Anda di halaman 1dari 19

Makalah

Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat


Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Diampu Oleh : Bpk, Shalehuddin

Disusun Oleh :
Eko Candra Wijaya
Fathorrahman
Qomariyah EM
Indah Dian Mayasari
Tri langsih
Lukluatul Firdausah

PROGRAM STUDI PERBANKAN

JURUSAN EKONOMI DAN BISNIS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya.
Salawat serta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad
SAW. sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul “Badan Amil
Zakat dan Lembaga Amil Zakat”. Disadari sepenuhnya bahwa makalah ini dapat disusun
berkat bantuan, bimbingan, dorongan, dan saran dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam
kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Shalehuddin, sebagai dosen yang telah memberikan bimbingan dalam


pembuatan makalah ini;
2. Kedua untuk orang tua kami yang telah memberikan dukungan moril maupun materil.
Dalam penulisan makalah ini, kami merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki kelompok
kami terbatas. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
sangat saya harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya,kami berharap semoga makalah yang sederhana ini bermanfaat bagi


pembaca.

Pamekasan, 30 September 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................

KATA PENGANTAR................................................................................i

DAFTAR ISI ..............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang……. .……………………………………1


b. Rumusan Masalah……………………………………….2
c. Tujuan…………………………………………………...2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian dan konsep dasar zakat………….....................3

B. Sejarah zakat………............…………...............................4

C. Sejarah pelaksanaan zakat di indonesia……………….….7

D. Persyaratan lembaga pengelola zakat…………….….…..9

E. Organisasi pengelola zakat di Indonesia………………...10

F. Strategi pengembangan dalam pengelolaan zakat………12

G. Kendala…………………………………………………15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .........................................................................16

B. Saran ...................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...........………………………………..………….….iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Zakat merupakan salah bentuk ibadah yang yang tidak bias terlepas dari ajaran
islam, sehingga zakat dijadikan salah satu pasal yang ada didalam rukun islalm, secara
garis besar zakat bukan saja ibadah yang mendekatkan diri kepada sang kholik namun
yang paling penting adalah sifaftnya yang mulia yaitu saling tolong menolong dalam
membantu mereka yang tidak mampu.

Salah satu pakar ekonomi Ibnu khaldun dengan begitu pentiingnya zakat
sehingga ia mengatakan, seorang tidak dianjurkan memakan atau menikmati sebuah
hasil kerja sementara orang lain dalam keadaan lapar. Dengan demikian zakat
memiliki dua sisi selain untuk mendekatkan diri kepada allah tapi dilain sisi juga
untuk menciptakan kesejahteraan social lewat zakat.

Dengan begitu pentingnya zakat, sehingga sejak zaman dahulu hingga


sekarang zakat merupakan salah satu penyumbang bagi pasukan Negara, khususnya
Negara-negara islan didunia.

Kemiskinan merupakan masalah yag sangat serius dihadapi oleh bangsa


Indonesia dan harus segera mencari dan menemukan solusi untuk mengurangi
persoalan kemiskinan tersebut. Kebanyakan penduduk Indonesia rentan terhadap
kemiskinan. Salah satu cara untuk menekan angka kemiskinan, masayarakat muslim
ingin memanfaatkan dana zakat. Usaha islam dalam menaggulangi problem
kemiskinan ini, bukanlah suatu hal yang mengada-ngada, temporer, setengah hati,
atau bahkan hanya sekedar mencari perhatian. Pengurangan angka kemiskinan, bagi
islam, justru menjadi asas yang khas dan sendi-sendi yang kokoh. Hal ini dibuktikan
dengan zakat yang telah dijadikan oleh Allah SWT. Sebagai sumber jaminan hak-hak
orang-orang fakir dan miskin itu sebagian dari salah satu rukun islam.

Untuk kasus di Indonesia, yang secara demografi penduduknya mayoritas


islam. Potensi zakat sangat besar harus di imbangi dengan pengelolaan zakat yang
professional pula. Sehingga, zakat tersalurkan kepada mustahik tidak bersifat
komsumtif atau sesat.

Pengelolaan zakat yang professional diharapkan pendistribusiannya lebih


produktif. Pemberian pinjaman modal misalnya, dalam meningkatkan perekonomian
masyarakat.

Persoalannya kemudian adalah bagaimana harta zakat itu dapat dikumpulkan


untuk kemudian didistribusikan dan di dayagunakan untuk kepentingan penerima
zakat. Para pemerhati zakat sepakat bahwa untuk dapat mengumpulkan,
mendistribusikan dan mendayagunakan zakat harus di kelola melalui lembaga. Maaka
makalah ini mencoba membahas tentang lembaga amil zakat.

