Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HUKUM ZAKAT DAN PENGELOLAANNYA

DISUSUN OLEH:
ALAM FAHDIL FATONI (2014016092)
RIDA NUR FATIKHA (2014016104)
RIZQA ZHAFIRA (2014016106)

FAKULTAS ILMU BUDAYA


UNIVERSITAS MULAWARMAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Hukum Zakat dan Pengelolaannya ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Hukum Zakat dan Pengelolaannya
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Irma Suriyani, S,Ag., M.Ag.
selaku dosen pendidikan agama islam yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan mata kuliah yang kami
tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Samarinda, 02 Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii

BAB I.................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................1

BAB II...............................................................................................................................2

PEMBAHASAN................................................................................................................2

A. Pengertian Zakat.....................................................................................................2

B. Macam-Macam Zakat............................................................................................3

C. Syarat Sahnya Zakat...............................................................................................6

D. Harta Benda Yang Dizakatkan...............................................................................7

E. Mustahik................................................................................................................8

F. Zakat Konsumtif dan Produktif..............................................................................9

BAB III............................................................................................................................11

PENUTUP.......................................................................................................................11

A. Kesimpulan..........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Zakat adalah salah satu bagian dari rukun islam yang wajib diikuti umat
islam untuk menjalankan syariat agama islam. Zakat terdapat pada rukun
islam ketiga yang membuat kita sebagai umat islam harus menunaikannya
karena sejajar dengan syahadat, shalat, puasa, dan haji. Dalam praktiknya
zakat wajib dikeluarkan setiap orang pada bulan ramadhan untuk
membersihkan diri dan menjauhkan kita dari rasa kikir serta untuk membantu
saudara kita yang membutuhkan seperti fakir, miskin, musafir, dan lain-lain.
Pada kesempatan kali ini kami akan menjelaskan lebih lanjut mengenai zakat
dan pengelolaannya karena dalam kehidupan sehari-hari zakat hanya
dianggap sebagai hak yang perlu dikeluarkan menjelang hari raya idul fitri.
Oleh karena itu kita perlu mengetahui lebih dalam mengenai zakat.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Zakat
2. Macam-Macam Zakat
3. Syarat sahnya zakat
4. Harta Benda Yang Dizakatkan
5. Mustahik
6. Zakat Konsumtif dan Produktif

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Zakat
Ditinjau dari segi bahasa, zakat merupakan kata dasar dari zaka yang
berarti berkah, tumbuh, bersih, dan baik. Sesuatu itu zaka, berarti tumbuh dan
berkembang, dan seorang itu zaka, berarti orang itu baik. Menurut Wahidi
dan lain-lain, kata dasar Zaka berarti bertambah dan tumbuh, sehingga bisa
dikatakan, tanaman itu zaka, artinya tumbuh, sedangkan tiap sesuatu yang
bertambah disebut zaka artinya bertambah (dalam Qardawi, 1996).
Zakat dari segi istilah fikih berarti “Sejumlah harta tertentu yang
diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak” di samping
berarti mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri. Nawawi mengutip pendapat
Wahidi. lbnu Taimiah berkata, “Jiwa orang yang berzakat itu menjadi bersih
dan kekayaannya akan bersih pula bersih dan bertambah maknanya” sesuai
dengan firman Allah: "Pungutlah zakat dari kekayaan mereka, engkau
bersihkan dan sucikan mereka dengannya.” Arti tumbuh dan suci tidak
dimaksudkan dengan kekayaan tetapi dimaksudkan untuk orang yang
berzakat.
Zakat sendiri terdapat dalam Al-Quran dan diterangkan bahwa wajib
hukumnya zakat ditunaikan oleh umat islam. Kami mengambil salah satu
sumber hukum zakat dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 43 yaitu:
{43} ‫الَّراِكِع يَن َم َع َو اْر َك ُعوا الَّز َكاَة َو آُتوا الَّص اَل َة َو َأِقيُم وا‬
Arti surah tersebut adalah “Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan
rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.” Surah ini menerangkan bahwa
zakat adalah setara dengan shalat dan hukumnya wajib. Hadits yang
diriwayatkan ibnu umar mengenai zakat yaitu:
Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar:
Artinya: “Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Umar bin Khathab ra.
berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Islam itu didirikan di

