Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

AKUNTANSI SYARIAH

FIQIH ZAKAT

DISUSUN OLEH :

MUH FAJAR B1C1 18 165 SUPMA SARI B1C1 18 190


WA ODE RIMA B1C1 18 167 KIRANA APRILIA B1C1 18 191
NUR HALIFA B1C1 18 168 MELANI PERMATA B1C1 18 196
ELINA SEPTARIN B1C1 18 169 NIDA B1C1 18 198
IZAK ZAAT T B1C1 18 183 INANG VERLANI B1C1 18 207
NUR PATMASARI B1C1 18 185 DWI AFRIZA B1C1 18 215
WA ODE NURLYN B1C1 18 188

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam tidak lupa saya  sanjungkan kepada nabi Muhammad SAW,
yang telah membawa kita dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh
dengan kedamaian dan kebenaran.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan kepada kami dalam menyelesaikan
makalah mata kuliah Manajemen Risiko dengan judul “fiqih zakat”. Dalam
penyusunan makalah ini kami menyadari tidak terlepas dari kesalahan dan
kekurangan karena terbatasnya kemampuan, karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun, sehingga dapat memperbaiki atau
menjadikan makalah ini lebih baik untuk selanjutnya dan untuk masa yang akan
datang.

Kendari,  7 Januari 2021

                                                                                        Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... i

DAFTAR ISI..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................

1. Latar Belakang............................................................................1
2. Rumusan Masalah......................................................................2
3. Tujuan masalah ..........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................

A. PENGERTIAN ZAKAT ...........................................................3


B. SUMBER HUKUM ...................................................................6
C. JENIS ZAKAT...........................................................................10
D. OBJEK ZAKAT HARTA.........................................................11
E. PENERIMA ZAKAT ...............................................................18
F. ORANG YANG TIDAKBOLEH MENERIMA ZAKAT .....22
G. HIKMA ZAKAT .......................................................................22
H. PERLAKUAN AKUNTANSI (PSAK 109)..............................24

BAB III PENUTUP.........................................................................................


1. Kesimpulan ................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................28
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang ketiga, zakat merupakan
suatu ibadah yang paling penting kerap kali dalam Al-Qur’an, Allah
menerangkan zakat beriringan dengan menerangkan shalat. Pada delapan
puluh dua tempat Allah menyebut zakat beriringan dengan urusan shalat ini
menunjukan bahwa zakat dan shalat mempunyai hubungan yang rapat sekali
dalam hal keutamaannya shalat dipandang seutama-utama ibadah badaniyah
zakat dipandang seutama-utama ibadah maliyah. Zakat merupakan salah satu
rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam.
Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang
telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah
(seperti shalat, haji, dan puasa) yang telah diatur secara rinci dan paten
berdasarkan Al-Qur'an dan As Sunnah, sekaligus merupakan amal sosial
kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai
dengan  perkembangan umat manusia.
Seluruh ulama Salaf dan Khalaf menetapkan bahwa mengingkari hukum
zakat yakni mengingkari wajibnya menyebabkan di hukum kufur. Karena itu
kita harus mengetahui definisi dari zakat, harta-harta yang harus dizakatkan,
nishab- nishab  zakat, tata cara pelaksanan zakat dan berbagai macam zakat.
Salah satu sisi ajaran Islam yang belum ditangani secara serius adalah
penanggulangan kemiskinan dengan cara mengoptimalkan pengumpulan dan
pendayagunaan zakat, infaq dan shadaqah dalam arti seluas-luasnya.
Sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW serta penerusnya di
zaman keemasan Islam. Padahal ummat Islam (Indonesia) sebenarnya
memiliki potensi dana yang sangat besar. Terdorong dari pemikiran inilah,
penulis mencoba untuk menyusun makalah zakat yang ringkas dan praktis
agar dapat dengan mudah dimengerti oleh pembaca. Meskipun penulis sadar
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Namun demikian penulis
berharap risalah ini dapat bermanfaat. Kritik dan saran sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan makalah zakat ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan zakat?
2. Apa itu sumber hukum syarat dan wajib zakat?
3. Apa saja jenis zakat?
4. Apa saja objek zakat harta ?
5. Bagaimana dengan penerima zakat?
6. Siapa saja orang orang yang tidak boleh menerima zakat?
7. Apa itu hikma zakat?
8. Bagaiaman dengan perlakuan akuntansinya?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan zakat?
2. Untuk mengetahui apa itu sumber hukum syarat dan wajib zakat?
3. Untuk mengetahui apa saja jenis zakat?
4. Untuk mengetahui apa saja objek zakat harta ?
5. Untuk mengetahui bagaimana dengan penerima zakat?
6. Untuk mengetahui siapa saja orang orang yang tidak boleh menerima
zakat?
7. Untuk mengetahui apa itu hikma zakat?
8. Untuk mengetahui bagaiaman dengan perlakuan akuntansinya?
BAB II

PEMBAHASAN

A PENGERTIAN ZAKAT
Dari segi bahasa, zakat memiliki kata dasar “zaka” yang berarti
berkah, tumbuh, suci, bersih dan baik . Sedangkan zakat secara
terminologi berarti aktivitas memberikan harta tertentu yang diwajibkan
allah SWT dalam jumlah dan perhitungan tertentu untuk diserahkan
kepada orang orang yang berhak.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka zakat tidak lah sama dengan
donasi atau sumbangan yang bersifat sukarela. Zakat merupakan suatu
kewajiban muslim yang harus ditunaikan dan bukan merupakan hak ,
sehingga kita tidak dapat memiliki untuk membayar atau tidak. Zakat
memiliki aturan yang jelas, mengenai harta apa yang harus dizakatkan.
1. Hubungan antara zakat, infak, dan shadaqah
Zakat infak dan sedekah (ZIS) merupakan suatu ibadah yang
sangat berkaitan dengan perekonomian masyarakat. Selain berfungsi
sebagai pembersih harta zakat juga dapat meminimalisir ketimpangan
sosial yang terjadi di masyarakat sehingga bisa menimbulkan rasa
empati antar sesama muslim. Hal ini sesuai degan (QS 2:195)

“............ dan tetaplah kamu berinfakuntuk agama allah dan jangan lah
kamu menjerumuskan diri dengan tangan mu sendiri kelembah
kecelakaan (karena menghentikan infak itu)”

2. Jenis infaq
1.1 Infak Wajib: terdiri atas zakat dan nazar, yang bentuk dan jumlah
pemberiannya telah ditentukan. Nazar adalah sumpah atau janji
untuk melakukan sesuatu dimasa yang akan datang. Menurut
Qardhawi, nadzar itu adalah sesuatu yang makruh. Namun
demikian, apabila telah diucapkan, maka harus dilakukan
sepanjang hal itu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Seseorang yang bernazar: “jika saya lulus ujian, maka saya akan
memberikan Rp.500.000 kepada fakir miskin.” Wajib
melaksanakan nazarnya seperti yang telah dia ucapkan. Jika hal
tersebut tidak dilakukan, maka dia akan terkena denda/kafarat.
1.2 Infak Sunah: infak yang dilakukan seorang muslim untuk mencari
rida Allah, bisa dilakukan dengan berbagai cara dan bentuk.
Misalnya: memberi makanan bagi orang terkena bencana.