B. Rumusan Masalah
Dengan melihat pentingnya lembaga pengelola zakat, untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat dalam membayar zakat maka yang penting untuk dibahas lebih
lanjut adalah:
1. Pengertian zakat dan konsep zakat
2. Bagaimana sejarah zakat
3. Persyaratan lembaga pengelolaan zakat di indonesia
4. Organisasi pengelolaan zakat di indonesia
5. Srategi pengembangan dalam pengelolaan zakat
6. Kendala
C. Tujuan Pembahasan

Dari pembahasan di harapkan:

1. Mampu memberikan gambaran mengenai pengertian dan konsep dasar zakat


2. Mengetahui secara pasti sejarah zakat
3. Mengetahui persyaratan lembaga pengelolaan zakat di Indonesia
4. Mengetahui lembaga pengelolaan zakat di Indonesia
5. Mengetahui strategi pengembangan pengelolaan zakat
6. Mampu mengatasi kendala dalam pengelolaan zakat
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Konsep Dasar Zakat


Pelaksanaan zakat di dasarkan pada firman Allah SWT yang terdapat
dalam surah At- Taubah : 60
ِ‫َر ِم ْينَ َوفِى َسبِي ِْل هللا‬ ْ ‫ب َو‬
ِ ‫االغ‬ ِ ‫ت الِؤلِ ْلفُقَ َرا ِء ؤَ ْال َم َس ِكي ِْن َو ْال َع ِملِ ْينَ َعلَ ْيهَا َو ْال ُمؤلّضفَةَ قُلُوْ بِ ِهم َوفِى الرِّ قَا‬ِ َ‫ص َد ق‬ ِّ ‫اِنَّ َما اا‬
‫ضةً ِّمن هللاِ َعلِ ْي ٌم َح ِك ْي ٌم‬ َ ‫َو ْب ِن ال َّسبِ ْي ِل فَ ِر ْي‬

“sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,


pengurus-pengurus zakat, orang-orang yang berutang, untuk jalan allaj, dan orang-
orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketettapan yang diwajibkan
Allah. Dan Allah lagi Maha Mengetahui alagi Maha Bijaksana.
Juga dalam firman Allah SWT dalam surah At-Taubah : 103
َ َ‫صلًّوْ ت‬
‫ك َسكَنُ لَّهُ ْم َوهللاُ َس ِم ْي ٌع َعلِ ْي ٌم‬ َ ‫ص ِل َعلَ ْي ِه ْم اِ ًّن‬ َ ‫ُخ ْذ ِم ْن اَ ْم َولِ ِه ْم‬
َ ‫ص َد قَةً تُطَهِّ ُر هُ ْم َوتُ َز ِّك ْي ِه ْم بِهَا َو‬
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zaklat itu kamu
membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdo’alah untuk mereka. Dan Allah
Maha Mendengarlagi Maha Mengetahui
Dalam surah At- Taubah : 60 tersebut di kemukakan bahwa salah satu
golongan yang berhak menerina zakat termasuk (mustahik zakat) adalah orang-
orang yang bertugas mengurus zakat.
Sedangkan dalam At-Taubah : 103 dijelaskan bahwa zakat itu diambil dari
orang-orang yang brkewajiban untuk berzakat (muzakki) untuk kemudian
diberikan kepada mereka yang berhak menerimanya (mustahik). Yang mengambil
dan yang menjemput tersebut adalah para petugas (‘amil).1
Zakat dari istilah fiqih berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan
Allah untuk diserahkan kepada orang-orang yang berhak. Legitimasi zakat
sebagai kewajiban terdapat beberapa ayat dalam al-Qur’an. Kata zakat dalam
bentuk ma’rifah disebut 30 kali didalam al-Qur’an, 17 kali di antaranya di
sebutkan dalam satu ayat bersama sholat, dan sisanya disebutkan dalalm konteks
yang sama dengan sholat meskipun tidak didalam satu ayat. Diantara ayat tentang

