Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

AKHLAK,IBADAH,DAN MUAMALAH
ZAKAT FITRAH

Disusun oleh:
Tiara Sinta A (2110101091)

Prodi: S1 Kebidanan

UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA


2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya ucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya. saya berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman untuk para pembaca mengenai “Zakat Fitrah” Semoga Makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Saya yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Penulis,

Tiara Sinta

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................1
C. TUJUAN....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................2
A. PENGERTIAN ZAKAT...........................................................................................2
B. PENGERTIAN ZAKAT FITRAH..........................................................................4
C. PANDANGAN ZAKAT FITRAH DALAM IJTIHAD MAJLIS TARJIH
MUHAMMADIYAH........................................................................................................6
BAB III PENUTUP.............................................................................................................10
A. KESIMPULAN........................................................................................................10
B. SARAN.....................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Zakat berasal dari bahasa Arab, yang merupakan bentuk dari kata zaka yang
berarti “suci”, “baik”, “berkah”, “tumbuh”, dan “berkembang”. Menurut syara’
zakat merupakan nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat
tertentu yang diwajibkan oleh Allah untuk dikeluarkan dan diberikan kepada yang
berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula. Pengertian zakat, baik dari
segi bahasa maupun istilah tampak berkaitan sangat erat, yaitu bahwa setiap harta
yang sudah dikeluarkan zakatnya akan menjadi suci, bersih, baik, berkah, tumbuh,
dan berkembang, sebagaimana dipaparkan dalam QS. At-taubah: 103 dan ar- Rum:
39.
Secara garis besar zakat dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1.ZAKAT MAL
2.ZAKAT FITRAH
Disini saya mengambil tema tentang zakat fitrah yang merujuk pada pandangan
Ijtihad Majlis Tarjih Muhammadiyah
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian dari Zakat?
2. Apa Pengertian dari Zakat Fitrah
3. Pandangan Zakat Fitrah Dalam Ijtihad Majlis Tarjih Muhammadiyah
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari Zakat
2. Mengetahui Apa Itu Zakat Fitrah
3. Mengetahui Pandangan Ijtihad Majlis Tarjih Muhammadiyah tentang zakat
fitrah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ZAKAT
Zakat secara bahasa(lughoh),berarti :tumbuh,berkembang dan berkah dan
dapat pula berarti membersihkan atau mensucikan. Zakat menurut etimologi
(bahasa) adalah suci, tumbuh, berkembang, dan berkah. Sedangkan menurut
terminologi (istilah) zakat adalah kadar harta tertentu yang diberikan kepada yang
berhak menerimanya dengan syarat tertentu.Pengertian zakat menurut Undang-
Undang nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, ”Zakat adalah harta yang
wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada
yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat islam.” Menurut Yusuf Qardhawi
zakat adalah sejumlah kadar harta tertentu yang diwajibkan Allah untuk diserahkan
kepada orang- orang yang berhak menerimanya.Orang yang telah mengeluarkan
zakat berarti dia telah membersihkan jiwa, diri serta hartanya dari hak orang lain
atas apa yang ada pada miliknya serta menumbuhkan pahala. Seorang yang
membayar zakat karena keimananya niscaya akan memperoleh kebaikan yang
banyak.Allah SWT berfirman “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” ( Q.S At Taubah 9:103) Adapun
Zakat Menurut terminologi syari’ah (istilah syara’) zakat berarti kewajiban atas
harta atau kewajiban atas jumlah sejumlah harta tertentu untuk kelompok tertentu
dalam waktu tertentu. Zakat juga berarti derma yang telah ditetapkan jenis, jumlah,
dan waktu suatu kekayaan atau harta yang wajib diserahkan. Atau Zakat adalah
nama dari sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu (nishab) yang
diwajibkan Allah SWT untuk dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak

2
menerimanya dengan persyaratan tertentu pula (QS. 9:103 dan QS. 30:39).Didalam
Zakat ini ada beberapa syarat wajib dalam zakat ,serta tujuan dari zakat ,yaitu
diantaranya adalah :
Syarat Syarat Wajib Dalam Zakat :
- Pertama Islam, zakat adalah sebuah ibadah dan hanya wajib dilakukan setelah
seseorang memeluk agama islam. Dengan islamnya seseorang maka ia menjadi
seorang wajib zakat yang akan menghantarkannya mendapatkan penghormatan
dari Allah SWT.
- Kedua Merdeka, kemerdekaan seseorang dari perbudakan adalah nikmat Allah
yang sangat besar, dengannya seseorang menjadi mulia dan hidup sebagaimana
layaknya dapat memiliki banyak hal. Oleh karena itu, Allah membebankan
kepada seseorang yang merdeka jika memiliki harta benda yang mencapai
nishab untuk mengeluarkan zakatnya sebagai penghormatan untuk dirinya.
- Ketiga Baligh, ulama berbeda pendapat untuk anak yang belum baligh yang
memiliki harta wajib zakat, sebagian ulama tidak mewajibkan anak yang belum
baligh untuk membayar zakat. Dengan berpedoman kepada sabda Rasulullah
SAW, “Hukum itu di angkat dari tiga orang: anak-anak sampai ia baligh, orang
yang tidur sampai ia bangun dan orang yang sakit ingatan sampai ia
sembuh.”Sebagian ulama yang lain mewajibkan anak yang belum baligh
membayar zakat dengan berpedoman kepada sabda Rasulullah SAW, “Barang
siapa yang di bawah tanggung jawabnya terdapat anak yatim yang memiliki
harta, maka perdagangkanlah harta tersebut, agar tidak habis setiap tahun di
keluarkan zakatnya” (HR. Turmudzi dan Daruquthni) Dengan di perkuat oleh
Dr. Yusuf Qardhawi beliau mewajibkan membayar zakat bagi nak balita yang
memiliki harta wajib zakat, dengan alasan bahwa hadits yang mengangkat
kewajiban bagi anak balita adalah umum untuk segala bentuk kewajiban
ibadah.Zakat juga termasuk dalam kategori ibadah karena merupakan salah satu

3
dari rukun islam ketiga yang telah diatur berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah.
Zakat juga mrupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat
berkembang sesuai dengan perkembangan umat manusia.
Adapun Tujuan Dari Zakat :
- Membersihkan
1. Membersihkan jiwa orang yang memiliki kelebihan harta dari kekikiran
2. Membersihkan hati fakir miskin dari sifat iri dan dengki 3. membersihkan
masyarakat dari benih perpecahan 4.membersihkan harta dari hak orang lain
- Mengembangkan
1. Mengembangkan kepribadian orang yang memiliki kelebihan harta dari
eksistensi moralnya
2. Mengembangkan kepribadian fakir miskin
3. Mengembangkan dan melipatgandakan nilai harta

B. PENGERTIAN ZAKAT FITRAH


Disebut zakat fitri—populer disebut zakat fitrah—karena merupakan zakat yang
wajib dibayarkan karena berbuka (al-fithr) untuk mengakhiri puasa Ramadhan,
sebagaimana hari raya yang menandai berakhirnya puasa Ramadhan disebut Idul
Fitri.Zakat fitrah atau zakat jiwa Yaitu setiap jiwa atau orang yang beragama Islam
harus memberikan harta yang berupa makanan pokok kepada orang yang berhak
menerimanya, dan dikeluarkan pada bulan Ramadhan sampai dengan sebelum
shalat Idul Fitri pada bulan Syawal.Tujuan utama disyariatkan nya zakat adalah
untuk membersihkan dan mensucikan, baik membersihkan dan mensucikan harta
kekayaan maupun pemiliknya sebagaimana telah dijelaskan dalam QS. At-taubah:
103: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
mebersihkan dan mensucikan mereka.
Adapun dampak zakat pada kehidupan pribadi yang mengeluarkan zakat adalah:

4
a. Dapat mensucikan jiwa dari sifat kikir.
b. Mendidik berinfak dan suka memberi.
c. Manifestasi syukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah.
d. Mengobati hati dan cinta dunia.
Sedangkan dampak bagi si penerima zakat adalah:
a. Membebaskan atau meringankan si penerima dari kebutuhan – kebutuhannya.
b. Menghilangkan sifat dengki dan benci kepada pemilik harta.
Orang yang berhak menerima Zakat disebut mustahiq, berjumlah delapan
asnaf atau golongan , Ada delapan golongan yang berhak menerima zakat adalah:
a. Fakir adalah orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan
tenaga untuk memenuhi penghidupannya.
b. Miskin adalah orang yang mempunyai pekerjaan tetapi hasil yang diperoleh
tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.
c. Amil (panitia zakat) adalah orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan
membagikan zakat.
d. Muallaf adalah orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah.
e. Riqab (hamba sahaya) adalah hamba sahaya yang dijanjikan oleh tuannya untuk
dimerdekakan dengan tebusan atau bayaran.
f. Gharim (orang berhutang) adalah orang yang berhutang karena untuk
kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya.
g. Sabilillah (pada jalan Allah) adalah orang yang berjuang atau usaha
menegakkan agama Allah. Misalnya: mendirikan masjid,madrasah/sekolah,
penyebar agama Islam.
h. Ibnu Sabil (Musafir) adalah orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan
maksiat mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya karena kehabisan bekal (
Syarafuddin. dkk. 2012).

