengungkapkan berbagai pemahaman
terkait syari’at Islam agar kita bisa menjalani kehidupan ini sesuai dengan
pedoman Al-qur’an serta memperoleh ridha Allah untuk selamat dunia
Akhirat.

18
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Zulkifli. (2020). Panduan Praktis Memahami Zakat Infaq, Shadaqah Wakaf dan
Pajak. (Yogyakarta: Kalimedia). Hal. 22-23.
Gus Arifin. (2011) Zakat Infaq Sedekah. (Jakarta: Elex Media Komputindo). Hal 4.
M. Ali Hasan. (2005). Zakat dan Infak Salah Satu Mengatasi Problema Sosial di
Indonesia. Jakarta: Kencana
Mariyana, D., Naan, N., & Tamami, A. (2019). “Sedekah sebagai kekuatan spiritual
Studi kasus pada Komunitas Yuk Sedekah Bandung”. Syifa Al-Qulub, 4(1),
9-19.
Reza Pahlevi Dalimuthe. (2010). 100 Kesalahan Dalam Sedekah, (Jakarta: Qultum
Media). Hal. 2-3.
Riwayati, S. (2018). “Zakat Dalam Telaah Qs. At-Taubah: 103. Al Furqan” : Jurnal
Ilmu Al Quran Dan Tafsir, 1(2), 77-91.
Qurash Shihab, Al-Lubab.(2012) Makna, tujuan dan pelajaran dari surah-surah al-
Qur’an. Tangerang: Penerbit Lentera Hati, 588
Yusuf Qardawi. (2006). Fiqh Zakat, juz 1. Kairo: Maktabah Wahbah.

19

Anda mungkin juga menyukai