1
Didin Hafiduddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta : Gema Insani Press, 2002), hal. 124-
125
zakat yang cukkup popular adalah surah Al- Baqarah ayat 110 yang berbunnyi
“dan dirikanlah zakat dan tunaikanlah zakat”.
Dalam sebuah hadits tentang penempatan Muaz di Yaman, Nabi berkata,
“terangkan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan sedekah yang di kenakan
pada kekayaan orang-orang kaya”. Dalam beberapa ayat zakat diungkapkan
dengan istilah sedekah. Sebenarnya sedekah berasal dari kata shidq yang berarti
benar. Qodhi Abu Bakar bin Aray mempunyai pendapat yang sangat berharga
tentang mengapa zakat dinamkan sedekah. Ia menyebutkan “ kata sedekah berasal
dari kata shidq, benar dalam hubungan dengan sejalannya perbuatan ucapat serta
keyakinan”.2
B. Sejarah Zakat
Zakat diwajibkan pada tahun ke 9 H. akan tetapi ahli hadits memandang
zakat telah diwajibkan sebelum tahun ke-9 H ketikan Maulana Abdul Hasan
berkata zakat diwajibkan setelah hijriyah dan dalam waktu kurun 5 tahun
setelahnya. Sebellum diwajibkan, zakat bersifat sukarela dan belum ada peraturan
khusus atau ketentuan hokum. Peraturan mengenai pengeluaran zakat diatas
muncul pada tahun ke-9 H ketika dasar islam telah kokoh, wilayah Negara
berekspansi dengan cepat dan orang berbondong-bondong masuk islam. Peraturan
yang disusun meliputi system pngumpulan zakat, barang-barang yang dikenai
zakat, batas-batas zakat dan tingkat persentase zakat dan untuk barang yang
berbeda-beda. Para pengumpul zakat bukanlah pekerjaan yang memerlukan waktu
dan para pegawainya tidak diberikan gaji resmi, tetapi mereka mendapat bayaran
dari dana zakat. Zakat dan ushr sebagai pendapatan utama bagi Negara dimasa
Rasulullah SAW. Keduanya berbaeda dengan pajak dan tidak diberlakukan seperti
pajak. Zakat dan ushr merupakan kewajiban agama dan termasuk salah satu pilar
islam. Pengeluaran untuk zakat sudah diuraikan secara jelas didalam Al-Qur’an
surah At-Taubah : 60. Pengeluaran untuk zakat tidak dapat dibelanjakan untuk
pengeluaran umum Negara lebih jauh lagi zakat secara fundamental adalah pajak
local. Menurut Bukhori, Rasulullah SAW berkata kepada Muadz ketika ia
mengirimnya ke Yaman sebagai pengumpul dan pemberi zakat, “katakanlah
kepada meraka (pendududk yaman) bahwa Allah telah mewajibkan mereka
membayar zakat yang akan diambil dari orang kaya diantara mereka dan
memberikannya kepada orang miskin diantara mereka”.
2
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, (Yogyakarta:Ekonisia, 2003), hal. 232
Dengan demikian pemerintah pusat berhak menerima keuntungan dan
hanya bila terjadi surplus yang tidak bias di distribusikan lagi kepada orang-orang
yang berhak, dan ditambah kekayaan yang dikumpilkan di Madinah ibu kota
Negara .pada masa Rasulullah zakat dikenakan pada hal-hal berikut:
1. Benda logam yang terbuat dari emas seperti koin, perkakas, ornament atau
dalam bentuk lainnya.
2. Benda logam yang terbuat dari perak seperti koin, perkakas, ornament atau
dalam bentuk lainnya.
3. Binatang ternak unta, sapi, domba, kambing.
4. Bebagai jenis barang daganagan termasuk budak dan hewaan.
5. Hasil pertanian termasuk buah-buahan.
6. Luqta, harta benda yang ditinggalkan musuh.
7. Barang temuan.3

Dimasa pemerintahan Abu Bakar, masalah keakurantan perhitungan zakat


sangat diperhatikan seperti yang ia katakana pada Anas (seorang amil) bahwa
“jika seorang yang harus membayar satu unta berumur setahun sedangkan ia
menawarkan untuk memberikan seekor unta betina yang berumur dua tahun. Hal
tersebut dapat diterima. Kolektor zakat akan mengembalikan 20 dirham atau dua
kambing padanya (sebagai kelebihan pembayarannya)”.