Shadaqah adalah segala pemberian/kegiatan untuk


mengharap pahala dari Allah SWT. Shadaqah memiliki dimensi
yang lebih luas dari Infak, karena shadaqah memiliki 3 pengertian
utama.
1. Shadaqah merupakan pemberian kepada fakir, miskin yang
membutuhkan tanpa mengharapkan imbalan (azzuhaili).
Shadaqah bersifat sunah.
2. Shadaqah dapat berupa zakat, karena dalam beberapa teks Al-
Quran dan As Sunah ada yang tertulis dengan shadaqah
padahal yang dimaksud adalah zakat.

“sesungguhnya zakat-zakat itu adalah bagi orang-orang


kafir,orang-orang miskin, amil-amil zakat…” (QS 9:60). Pada ayat
tersebut , “zakat-zakat” diungkapkan dengan lafal “ash shadaqaat”
Dari ketiga pengertian diatas, maka shadaqah memiliki dimensi
yang sangat luas, tidak hanya berdimensi memberikan sesuatu
dalam bentuk harta tetapi juga dapat berupa berbuat kebajikan,
baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain,sesuai hadis Nabi
Muhammad SAW.
Dari Abu Musa Al-Asyary r.a dari Nabi Muhammad SAW
bersabda, “tiap-tiap Muslim haruslah bersedekah”; sahabat
bertanya “bagaimana kalau dia tidak mampu Ya Rasulullah?”;
Nabi menjawab, “Dia harus berusaha dengan kedua tangan
(tenaga)nya hingga berhasil untuk dirinya dan untuk bersedekah”;
sahabat bertanya “bagaimana kalau dia tidak mampu?”; Nabi
menjawab “dia melakukan sesuatu perbuatan baik atau menahan
dirinya dari perbuatan munkar (kejahatan) itupun merupakan
shadaqah baginya”.
“senyuman itu sedekah” (HR Baihaqi)

Manfaat infak dan shadaqah adalah sebagai berikut:


1. Mencegah datangnya bala (kesulitan)
2. Memelihara harta dari hal-hal yang tidak diinginka
3. Mengharap keberkahan harta yang dimiliki

Walaupun zakat merupakan dimensi yang paling sempit dari


infak dan shadaqah, namun dia mengikat setiap muslim. Oleh
sebab itu, para ahli fikih biasa menyebutkan zakat sebagai infak
wajib dari infak sebagai shadaqah tathawwu (shadaqah sunah).

3. Perbedaan Zakat dan Pajak


Zakat berbeda dengan pajak yang dibayarkan oleh warga Negara
kepada pemerintahnya. Pajak sendiri diartikan sebagai kontribusi wajib
kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (UU No.28/2007).
Terdapat beberapa perbedaan antara pajak dan zakat (Syarwat,2006)
yaitu sebagai berikut.
1. Zakat merupakan manifestasi ketaatan umat terhadap perintah Allah
SWT dan Rasulullah SAW sedangkan pajak merupakan ketaatan
seorang warga Negara kepada uli amrinya (pemimpinnya).
2. Zakat telah ditentulkan kadarnya di dalam Al-Quran dan Hadis,
sedangkan pajak dibentuk oleh hukum Negara.
3. Zakat hanya dikeluarkan oleh kaum muslimin sedangkan pajak
dikeluarkan oleh setiap warga Negara tanpa memandang apa agama
dan keyakinannya.
4. Zakat berlaku bagi setiap muslim yang mencapai nisab tanpa
memandang di Negara mana ia tinggal, sedangkan pajak hanya
berlaku dalam batas garis territorial suatu Negara saja.
5. Zakat adalah suatu ibadah yang wajib didahului oleh niat sedangkan
pajak tidak memakai niat.
6. Zakat harus dipergunakan untuk kepentingan mustahil yang
berjumlah delapan asnaf (sasarannya), sedang pajak dapat
dipergunakan dalam seluruh sector kehidupan.

Sedangkan persamaan zakat dan pajak, yaitu sebagai berikut.

1. Bersifat wajib dan mengikat atas harta yang ditentukan, dan ada
sanksi jika mengabaikannya.
2. Zakat dan pajak harus disetorkan pada lembaga resmi agar tercapai
optimalisasi penggalangan dana maupun penyalurannya.
3. Zakat dan pajak memiliki tujuan yang sama yaitu untuk membantu
penyelesaian masalah ekonomi dan pengetasan kemiskinan.
4. Tidak ada janji memperoleh imbalan materi tertentu di dunia.
5. Zakat dan pajak dikelola oleh Negara pada pemerintah islam.

B SUMBER HUKUM
1) Al- quran
Kata zakat disebut 30 kali dalam alquran (27 kali dalam satu ayat
bersama shalat, 1 kali tidak dlam satu ayat tapi masih dalam satu
konteks dengan shalat, 8 kata zakat terdapat dalam surat yang
diturunkan di mekkah dan 22 zakatyang diturunkan dimadinah).
2) As-sunah
Abu hurairah berkata, rasulullah bersabda “ siapa yang dikaruniai oleh
allah kekayaan tetapi tidak mengeluarkan zakatnya, maka pada hari
kiamat nanti ia akan didatangi oleh seekor ular jantan gundul yang
sangat berbisa dan sangat menakutkan dengan dua bintik diatas kedua
matanya”(HR. Bukhari )
“golongan yang tidak mengeluarkan zakat (didunia) akan ditimpa
kelaparan dan kemarau panjang”(HR.tabrani)

Syarat dan Wajib Zakat


Syarat wajib zakat, antara lain sebagai berikut.
 Islam, berarti mereka yang beragama Islam baik anak atau sudah
dewasa,berakal sehat atau tidak.
 Merdeka, berarti bukan budak dan memiliki kebebasan untuk
melaksanakan dan menjalankan seluruh syariat Islam.
 Memiliki satu nisab dari salah satu jenis harta yang wajib
dikenakan zakat dan cukup haul.