2
atas lima dasar: bersaksi bahwa tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain
Allah, dan Muhammad itu utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan
zakat, haji ke baitullah, dan berpuasa Ramadhan.” (HR. Bukhari dan
Muslim). Dalam penyelenggaraannya, di Indonesia sendiri diatur tentang
pengelolaan zakat dalam UU No. 38 Tahun 1999 yaitu:
1) Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, penorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta
pendayagunaan zakat (pasal 1 ayat 1).
2) Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atas benda
yang dimiliki orang miskin sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan
kepada yang berhak menerimanya (pasal 1 ayat 2).
3) Setiap warga negara Indonesia yang bergama Islam dan mampu atau kadar
yang dimiliki oleh orang muslim berkewajiban menunaikan zakat (pasal 2).
4) Pemerintah berkewajiban memberikan perlindungan, pembinaan, dan
pelayanan kepada muzaki, mustahiq dan amil zakat (pasal 3).
5) Pengelolaan zakat berasalkan iman dan taqwa, keterbukaan dan kepastian
hukum sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945 (pasal 4).
6) Pengelolaan zakat bertujuan:
a) Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan
zakat sesuai dengan tuntutan agama.
b) Meningkatkan fungsi peranan pranata keagaman dalam upaya Al-Amwal,
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.
c) Pengelolaan zakat dilakukan oleh badan amil zakat yang dibentuk
pemerintah sesuai dengan tingkatan di lembaga amil zakat yang dibentuk
masyarakat dan dikukuhkan oleh pemerintah.
d) Pengelolaan zakat juga mencakup pengelolaan infaq, shadaqoh, hibah,
wasiat, waris, dan kafarat.

B. Macam-Macam Zakat
Dalam perkembangannya, zakat terdiri dari dua jenis dan dalam UU No.
23 Tahun 2011 dijelaskan bahwa zakat terdiri dari zakat fitrah dan zakat mal.

3
1. Zakat Fitrah
Zakat fitrah adalah zakat yang diwajibkan atas setiap jiwa baik lelaki
dan perempuan muslim yang dilakukan pada bulan Ramadhan pada Idul
Fitri. Sebagaimana hadist Ibnu Umar ra,
"Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah satu sha’ kurma atau satu
sha’ gandum atas umat muslim; baik hamba sahaya maupun merdeka,
laki-laki maupun perempuan, kecil maupun besar. Beliau saw
memerintahkannya dilaksanakan sebelum orang-orang keluar untuk
shalat.” (HR Bukhari Muslim)
Selain untuk mensucikan diri setelah menunaikan ibadah di bulan
Ramadhan, zakat fitrah juga dapat dimaknai sebagai bentuk kepedulian
terhadap orang yang kurang mampu,membagi rasa kebahagiaan dan
kemenangan di hari raya yang dapat dirasakan semuanya termasuk
masyarakat miskin yang serba kekurangan. Zakat fitrah wajib ditunaikan
bagi setiap jiwa, dengan syarat beragama Islam, hidup pada saat bulan
Ramadhan, dan memiliki kelebihan rezeki atau kebutuhan pokok untuk
malam dan Hari Raya Idul Fitri. Besarannya adalah beras atau makanan
pokok seberat 2,5 kg atau 3,5 liter per jiwa.
2. Zakat Maal
Maal berasal dari kata bahasa Arab artinya harta atau kekayaan.
Menurut Islam sendiri, harta merupakan sesuatu yang boleh atau dapat
dimiliki dan digunakan sesuai kebutuhannya. Oleh karena itu dalam
pengertiannya, zakat maal berarti zakat yang dikenakan atas segala jenis
harta, yang secara zat maupun substansi perolehannya tidak bertentangan
dengan ketentuan agama.
Sebagai contoh, zakat maal terdiri atas simpanan kekayaan seperti
uang, emas, surat berharga, penghasilan profesi, aset perdagangan, hasil
barang tambang atau hasil laut, hasil sewa aset dan lain sebagainya.