Dalam kesempatan yang lain ia akan mengintruksikan pada amil yang


sama bahwa dari kekayaan dari orang yang berbeda tidak dapat dipisahkan. Hal ini
ditakutkan akan terjadi kelebihan pembayaran atau kekurangan penerimaan zakat.
Abu Bakar mengambil langkah-langkah tegas untuk mengumpulkan zakat
daari semua umat islam termasuk Badui yang kemballi memperhatikan tanda-
tanda pembangkangan sepeninggal Rasulullah SAW. Menurut Imam Suyut ketika
wafatnya Rasulullah SAW tersebar keseluruh penjuru Madinah, banyak suku Arab
yang meninggalkan islam dan menolak membayar zakat. Abu Bakar
memerintahkan pasukannya untuk meenyerang sukku-suku pembangkang
tersebut. Umar bin Khatthab memintanya untuk mencabut perintahnya itu, namun
Abu Bakar berkata “aku akan memerangi mereka sekalipun mereka hanya
menolak membayar satu kali zakat atau menolak memberikan kambing muda yang
bias mereka serahkan kepada Rasulullah SAW.
3
Ibid, hal. 233.
Abu Bakar menyamakan seluruh rakyat dalam jumlah pembagian zakat. Salah
seorang dari kaum muslimin dating kepadanya dan berkata, “wahai penggganti
Rasulullah, engkau telah membagi harta ini dengan menyamakan tiap orang, maka
ada yangmendapatkan secara berlebihan sedangkan latar belakang mereka
berbeda. Tidaklah engkau mengutamakan orang yang memiliki latar belakang
terhormat, lalu Abu Bakar menjawab pertanyaan tersebut dengan argumentasi
demikian, “adapun mengenai latar belakang seseorang, aku tidak tahu akan hal itu.
Aku tidak akan menyamakan antara orang yang memerangi Rasulullah dan orang
yang berperang bersamnaya. Demi Tuhan tidak seorangpun lepas dari haknya, dan
tidak seoeangpun memiliki hak otoritas atas orang lain, kecuali atas budak yang
dimilikinya.
Sebagaimana di masa Rasulullah SAW, mpemrintahan Umar bin Khatthab
mempodidikan zakat sebagai sumber pendapatan utama Negara islam. Zakat
dijadikan ukuran fiscal utama dalam rangka memecahkan masalaah ekonomi
secara umum. Pengenaan zakat atas harta berarti menjamin penamaan kembali
dalam perdagangan dan perniagaan yang tidak perlu dilakukan dalam pajak
pendapatan. Hal ini juga akan memberi keseimmbangan antara perdagangan dan
perniagaan. Dengan demikian dapat dihindari terjadinya suatu siklus
pperdagangan yang membahayakan.
Semua surplus pendapatan dalam jumlah-jumlah tetentu harus diserahkan
kepada Negara, kemudian dana itu dikelola sedemikian rupa sehingga tak
seorangpun yang memerlukan bantuan. Hal ini juga berkiatan dengan hukuman
berat bagi orang yang tidak mau membayar zakat sehingga orang tersebut dapat di
denda sebesar 50% dari jumlah kekayaannya sebagaiman dinyataka Rasulullah
sendiri, “orang yang tidak mau membayar zakat akan saya ambil zakatnya dan
setengah dari seluruh kekayaan”. 4
Pada masa pemerontahan Usman bin Affan dilaporkan bahwa untuk
memgamankan dari gangguan dan masalah dalam pemeriksaan kekayaan yang
tidak jelas dari beberapa pengumpul yang nakal, Usman mendelegasikan wewenag
kepada para pemilik untukmenaksir kepemilikannya sendiri. Pelaksanaan
pemungutan zakat dimasa pemeintahan Rasulullah SAW dan khulafaur Rasyidin
menjadi bukti arti penting zakat bagi pembangunan Negara. Sehingga, zakat
sering dikaitkan dengan masalah politik, sebenarnya hal itu terjadi jika satu sama
4
Ibid, hal. 134.
lain meyakini bahwa zakat merupakan suatu kewajiban yang memiliki fungsi
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, baik muslim dan non muslim (bagi
non muslim tidak dikenakan zakat melainkan jizyah). 5
Usaha untuk mengoptimalkan konsep zakat ini telah lama dilakukan di
Negara kita. Namun bersamaan dengan hal tersebut, banyak juga alasan sebagian
masyarakat bukan saja pemerintah tetapi juga masyarakat islam itu sendiri untuk
menolak urgensi dalam melegalisasikan peraturan zakat. Pasca jatuhnya
pemerintah soeharto mulai Nampak peluang untuk membuat UU zakat. Melalui
pemerintahan Habibie dan di dukung oleh sejumlah tokoh masayarakat di bentuk
untuk membuat UU pengelolaan zakat. Kemudian lahirlah UU no. 38 tahun 1999
pengelolaan zakat.
C. Sejarah Pelaksaan Zakat di Indonesia

Di awali dari sejarah masa politik Hindia Belanda terhadap agama yang
ditentukan dalam be berapa pasal dari “indice stastregelin”, diantaranta pada
pasal 134 ayat 2 yang mengarah pada policy of religion neutrality, yaitu
pelumpuhan syariat secar keseluruhan. Politik agama netral mengakibatkan
pemerintah Hindia Belanda tidak melakukan campur tangan dalam urusan agama,
kecuali untuk suatu kepentingan.