Zakat adalah kewajiban bagi pihak yang memenuhi semua kriteria


di atas,zakat adalah utang kepada Allah SWT dan harus disegerakan
pembayarannya, serta ketika membayar harus diniatkan untuk
menjalankan perintah Allah yang mengharapkan rida-Nya.

Syarat harta kekayaan yang wajib dizakatkan atau objek zakat


 Halal
Harta tersebut harus didapatkan dengan cara yang baik dan
halal sesuai dengan tuntutan syariah). Dengan demikian, harta
yang haram, baik karena zatnya maupun cara perolehannya
( diperoleh dengan cara yang dilarang Allah dan Rasul-Nya ),
bukan merupakan objek zakat, dan karena itu, Allah tidak akan
menerima zakat dari harta yang haram, sebagaimana tersebut
dalam hadis berikut ini.
“Barang siapa mengumpulkan harta dari jalan yang haram, lalu ia
menyekahkannya, maka dia tidak mendapatkan pahala, bahkan
mendapat dosa.” (HR Huzaimah dan Ibnu Hiban dishahikan oleh
Imam Hakim)
 Milik Penuh
Milik penuh artinya kepemilikan di sini berupa hak untuk
penyimpanan,pemakaian, pengelolaan yang diberikan Allah SWT
kepada manusia, dan didalamnya tidak ada hak orang lain.
 Berkembang
Menurut ahli fikih, “harya yang berkembang’ secara terminology
“harta tersebut bertambah”,tetapi menurut istilah bertambah itu
yaitu bertambah secara nyata dan bertambah secara tidak nyata.
Bertambah secara nyata adalah bertambah harta tersebut akibat,
keuntungan atau pendapatan dari pendayagunaan aset,
 Cukup Nisab
Nisab, yaitu jumlah minimal yang menyebabkan harta terkena
kewajiban zakat. Menurut Dr. Didin Hafdhuddin, nisab
merupakan keniscayaan sekaligus merupakan kemashalatan,
sebab zakat itu diambil dari orang yang kaya (mampu) dan
diberikan kepada orang-orang yang tidak mampu.
 Cukup Haul
Haul adalah jangka waktu kepemilikan harta di tangan si pemilik
sudah melampui dua belas bulan Qamariyah. Persyaratan setahun
ini hanya untuk objek zakat berupa ternak, uang, dan harta benda
dagang. Untuk objek zakat berupa hasil pertanian, buah-buahan,
madu, logam mulia, harta karun, dan lain-lain yang sejenisnya,
akan dikenakan zakat setiap kali dihasilkan, tidak persyaratkan
satu tahun. Perbedaan ini menurut Ibnu Qudamah, bahwa
kekayaan yang dipersyaratkan wajib zakat setelah setahun,
mempunyai potensi untuk berkembang.
“Tidak ada zakat atau suatu kekayaan sampai berlalu satu tahun”
(HR Ad-Daruquthni dan Baihaqi).
“Dan hendaklah kamu serahkan haknya waktu pemotongan”(QS
Al An’am: 141)
Ibnu Qayyim berkata tentang pedoman yang diberikan Rasulullah
SAW mengenai zakat:

“Beliau hanya mewajibkan zakat itu satu kali dalam setahun dan
satu tahun buat tanaman dan buah-buahan adalah waktu
matangnya. Ini sangatlah adil, sebab bila diwajibkan sekali,
sebulan atau seminggu akan menyakiti pemilik kekayaan, tetapi
bila diwajibkan sekali seumur hidup akan menyakiti orang-orang
miskin. Oleh karena itu, yang paling adil adalah mewajibkan
sekali dalam setahun”.
 Bebas dari Utang
Dalam menghitung cukup nisab, harta yang akan
dikeluarkan zakatnya harus bersih dari utang, karena ia dituntut
atau memiliki kewajiban untuk melunasi utangnya itu

“Zakat hanya dibebankan ke atas pundak orang kaya. Orang yang


berzakat sedangkan ia atau keluarganya membutuhkan, atau ia
mempunyai utang, maka utang itu lebih penting dibayar terlebuh
dahulu daripada zakat” (HR Bukhari)
 Lebih dari Kebutuhan Pokok
Kebutuhan adalah sesuatu yang betul-betul diperlukan untuk
kelangsungan hidup secara rutin, seperti kebutuhan sehari-hari.
Kebutuhan ini akan berbeda untuk setiap orang karena tergantung
situasi, keadaan dan jumlah tanggungan. Pengunnan zakat atas
harta yang telah lebih dari kebutuhan rutin sesuai dengan (QS
2:219) “sesuatu yang lebih dari kebutuhan….” dan juga hadis
“zakat hanya dibeban ke atas pundak orang kaya”, yang akan
secara implisit berarti orang yang memiliki harta lebih dari
kebutuhannya.

C JENIS ZAKAT
Ada dua jenis zakat, sebagai berikut.
1) Zakat jiwa/zakat fitrah adalah zakat yang diwajibkan kepada setiap
muslim setelah matahari terbenam dibulan ramadhan. Lebih utama
dibayarkan sebelum shalat idul fitri, karena jika dibayarkan setelah
shalat ied, maka sifatnya sedekah biasa bukan zakat fitrah.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
“barang siapa yang mengeluarkannya sebelum shalat ied, maka itu
zakat fitrah diterima. Dan barang siapa yang mengeluarkannya
setelah shalat ied, maka itu termasuk salah satu sedekah dari sedekah-
sedekah biasa.” (HR. Ibnu Abbas)
Seorang muslim wajib membayar zakat fitrah untuk dirinya dan
orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya seperti istri,anak,dan
pembantunya yang muslim. Akan tetapi boleh untuk seorang istri atau
anak atau pembantu membayar zakat sendiri.
2) Zakat Harta adalah zakat yang boleh dibayarkan pada waktu yang
tidak tes tertentu, mencakup hasil perniagaan, pertanian,
partambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak
serta hasil kerja (profesi) yang masing-masing memiliki perbitungan
sendiri sendiri.
Pada masa Rasulullah kelompok harta yang ditelapkan menjadi sbjek
zacat terbatas pada (1) emas dan perak di zaman rasul uang terbuat dari
emas atan perak; (2) tumbuh-tumbuhan tertentu seperti gandum, jelai,
kurma dan anggur, (3) hewan teritak tertentu seperti donba atau birl-
biri, sapi dan unta: (4) harta perdagangan (tijarah):(5) harta kekayaan
yang ditemukan dalam perut bumi (rikaz). Sementara Allah
merumuskan apa yang wajib dizakati dengan rumusan yang sangat
umum yaitu “kekayaan”, seperti firman-Nya, “Pungutlah olehmu zakat
dari mereka...” “Dalam kekayaan mereka terdapat hak peminta-minta
dan orang yang melarat.” Hal Ini dapat disebabkan karena pada zaman
rasul harta jenis itulah yang dianggap sebagai kekayaan.