5
C. PANDANGAN ZAKAT FITRAH DALAM IJTIHAD MAJLIS TARJIH
MUHAMMADIYAH
Pandangan zakat fitrah dalam ijtihad majlis tarjih muhammadiyah. Tarjih
berasal dari kata “rojjaha-yurajjihu-tarjihan”, yang berarti mengambil sesuatu yang
lebih kuat.Menurut istilah ahli ushul fiqh adalah : Usaha yang dilakukan oleh
mujtahid untuk mengemukakan satu antara dua jalan ( dua dalil ) yang saling
bertentangan, karena mempunyai kelebihan yang lebih kuat dari yang lainnya.
Tarjih dalam istilah persyarikatan, sebagaimana terdapat uraian singkat mengenai
“Matan Keyakinan dan Cita-cita hidup Muhamadiyah” adalah membanding-
banding pendapat dalam musyawarah dan kemudian mengambil mana yang
mempunyai alasan yang lebih kuat. Tugas Tarjih: usaha-usaha mencari ketentuan
hukum bagi masalah-maasalah baru yang sebelumnya tidak atau belum pernah ada
diriwayatkan qoul ulama mengenainya. Usaha-usaha tersebut dalam kalangan ulama
ushul Fiqh lebih dikenal dengan nama ijtihad. Selanjutnya bagaimana Pandangan
Zakat Fitrah Dalam Ijtihad Majlis Tarjih Muhammadiyah yaitu Zakat fitri
diwajibkan pada tahun ke-2 Hijriyah, yaitu pada tahun diwajibkannya puasa
Ramadhan, dan sebelum diwajibkannya zakat kekayaan (mal). bahwa pada intinya
Mejelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengatakan, Zakat fitrah
wajib dibagikan kepada kaum miskin saja, berdasarkan Hadits riwayat Abu Daud.
Pendapat Madzhab Syafi’i mengenai penyamarataan pembagian zakat kepada asnaf
zakat penulis temukan dalam kitab Al Majmu’ bahwa :
‫يجب صرف الفطرة الي االصناف الذين تصرف اليهم زكا ة المال‬
Zakat wajib dikeluarkan kepada delapan kelompok manusia, baik itu zakat fitrah
maupun zakat mal, berdasarkan QS At Taubah Ayat : 60. Zakat itu lebih disenangi
bila dibagikan kepada semua kelompok yang disebutkan dalam firman. Allah SWT.
Jika memungkinkan, dan tidak boleh dibagikan kepada kurang dari tiga kelompok

6
karena yang disebut jamak itu harus sampai kepada tiga. Menurut madzhab Maliki,
sesungguhnya zakat fitrah itu hanyalah diberikan kepada golongan fakir dan miskin.
Apabila disuatu negara tidak ada orang fakir, maka dipindahkan ke negara tetangga
dengan ongkos dari orang yang mengeluarkan zakat, bukan diambil dari zakat,
supaya tidak berkurang jumlanya. Inilah pendapat dari madzhab Maliki
sebagaimana dikutip oleh Yusuf Qardawi. Adapun dalil yang menunjukan bahwa
zakat diberikan kepada delapan asnaf adalah surat At Taubah ayat 60. Mereka
memaknai innamash shodaqotu sebagai keumuman shodaqoh sehingga zakat fitrah
masuk dalam kategori ayat tersebut. Dasar Hukum Zakat Fitrah diambil dari hadits
riwayat Abu Daud Yang Artinya: Diriwayatkan dari Ibn Abbas, ia berkata:
"Rasulullah saw mewajibkan zakat fitri untuk mensucikan orang yang berpuasa dari
kata-kata yang sia-sia dan porno dan sebagai makanan bagi orang-orang miskin.
Barang siapa membayarkannya sebelum shalat (Hari Raya) maka itu adalah zakat
(fitri) yang diterima dan barang siapa membayarkannya setelah shalat maka itu
hanyalah berupa sedekah dari sedekah (biasa)". Dari penjelasan diatas mereka
menganggap surat At Taubah ayat 60 ditujukan kepada pembagian zakat maal,
karena tidak disinggung sama sekali mengenai maslah zakat fitrah. Karena ayat
tersebut turun ketika Rosulullah SAW membagikan zakat hasil rampasan perang
Hunain, para kaum munafikin tidak terima dan mencela Rosulullah SAW tentang
pembagian zakat yang dilakukan Rosulullah SAW. Oleh karena itu dengan turunnya
ayat tersebut pembagian zakat merupakan urusan Allah SWT. Dari beberapa
pendapat diatas, pada dasarnya Mejelis Tarjih dan Tajdid lebih mengarah kepada
madzhab Maliki yaitu mengkhususkan zakat fitrah kepada golongan miskin. Karena
tujuan dari zakat fitrah ialah mencukupkan kaum fakir dan miskin pada waktu
memasuki hari raya idul fitri. Hal itu dimaksudkan agar kaum fakir dan miskin
tercukupi kebutuhannya pada waktu hari raya.Menurut madzhab Maliki yang
dikutip Yusuf Qardawi,