Kontekstualisasi kepentingan tersebut dibentuk dalam ketertiban masjid,


zakat dan fitrah, naik haji, nikah, talak, rujuk dan pengajaran agama islam. Seperti
tercantum dalam bijblad nomor 6200 taggal 28 Februari 1905 berisi larangan bagi
segenap pengawas pemerintahan.

Politik netral dizaman colonial belanda tetap berlaku di masa penjajahan


Jepang, sampai masa Indonesia merdeka tradisi pengumplan zakat oleh petugas-
petugas jamaat urusan agama masih terus berlangsung. Perubahan untuk
pengaturan zakat mengalami dinamika sejalan dengan peta perpolitikakn
Indonesia. Sehingga sampai tahun 1968 zakat dilaksanak oleh umat islam secara
perorangan atau melalui kyai, guru-guru ngaji dan juga melalui lembaga-lembaga
keagamaan dan belum ada suatau badan resmi yang dibentuk oleh pemerintah
(kecuali di Aceh yang sudah di atur badab zakat sejak tahun 1959.6

5
Ibid, hal. 236.
6
Amiruddin Inoed dan Aflatun Mukhtar dkk, Anatomo Fiqh Zakat, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2005), hal. 125
Pasca 1968 adalah tahun yang sangat penting bagi sejarah pelaksanaan
zakat di Indonesia, kaena sejak tahun tersebut pemerintah mulai ikut serta
menangani pelaksanaan zakat. Dasar intervensi pemerintah dari seruan presiden di
dalam pidato peringatan Isra’ Mi’raj di Istana Negara pada tanggal 26 Oktober
1968, dimana beliau memnganjurkan pelaksanaan zakat secara lelbih intensif
untuk menunjang pembangunan Negara, dan presiden siap menjadi amil zakat
nasional. Seruan tersebut di tindak lanjuti dengan keluarnya surrat peritah presiden
No. 07/ PRIN/1968 tangggal 31 oktober 1968 yang memerintahkan Alamsyah
Azwar Hamid, dan Ali Afandi untuk membantu presiden dalam administrasi
penerimaan zakat seperti dimaksud dalam seruan presiden pada peringatan Isra’
Mi’raj pada tanggal 26 Oktober 1968 tersebut.

Perkembangan intervensi pemerintah Indonesia dalam memberikan


pendidikan manajemen zakat yang professional trus dilaksanakan hingga kini.
Tercatat beberapa peraturan yang pernah dibuat diataranya yang paling terkahir.

1. UU. No 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat


2. Keputusan meteri agama RI No. 372/2003 tentang pelaksanaan UU No. 38
tahun 1999 tentang pengelolaan zakat sebagai upaya menyadarkan masyarakat
untuk menunaikan zakat.
3. Keputusan Direktorat Jendral bimbingan masyarakat islam dan urusan Haji
No. D/291 tahun 2000 tentang pedoman teknis pengelolaan zakat.

Dalam perkembangan pelaksanaan zakat di Indonesia tampak


kecenderungan baru yang merupakan perubahan ciri dari pelaksanaan zakat
tersebut. Pada tanggal 29 mei 2002 presiden Indonesia meresmikan
silaturrahmi dan rapat koordinasi nasional ke 1 Badan Amil Zakat Nasional
dan Lembaga Amil Zakat seluruh Indonesia di Istana Negara. Dalam
pidatonya, presiden menekankan agar Badan Amil Zakat baik ditingkat
nasional maupun daerah, ataupun pengurus Lembaga Amil Zakat baik
ditingkat Nasional maupun daerah, untuk tidak ragu-ragu bekerja sama dengan
mentri agama, mentri keuangan, mentri Negara Koprasi dan Usaha Kecil dan
Menegah maupun mentri terkait lainnya.

D. Persyaratan Lembaga Pengelola Zakat


Yusuf al-Qaradhawi dalam bukunya Fiqh Zakat menyatakan bahwa
seseorang yang ditunjuk sebagai amil zakat atau pengelola zakat, harus memiliki
beberapa persyratan sebagai berikut:

1. Beragama islalm

Zakat adalah salah satu urusan utama kaum muslimin yang termasuk rukun
islam ke tiga, karena itu sudah saatnya apabila urusan penting kaum muslimin
ini di urus oleh sesama musllim.

2. Mukallaf

Mukallaf yaitu orang dewasa yang sehat akal pikirannya yang siapa menerima
tanggung jawab mengurus urusan umaat.

3. Memiliki sifat amanah atau jujur


Sifat ini sangan penting karena berkaitan dengan kepercayaan umat. Artinya
para muzakki akan dengan rela menyerahkan zakatnya melalui lembaga
pengelola zakat, jika lembaga ini memang patut dan layak di percaya.
Keamanahan ini diwujudkan dalam bentuk transparannsi (keterbukaan) dalam
menyampaikan laporan pertanggungjawaban secara berkala dan juga
ketepatan penyalurannya sejalan dengan ketentuan syari’ah islamiyah.7
E. Organisasi Lembaga Pengelola Zakat di Indonesia
Undang-undang No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat Bab III
Pasal 6 dan Pasal 7 menyatakan bahwa lembaga pengelola zakat di Indonesia
terdiri dari dua kelompok institusi yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga
Amil Zakat (LAZ). BAZ dibentuk pemerintah sedangkan LAZ dibentuk oleh
masyarakat.
Berdasarkan keputusan Menteri Agama Republik Indonesia tentang
pelaksanaan Undang-undang No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat
disebut pada pasal 2 mengenai susunan organisasi pasal 3 badan amil zakat
mempunyai susunan hierarki mulai dari BAZ Nasional yang berkedudukan di
Ibukota Negara, BAZ Provinsi berkedudukan di Ibukota Provinsi, BAZ daerah
berkedudukan di Ibukota Kabupaten, dan terkahir BAZ kecamatan yang
berkedudukan di Ibukota Kecamatan.8
7
Didin Hafifuddin, Zakat dalam Perekonomian modern, hal. 127
8
M. Aried Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat: Mengomunikasikan kesadaran dan membangun
jaringan, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 138.
1. Susunan Organisasi Badan Amil Zakat
a. Badan Amil Zakat terdiri atas dewan pertimbangan, komisi pengawas, dan
badan pelaksana.
b. Dewan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi unsur
ketua, sekretaris, dan anggota.
c. Komisi pengawas sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi unsur ketua,
sekretaris, dan anggota.
d. Badan pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi unsur
ketua, sekretaris, bagian keuangan, bagian pengumpulan, bagian
pendistribusian, dan pemberdayaan.
e. Anggota pengurus Badan Amil Zakat terdiri atas unsur masyarakat dan
unsur pemerintah. Unsur masyarakat terdiri atas unsur ulama, kaum
cendikia, tokoh masyarakat, profesional dan Lembaga yang terkait.9
2. Fungsi dan tugas pokok pengurus BAZ
a. Dewan pertimbangan
1) Fungsi
Memberikan pertimbangan, fatwa, saran dan rekomendasi pada badan
pelaksana dan komisi pengawas dalam pengelolaan Badan Amil Zakat,
meliputi aspek syariah dan aspek manejerial.
2) Tugas pokok
a) Memberikan garis-garis kebijakan umum Badan Amil Zakat.
b) Mengesahkan rencana kerja dari badan pelaksana dan komisi
pengawas.
c) Mengeluarkan fatwa syariah baik diminta maupun tidak
berkaitan dengan hukum zakat yang wajib diikuti oleh
pengurus Badan Amil Zakat.
d) Memberikan pertimbangan, saran dan rekomendasi kepada
badan pelaksana dan komisi pengawas baik diminta maupun
tidak.
e) Memberikan persetujuan atas laporan tahunan hasil kerja badan
pelaksana dan komisi pengawas.
f) Menunjuk akuntan publik.10

9
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, hal. 240.
10
Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, hal. 131.
b. Komisi pengawas
1) Fungsi
Sebagai pengawas internal lembaga atas operasional kegiatan yang
dilaksanakan badan pelaksana.
2) Tugas pokok
a) Mengawasi pelaksanaan rencana kerja yang telah di sah kan.
b) Mengawasi pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang telah
ditetapkan dewan pertimbangan.
c) Mengawasi operasional kegiatan yang dilaksanakan badan
pelaksana yang mencakup pengumpulan pendistribusian dan
pendayagunaan.
d) Melakukan pemeriksaan operasional dan pemeriksaan
syariah.11
c. Badan pelaksana
1) Fungsi
Sebagai pelaksana pelaksanaan zakat.
2) Tugas pokok
a) Membuat rencana kerja
b) Melaksanakan operasional pengelolaan zakat sesuai rencana
kerja yang telah disahkan dan sesuai dengan kebijakan yang
sudah ditetapkan.
c) Menyusun laporan tahunan
d) Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada
pemerintah.12
F. Strategi Pengembangan dalam Pengelolaan Zakat