D OBJEK ZAKAT HARTA


 Zakat Binatang Ternak (Zakat An'am)
Dalam berbagai hadis dikemukakan bahwa ada tiga jenis hewan
ternak yang wajib dikeluarkan zakanya setelah menenuhi persyaratan
tertentu yaitu unta, sapi, dan domba. Sedangkan diluar ketiga jenis
tersebut, para ulama berbeda pendapat. Abu Hanifah berpendapat
bahwa pada binatang kuda dikenakan kewajiban zakat, sedangkan
Imam Maliki dan Imam Syafi'i tidak mewajibkannya, kecual bila kuda
itu diperjualbelikan,
Yusufal-Qaradhawi membahas zakat sapi, mengutip pendapat Ibnu
Mundzir yang menganalogikan kerbau pada sapi. Bahkan, ia
menyatakan bahwa kedua jenis binatang ini, wajib dikeluarkan
zakatnya berdasarkan ijmak ulama. Oleh karena itu, apabila
diperhatikan dalil-dalil dalam Al-Quran dan hadis serta pendapat para
ulama dapatlah disimpulkan bahwa hewan ternak selain tiga jeais
tersebut di atas, yang kini dalam perekonomian modern berkembang
pesat, seperti peternakan unggas (bebek dan ayam), tidaklah termasuk
pada kategori zakat hewan ternak, melainkan pada zakat perdagangan,
karena memang sejak awal, jenis peternakan ini sudah diniatkan
Syarat zakat binatang ternak adalah apabila sudah mencapai jumlah
tertentu yang ditetapkan syariah (cukup nisab), lelah dimiiki selama
satu tahun (haul), digembalakan atau sengaja diurus sepanjang tahun
untuk maksud memperoleh susu, bbit baru, pembiakan dan dagingnya,
dan tidak dipekerjakan untuk kepentingan pemliknya. Jika di
pekerjakan misalnya untuk membajak sawah bukan objek zakat.
 Zakat Emas dan Perak

Rasulullah SAW bersabda:

“tidak ada seorang pun yang mempunyai emas dan perak yang tidak
dia tidak berikat zakatnya, melainkan pada hari kiamat dijadikan
hartanya itu beberapa keping api neraka. Setelah dipanaskan,
digosoklah lambungnya, dahiya, belakangnya, dengan kepingan itu:
setiap-setiap dingin, dipanaskan kembali pada suatu hari yang
lamanya 50 ribu tahun, sehingga allah menyelesaikan urusan hamba-
Nya”

Berdasarkan hadis riwayat abu dawid, nisat zakat emas, perak dan
uang adalah misqal atau 20 dinar, sedangkan nisab perak adalah 200
dirham. Banyak perbedaan pendapat tentang 20 misqal tersebut setara
dengan berapa gram, ada ulama yang menyatakan 96 gram,93,91,85
bahkan ada yang 70 gram emas.
Jumur ulama menyepakati pengenaan zakat untuk perhiasan (emas
dan perak) yang disimpan dan tidak digunakan , seperti: untuk koleksi
dan hiasan rumah , untuk perhiasan yang dipakai laiki-laki atau untuk
peralatan makan dan minum. Jumbur ulama juga menyepakati bahwa
tidak ada yang wajib zakat untuk perhiasan di luas emas dan perak
yang dipakai perempuan seperti: intan, mutiara, dan permata, karena
dianggap tidak berkembang.
 Zakat pertanian (zakat zira’ah)
“ hai orang-orang yang beriman, nafkakanlah sebagian yang baik-
baik dari perolehan kalian dan sebagian hasil-hasil yang kami
keluarkan dari bumi untuk kalian. Janganlah kalian bermaksud
menafkakan yang buruk-buruk darinya padahal kalian sendiri tidak
mau menerimanya, kecuali dengan mata terpicing.
Dari abu said al khudri radhiyallahu’anhu ia berkata: “Rasulullah
SAW bersabda, tidak ada zakat pada hasil panen yang kurang dari
lima wasaq, tidak ada zakat pada hasil panen yang kurang dari lima
dzaud dan tidak ada zakat pada hasil panen yang kurang dari lima
awsuq. (He bukhari dan muslim)
Menurut dewan fatwa Saudi Arabia, zakat pertanian ini karenakan
atas semua hasil tanaman dan buah-buahan yang ditanam dengan
tujuan untuk mengembangkan dan menginvestasikan tanah. Tidak
diwajibkan atas tanaman liar yang tumbuh dengan sendirinya , seperti
rumput, poho, kayu bakar, bamboo dan lain-lain kecuali jika
diperdagangkan maupun suatu yang dihasilkan dari pohon seperti:
getah karet. Untuk kedua hal ini akan mengikuti zakat perdagangan.

 Zakat Perdagangan (tijarah)


Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk mengeluarkan sadaqah
dan zakat dari apa yang kita jual. Riwayat dan abu dawid:
“pedagang-pedangang nanti pada hari kiamatdibangkitkan dari
kubur sebagai orang-orang durjam terkecuali orang yang bertakwa,
baik, dan jujur”
Berdagang menurut pengertian sebagian ulama fikih adalah
mencari kekayaan dengan pertukaran harta kekayaan, sedangkan
kekayaan dagang adalah segala yang dimaksudkan untuk
diperjualbelikan dengan maksud untuk mencari keuntungan,
berdasarkan definisi ini dapat diketahui bahwa yang mementukan
suatu barang merupakan barang dagang adalah niat ketika kembali.
Adapun syarat zakat sama dengan zakat emas yaitu mencapai
nisab, sudah berlalu masanya setahun (lalu) bebas dari utang, lebih
dari kebutuhan pokok dan merupakan hak milik. Taruf zakatnya 2,5%.
Suatu harta yang telah dikenakan zakat perdagangan, tidak akan
dikenakan zakat lagi (double zakat). Misalnya emas yang akan dijual
dikenakan zakat perdangangan, namun tidak dikenai zakat emas.