7
- Dalil Wajibnya Membayar Zakat Fitrah
َ‫ ِمن‬c‫ ِّل نَ ْف ٍس‬c‫انَ َعلَى ُك‬c‫ض‬َ ‫ر ِم ْن َر َم‬c ْ ِ‫ض زَ َكاةَ ْالف‬
ِ c‫ط‬ َ ِ‫ع َْن َع ْب ِد هللاِ ْب ِن ُع َم َر َأ َّن َرسُو َل هللا‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَ َر‬
ٍ ‫صاعًا ِم ْن َش ِع‬
‫ير‬ َ ْ‫صاعًا ِم ْن تَ ْم ٍر َأو‬َ ‫ير‬ٍ ِ‫ير َأوْ َكب‬ َ ‫ْال ُم ْسلِ ِمينَ ُح ٍّر َأوْ َع ْب ٍد َأوْ َرج ٍُل َأ ِو ا ْم َرَأ ٍة‬
ٍ ‫ص ِغ‬
Diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Umar ra bahwa Rasulullah saw
telah mewajibkan zakat fitri pada bulan Ramadhan atas setiap jiwa orang
Muslim, baik merdeka ataupun budak, laki-laki ataupun wanita, kecil
ataupun besar, sebanyak satu sha’ kurma atau gandum (HR Muslim).Hadits
ini menyatakan bahwa zakat fitri diwajibkan atas setiap orang Muslim.
- Orang yang Wajib Mengeluarkan Zakat Fitrah
a. Pertama,Menurut Putusan Majleis Tarjih, adalah mereka yang
berkelapangan rezeki, baik laki-laki, perempuan, dewasa, anak-anak.
Dasarnya adalah pertama firman Allah:
‫لِيُنفِ ْق ُذو َس َع ٍة ِّمن َس َعتِ ِه‬
Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut
kemampuannya (at-Thalaq (65) : 7).Ayat ini merupakan perintah umum
kepada orang berkemampuan untuk mengeluarkan sebagian dari hartanya
termasuk mengeluarkan zakat. Dari ayat ini dipahami bahwa zakat fitrah
diwajibkan atas orang yang berkelapangan rezeki (mampu).
- Kedua, hadits Nabi dari Ibnu Umar dan Abdullah ibn Umar yang menyatakan
bahwa zakat fitrah itu diwajibkan atas setiap jiwa dari orang Muslim.Dalam
zakat fitrah orang yang berkelapangan artinya orang yang pada malam hari raya
Idul Fitri memiliki kelebihan dari kebutuhannya dan kebutuhan orang yang
ditanggungnya.
- Kadar Zakat Fitrah yang Dibayarkan
َ ْ‫صاعًا ِم ْن َأ ْق ٍط َأو‬
‫اعًا ِم ْن‬cc‫ص‬ َ ْ‫صاعًا ِم ْن تَ ْم ٍرَأو‬
َ ْ‫صاعًا ِم ْن َط َع ٍام َأو‬ ْ ِ‫ع َْن َأبِ ْي ُخ ْد ِري يَقُوْ ُل ُكنَّانُ ْخ ِر ُج َز َكاةَ ْالف‬
َ ‫ط ِر‬
ٍ ‫زَ بَ ْي‬
‫ب‬

