Anda di halaman 1dari 28

PROPOSAL SKRIPSI

PELUANG DAN TANTANGAN SOSIALISASI ZAKAT INFAQ SEDEKAH

(ZIS) TERHADAP KEPALA KELUARGA ( STUDI KASUS DUSUN I DESA

MERANTI KECAMATAN SUAK TAPEH KABUPATEN BANYUASIN )

Oleh:

RIO ARIBUL FIKRI

1930604101

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT MENYUSUN

SKRIPSI

PROGRAM STUDI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UIN RADEN FATAH PALEMBANG

2023

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I ............................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................ 1
C. Batasan Masalah ........................................................................... 1
D. Tinjauan Penelitian ....................................................................... 1
E. Manfaat Penelitian ........................................................................ 1
F. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 1
BAB II ............................................................................................................. 1
LANDASAN TEORI ..................................................................................... 1
A. Sosialisasi ....................................................................................... 1
B. Zakat .............................................................................................. 1
C. Infaq ............................................................................................... 1
D. Sedekah .......................................................................................... 1
E. Hikmah dan Tujuan Zakat, Infaq, dan Shadaqah .................... 1
BAB III ........................................................................................................... 1
METODE PENELITIAN .............................................................................. 1
A. Jenis Penelitian .............................................................................. 1
B. Waktu dan Lokasi Penelitian ....................................................... 1
C. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data .................................... 1
D. Teknik Analisis Data .................................................................... 1
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 1

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Data terakhir Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwasanya lebih dari 90%

masyarakat di Indonesia beragama Islam. Dengan demikian, Indonesia memiliki populasi

umat Islam yang sangat besar. Dari jumlah populasi yang begitu besar, maka Indonesia

dapat dijadikan peluang untuk mengumpulkan dana zakat, sehingga dapat membuat keadaan

ekonomi masyarakat terus berkembang dan ini akan menjadikan zakat sebagai salah satu

cara pemerintah untuk memberantas kemiskinan di negara ini. Allah telah memerintahkan

dalam surat AN-Nur/18 : 56.

‫َو َاِقْيُم وا الَّص ٰل وَة َو ٰا ُتوا الَّز ٰك وَة َو َاِط ْيُعوا الَّرُسْو َل َلَع َّلُكْْم ُتْر َحُم ْو َن‬

Artinya: “Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah Kepada rasul,

supaya kamu diberi rahmat”. (QS. ANNur/18:56).1

Tetapi, masih banyak masyarakat Indonesia yang belum menyalurkan zakatnya pada

lembaga-lembaga zakat yang ada di Indonesia. Sehingga membuat kurangnya optimal zakat

pada lembaga-lembaga tersebut. Seandainya zakat tersebut disalurkan pada lembaga akan

menjadi potensi yang sangat bagus untuk perkembangan perekonomian masyarakat. Di

dalam ajaran Islam Allah memerintahkan untuk mengambil harta sebagian kaum muslim

untuk membersihkan harta mereka, hal ini diperintahkan oleh Allah SWT dalam surat at-

Taubah/9: 103.
1
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan, (Jakarta: Wali, 2013), h. 180
1
‫ُخ ْذ ِم ْن َأْم َو اِلِه ْم َص َد َقًة ُتَطِّهُر ُهْم َو ُتَز ِّك يِه ْم ِبَها َو َص ِّل َع َلْيِهْم ۖ ِإَّن َص اَل َتَك َس َكٌن َلُهْم ۗ َو ُهَّللا َسِم يٌع َع ِليٌم‬

Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa

kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha

mengetahui”.2

Pendapat yang dikemukakan oleh Asnaini:

Zakat adalah salah satu rukun Islam yang wajib dipenuhi oleh setiap muslim yang telah

memenuhi syarat. Zakat memiliki hikmah yang dikategorikan dalam dua dimensi: dimensi

vertikal dan horizontal. Dalam hal ini zakat adalah ibadah seseorang kepada Allah sekaligus

perwujudan dari rasa kepedulian sosial.Bisa diartikan, bahwa seseorang yang melaksanakan

zakat dapat mempererat hubungan kepada Allah SWT dan kepada sesama manusia.Dengan

demikian pengabdian sosial dan pengabdian kepada Allah adalah inti dari ibadah zakat.3

Dari keterangan ayat di atas dapat dipahami, bahwasannya zakat merupakan suatu

kewajiban bagi umat Islam. Seperti yang telah diuraikan diawal kalimat zakat merupakan

ibadah yang memiliki dua dimensi, yaitu dimensi vertikal dan horizontal, yang dimaksud

dengan vertikal tentulah ibadah zakat ini merupakan suatu tuntutan bagi umat Islam untuk