 Zakat Produksi Hewani


Pada zaman sekarang, kita melihat sebagian orang beternak untuk
mengambil hasil dari ternak tersebut, misalnya sapi untuk dijual
susunya, atau ulat sutera untuk dijual suteranya, ayam untuk dijual
telurnya/ dagingnya atau sejenisnya.
Para ulama fikih berpendapat bahwa hasil ternak yang belum
dikeluarkan zakatnya, wajib dikeluarkan zakat dari produksinya,
seperti hasil tanaman dari tanah, madu dari lebah, susu dari binatang
ternak, telur dari ayam, dan sutera dari ulat sutera dan lainnya. Maka
si pemilik harus menghitung nilai benda-benda tersebut bersama
dengan produknya pada akhir tahun, lalu mengeluarkan zakatnya
sebesar 2,5% seperti zakat perdagangan. Khusus madu, zakatnya 10%
dengan syarat nisab sebesar 653 kg dan tidak harus mencapai haul.

 Zakat investasi
Investasi adalah semua kekayaan yang ditanamkan pada berbagai
bentuk aset jangka panjang baik untuk tujuan mendapatkan
pendapatan atau ditujukan untuk diperdagangkan.

Investasi Dapat Berbentuk

1. Surat berharga, seperti: saham dan obligasi.

2. Aset tetap, seperti: properti dan tanah.

Investasi dalam Saham

Saham adalah hak pemilikan tertentu atas kekayaan satu perseroan


terbatas atau atas penunjukkan atas saham tersebut. Imbal hasil saham
adalah dividen yang dibagikan sesuai keputusan RUPS dan blasanya
diambil dari hasil keuntungan perusahaan. Untuk melakukan investasi
dalam saham, maka saham yang dipilih haruslah saham yang
memenuhi prinsip syariah. Saham yang dipilih tidak memenuhi
prinsip syariah maka tidak dikenakan zakat, karena sesuotu yang
berasal dari hal yang haram tidak wajib zakat.

Investasi dalam Obligasi

Obligasi adalah perjanjian tertulis dari bank, perusahaan, atau


pemerintah kepada pembawanya untuk melunasi sejumlah pinjaman
dalam masa tertentu dengan bunga tertentu pula. Oleh karena investasi
dalam obligasi konvensional itu tidak dihalalkan maka tidak ada
kewajiban zakat atas penghasilan obligasi, mengingat itu adalah
nonhalal dan cukup disedekahkan untuk kepentingan umum
seluruhnya. Jika investasi dalam obligasi syariah, maka zakat
dikenakan atas obligasi dan keuntungannya sebesar 2,5% sesuai
dengan zakat perdagangan, setelah memenuhi haul dan nisab.
(Qardhawi, 2002)

Investasi pada Aset

Menurut Yusuf Qhardawi, untuk investasi atas aset, maka


dikenakan zakat yang dianalogikan dengan zakat pertanian. Barang
berupa tanah, gedung atau alat seperti mesin produksi, alat transportati
dan lain-lain, tidak dikenakan zakat, namun zakat hanya dikenakan
pada penghasilan bersih atau keuntungan yang diperoleh atas aset
sebesar 10%, atau kalau dari penghasilan kotor sebesar 5% setelah
memenuhi haul dan nisab.

 Zakat Profesi Dan Penghasilan

Pekerjaan yang menghasilkan uang ada dua macam. Pertama


adalah pertama yang dikerjakan sendiri tanpa tergantung kepada orang
lain. Penghasilan yang diperoleh dengan cara ini merupakan
penghasilan professional, seperti penghasilan seorang dokter, insinyur,
akuntans, advokat, seniman, penjahit dan lain-lain. Kedua adalah
pekerjaan yang dikerjakan seseorang buat pihak lain untuk
memperoleh upah/gaji, baik pada pemerintah, perusahaan swasta dan
pemberi kerja lainya. Penghasilan dari pekerjaan seperti itu berupa
gaji, upah, honorarium ataupun hadiah. Penghasilan adalah
pendapatan yang diperoleh secara halal baik secara rutin maupun tidak
rutin.

 Zakat Atas Uang


Zakat atas uang dikenakan untuk uang yang dimiliki baik dalam
bentuk simpanan (bentuk deposito atau tabungan) atau hadiah. Jika
bentuk bagi hasilnya adalah bunga maka tidak dapat dikeluarkan zakat
atas bunga tersebut. Terjadi perbedaan pendapat ulama tentang
tabungan/deposito ini dikaitkan bila yang bersangkutan juga telah
telah mengeluarkan zakat atas penghasilan/profesi, terutama jika
penghasilannya hanya dari profesi saja. Ada ulama yang
mewajibkannya dan ada yang tidak. Bagi yang mewajibkan, maka atas
simpanan yang dimiliki akan dikenakan zakat mengikuti zakat emas
baik nisab dan haul sebesar 2,5%.
Untuk zakat hadiah, terjadi perbedaan pendapat dikalangan ulama.
Ada ulama yang mengatakan tidak ada zakat atas hal tersebut namun
ada ulama yang menganalogikan dengan rikaz. Sedangkan menurut
pendapat Qardhawi adalah sebagai berikut.
1. Jika hadiah tersebut terkait dengan gaji maka ketentuannya sama
dengan zakat profesi/pendapatan. Dikeluarkan pada saat menerima
dengan kadar zakat 2,5%.
2. Jika komisi, terdiri atas 2 (dua) bentuk: pertama, jika komisi dari
hasil persentase keuntungan perusahaan kepada pegawai, maka
zakat yang dikeluarkan sebesar 10% (sama dengan zakat
tanaman), kedua, jika komisi dari hasil profesi seperti makelar,
dan lain-lain maka digolongkan dengan zakat profesi. Aturan
pembayaran zakatnya mengikuti zakat profesi.
3. Jika berupa hibah, terdiri atas dua kriteria, pertama, jika sumber
hibah tidak diduga-duga sebelumnya, maka zakat yang
dikeluarkan sebesar 20%, kedua, jika sumber hibah sudah diduga
dan diharap, hibah tersebut digabungkan dengan kekayaan yang
ada dan zakat yang dikeluarkan sebesar 2,5%
 Zakat Perussahaan Atau Institusi.
Zakat ini adalah zakat yang didasarkan atas prinsip keadilan serta
hasilijtihad para ahli fikih. Oleh sebab itu, zakat ini agak sulit
ditemukan pada kitab fikih klasik. Kewajibanzakat perusahaan hanya
ditujukan pada perusahaan yang dimiliki (setidaknya mayoritas) oleh
muslim. Sehingga zakat ini tidak ditujukan pada harta perusahaan
yang tidak dimiliki oleh muslim (syafei, 2008).
Para ulama kontemporer menganalogikan zakat perusahaan kepada
zakat perdagangan, karena dipandang dari aspek legal dan ekonomi,
kegiatan sebuah perusahaan intinya berpijak pada kegiatan trading
atau perdagangan.
Hal tersebut dikuatkan oleh seminar 1 zakat di Kuwait pada
tanggal 3 April 1984 tentang zajat perusahaan. Dimana zakat
perusahaan harus dikeluarkan jika syarat-syarat berikut terpenuhi
(Manaf):
1. Kepemilikan dikuasai oleh muslim/muslimin.
2. Bidang usaha harus halal.
3. Aset perusahaan dapat dinilai.
4. Aset perusahaan dapat berkembang.
5. Mininal kekayaan perusahaan setara dengan 85 gram emas.