4
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikh Dr. Yusuf Al-Qardhawi
dalam kitabnya Fiqh uz-Zakah, zakat maal meliputi:
1. Zakat simpanan emas, perak, dan barang berharga lainnya;
2. Zakat atas aset perdagangan;
3. Zakat atas hewan ternak;
4. Zakat atas hasil pertanian;
5. Zakat atas hasil olahan tanaman dan hewan;
6. Zakat atas hasil tambang dan tangkapan laut;
7. Zakat atas hasil penyewaan aset;
8. Zakat atas hasil jasa profesi;
9. Zakat atas hasil saham dan obligasi.
Begitupun dengan yang dijelaskan di dalam UU No. 23 Tahun 2011,
zakat maal meliputi;
a. Emas, perak, dan logam mulia lainnya;
b. Uang dan surat berharga lainnya;
c. Perniagaan;
d. Pertanian, perkebunan, dan kehutanan;
e. Peternakan dan perikanan
f. Pertambangan;
g. Perindustrian;
h. Pendapatan dan jasa; dan
i. Rikaz.
Adapun syarat harta yang terkena kewajiban zakat maal yaitu sebagai
berikut:
1. Kepemilikan penuh
2. Harta halal dan diperoleh secara halal
3. Harta yang dapat berkembang atau diproduktifkan (dimanfaatkan)
4. Mencukupi nishab
5. Bebas dari hutang
6. Mencapai haul
7. Atau dapat ditunaikan saat panen
5
C. Syarat Sahnya Zakat
Menurut kesepakatan ulama syarat wajib zakat adalah merdeka, muslim,
memiliki harta yang penuh, mencapai nisab, dan mencapai haul, jumhur zakat
diwajibkan atas tuan karena dialah yang memiliki harta hambanya, karena
itu,dialah yang wajib mengeluarkan zakatnya.
1. Merdeka
Menurut kesepakatan ulama, zakat tidak wajib atas hamba sahaya karena
hamba sahaya tidak mempunyai hak milik. Tuannyalah yang memiliki apa
yang ada ditangan hambanya.
2. Islam
Menurut ijma’, zakat tidak wajib atas orang kafir karena zakat merupakan
ibadah yang suci sedangkan orang kafir bukan orang yang suci. Mazhab
Syafi’i berbeda dengan mazhab-mazhab yang lainnya, mewajibkan orang
murtad untuk mengeluarkan zakat hartanya. Sebelum riddah-nya terjadi,
yakni harta yang dimiliki ketika dia masih menjadi seorang muslim.
3. Harta yang dikeluarkan adalah harta yang wajib dizakati. Harta yang
mempunyai kriteria ini ada lima jenis yaitu:
a. uang, emas, perak, baik berbentuk uang logam mau pun uang kertas
b. Barang tambang dan barang temuan
c. Barang dagangan
d. Hasil tanaman dan buah-buahan
e. Menurut jumhur binatang ternak yang meruput sendiri.
4. Harta yang dizakati telah mencapai nishab atau senilai dengannya.
Maksudnya ialah nishab yang ditentukan oleh syara’ sebagai tanda kayanya
seorang dan kadar-kadar berikut yang mewajibkannya zakat.
5. Harta yang dizakati adalah milik penuh Mazhab Hanafi, berpendapat
bahwa yang dimaksud ialah harta yang dimiliki secara utuh dan berada
ditangan sendiri yang benar-benar dimiliki secara utuh dan berada ditangan
sendiri yang benar-benar dimiliki. Mazhab Maliki berpendapat bahwa yang
dimaksud dengan harta yang dimiliki secara penuh ialah harta yang dimiliki
secara asli dan hak pengeluarannya berada di tangan pemiliknya.
6
D. Harta Benda Yang Dizakatkan
Begitupun dengan yang dijelaskan di dalam UU No. 23 Tahun 2011,
zakat maal meliputi;
a. Emas, perak, dan logam mulia lainnya;
Zakat emas dan perak yaitu zakat yang dikeluarkan berupa logam mulia,
sebab di dalam harta emas dan perak berpotensi berkembang. Emas dan
perak wajib untuk dizakati walaupun dalam bentuk uang atau batangan,
ketika telah mencapai nisabnya, mencapai satu tahun, dan bersih dari hutang
serta kebutuhan-kebutuhan pokok. Jika emas telah mencapai dua puluh
dinar dan haul, wajib dikeluarkan zakatnya 2,5 %.
b. Perdagangan;
Yang termasuk kategori harta perdagangan adalah segala sesuatu yang
sejak awal diniatkan diperdagangkan untuk memperoleh keuntungan.
Contoh zakat kekayaan dagang adalah mobil, obat-obatan, peternakan, emas
dan perak dan lain-lain.
c. Pertanian atau perkebunan dan peternakan;
Zakat pertanian dan ternak telah dicontohkan pada zaman Rosulullah
SAW. Zakat pertanian dengan sistem irigasi dikeluarkan sebesar 5% dan
dengan sistem tadah hujan sebesar 10% dari hasil tiap panen dengan
ketentuan telah mencapai nishab yaitu 652,8 kilogram untuk gandum dan
750 kilogram untuk beras. Contoh zakat pertanian adalah beras, gandum,
biji gandum, kurma, anggur. Zakat peternakan diberikan pada ternak yang
memberi manfaat. Contoh: unta, sapi kambing dan lain-lain.
d. Tabungan;
Apabila seorang muslim memiliki harta yang telah disimpan di dalam
tabungan dan sudah terhitung selama satu tahun, maka nilainya setara 85
gram emas maka wajib untuk mengeluarkan zakat sebesar 2,5 persen.
e. Investasi;
Zakat investasi adalah zakat yang harus dikeluarkan atas dasar bahwa
harta yang diperoleh dari hasil investasi yang dimilikinya. Seperti rumah
(bangunan) atau kendaraan yang disewakan. Zakat investasi ini ditunaikan
7
apabila telah mendapatkan hasil, bahwa zakat yang dikeluarkan 5 % untuk
penghasilan kotor dan 10 % untuk penghasilan bersih.
f. Rikaz.
Rikaz atau barang temuan adalah barang yang ditemukan dan barang
tersebut sudah lama (bertahun-tahun dan tidak diketahui pemiliknya). Maka
harta tersebut di wajib untuk segera di tunaikan dengan hitungan sebesar
20%.