8
Diriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri ra ia berkata: Adalah kami
mengeluarkan zakat fitrah satu sha’ dari makanan pokok atau satu sha’ dari
gandum atau satu sha’ dari kurma atau satu sha’ dari keu atau satu sha’ dari
kismis (HR Bukhar dan Muslim) Dalam hadits disebutkan bahwa zakat fitrah
yang harus dikeluarkan untuk tiap-tiap kepala adalah minimal satu sha’ (2,5 kg)
dari bahan makanan pokok atau uang seharga makanan tersebut. Putusan Tarjih
menyatakan “…, maka keluarkanlah zakat fitrah sebanyak satu sha’ dari bahan
makananmu sebleum shalat Id, …”
- Orang yang Berhak Menerima Zakat Fitrah
Berbeda dengan zakat harta (mal), zakat fitrah hanya disalurkan kepada
fakir dan miskin dan tidak disalurkan kepada asnaf lainnya dari delapan asnaf
zakat yang ada. Penyaluran zakat ke asnaf delapan beralaku untuk zakat mal.
Dasar penetapan bahwa zakat fitrah hanya disalurkan kepada fakir miskin saja
adalah hadits Ibnu ‘Abbas yang intinya menyatakan bahwa zakat fitrah itu
diwajibkan selain sebagai pensucian terhadap orang yang berpuasa juga sebagai
santunan terhadap orang miskin. Hadits dimaksud adalah,
‫ث َو طُ ْع َمةً لِ ْل ِم ْس ِكيْن‬
ِ َ‫صاِئ ِم ِمنَ لَّل ْغ ِو َوال َّرف‬ ْ ِ‫ض َرسُوْ ُل هللِ َز َكاةَ ْالف‬
َ ‫ط ِرطُ ْه َرةً لِ ْل‬ َ ‫س قَا َل فَ َر‬
ٍ ‫… َع ِن ا ْب ِن َعبَّا‬
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ras ia berkata: Rasulullah saw telah
mewajibkan zakat fitri untuk mensucikan diri orang yang berpusasa dari
perkataan yang sia-sia dan kotor serta untuk memberi makan kepada orang-orang
miskin.

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Zakāt al-fiṭr atau sadaqat al-fiṭr, disebut zakat fitri karena merupakan
zakat yang wajib dibayarkan karena berbuka (al-fiṭr) untuk mengakhiri puasa
Ramaḍhān, sebagaimana hari raya yang menandai berakhirnya puasa Ramaḍhān
disebut Idul Fitri. Disebut juga aaadaqat al-fiṭr karena perkataan ṣadaqah dalam
terminologi syariah selalu dipakai dalam pengertian zakat. Menurut Mażhab
Ḥanafī, tidak sekedar ditunjukkan oleh sabda (sunnah qauliyyah) tersebut, tapi
menjadi praktik Nabi (sunnah fi’liyyah) dalam pembayaran zakat. Dalam
pandangan mereka (Mażhab Ḥanafī), membayar zakat fitri sebelum shalat Īd,
bukan merupakan syarat sah, tapi hanya mustaḥab (anjuran). Anjuran ini
dimaksudkan untuk memastikan bahwa fakir miskin terpenuhi kebutuhan
hidupnya pada hari raya.
B. SARAN
Dari kedua pendapat tersebut, Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat
Muhammadiyah cenderung memilih pandangan Ḥanafiyyah. Yaitu pembagian
zakat fitri dapat dilakukan sepanjang tahun atau bahkan seumur hidup. Majelis
Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah cenderung memilih
pandangan Ḥanafiyyah. Yaitu pembagian zakat fitri dapat dilakukan sepanjang
tahun atau bahkan seumur hidup.Dengan argumen yang disampaikan di atas dan
dengan pertimbangan pada salah satu prinsip zakat. Dengan demikian pengelola
zakat tidak hanya sekedar mendistribusikannya, tetapi harus mampu menjamin
dan memantau serta memberi arahan bagaimana zakat menjadi efektif dan
berhasil.

10
DAFTAR PUSTAKA

- https://pwmu.co/191400/05/10/konsep-zakat-fitrah-majelis-tarjih-muhammadiyah/
amp/
- https://abyanfauzy.blogspot.com/2016/01/v-behaviorurldefaultvmlo.html?m=1
- PP Muhammadiyah. Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah. Suara
Muhammadiyah
- http://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/1426/4/072311012_Bab4.pdf
- http://repository.unissula.ac.id/14130/6/Bab%20I.pdf
- http://eprints.ums.ac.id/31252/2/BAB_I.pdf
- https://pwmu.co/190288/05/05/zakat-fitrah-menurut-tarjih/amp/

11

Anda mungkin juga menyukai