Sedangkan syarat teknisnya, antara lain:

1. Adanya peraturan yang mengharuskan pembayaran zakat


perusahaan tersebut.
2. Anggaran dasar perusahaan memuat hal tersebut.
3. RUPS mengeluarkan keputusan yang berkaitan dengan hal itu.
4. Kerelaan para pemegang saham menyerahkan pengeluaran zakat
sahamnya kepada dewan direksi perusahaan.

 Zakat Barang Temuan (Rikaz) Dan Barang Tambang


(Alma’adin) serta Hasil Laut
1. Rikaz menurut jumhur adalah harta peninggalan yang terpendam
dalam bumi atau disebut harta karun.kewajiban pembayaran zakat
adaah saat ditemukan dan tidak ada haul, dengan nisab 85 gram
emas murni.
2. Ma’din adalah seluruh barang tambang yang ada dalam perut
bumi baik berbentuk cair, padat, atau gas, diperoleh dari perut
bumi ataupun dari dasar laut.nisab zakat barang tambang adalah
85 gram emas murni.
3. Dalam pengertian barang tambang diatas, tidak termasuk hasil
eksploitasi dari dalam laut,seperti mutiara dan ikan untukhasil
laut maka harus dizakati sebagai zakat perdagangan.

E PENERIMA ZAKAT
Ada delapan golongan (asnaf) yang berhak menerima zakat, yaitu sebagai
berikut.
1. Fakir
Fakir adalah mereka yang tidak mempunyai harta atau pengahasilan
layak dalam memenuhi keperluanya: sandang, pangan, tempat tinggal,
dan segala kebutuhan pokok lainya, baik untuk diri sendiri maupun
bagi mereka yang menjadi tanggungannya, misalnya : orang yang
memerlukan sepuluh dirham perhari, tapi yang ada hanya memiliki
empat, tiga, atau dua dirham.
2. Miskin
Miskin adalah mereka yang mempunyai harta atau penghasilan layak
dalam memenuhi keperluanya dan orang yang menjadi tanggungannya,
tapi tidak sepenuhnya tercukupi, seperti: yang di perlukan sepuluh
dirham tetapi yang ada hanya memiliki tujuh atau delapan dirham.

Menurut para ahki fikih, fakir miskin terbagi menjadi dua macam,
yaitu sebagai berikut.
a.) Orang miskin yang sanggup bekerja dan mencari nafkah, juga
dapat mencukupi dirinya sendiri seperti tukang, pedaganhg dan
petani. Akan tetapi, mereka kekurangan alat pertukangan atau
modal untuk berdagang, atau kekurangan tanah, alat pertanian dan
pengairan. Maka mereka wajib diberi sesuatu yang memungkinnya
dapat mencari nafkah yang hasilnya mencukupi sepanjang hidup,
sehingga mereka tidak membutuhkan zakat lagi untuk membeli
hal-hal yang di perlukan dalam melamgsungkanya, baik sendiri-
sendiri maupun bersama.
b.) Orang miskin yang tidak mampu mencari nafkah, seperti orang
cacat, orang tua, janda tua, anak-anak dan sebagainya. Kepada
mereka boleh diberikan zakat secukuonya. Misalnya diberi
tunjangan tetap yang dapat dipergunakanya setiap tahun, bahkan
baik juga diberikan bulanan apabila dikhawatirkan orang itu
berlaku boros atau mengeluarkan uang diluar kebutuhan penting.
Cara inilah yang kita ikuti pada saaat ini. Jika sistem tunjangan
diberikan kepada para pegawai dengan cara bulanan, demikian juga
pemberian bantuan-bantuan rutin.
3. Pihak yang mengurus zakat (amilin)
Para amil zakat memepunyao berbagai macam tugas dan pekerjaan.
Semua berhubungan dengan pengaturan administrasi dan keuangan
zakat. Yaitu mendata orang-orang yang wajib zakat dan macam zakat
yang di wajibkan padanya. Juga besar harta yang wajib dizakati,
kemudian mengetahui para mustahik (penerima zakat), berapa jumlah
mereka, berapa kebutuhan mereka serta besar biaya yang dapat
mencukupi dan hal-hal lain yang perlu di tangani misalnya
pengadministrasian dan pelaporan sumber dan penggunaan dan zakat.
Syarat-syarat amil zakat antara lain:
a.) Muslim
b.) Mukalaf
c.) Jujur
d.) Memahami hukum-hukum zakat
e.) Memiliki kemampuan melaksankan tugas
f.) Orang yang merdeka bukan budak.
4. Golongan mualaf
Mualaf adalah mereka yang di harapkan kecenderungan hatinya atau
keyakinan dapat bertambah pada islam atau mengahalangi niat jahat
mereka atas kaum muslimin atau harapan akan ada manfaatnya mereka
dalam membela dan menolong kaum muslimin dari musuh.
(Qardhawi,1996) .
5. Orang yang belum merdeka (Riqab)
Budak yang tidak memiliki harta dan ingin memerdekakan dirinya,
berhak mendapatkan zakat sebagai uang tebusan.
Cara membebaskan budak bisa dilakukan dengan dua hal berikut ini.
a. Menolong hamba mukatab, yaitu budak yang telah ada perjanjian
dan kesepakatan dengan tuanya, bahwa dia sanggup mengahasilkan
harta dengan nilai dan ukuran tertentu, maka bebaslah dia.
b. Seseorang dengan harta zakatnya atau seseorang bersama-sama
dengan temanya membeli seorang budak kemudian
membebaskanya.