E. Mustahik
Dalam QS. At-Taubah ayat 60, Allah berfirman:
‫َو ِفْي َو اْلَغاِر ِم ْيَن الِّر َقاِب َو ِفْي ُقُلْو ُبُهْم َو ْلُم َؤ َّلَفِة َع َلْيَها واْلَع اِمِلْيَن َو اْلَم َس اِكْيَن ِللُفَقَر اِء ِاَّنَم االَّصَد َقاُت َحِكْيٌم‬
‫َع ِلْيٌم وُهللا ِهللا ِم َن َفِر ْيَض َة َّسِبْيِل َو اْبِن ِهللا َس ِبْيِل‬
Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang - orang
fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Allah memberikan ketentuan ada delapan golongan orang yang
menerima zakat yaitu sebagai berikut:
1. Fakir, mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu
memenuhi kebutuhan pokok hidup.
2. Miskin, mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan dasar kehidupan.
3. Amil, mereka yang mengumpulkan dan mendistribusikan zakat.
4. Mualaf, mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk
menguatkan dalam tauhid dan syariah.
5. Riqab, budak atau hamba sahaya yang ingin memerdekakan dirinya.
6. Gharimin, mereka yang berhutang untuk kebutuhan hidup dalam
mempertahankan jiwa dan izzahnya.

8
7. Fisabilillah, mereka yang berjuang di jalan Allah dalam bentuk kegiatan
dakwah, jihad dan sebagainya.
8. Ibnu Sabil, mereka yang kehabisan biaya di perjalanan dalam ketaatan
kepada Allah.

F. Zakat Konsumtif dan Produktif


Zakat konsumtif adalah zakat yang diberikan kepada yang tidak mampu
dan sangat membutuhkan secara langsung, seperti fakir miskin untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, baik makanan, pakaian, dan tempat tinggal
(sandang, pangan, dan papan). Kebutuhan pokok yang bersifat primer ini
terutama dirasakan oleh kelompok fakir, miskin, gharim, anak yatim piatu,
orang jompo atu cacat fisik yang tidak bisa berbuat apapun untuk mencari
nafkah demi kelangsungan hidupnya. Demikian juga, bantuan-bantuan lain
yang bersifat temporal seperti zakat fitrah, bingkisan lebaran dan distribusi
daging hewan kurban khusus pada hari raya Idul Adha. Kebutuhan mereka
memang nampak hanya bisa diatasi dengan menggunakan harta zakat secara
konsumtif, umpama untuk makan dan minum pada waktu jangka tertentu,
pemenuhan pakaian, tempat tinggal dan kehidupan hidup lainnya yang
bersifat mendesak.
Zakat produktif adalah pemberian zakat yang dapat membuat para
penerimanya menghasilkan sesuatu secara terus menerus dengan harta zakat
yang telah diterimanya. Zakat produktif dengan demikian adalah zakat
dimana harta atau dana zakat yang diberikan kepada para mustahik tidak
dihabiskan, akan tetapi dikembangkan dan digunakan untuk membantu usaha
mereka, sehingga dengan usaha tersebut mereka dapat memenuhi kebutuhan
hidup secara terus menerus. disimpulkan bahwa zakat produktif adalah zakat
yang dikelola dengan cara produktif, yang dilakukan dengan cara pemberian
modal kepada para penerima zakat dan kemudian dikembangkan, untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka untuk masa yang akan datang.
Untuk melepaskan mereka dari kemiskinan dan ketergantungan mereka
dengan bantuan orang lain. Untuk itu perlunya penggunaan zakat produktif

9
tradisional dan zakat produktif kreatif. Sebenarnya berdasarkan pengamatan
dan bacaan kepustakaan dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pemanfaatan
zakat ada empat kategori. Selain zakat produktif tradisional dan kreatif, ada
juga zakat konsumtif tradisional dan kreatif. Akan tetapi zakat konsumtif
tradisional sifatnya dalam kategori ini zakat dibagikan kepada orang yang
berhak menerimanya untuk dimanfaatkan langsung oleh yang bersangkutan
seperti zakat fitrah yang diberikan kepada fakir miskin untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari, atau zakat harta yang diberikan kepada korban
bencana alam. Kategori kedua adalah zakat konsumtif kreatif. Maksudnya
adalah zakat yang diwujudkan dalam bentuk lain dari barangnya semula
seperti misalnya diwujudkan dalam bentuk alat sekolah, beasiswa dan lain-
lain. Adapun zakat produktif tradisional dan kreatif, guna untuk melepaskan
fakir miskin kepada taraf hidup yang layak dan dapat memenuhi semua
kebutuhannya, yaitu kategori ketiga, zakat produktif tradisional adalah zakat
yang diberikan dalam bentuk barang-barang produktif. Misalnya kambing,
sapi, mesin jahit, alat-alat pertukaran dan sebagainya. Pemberian zakat dalam
bentuk ini akan dapat mendorong orang menciptakan suatu usaha atau
memberikan lapangan kerja bagi fakir miskin.
Selanjutnya yaitu kategori terakhir, zakat produktif kreatif. Dalam bentuk
ini dimaksudkan semua pendayagunaan zakat yang diwujudkan dalam bentuk
modal yang dapat dipergunakan, baik untuk membangun suatu proyek sosial
maupun untuk membantu atau menambah modal seseorang pedagang atau
pengusaha kecil. Penggunaan kategori ketiga dan keempat ini perlu
dikembangkan karena pendayagunaan zakat yang demikian mendekati
hakikat zakat, baik yang terkandung dalam fungsinya, sebagai ibadah dalam
kedudukannya sebagai dana masyarakat.
Akan tetapi diisyaratkan bahwa yang memberikan zakat yang bersifat
produktif adalah yang mampu melakukan pembinaan dan pendampingan
kepada para mustahiq zakat dalam kegiatan usahanya. Juga harus
memberikan pembinaan rohani dan intelektual keagamaannya agar semakin
meningkat kualitas keimananan dan keislamannya.
10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Zakat adalah kewajiban bagi umat islam sebagai pembersih diri dan untuk
menjauhkan dari rasa kikir yang ada dalam jiwa manusia. Dengan berzakat
kita memperoleh pelajaran berharga tentang berbagi satu sama lain dengan
orang yang kurang mampu dan membantu mengentaskan dari segala
permasalahan kesenjangan sosial. Zakat sendiri mempunyai nishab untuk
menandai batas harta yang dimiliki untuk berzakat, terutama zakat maal.
Berbeda dengan zakat fitrah yang wajib dikeluarkan setiap insan manusia
pada akhir bulan ramadhan, zakat mal lebih ke arah harta dan benda dan juga
diatur oleh nishab. Dalam praktiknya zakat sendiri harus diberikan kepada
mustahik atau orang-orang yang membutuhkan seperti fakir, miskin, amil,
ibnu sabil, gharimin, dan lainnya. Zakat adalah pilar islam yang harus kita
jaga dan juga kita tunaikan agar kita bisa hidup tenang dunia dan akhirat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Fadilah, S. (2016). Tata Kelola & Akuntansi Zakat. Bandung: Manggu.

Fitri, M. (2017). Pengelolaan Zakat Produktif. Economica: Jurnal Ekonomi Islam,


149-173.

Purbasari, I., Fauzan, E. M., & Azizah. (2015). ALOKASI, DISTRIBUSI ZAKAT
DAN DANA TANGGUNG JAWAB SOSIAL DI PERBANKAN
SYARIAH. MASALAH-MASALAH HUKUM, 140-149.

Qardawi, Y. (1996). Hukum Zakat. Bogor: Litera AntarNusa dan Mizan.

Tho’in, M. (2017). Pembiayaan Pendidikan Melalui Sektor Zakat. AL-AMWAL


Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah, 162-175.

Zakat Fitrah - Baznas. (t.thn.). Dipetik November 15, 2020, dari Badan Amil
Zakat Nasional: https://baznas.go.id/zakatfitrah

DAFTAR INTERNET

https://baznas.go.id/zakat, dipetik pada tanggal 16 November 2020


https://baznas.go.id/zakatfitrah, dipetik pada tanggal 16 November 2020
https://baznas.go.id/zakatmaal, dipetik pada tanggal 16 November 2020

12

Anda mungkin juga menyukai