Allah SWT. dan dimensi horizontal yaitu untuk ibadah terhadap sesama manusia, yang

bertujuan untuk menjaga tali persaudaraan sesama muslim. Dalam ayat attaubah yang

dikutip diatas mengartikan bahwa zakat diambil dari sebagian orang yang memiliki

kecukupan harta atau yang biasa disebut Muzakki, tentu dengan syarat yang sudah

ditentukan. Allah sangat menganjurkan ibadah ini dikarenakan ibadah ini mampu menjaga
2
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan..., h. 103
3
Asnaini, Zakat Produktif: dalam Presfektif Hukum Islam, cet. I, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h. 1
2
tali persaudaraan diantara sesama muslim. Kemudian setelah zakat dihimpun oleh lembaga

yang profesional tahap selanjutnya mendistribusikan kepada yang berhak menerimanya atau

ke delapan asnaf termasuk amil, di dalam surat At-Taubah ayat/10:60

‫ِإَّن َم ا الَّصَد َقاُت ِلْلُفَقَر اِء َو اْلَمَس اِكيِن َو اْلَع اِمِليَن َع َلْي َه ا َو اْلُم َؤ َّلَفِة ُقُلوُبُهْم َو ِفي الِّر َقاِب َو اْلَغ اِر ِميَن َو ِفي َس ِبيِل ِهَّللا َو اْب ِن الَّس ِبيِل ۖ َفِر يَض ًة‬

‫ِمَن ِهَّللاۗ َو ُهَّللا َع ِليٌم َح ِكيٌم‬

Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-

orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk

(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka

yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah

Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (At-Taubah ayat/10:60)4

Pendapat yang dikemukakan oleh M. Arief Mufraini:

Dalam Al-Qur‟an kewajiban pelaksanaan shalat dibarengi dengan kewajiban zakat

diulang sebanyak 27. Penulis menduga ada keterkaitan antara shalat sebagai rukun Islam

yang kedua dengan zakat sebagai rukun Islam yang ketiga, atau yang dibahasakan oleh

sebagian intelektual muslim dengan keterkaitan antara kesalehan individu dengan kesalehan

sosial.5

Seorang muslim harus bisa menyeimbangkan kehidupan dunia serta kehidupan akhirat.

Akan tidak bijaksana bila seorang muslim hanya bekerja mencari nafkah, dengan

memisahkan antara bisnis dan ibadah.

Pendapat yang dikemukakan oleh Sofyan Hasan:

4
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan..., h. 99
5
M. Arief Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat, cet III (Jakarta : Kencana, 2012), h.
3
Hendaknya para muzakki menyadari bahwa tidak begitu efektif materinya, kalau zakat

itu diberikan begitu saja kepada mustahiq, maka harta akan hilang dalam satu malam, selain

dari itu, akan kehilangan tujuan yang hakiki yang ingin di capai.6

Namun justru sebaliknya, akan lebih efektif jika zakat itu disalurkan kepada lembaga

yang bersangkutan, karena selain zakat sebagai kewajiban kepada Allah juga memenuhi

aspek kesejahteraan sesama umat seperti yang dibicarakan sebelumnya. Zakat diwajibkan

kepada awal Islam yaitu pada masa Rasulullah SAW, pelaksanaan zakat ditangani sendiri

oleh Rasul. Beliau memerintahkan petugas untuk mengambil zakat dari orang-orang yang

sudah ditetapkan sebagai muzakkilalu dicatat, dikumpulkan, dijaga dan akhirnya diberikan

kepada para penerima zakat. Rasul SAW pernah memerintahkan seorang pemuda dari suku

Asad, yang bernama Ibnu Lutaibah, untuk mengurus urusan zakat Bani Sulaim. Pernah pula

mengutus Ali bin Abi Thalib ke Yaman untuk menjadi amil zakat. Muaz bin Jabal pernah

dikirim Rasul SAW pergi ke Yaman, di samping bertugas sebagai Da‟i (menjelaskan ajaran

Islam secara umum), juga mempunyai tugas khusus menjadi amil zakat. Sama halnya yang

dilakukan oleh Khulafaur rasyidin sesudahnya, mereka selalu mempunyai petugas khusus

yang mengatur masalah zakat, baik pengambilan maupun pendistribusian.

Zakat diambil dari muzakki melalui amil zakat selanjutnya disalurkan kepada mustahiq,

hal ini menunjukkan bahwa kewajiban zakat itu bukanlah semata-mata bersifat amal

(kedermawanan), tetapi juga bersifat suatu kewajiban. Zakat yang merupakan kewajiban

tentulah sangat berimbas kepada Indonesia yang salah satu negara memiliki penduduk

muslim terbesar. Seperti yang diketahui bahwasanya penduduk muslim di Indonesia

6
Sofyan Hasan, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1995), h. 17

4
merupakan mayoritas dinegara ini. Zakat telah memasuki era baru dengan dikeluarkannya

Undang-Undang nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat dengan Keputusan Menteri

Agama (KMA) nomor 581 tahun 1999 dan keputusan Direktur Bimbingan Masyarakat dan

Urusan Haji nomor D/ Tahun 2000 tentang pedoman teknis pengelolaan zakat dan masih

banyak undangundang yang mengatur mengenai zakat sampai pada undang-undang nomor

23 tahun 2011.