6. Orang yang berutang (Gharimin)


Menurut imam malik, syafi’I dan hambali bahwa orang yang
memiliki utang terbagi kepada dua golongan berikut ini.
a. Orang yang mempunyai utang untuk kemasalahan dirinya sendiri,
termasuk orang yang mengalami bencana seperti terkena banjir,
hartanya terbakar dan orang yang berutang untuk memaafkan
keluarganya.
1. Hendaknya ia memiliki harta yang dapat membayar uangnya,
maka ia diberi zakat sekedar untuk membayar sisa utang saja.
2. Hendaknya uang tersebut untuk melaksanakan ketaatan ataun
mengerjakan sesuatu urusan yang dinperbolehkan.
3. Hendaknya utang di bayar pada wajtunya.
b. Orang yang mempunyai utang untuk kemasalahan masyarakat;
sebagian ulama syafi’I berpendapat, bahwa orang yang berutang
untuk meramaikan masjid, membebaskan tawanan, menghormati
tamu hendaknya diberi bagian zakat walaupun ia kaya; jika
kayanya itu dengan memiliki benda tidak bergerak bukan memiliki
uang.

7. Orang yang berjuang di jalan allah (Fi sabilillah)


Menurut tafsir ibnu atsir dalam an-Nihayah, arti kalimat sabilillah
terbagi menjadi dua, sebagai berikut:
a. Menurut bahasa adalah setiap amala perbuatan ikhlas yang
dipergunakan untuk ber-taqarrub kepada allah SWT, meliputi
segala amal perbuatan salih, baik yang bersifat pribadi maupun
yang bersifat kemasyarakatan.
b. Arti bersifat mutlak adalah berperang di jalan allah, seolah-olah
khusus untuk jihad.

8. Orang yang melakukan perjalanan (ibnu sabil)


Menurut ibnu zaid “ ibnu sabil adalah musafir, apakah ia kaya atau
miskin, apabila mendapat musibah dalam bekalnya atau hartanya sama
sekali tidak ada, atau terkena suatu musibah atas hartanya, ataunia
sama sekali tidak memiliki apa-apa, maka keadaan demikian hanya
bersifat pasti.”

F ORANG YANG TIDAKBOLEH MENERIMA ZAKAT


Orang orang yang tidak boleh menerima zakat adalah sebagai berikut :
1. Orang kaya, yaitu orang yang berkecukupan atau mempunyai harta
yang mencapai satu nisab.
2. Orang yang kuat yang mampu berusaha untuk mencukupi kebutuhan
dan jika pengehasilannya yang tidak mencukupi, baru boleh
mengambil zakat.
3. Orang kafir dibawah perlindungan negara islam kecuali jika
diharapkan untuk masuk islam.
4. Bapak ibu atau kakek nenek hingga keatas anak- anak hingga kebawah
atau istri yang mengeluarkan zakat, karena nafkah mereka dibawah
tanggung jawabnya. Namun diperbolehkan menyalurkan zakat kepada
selain mereka seperti saudara laki- laki, saudara perempuan, paman
dan bibi dengan syarat mereka dalam keadaan membutuhkan
.
G. HIKMA ZAKAT
Secara umum hikmah zakat adalah sperti berikut.
1. Menghindari kesenjagan social anyara aghniya (si kaya) dan dhu’afa
(si miskin).
2. Pilar amal jama’i (bersama) antara si kaya dengan para mujahid dan
da’i yang bejuang dan berda’wah dalam rangka meninggikan kalimat
Allah SWT.
3. Membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk.
4. Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan orang kikir.
5. Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang allah SWT berikan.
6. untuk pengembangan potensi umat melalui terwujudnya sistem
kemasyarakatan Islam yang terdiri atas prinsip-prinsip: Ummatan
wahidan (umat yang satu), Musawah (persamaan derajat dan
kewajiban), Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam), dan Takaful
Ijti’ma (tanggung jawab bersama).
7. Dukungan moral kepada orang yang baru masuk islam
8. Menambah pendapatan Negara untuk proyek-proyek yang brguna bagi
ummat.
9. Menjadi unsure penting dalam mewujudkan keseimbangan dalam
distribusi harta (social distribution), dan keseimbangan tanggung
jawab individu dalam masyarakat.

Dampak zakat bagi si pemberi, yaitu sebagai berikut.

1. Zakat menyucikan jiwa dan sifat kikir, zakat yang dikeluarkan semata
karena mengikuti perintah Allah dan mencari ridaNya, akan
menyucikannya dari segala kotoran dosa secara umum dan terutama
kotornya sifat kikir. “Dan adalah manusia itu sangat kikir.” (QS
17:100).
2. zakat mendidik berinfak dan memberi, sehingga memiliki jiwa
dermawan, mulia, dan pemberi, bukannya jiwa yang hina dan tidak
mau memberi.
3. Berakhlak dengan Allah, kesempurnaan kekuatan berpikir tergantung
pada mengagungkan perintah Allah, dan kesempurnaan kekuatan
beramal tergantung kepada kasih sayangnya kepada makhluk Allah.

Dampak zakat dalam kehidupan bermasyarakat, yaitu sebagai berikut.

1. Zakat dan tanggung jawab sosial, zakat adalah salah satu bagian dari
tatanan jaminan sosial dalam islam. dengan ruang lingkup yang dalam
dan luas, mencakup segi kehidupan material dan spiritual, seperti
jaminan akhlak, pendidikan, jaminan politik, jaminan pertahanan,
jaminan pidana, jaminan ekonomi, jaminan kemanusiaan, jaminan
kebudayaan, dan yang terakhir adalah “jaminan sosial”.
2. Zakat dan ekonomi, zakat dari sisi ekonomi adalah merangsang di
pemilik harta kepada amal perbuatan untuk mengganti apa yang telah
diambil dari meraka.
3. Zakat dan tegaknya jiwa umat, zakat memiliki sasaran dan dampak
dalam menegakkan akhlak yang mulia yang diikuti oleh umat islam
serta dalam memelihara roh dan nilai yang ditegakkan oleh umat.