Dalam proses pengelolaan dana zakat yang dijalankan baik oleh BAZ
maupun LAZ dimulai dari preses perencanaan perolehan zakat, strategi
penghimpunan, rencana penyaluran serta komposisi distribusi, dan berakhir
dengan pertanggungjawaban. Penilaian atas tahapan pengelolaan zakat kemudian
melahirkan kebijakan korektif yang harus dijalankan oleeh badan pelaksana
dengan pengawasan oleh komisi pengawas. Kebijakan korektif ini diambil untuk
digunakan sebagai dasar bagi langkah-langkah pengembagan lebih lanjut.
11
Heri Sudarsono, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah, hal. 241.
12
Ibid, hal.241
Penilaian kinerja tuidak dilakukan terhadap salah satu fungsi saja melaikan
seluruh fungsi sebagai saru kesatuan system. Semua pakar manajemen sependapat
bahwa program pengembangan mustahil akan dapat diwujudkan dengan hasil
memadai tanpa kesiapan internal yang tepat.

Selain secara internal oleh komisi pengawas, pengawasan terhadap kegiatan


lembaga amil zakat secara eksternal juga dilakukan oleh pemerintah dan
masyarakat. Namun pengawasan eksternal ini bias dilaksanakan apabila LAZ yang
bersangkutan bersifat terbuka dengan pengelolaan keuangannya yang menaati
peraturan perundangan yang berlaku, penerapan prinsip syari’ah dan kinerja
lembaga secara keseluruhan. Pengawasan eksternal secara aktif oleh masyarakat
diperlukan, mengingat lembaga amil zakat merupakan organisasi public dan
mengingat hal itu apapun keberhasilan yang dicapai memmang ssemestinya di
publikasikan secara terbuka. LAZ harus berani melakukan publikasi secara
terbuka melalui media massa dan sekaligus meyakinkan kinerja pengembangan
program pemberdayaan, serta membangun dan membperbesar kepercayaan para
muzakki, disamping itu tentunya yang paling utama sebagai bentuk pertanggung
jawaban public.

Beberapa strategi pengembangan dalam pengelolaan adalah :

1. Membudayakan kebiasaan membayar zakat

harus mulai dicanagkan gerakan membayar zakat melalui tokoh-tokoh agama


atau bahkan dengan cara memasang iklan di media massa baik cetak maupun
elrktronik. Selain itu harus mulai mebiasakan sedari dini kepada pelajar agar
mau menyisihkan sebagian rezekinya untuk berbagi dengan sesama dengan
melatih para generasi muda sedari dini, maka akan mampu menjadi suatu
budaya yang di bangun dalan jiwa mereka pada saat mereka telah memiliki
kemampuan untuk mencari nafkah. Rasa empati dan social pun akan timbul
dari budaya membayar zakat ini.

2. Penghimpunan yang cerdas

Pada masa sekarang strategi penghimpunan yang tradisonal sudah tidak dapat
di pergunakan lagi, yaitu strategi penghimpunan yang hanya tunggu bola,
menunggu datangnya muzakki yang dating ketempat amil. Saat ini amil harus
mau untuk lebih bekerja keras dalam penghimpunan dana masyarakat, strategi
yang dipakai adalah strategi jemput bola,yaitu amil harus mendekati dan
mendatangi para muzakki agar mau menyisihkan sbagian dananaya untuk
sesame.

3. Perluasan bentuk penyaluran

Polaa-pola bentuk penyaluran tradisional yang selama ini banyak diterapkan


oleh lembaga pengelola zakat masjid atau tradisional harus diubah agar
bentuk penyaluran yang ada mampu menjadikan manusia tersebut menjadi
mandiri dan tidak bergantung pada pihak lain.

4. Sumber daya manusia yang berkualitas

Pemingkatan sumber daya manusia merupakan salah satu syarat agar suatu
lemabaga amil zakat untuk semakin berkembang dan mampu
mendayagunakan dana zakat yang mereka iliki agar berguna bagi
kemaslahatan umat. Lembaga amil zakat harus mampu memberikan
penghargaan yang seimbang sesuai dengan prestasi kerja para staf pengelola,
agar mereka mau menjadikan amil tersebut menjadi profesi yang bergengsi
dan menyenagkan.

5. Focus dalam program


Seringkali kelemahan para lembaga pengelola zakat saat ini mereka adalah
memiliki ambisi untuk menjangkau seluruh aspek kehidupan, hal ini berakibat
pada tidak fokusnya program-program yang mereka lakukan. Sehingga dapat
mengakibbatkan tujuan utama pendayagunaan zakat untuk mengentaskan
mustahik dari jurang kemiskinan justru tidak menjadi optimal. Lembaga amil
zakat yang memiliki focus utama terhadap suatu sector tertentu akan lebih
efektif dalam pengelolaan.

G. Kendala
Ada beberapa kendala umum yang sering di hadapi oleh lembaga amil zakat
1. Minimnya sumber daya manusia yang berkulaitas
Lembaga amil zakat membutuhkan sumber daya mmanusia yang berkkualitas
agar pengelolaan zakat dapat professional, amanah, akuntabel dan transparan.
2. Pemahaman fiqh amil yang belum memadai
Masih minimnya pemahaman fiqih zakat dari para amil yang menjadi salah
satu hambatan dalam pengelolaan zakat.
3. Rendahnya kesadaran masyarakat
Masih minimya kesadran membayar zakat dari masyarakat menjadi salah satu
kendala dalam pengelolaan dana zakat agar dapat berdaya guna dalam
perekonomiannya.
4. Tekonologi yang digunakan
Penerapan tekonologi yang ada pada suatu lembag zakat masih sangat jauh
bila dibandingkan dengan yang sudah diterapkan institusi keuangan. Hal ini
mejadi salh kendalan penghambat kemajuan pendayagunaan zakat
5. System informasi zakat
Ini salah satu hambatan utama yang menyebabkan zakat belum mampu
memberikan pengaruh yang signifikan dalam perekonomian. Lembaga amil
zakat yangbelum mampu mempunyai atau menyusun system informasi zakat
yang terpadu antar amil. Sehingga para lembaga amil zakat ini saling
terintegrsi satu sma lainnya.

BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan dapat di atas, maka dapt disimpulkan bahwa zakat
merupakan kewajiban agama dan termasuk rukun iskam yang ke tiga dan wajib
dikeluarkan oleh setiap muslim yang memiliki harta lebih. Zakat juga terdapat dalam
surah At-Taubah ayat 60 dan ayat 103. Dalam mengurus zakat di perlukan lemabaga
pengelola zakat supaya zakat dapat disalrkan kepada orang-orang yang berhak
menerimanya. Tujuan dari lembaga tersebut adalah untuk memudahkan
pendistribusian zakat.
Akan tetapi dalam lembaga pengelola zakat di indosesia masih terdapat
beberapa kendala di antranya yaitu banyaknya oraganisasi amil zakat yang berjalan
sendiri sehingga potensi zakat yang sangat besar kurang dapat secara terarah dan
merata. Disisi lain, hai itu juga disambung oleh factor angka kemiskinan dan tingkat
pengangguran yang dari hari ke hari semakin naik. Selain itu, memahaman fiqh
seorang amil yang belum memadai, rendahnya kesadran masyarakat akan pembayaran
zakat, system informasi zakat yang blom maksimal. Kendala inilah yang membuat
dana zakat kurang terkumpul secara maksimal dan penyalurannya pun juga belum
sesuai yang diharapkan.
Dari kendala tersebuut dibutuhkan srategi yang tepat dalalm memecahkan
masalah yang dihadapi dalam lembaga pengelola zakat. Diantaranya adalah,
meningkatkan pengawasan terhadap badan pengelola zakat, membentuk gerakan
membayar zakat yang diprakarsai oleh tokoh-tokoh agama setempat supay
masayarakat sadar betapa pentingnya dalam membayar system informasi zakat,
memperbaiki pola-pola penyaluran zakat, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Hafiduddin Didin, Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta : Gema Insani Press,
2002
Sudarsono Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, Yogyakarta:Ekonisia, 2003
Inoed Amiruddin dan Mukhtar Aflatun dkk, Anatomo Fiqh Zakat,
Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2005
Aried M Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat: Mengomunikasikan kesadaran
dan membangun jaringan, Jakarta: Kencana, 2006

Anda mungkin juga menyukai