Undang-undang tersebut mensyariatkan perlunya BAZNAS untuk meningkatkan kinerja

yang jelas agar mampu mengelola zakat, baik pengambilannya maupun pendistribusiannya

dengan terarah yang kesemuanya itu dapat meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan

mustahiq. Sejarah telah membuktikan bahwa keberhasilan pemerintahan Islam dalam

menarik dan mengelola zakat yang secara nyata sukses dalam sejarah Islam, dampaknya

sangat besar dalam memerangi kemiskinan dan kesusahan.7

Pendapat yang dikemukakan oleh Sofyan Hasan:

Oleh sebab itu, kesadaran muzakki dalam menyalurkan zakat kepada lembaga amil yang

bersangkutan sangat membantu dalam peningkatan perekonomian para mustahiq serta

pengelolaan zakat juga harus disusun secara terencana dan memenuhi persyaratan oleh

lembaga amil sehingga muzakki dapat melihat secara langsung bahwa zakat yang mereka

salurkan benar-benar mencapai sasaran dan tujuan yang haqiqi.8

Berdasarkan wawancara yang di sampaikan oleh bapak kepala desa Meranti yaitu

Bapak paidun sakroni S.Pd. bahwa peluang terlaksananya sosialisasi dari Baznas Kabupaten

Banyuasin tentang zakat, infaq, sedekah (ZIS) di Dusun 1 Desa Meranti sekitar 25% di
7
Sofyan Hasan, Pengantar Hukum..., h.13
8
Sofyan Hasan, Pengantar Hukum..., h.19
5
sebabkan kebanyakan masyarakat di Dusun 1 Desa Meranti tersebut masih banyak yang

belum memahami atau mengetahui tentang zakat, infsq, sedekah (ZIS) sedangkan di Desa

Meranti ada 5 dusun, contohnya di dusun 1 ada 135 KK, dan yang memahami zakat, infaq,

sedekah (ZIS) hanya 10 orang padahal masyarakat wajib mengeluarkan zakat, berinfaq, dan

mensedekahkan bagian dari rezekinya kepada para mustahik.9

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merasa perlu menelitinya, dengan judul

“PELUANG DAN TANTANGAN SOSIALISASI ZAKAT INFAQ SEDEKAH (ZIS)

TERHADAP KEPALA KELUARGA ( STUDI KASUS DUSUN I DESA MERANTI

KECAMATAN SUAK TAPEH KABUPATEN BANYUASIN )”

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Bagaimana peluang sosialisasi zakat, infaq, sedekah (ZIS) terhadap kepala keluarga?

2) Bagaimana tantangan sosialisasi zakat, infaq, sedekah (ZIS) terhadap kepala

keluarga?

C. BATASAN MASALAH

Agar pembahasan tidak terlalu melebar atau keluar dari jalur judul mengingat

waktu yang tersedia sangat terbatas. Maka penulis membatasinya pada faktor-faktor yang

mempengaruhi peluang dan tantangan sosialisasi zakat, infaq, sedekah (ZIS) terhadap

kepala keluarga.

D. TUJUAN PENELITIAN

9
Paidun Sakroni S.Pd (Kepala Desa Meranti) Wawancara Pribadi, Tanggal 29 Maret 2023
6
Berkaitan dengan permasalahan yang di rumuskan sebelumnya, maka dalam penelitian ini

di tetapkan tujuan penelitian, yaitu:

1) Untuk mengetahui bagaimana peluang sosialisasi zakat, infaq, sedekah (ZIS)

terhadap kepala keluarga.

2) Untuk mengetahui bagaimana tantangan sosialisasi zakat, infaq, sedekah (ZIS)

terhadap kepala keluarga.

E. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1) Secara Teoritis

Bagi peneliti, penelitian ini di harapkan dapat memberikan pemahaman terkait

dengan pengetahuan tentang zakat, infaq, sedekah dan juga melatih pola pikir secara

ilmiah dalam menyelesaikan permasalahan.

2) Secara Praktis

Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan wawasan

kepada masyarakat dan kalangan akademis khususnya mahasiswa fakultas ekonomi

bisnis Islam mengenai kurangnya minat masyarakat dalam berzakat, berinfaq, dan

bersedekah. Serta menjadi acuan dan bahan pertimbangan bagi mahasiswa yang akan

meneliti selanjutnya.

F. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam penelitian ini peneliti banyak mengambil informasi dari kajian penelitian

sebelumnya yang diambil dari berbagai sumber ilmiah, hasil penelusuran yang sejalan di

jadikan referensi sebagai berikut:

No Penulis Judul Metode Hasil Penelitian

7
Tahun Penelitian Penelitian
1 Fathul Huda Dampak Sosialisasi Kualitatif Hasil Penelitian Yang
(2013) Zakat, Infak Dan Dilakukan Menunjukkan
Sedekah (Zis) Bahwa Metode Yang
Terhadap Digunakan Untuk
Peningkatan Mensosialisasikan Zis Adalah
Pembayaran Zis Direct Selling , e-Selling ,
Pada Lembaga Network Selling Dan Mail
Kemanusiaan Selling , Namun Implementasi
Nasional Pos Dari Sosialisasi Tersebut Tidak
Keadilan Peduli Berpengaruh Besar Terhadap
Umat (Pkpu) Peningkatan Pembayaran Zis
Cabang Makassar
2 Yatimah Sari Pengaruh Kuantitatif Hasil penelitian diperoleh
(2021) sosialisasi Badan pengaruh yang signifikan
Amil Zakat sosialisasi BAZNAS
Nasional Kabupaten Siak terhadap minat
(BAZNAS) masyarakat dalam berzakat
Kabupaten Siak dengan thitung (11,651) >
terhadap minat ttabel (1,985). Berdasarkan
masyarakat dalam hasil perhitungan koefisien
berzakat determinasi diketahui
kontribusi pengaruh Sosialisasi
BAZNAS terhadap Minat
Masyarakat dalam Berzakat
sebesar 58,8% sedangkan
sisanya 41,2% dipengaruhi
oleh variabel lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini.
3 Sugiarti (2020) Faktor Pendukung Kualitatif Hasil penelitian yang telah
Keputusan dilakukan menunjukkan bahwa
Penentuan Zakat faktor pendukung keputusan
Fitrah bagi Umat penentuan penerima zakat
Islam di Kota fitrah terhadap umat Islam di
Palopo Tahun 2018 BAZNAS Kota Palopo pada
(Studi pada tahun 2018 yaitu perlu
BAZNAS Kota diketahui dalam memutuskan
Palopo) penentuan penerima zakat
fitrah bagi mustahik yang
layak mendapatkan zakat fitrah
dengan melakukan survey

8
sehingga penerima zakat fitrah
tersebut tidak salah sasaran
dengan menemukan identitas
dan kondisi mustahik
4 Maghfirah, Eva Optimalisasi kualitatif Hasil penelitian menunjukkan
Nuril (2021) Manajemen Dana bahwa BAZNAS Kabupaten
Zakat, Infak, Dan Banjar dalam menjalankan
Sedekah (Zis) Pada program Banjar Cerdas telah
Program Banjar optimal berbasis manajemen
Cerdas Di Badan dengan capaian pengumpulan
Amil Zakat dan pendistribusian dengan
Nasional (Baznas) sosialisasi, tepat guna, tepat
Kabupaten Banjar sasaran secara pemertaan,
keadilan dan kewilayahan.
kinerja organisasinya sudah
dilaksanakan secara
professional, amanah, jujur,
kredibel dan kegiatan
pelaporan bertanggung jawab
ketentuan syariah, Tranparan,
amanah. Kendalanya Masih
minin jumlah dana yang
terhimpun disalurkan pada
program Banjar, Keterbatasan
SDM dalam mengelola
lembaga, masih rendah tingkat
pemahaman dan keberadaan
BAZNAS Kabupaten Banjar
khususnya masyarakat
pedesaan yang jauh dari kota.
5 Ita Maulidar Efektivitas Kualitatif Hasil penelitian menunjukkan
(2019) Pendayagunaan bahwa baitul mal aceh telah
Dana Zakat, Infaq berhasil mendayagunakan
Dan Shadaqah dana zakat, infak dan
(ZIS) Dalam Upaya shadaqah dalam peningkatan
Meningkatkan kesejahteraan mustahik
Kesejahteraan dengan jumlah 15 mustahik
Masyarakat (Studi yang berhasil diberdayakan
Kasus: Baitul Mal pada program pemberdayaan
Aceh Untuk ekonomi. Program
Program pemberdayaan ekonomi telah
Pemberdayaan berjalan dengan efektif
9
Ekonomi). dibuktikan dari tingkat
pendapatan yang dirasakan
mustahik sebelum dan sesudah
menerima bantuan dari
program pemberdayaan
ekonomi serta peningkatan
dalam segi agama para
mustahik yang sesuai dengan
tujuan program pemberdayaan
ekonomi yakni meningkatkan
dari segi material dan spiritual
para penerima bantuan modal
usaha (mustahik).
6 Mariana Sosialisasi Badan Kualitaitf Cara sosialisasi yang
Manurung Amil Zakat dilakukan oleh BAZNAS Kota
(2018) Nasional (Baznas) Bengkulu untuk meningkatkan
Kota Bengkulu minat masyarakat dalam
untuk berzakat adalah: mengadakan
meningkatkan
sosialisasi pada Dinas,
minat masyarakat
Instansi, Pemerintahan dan
dalam berzakat
Swasta, Sekolah, dan
menggunakan media cetak,
seperti koran, brosur, dan
memasang baliho, serta media
elektronik, seperti TV.
Kendala yang di alami oleh
BAZNAS Kota Bengkulu
untuk meningkatkan minat
masyarakat dalam berzakat
adalah: SDM kurang, Fasilitas
kantor maupun lainnya juga
kurang, Masyarakatnya acuh
tak acuh, Kurangnya kesadaran
masyarakat untuk
memahami tentang zakat,
Ketidak percayaan masyarakat
terhadap lembaga BAZNAS,
Besarnya Souzhon terhadap
Lembaga BAZNAS,
Kurangnya sosialisasi yang
dilakukan oleh BAZNAS, dan
10
Ketidak profesionalannya
anggota Amil mengelola dana
zakat,

7 Ulfah Alfiyah Implementasi Kualitatif Adapun kesimpulan dari


Darajat (2021) Operasional Zakat penelitian ini adalah, pertama,
Infaq Dan pengelolaan ZIS pada KSPPS
Shadaqah Guna BMT Fajar Metro dibagi
Mewujudkan menjadi dua, pada
Kesejahteraan penghimpunan dana serta
Masyarakat pendistribusiannya. Sumber
Dalam Perspektif dana pada
Ekonomi Islam penghimpunan dana ZIS
berasal dari infaq anggota,
infaq karyawan, serta infaq
pihak lain. Metode
penghimpunan dana ZIS yang
digunakan dilakukan dengan
cara sosialisasi melalui media
sosial. Adapun mekanisme
pendistribusiannya langsung
diberikan berdasarkan
program-program yang telah
ditentukan. Kedua,
implementasi operasional ZIS
pada KSPPS BMT Fajar
Metro dalam mewujudkan
kesejahteraan masyarakat
perspektif ekonomi Islam
dapat dilihat dari dua aspek,
yaitu menurut al-qur’an dan
hadits telah di
implementasikan oleh KSPPS
BMT Fajar serta menurut
pakar ekonomi Islam bahwa
indicator kesejahteraan yang
telah dirumuskan dalam
Islamic Poverty Index (IPI)
untuk mengukur kesejahteraan
sesuai dengan maqashid
syari’ah, yaitu terpeliharanya
agama, terpeliharanya jiwa,
11
terpeliharanya akal,
terpeliharanya keturunan,
terpeliharanya harta. Dari
kelima indicator kesejahteran
perspektif ekonomi Islam yang
telah disebutkan, maka empat
diantaranya telah di
implementasikan oleh KSPPS
BMT Fajar Metro dan dapat
mewujudkan kesejahteraan
masyarakat. Sedangkan yang
terakhir yaitu terpeliharanya
harta belum terwujud
kesejahteraan masyarakat
persepektif ekonomi Islam
8 Rhotika, Evita Strategi Sosialisasi Kualitatif hasil penelitian ini ditemukan
(2021) Badan Amil Zakat bahwa strategi sosialisasi
Nasional (Baznas) dalam meningkatkan
Bengkulu Selatan kesadaran muzakki sudah
Dalam dilakukan dengan cara:
Meningkatkan Mengadakan sosialisasi pada
Muzzaki Zakat. dinas instansi, pemerintah,
swasta, sekolah, kantor-kantor,
Media massa (koran) dan
kutbah Zakat di masjid.
Problema yang dialami oleh
BAZNAS dalam
mensosialisasikan zakat
kepada masyarakat yaitu
pemahaman masyarakat,
pemahaman sebagian amil
BAZNAS Bengkulu Selatan,
masyarakat acuh tak acuh,
kurangnya komunikasi
terhadap masyarakat.
9 Nabila, Strategi Penyaluran Kualitatif Penelitian ini menghasilkan
Wasyiroh Dana Zakat, Infak, bahwa : 1) Strategi Lembaga
(2022) Dan Shadaqoh Amil Zakat AZKA Al Baitul
(Zis) Untuk Amien menggunakan tahapan
Pendidikan Di strategi yaitu: perumusan atau
Lembaga Amil perencanaan, penerapan, dan
Zakat (Laz) Azka evaluasi. 2) untuk Faktor yang
12
Al Baitul Amien menjadi penghambat yaitu
Jember. pembelaan orang tua terhadap
Undergraduate anak sehingga tidak mau
Thesis, Universitas mengikuti prosedur yang telah
Islam Negeri Kiai disepakati dengan alasan tugas
Haji Achmad yang diberikan sekolah
Siddiq Jember. sehingga tidak ada waktu
untuk menghafal ataupun
belajar mengaji. 3) untuk
solusi yang dilakukan
Lembaga Amil Zakat (LAZ)
AZKA yang dilakukan ialah
menyampaikan alasan-alasan
terhadap orang tuanya
mengenai persyaratan yang
diberikan kepada anaknya,
sehingga walimurid dapat
mengerti.
10 Cut Zahra Asia Strategi kualitatif Berdasarkan hasil penelitian
(2019) Peningkatan menunjukkan bahwa strategii
Penerimaan Dana yang digunakan untuk
ZIS pada Rumah pengumpulan ZIS pada
Zakat Banda aceh Rumah Zakat Banda Aceh
pada Peningkatan berbeda dengan strategi yang
Ekonomi Mustahik. digunakan oleh Rumah Zakat
cabang lainnya, hal tersebut
dapat dilihat dari strategi yang
digunakan oleh Rumah Zakat
Banda Aceh seperti FO
(funding officer), layanan
antar jemput, mobile banking,
dan lain sebagainya.

Penelitian terkait Zakat pertanian baik dalam menghitung zakat maupun


membayarkannya masih relatif tergantung kepada tingkat kesadaran dari para petani sendiri.
Bagi petani yang sedikit memahami tentang ketentuan zakat menurut fikih, maka mereka
pasti akan mengeluarkan zakat hasil pertanian. Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih
lanjut serta sosialisasi untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang adanya
kewajiban pembayaran zakat hasil pertanian.
13
G. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mempermudah mengetahui secara keseluruhan dalam menyampaikan

penelitian ini maka di susun suatu sistematika penulitan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan sistemasika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini berisi kajian teori dalam penelitian yang membahas tentang

konsep, prinsip, teori dan berbagai uraian lain yang relevan dengan

permasalahan yang menjadi topic penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini membahas mengenai gambaran umum seperti jeni penelitian,

waktu dan lokasi penelitian, sumber dan tehnik pengumpulan data, tentang

dusun 1 desa meranti keca,atan suak tapeh.

14
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Sosialisasi

1. Pengertian sosialisasi

Sosialisasi adalah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari

satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog

meyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory).10

Sosialisasi merupakan proses belajar seseorang menuju pembentukan kepribadian melalui

pemahaman mengenai kesadaran terhadap peran diri yang dijalankan dan peran yang dijalankan

orang lain.11

2. Fungsi sosialisasi

a. Membentuk pola perilaku individu berdasarkan kaidah nilai dan norma yang berlaku

dalam masyarakat.

b. Menjaga keteraturan dalam masyarakat.

c. Menjaga integrasi masyarakat.12

3. Tujuan sosialisasi
10
https://www.google.co.id/amp/www.sumberpengertian.co/pengertian-sosialisasi-lengkap/amp, diakses pada
tanggal 8 Mei 2023, Pukul 15.42
11
Richard Osborne & Borin Van Loon, Mengenal Sosiologi For Beginner, (Bandung: Mizan, 1996), h. 53
12
Richard Osborne & Borin Van Loon, Mengenal Sosiologi... h.55.
15
a. Sosialisasi dapat membantu indiviu dalam meraih identitas dirinya baik secara fisik

maupun mental.

b. Sosialisasi membantu setiap individu atau kelompok dalam mengembangkan potensi

humanistik, dan juga membantu individu atau kelompok untuk belajar bagaimana hidup

dalam masyarakat sosial.

c. Sosialisasi memenuhi kebutuhan dasar manusia untuk bertahan dalam kehidupan sosial.

d. Sosialisasi membantu individu atau kelompok dalam mengimitasi kebudayaan.13

4. Macam-macam sosialisasi

a. Sosialisasi primer adalah sosialisasi pertama yang dijalani oleh seseorang saat masih

anak-anak, da sosialisasi ini menjadi pintu bagi seseorang untuk memasuki keaggotaan

di dalam masyarakat. Tempat sosialisasi primer adalah keluarga. Sosialisasi jenis ini

akan dapat mempengaruhi seseorang individu untuk dapat membedakan mana dirinya

sendiri dengan orang-orang yang berada disekitarnya.

b. Sosialisasi sekunder adalah sosialisasi yang selanjutnya di lakuka oleh seorang individu.

Sosialisasi sekunder memperkenalkan kepada seorang individu tentang lingkungan

masyarakat. Sosialisasi jenis ini mengajarkan nilai-nilai yang baru di luar lingkunga

keluarga misalnya seperti lingkungan bermain, sekolah, dan sebagainya.14

B. Zakat

13
https://www.google.co.id/amp/www.sumberpengertian.co/pengertian-sosialisasi-lengkap/amp, diakses pada
tanggal 8 Mei 2023, Pukul 15.42
14
https://www.google.co.id/amp/www.sumberpengertian.co/pengertian-sosialisasi-lengkap/amp, diakses pada
tanggal 8 Mei 2023, Pukul 15.42
16
Di tinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu al- barakatu

‘keberkahan’, al-nama ‘pertumbuhan dan perkembangan ath-thaharatu ‘kesucian’, dan ash-

shalahu ‘kebesaran’. Sedangkan secara istilah, meskipun para ulama mengemukakannya

dengan redaksi yang agak berbeda antara satu dengan yang lainnya, akan tetapi pada

prinsipnya sama, yaitu bahwa zakat adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu yang

Allah SWT wajibkan kepada pemiliknya untuk di serahkan kepada yang menerimanya, dengan

persyaratan tertentu pula.15 Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dan pengertian

menurut Istilah, sangat nyata dan erat sekali, yaitu bahwa harta yang di keluarkan zakatnya

akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang dan bertambah.

Zakat menurut syara’ yaitu hak yang wajib di keluarkan dari harta. Mazhab Maliki

mendefinisikan dengan “mengeluarkan sebagian yang khusus dari harta yang khusus juga yang

telah mencapai nisab (batas kuantitas yang mewajibkan zakat) kepada orang – orang yang

berhak menerima (mustahiqq)-nya. Dengan catatan kepemilikan itu penuh dan mencapaj haul

(setahun) bukan barang tambang dan bukan barang pertanian. 16

Secara umum zakat bertujuan untuk menata hubungan dua arah yaitu hubungan vertical

dengan Tuhan dan hubungan horizontal dengan manusia. Artinya horizontal sebagai ibadah dan

wujud ketaqwaan dan kesyukuran seorang hamba kepada Allah atas nikmat berupa harta yang

di berikan Allah kepadanya serta untuk membersihkan dan mensucikan diri dan hartanya itu.

Menurut Muhammad Daud Ali ada beberapa tujuan di isyaratkan zakat dalam hubungan

adalah sasaran praktisnya, yaitu:

15
Didin Hafidhuddin, akat dalam perekonomian modern, (Jakarta: Gema Insani, 2002) h. 7-8
16
Hasan bin Ahmad, At-taqrirat as-Sadidah, (cet. III; Surabaya: Dar al-Ulum al-Islamiyyah, 2004 M/1423 H), h. 395
17
1) Meningkatkan derajat fakir miskin dan membantunnya keluar dari kesulitan hidup dan

penderitaan.

2) Membantu memecahkan permasalahan yang di pahami oleh para gharim (orang punya

hutang).

3) Membentangkan dan membina tali persaudaraan semasa umat manusia pada

umumnya, tali persaudaraan umat Islam pada khususnya.

4) Menghilangkan sifat kikir bagi pemilik harta.

5) Membersihkan sifat dengki dan iri (kecemburuan social) dari hati orang – orang miskin.

6) Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin dalam suatu

masalah.

7) Mengembangkan rasa tanggung jawab social pada diri sendiri pada mereka yang

mempunyai harta kekayaan.

8) Mendidik manusia untuk berdisiplin memenuhi menyerahkan hak orang lain yang ada

padanya.

Indonesia zakat telah di definiskan dengan resmi melalui ketentuan undang – undang

sebagai “harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki orang

muslim sesuai dengan ketentuan agama Islam untuk di berikan kepada yang berhak menerima.

Definisi ini tidak jauh berbeda dengan disepakati oleh Mazhab Maliki, Syafi’I, Hanafi, dan

Hambali serta Yusuf qardawi bahwa zakat adalah mengeluarkan bagian tertentu dari harta dan

menyerahkannya kepada yang berhak menerimanya.

Al – Quran yang dinamai sebagai wahyu Allah SWT, tidak menjelaskan bahwa zakat adalah

mengeluarkan bagian tertentu dari harta dan menyerahkannya kepada yang berhak
18
menerimanya sebagai di tentukan oleh (ulama) fikih dan mazhab – mazhab atau perundang –

undang zakat di negara kita. Ayat – ayat Al – Quran yang umumnya dan utama di pakai sebagai

sandaran pengertian atau definisi zakat adalah surah At – Taubah ayat 58, 60, 103, 104 yang

melafalkan sedekah bukan zakat. Semua ayat tersebut adalah tentang zakat tetapi diungkapkan

dengan istilah sedekah. Zakat yang disalurkan melalui badan amil atau lembaga zakat tidak

dapat dinamakan zakat melainkan hanya sedekah, sekedar sumbangan kedermawanan. Apabila

Al – Quran sebagai pedoman meletakkan Lembaga Amil Zakat pada urutan pertama segera

sesudah fakir miskin, hal ini di maksud untuk menunjukkan betapa pentingnya lembaga

tersebut dalam system perzakatan.

C. Infaq

Infak berasal dari kata anfaqa yang berarti ‘mengeluarkan sesuatu (harta) untuk

kepentingan sesuatu’. Sedangkan menurut terminologi syariat, infak berarti mengeluarkan

sebagian dari harta atau pendapatan/penghasilanuntuk suatu kepentingan yang diperintahkan

ajaran Islam Infaq yang merupakan menyalurkan sebagian harta untuk kebutuhan orang yang

membutuhkan yang sesuai dengan syari’at Islam.17

Dengan demikian, dapat penulis pahami terkait infaq adalah mengeluarkan sebagian dari

harta atau pendapatan/ penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran

Islam.Infaq berarti mengeluarkan sebagian harta untuk kepentingan kemanusiaan sesuai dengan

ajaran Islam.

D. Sedekah
17
Didin Hafidhuddin, Panduan Praktis Tentang Zakat, Infak, Sedekah, (Jakarta: Gema Insani, 1998), h 14-15
19
Sedekah yang memiliki arti luas, tidak hanya melibatkan hal uang tetapi juga yang

bersifat non materil. Sedekah berasal dari kata shadaqa yang berarti ‘benar’. Orang

yangbersedekah adalah orang yang benar pengakuan imannya. Menurut terminologi syariat,

pengertian sedekah sama dengan pengertian infak, termasuk juga hukum dan ketentuan-

ketentuannya. Hanya saja, jika infak berkaitan dengan materi, sedekah memiliki arti lebih luas,

menyangkut hal yang bersifat nonmateril.18

Sedekah merupakan pemberian dari seorang muslim secara suksrela tanpa dibatasi waktu

dan jumlah (Haul dan Nisbah) sebagai kebaikan dengan mengharap ridho Allah SWT. Sedekah

merupakan merupakan perbuatan mengeluarkan atau melakukan sesuatu dengan harta (materi)

atau non materi. Sedekah tidak hanya berarti mengeluarkan atau menyumbangkan harta namun

sedekah mencakup segala amal, atau perbuatan baik (Mariroh & Anwar, 2020).19

Dalam Undang-Undang RI Nomor 23Tahun 2011tentang pengelolaan zakat, mengatakan

bahwa shadaqah adalah harta atau nonharta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha

diluar zakat untuk kemaslahatan umum. Shadaqah memiliki dimensi yang lebih luas dari infaq,

karena sedekah memiliki 3 pengertian utama:

a. Shadaqah merupakan pemberian kepada fakir, miskin yang membutuhkan tanpa

mengharapkan imbalan (azzuhaili). Shadaqah bersifat sunah.

b. Shadaqah dapat berupa zakat, karenadalam beberapa teks Al-Quran dan as Sunnah yang

tertulis dengan shadaqah padahal yang dimaksud adalah zakat.

18
Ibid, h. 15.
19
Khavid Normasyhuri1) , Budimansyah2), Ekid Rohadi3)Strategi Pengelolaan Zakat, Infaq dan Sedekah (ZIS)
Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Umat Dalam Pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) Pada Masa
Covid-19 Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, Vol. 8(02), 2022, 03
20
c. Shadaqah adalah sesuatu yang ma’ruf (benar dalam pandangan syariah).20

E. Hikmah dan Tujuan Zakat, Infaq, dan Shadaqah

a. Hikmah zakat, infaq dan shadaqah adalah sebagai berikut:

1) Mensyukuri karunia Ilahi, menumbuh suburkan harta dan pahal serta membersihkan

diri dari sifat kikir, dengki,iri, serta dosa.

2) Melindungi masyarakat dari bahayakemiskinan dan akibat kemelaratan.

3) Mewujudkan rasa solidaritas dan kasihsaying sesama manusia.

4) Manifestasi kegotong royongan dan tolongmenolong dalam kebaikan dan takwa.

5) Mengurangi kefakir miskinan yangmerupakan masalah sosial.

6) Membina dan mengembangkan stabilitassosial.

7) Salah satu jalan mewujudkan keadilansosial.

b. Tujuan zakat, infaq, dan shadaqah adalahsebagai berikut:

1) Untuk mengangkat derajat fakir-miskin dan membantunya keluar darikesulitan

hidup serta penderitaan

2) Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh para gharimin, ibnus sabil

dan mustahiq lainnya.

3) Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat Islam dan manusia

pada umumnya.

20
Sri Nurhayati Wasilah. (2013). Akuntansi Syariah Di Indonesia.Jakarta: Salemba Empat. hlm. 284
21
4) Menghilangkan sifat kikir dan loba pemilik harta, keempat membersihkan sifat

dengki dan iri (kecemburuan sosial) dari hati orang-orang miskin.

5) Membersihkan sifat dengki dan iri (kecemburuan sosial) dari hati orang- orang

miskin.

6) Keenam: Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin

dalam suatu masyarakat.

7) Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang terutama pada

mereka yang mempunyai harta.

8) Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan hak

orang lain yang ada padanya.21

BAB III

METODE PENELITIAN

21
Muhammad Daud Ali. (2006). Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf. Jakarta: Universitas Indonesia. hlm. 40
22
A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dan pendekatan yang digunakan adalah

pendekatan kualitatif. Maksud dari penelitian lapangan (field research) adalah penelitian tentang

apa yang sesungguhnya sedang diamati, yang benar-benar terjadi menurut apa yang dilihat,

didengar dan diamati dengan alat indra peneliti. 22 Sedangkan menurut Bogdan dan Tylor

penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.23

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Lokasi yang diambil dalam penelitian ini dilaksanakan di masyarakat di Duaun 1 Desa

Meranti Kecamatan Suak Tapeh. Adapun yang menjadi alasan penulis memilih lokasi penelitian

ini karena berdasarkan pengamatan calon peneliti bahwa masyarakat yang ada di Dusun

tersebut banyak yang belum sadar atas kewajiban berzakat, berinfaq, dan bersedekah sehingga

calon peneliti tertarik untuk meneliti di masyarakat di Dusun 1 Desa Meranti Kecamatan Suak

Tapeh tersebut.

C. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber Data

a. Data Primer

22
Tohirin,Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2013),h.67.
23
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.36.
23
Yaitu data yang diperoleh secara langsung diperoleh dari sumber data di lokasi

penelitian atau obyek penelitian.24 Data penelitian dari sejumlah narasumber di Desa

Galang Tinggi Kecamatan Banyuasin III tersebut. Dalam hal ini peneliti mengambil data-

data yang berhubungan dengan kesadaran kepala keluarga dalam berzakat, berinfaq,

dan bersedekah pada masyarakat di Dusun 1 Desa Meranti.

b. Data Sekunder

Data skunder yaitu sebagai data pendukung dari laporan yang ada seperti,

penelitian-penelitian terdahulu, jurnal-jurnal ilmiah yang memuat data mengenai judul

penelitian, surat kabar yang memuat tentang penelitian, serta sumber lainnya yang bisa

dijadikan sumber yang sah.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik

terhadap gelaja yang tampak pada objek penelitian. 25 Metode ini sangat penting dalam

sebuah penelitian sebuah penelitian dikarenakan pengamatan langsung akan

mempengaruhi bagaimana data dan informasi yang didapat dari sumber penelitian.

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan gambaran umum tentang Sosialisasi

BAZNAS Kabupaten Banyuasin untuk meningkatkan minat masyarakat dalam berzakat.

b. Wawancara

24
Wahidmurni, Pemaparan Metode Penelitian Kualitatif. Jurnal.UIN Maulana malik Ibrahim malang,
(2017), hlm.7
25
Margono, Metodologi Penelitian…, h.158
24
Wawancara adalah cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh

informasi langsung dari sumbernya”.26 Adapun wawancara yang digunakan adalah

wawancara terstruktur, dimana penulis membuat pedoman wawancara berupa pertanyaan-

pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya yang mengenai judul penelitian. Pedoman

wawancara bersisi tentang uraian penelitian yang dituangkan dalam bentuk daftar

pertanyaan agar proses wawancara dapat berjalan dengan baik. Percakapan ini dilakukan

dengan pihak-pihak yang terkait danberwenang untuk menjelaskan mengenai sosialisasi

apa saja yang sudah dilakukan BAZNAS Kabupaten Banyuasin serta bagaimana cara

BAZNAS Kabupaten Banyuasin menarik minat masyarakat untuk berzakat.

c. Dokumentasi

Penulis menggunakan teknik dokumentasi untuk lebih menajamkan hasil

penelitian sehingga hasil penelitian nanti dapat dipertanggung jawabkan dan memenuhi

persyaratan. Dokumentasi berupa buku-buku, brosur-brosur, berita-berita, laporan

pengelolaan zakat dan arsip-arsip dari BAZNAS Kabupaten Banyuasin.

D. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data melalui data kualitatif yaitu

menggunakan data reduksi (data reduction), penyajian data (display data), dan penarikan

kesimpulan (conclution drawing verification).

26
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 72
25
DAFTAR PUSTAKA

26

Anda mungkin juga menyukai