H. PERLAKUAN AKUNTANSI (PSAK 109)

Perlakuan akuntansi dalam pembahasan ini mengacu pada PSAK


No. 109, Ruang lingkupnya hanya untuk amil yang menerima dan
menyalurkan zakat dan infak/sedekah.
PSAK 109 ini merujuk kepada beberapa fatwa MUI, yaitu :
1. Fatwa MUI No. 8/2011 tentang Amil Zakat, menjelaskan tentang
kriteria, tugas amilzakat serta pembebanan biaya perasional kegiatan
amil zakat yang dapat diambildari bagian amil, atau dari bagian fi
sabilillah dalam batas kewajaran, proporsionalserta sesuai dengan
kaidah islam.
2. Fatwa MUI No.13/2011 tentang Hukum Zakat atas Harta Haram,
dimana zakat harusditunaikan dari harta yang halal baik jenis maupun
perolehannya.
3. Fatwa MUI No.14/2011 tentang penyaluran Harta Zakat dalam bentuk
Aset Kelolaan.Yang dimaksud aset kelolaan adalah sarana atau
prasarana yang diadakan dari hartazakat dan secara fisik berada
didalam pengelolaan pengelola sebagai wakil mustahikzakat,
sementara manfaatnya diperuntukkan bagi mustahik zakat.
4. Fatwa MUI No. 15/2011 tentang Penarikan, Pemeliharaan dan
Penyaluran HartaZakat. Tugas Amil Zakat adalah melakukan
penghimpunan, pemeliharaa danpenyaluran. Jika amil menyalurkan
zakat tidak langsug kepada mustahik zakat, makatugas amil dianggap
selesai pada saat mustahik zakat menerima dana zakat.
Akuntansi Untuk Zakat
1. PENERIMAAN ZAKAT DIAKUI PADAsaat kas atau aset nonkas
diterima dan diakui sebagai penambah dana zakat. Jika diterima dalam
bentuk kas, diakui sebesar jumlah yang diterima tetapi jika dalam
bentuk nonkas sebesar nilai wajar aset.

Jurnal

Dr. Kas xx

Dr. Aset nonkas (nilai wajar) xx

Cr.penerimaan zakat xx

2. jika mzarki menentukan mustahik yang menerima penyaluran zakat


melalui amil, maka tidak ada bagian amil atas zakat yang diterima dan
amil dapat menerima ujrah ataskegiatan penyauran tersebut.

Jika atas jasa tersebut amil mendapatkan ujrah atau fee maka diakui
sebagai penambah dana amil. Jurnal saat mencatat penerimaan fee:

Dr.kas xx

Cr. Penerimaan dana amil xx

Akuntansi untuk Infak atau sedekah

1. Penerimaan infak atau sedekah diakaui pada saat kas atau asset non kas
diterima dan diakui sebagai penambahan dana infak atau sedekah
terikat atau tidak terikat sesuai tujuan pemberiannya.
Jika diterima dalam bnetuk kas, diakui sebesar jumlah yang diterima
tetapi jika dalam bentuk non kas sebesar nilai wajar.
Untuk penerimaan asset non kas dapat dikelompokan menjadi asset
lancar atau asset tidak lancar. Asset lancar adalah asset yang harus
segera disalurkan, dan dapat berupa bahan habis pakai seperti bahan
makanan atau barang yang memiliki manfaat jangka panjang
misalnnya mobil untuk ambulan. Aset nonkas lancar di nilai sebesar
nilai perolehan.
Jurnal :

Dr. Kas xxx


Dr. Asset non kas (nilai perolehan)-Lancar xxx
Cr. Penerimaan infak xxx

2. Asset tidak lancar yang diterima dan diamanahkan untuk dikelolah


oleh amil dinilai sebesar nilai wajar dan diakui sebagai asset tidak
lancar infak atau sedekah. Penyusutan dari asset tersebut diperlukan
sebagai pengurang dana infak atau sedekah terikat apabila penggunaan
atau pengelolaan asset tersebut sudah ditentukan oleh pemberi.
Jurnal :

Asset non kas (nilai wajar)-tidak Lancar xxx


Penerimaan infak atau sedekah xxx
Penyaluran infak atau sedekah- Beban Depresi xxx
Akumulasi Depresiasi xxx
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu
unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat
adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-
syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah (seperti shalat, haji,
dan puasa) yang telah diatur secara rinci dan paten berdasarkan Al-Qur'an
dan As Sunnah, sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan
kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan  perkembangan umat
manusia.
Kata zakat disebut 30 kali dalam alquran (27 kali dalam satu ayat
bersama shalat, 1 kali tidak dlam satu ayat tapi masih dalam satu konteks
dengan shalat, 8 kata zakat terdapat dalam surat yang diturunkan di
mekkah dan 22 zakatyang diturunkan dimadinah). Abu hurairah berkata,
rasulullah bersabda “ siapa yang dikaruniai oleh allah kekayaan tetapi
tidak mengeluarkan zakatnya, maka pada hari kiamat nanti ia akan
didatangi oleh seekor ular jantan gundul yang sangat berbisa dan sangat
menakutkan dengan dua bintik diatas kedua matanya”(HR. Bukhari ).
Syarat wajib zakat, antara lain sebagai berikut.
 Islam, berarti mereka yang beragama Islam baik anak atau sudah
dewasa,berakal sehat atau tidak.
 Merdeka, berarti bukan budak dan memiliki kebebasan untuk
melaksanakan dan menjalankan seluruh syariat Islam.
 Memiliki satu nisab dari salah satu jenis harta yang wajib dikenakan
zakat dan cukup haul.

Zakat adalah kewajiban bagi pihak yang memenuhi semua kriteria di


atas,zakat adalah utang kepada Allah SWT dan harus disegerakan
pembayarannya, serta ketika membayar harus diniatkan untuk
menjalankan perintah Allah yang mengharapkan rida-Nya.
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN,


Cet. Ke-1, 2002.
Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, Yogyakarta :
Ekonisia, 2003.
Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia Edisi 3,.
Jakarta: Salemba Empat, 2014. 
Assalamualaikum
Nama : Indah Lestari
Nim : B1C118182
Kelompok 4

Pertanyaan untuj kelompok 2


Selain individu seorang muslim yang dikenakan kewajiban
berzakat jika telah sampai nishab maupun haul-nya, apakah
sebuah perusahaan juga dikenakan kewajiban zakat?
Assalamualaikum.
Nama : Eza Bowo Prasetiyo
Stambuk: B1C118213

Pertanyaan untuk Kel 2 dari Kel 4


Bagaimana jika salah satu syarat harta wajib dizakatkan tidak
terpenuhi misalnya tidak cukup nisab, apakah msih bisa
melakukan pembayaran zakat.
Terima Kasih.
Assalamualaikum Wr Wb
Nama : Elvi Rezki Andari
Nim. : B1C118166
Kel. :4

Pertanyaan utk klp 2:


Orang yang mempunyai utang (ghamirin) merupakan
golongan yang akan menerima zakat,, apa sih kriteria orang
yang mempunyai utang sehingga ia dapat dinyatakan sebagai
golongan penerima zakat?

Walaikumsalam
Assalamualaikum Wr Wb
Nama : Mega unha sapitri
Nim. : B1C118192
Kel. :3

Jika ada Orang Tua Tidak Membayarkan Zakat Fitrah


Untuknya Selama Beberapa Tahun, Apakah Ia Membayarkan
Zakat Dirinya Sendiri dan Apakah Boleh Diberikan Kepada
Satu Orang Miskin Saja ?

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai