Anda di halaman 1dari 12

ZAKAT

FIQIH/USHUL FIQIH

DI SUSUN

KELOMPOK 9

Alfi Syahrin

Intan Fadillah

DOSEN PENGAMPU: Dr. Muhammad Faisal Hamdani, M.Ag

FAKULTAS ILMU SOSIAL

PRODI ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUMATRA UTARA


KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr.Wb
Puji syukur  senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan Rahmat,Taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat
kepada umat manusia.
Makalah ini di  susun guna memenuhi tugas mata kuliah Fiqih dan juga untuk
khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang semoga
bermanfaat.
Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin.
Namun, kami menyadiri bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan
masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini
mohon kritik, saran dan pesan dari semua yang membaca makalah ini terutama Dosen Mata
Kuliah Fiqih yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.
Wa’alaikumsalam Wr.Wb

Medan, 04 juni 2018

Kelompok 9
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar isi……………………………………………….………...………..1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………..….…...…3
1.2 Rumusan Masalah………………..……………………………3
BAB II PEMBAHASAN
A.pengertian zakat………………….…..…….............................5
B. macam-macam zakat ……………………………..………........6
C. harta yang wajib disakati………………………………….……7
D.orang yang berhak menerima zakat………………..….……......8
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN……………………………………………..………….….12

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Zakat merupakan satu-satunya ibadah yang dalam syariat islam secara eksplisit
dinyatakan ada petugasnya. Ada dua model pengelolaan zakat. Pertama, zakat dikelola oleh
negara dalam sebuah lembaga atau departemen khusus yang dibentuk oleh
pemerintah.Kedua, zakat yang dikelola oleh lembaga non-pemerintah (masyarakat) atau semi
pemerintah dengan mengacuh pada aturan yang telah ditentukan oleh negara.

Zakat dikelola oleh negara maksudnya, bukan untuk memenuhi keperluan negara,
seperti membiayai pembangunan dan biaya-biaya rutinitas lainya. Zakat dikelola oleh negara
untuk dikumpulkan dan dibagikan kepada yang berhak menerimanya. Jadi negara hanya
sebagai fasilitator, untuk memudahkan dalam pengelolaan zakat tersebut.
Karena zakat berhubungan dengan masyarakat, maka pengelolaan zakat, juga membutuhkan
konsep-konsep manajemen agar supaya pengelolaan zakat itu bisa efektif dan tepat sasaran.
Zakat juga merupakan salah satu rukun (termasuk rukun ketiga) dari rukun islam yang
lima, sebagaimana yang diungkapkan dalam hadist Nabi, sehingga keberadaannya
disejajarkan dengan ibadah-ibadah yang lain seperti sholat, puasa dan menjadi faktor yang
mutlak mengenai keislaman seseorang.
Di dalam Al Qur‟an terdapat banyak ayat yang memuji orang–orang yang secara
sungguh–sungguh menunaikan zakat dan bahkan sebaliknya terdapat pula ayat yang
memberikan ancaman bagi orang yang dengan segaja meninggalkan zakat. Dalam Al-Quran
Allah …. Berfirman :
‫يوم يحمى عليها في نار جهنم فتكوى بها جبا ههم وجنبهم وظهرهمصلىهذا ما كنز تم ألنفسكم فذوقوأما كنتم تكنزون‬
Artinya :
“Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya
dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta
bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari)
apa yang kamu simpan itu”.(QS. At-Taubah: 35)

Menurut Dr Yusuf Qardhawi, salah seorang ulama fiqih menyatakan bahwa salah satu
upaya mendasar dan fundamental untuk mengentaskan atau memperkecil masalah
kemiskinan adalah dengan cara mengoptimalkan pelaksanaan zakat. 1Hal itu dikarenakan
zakat adalah sumber dana yang tidak akan pernah kering dan habis. Dengan kata lain selama
umat Islam memiliki kesadaran untuk berzakat dan selama dana zakat tersebut mampu
dikelola dengan baik, maka dana zakat akan selalu ada serta bermanfaat untuk kepentingan
dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, zakat memiliki peranan yang sangat strategis

1
Dikutip dari sekripsi Hasrullah “Efektivitas Pelaksanaan Zakat Di Badan Amil Zakat”
1          
dalam upaya pengentasan kemiskinan atau pembangunan ekonomi. Berbeda dengan sumber
keuangan untuk pembangunan yang lain, zakat tidak memiliki dampak balik apapun kecuali
ridha dan mengharap pahala dari Allah semata. Namun demikian, bukan berarti mekanisme
zakat tidak ada sistem kontrolnya. Nilai strategis zakat dapat dilihat melalui: Pertama, zakat
merupakan panggilan agama. Zakat merupakan cerminan dari keimanan
seseorang. Kedua,sumber keuangan zakat tidak akan pernah berhenti. Artinya orang yang
membayar zakat, tidak akan pernah habis dan yang telah membayar setiap tahun atau periode
waktu yang lain akan terus membayar. Ketiga, zakat secara empirik dapat menghapus
kesenjangan sosial dan sebaliknya dapat menciptakan redistribusi aset dan pemerataan
pembangunan.
Yang mendorong masyarakat Islam melaksanakan pemungutan zakat di Indonesia ini
antara lain adalah: (1) Keinginan umat Islam Indonesia untuk meyempurnakan pelaksanaan
ajaran agamanya. Setelah mendirikan shalat, berpuasa selama bulan Ramadhan dan bahkan
menunaikan ibadah haji ke Mekkah, umat Islam semakin menyadari perlunya penunaian
zakat sebagai kewajiban agama; kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap orang yang
mampu melaksanakannya karena telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. (2)
Kesadaran yang semakin meningkat di kalangan umat Islam tentang potensi zakat jika
dimanfaatkan sebaik-baiknya, akan dapat memecahkan berbagai masalah sosial di Indonesia.
(3) Usaha-usaha untuk mewujudkan pengembangan dan pengelolaan zakat di Indonesia
makin lama makin tumbuh dan berkembang.
Zakat yang diberikan kepada mustahiq akan berperan sebagai pendukung peningkatan
ekonomi mereka apabila dikonsumsikan pada kegiatan produktif. Pendayagunaan zakat
produktif sesungguhnya mempunyai konsep perencanaan dan pelaksanaan yang cermat
seperti mengkaji penyebab kemiskinan, ketidakadaan modal kerja, dan kekurangan lapangan
kerja, dengan adanya masalah tersebut maka perlu adanya perencanaan yang dapat
mengembangkan zakat bersifat produktif tersebut. Pengembangan zakat bersifat produktif
dengan cara dijadikannya dana zakat sebagai modal usaha, untuk pemberdayaan ekonomi
penerimanya, dan supaya fakir miskin dapat menjalankan atau membiayai kehidupannya
secara konsisten. Dengan dana zakat tersebut fakir miskin akan mendapatkan penghasilan
tetap, meningkatkan usaha, mengembangkan usaha serta mereka dapat menyisihkan
penghasilannya untuk menabung. 

1.2 Rumusan Masalah

1. defenisi zakat dan dalil zakat?

2. macam-macam zakat dan harta yang wajib dizakati?

3. orang yang berhak menerima zakat?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi zakat

Zakat merupakan bagian yang tetapkan jumlahnya dari harta tentunya pada waktu
tertentu yang dibayarkan kepada pihak-pihak tertentu pula.

Dinamakan zakat karena dapat menambah harta yang dikeluarkan secara maknawi
serta terpelihara dari berbagai bencana. Selain itu akan membersihkan jiwa bagi yang
mengeluarkannya. Sebagaimana firman Allah swt.

“ambilah zakat dari sebagian harta merek, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka,” (QS. At-Taubah (9);103).

Zakat adalah salah satu rukun islam yang lima. Nabi telah bersabda,”islam itu
dibangun di atas lima perkara, yaitu; kesaksian tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad
itu utusan Allah, mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, puasa di bulan ramadhan dan
menunaikan haji di baitullah bagi orang yang mampu melakukan perjalanan
kepadanya,”(HR.bukhari dan muslim).

Kata zakat disandingkan dengan sholat terdapat delapan puluh dua ayat dalam
alquran. Sesungguhnya allah swt. Telah memfardhukannya berdasarkan kitabnya, sunnah
rasulnya dan ijma’ umatnya.2

B. Dalil Zakat

Zakat merupakan konsep ajaran islam yang berdasarkan landasan alquran dan sunnah
rasull dan harta kekayaan yang di punyai seseorang adalah amanat dari Allah dan berfungsi
sosial. Dengan demikian, zakat adalah suatu kewajiban yang diperintahkan oleh Allah swt.
Ini dapat di lihat dari dalil-dalil, baik yang terdapat dalam alquran maupun yang terdapat
dalam kitab0kitab hadis, antara lain sebagai berikut.

1. Firman Allah swt,”Ambilah dari harta mereka sedekah/zakat, untuk membersihkan mereka
serta menghapuskan kesalahan mereka serta” (QS.at-Taubah (9);103).

2. Firman allah swt,”dirikanlah shalat dan bayarlah zakat hartamu”(QS. An Nisa (4):77).

3. Firman Allah swt,”dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-
orang yang ruku”.(QS. Al baqarah (2):43)

4. Firman Allah swt.”sesungguhnya orang-orang yang beriman serta mengerjakan kebaikan,


melakukan shalat, dan membayar zakat, mereka itu memperoleh ganjaran disisi Allah,
mereka tiada akan berduka cita”.(QS. Al baqarah (2):277)3

C. Macam-Macam zakat

1. zakat mal (harta)


2
Abu malik kamal (panduan beribadah khusus wanita) almahira, Jakarta, 2007, hlm 207
3
Elsi kartika (pengantar hukum zakat dan wakaf), grasindo, jakarta, 2006, hlm 1
Syarat wajib zakat:

1. muslim

2. merdeka

3. sampai nishab

Syarat harta yang wajib di zakati

1. milik penuh

2, harta yang dapat berkembang

3. sampai nishab

4. melebihi kebutuhan pokok

5. bebas dari hutang

6. sampai baul (satu tahun)4

D. Harta Yang Wajib Di keluarkan

Harta kekayaan yang wajib dikeluarkan zakatnya:

1. emas dan perak

Dasar hukum:” dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya
pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa
yang perih.”(QS. At-taubah (9):34).

Nishab dan kadarnya:

1. emas: 85 gram

2. perak 595 gram

3. uang, berpedoman pada nishab emas dan perak

Adapun kadar zakat yang harus dikeluarkan adalah sebanyak, rub’u al-usyur, 2,5%-nya

2. Hasil Pertanian

Dasar hukum:” makanlah buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan dan
tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedahkanlah kepada fakir miskin);
dan jangan kamu berlebihan-lebihan. (QS. Al-an’am (6):141).

Nishab dan kadarnya;

Nishab nya sebanyak 5 wasaq = 300 sha’ =652,8 kg atau 653 kg.
4
Syafi’i hadzami (taudhihul adillah), gramedia, Jakarta, 2010, hlm 5
Kadar zakatnya yang harus dikeluarkan sebanyak 1/10nya jika hasil tanaman tersebut
tumbuh dan berkembang tanpa disiram atau tanpa biaya perawatannya, tanpa membayar
orang lain untuk merawatnya. Apabila pemeliharannya memerlukan biaya maka kadar
zakatnya yang harus dikeluarkan seanyak 1/20nya.

3. Aset perdagangan

Dasar hukum;” kai orang yang beriman, nafkahkanlah (dijalan Allah) sebagai dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagai dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk
kamu.”(QS. Al-Baqarah (2): 267)

Syarat-syaranya;

1. berbentuk suatu usaha yang terkait dengan adanya jual beli.

2. ada usaha untuk memperoleh untung.

Nishab dan kadarnya:

Nishabnya berpedoman pada emas (yaitu senilai pada emas (yaitu senilai 85 gram) yang
dihitung dari modal + laba. Kadar zakat yang harus dikeluarkan sebanyak 2,5%-nya.

4. Hasil yang dikeluarkan dari bumi (barang tambang)

Dasar hukumnya adalah QS. Al baqarah (2): 267).

Bentuk: semua hasil tambang yang berharga baik padat maupun cair.

Nishab dan kadarnya:

Berpedoman kepada nishab emas (yaitu senilai 85 gram.) adapun kadar zakat yang harus
dikeluarkan adalah 2,5% jika diperoleh dengan mengerahkan tenaga dan biaya. Dan apabila
diperoleh tidak dengan menelan biaya dan banyak tenaga maka kadarnya 20% (1/5).

5. binatang ternak

a. unta, dengan perincian zakatnya;

5 ekor: 1 ekor kambing

20 ekor : 4 ekor kambing

25 ekor : 1 ekor makhadh (unta umur 1 tahun lebih) betina

b. sapi atau kerbau;

nishab dan kadar zakat yang harus dikeluarkan adalah:


30 ekor: 1 ekor berumur 1-2 tahun

40 ekor: 1 ekor berumur 2-3 tahun

60 ekor: 2 ekor berumur 1-2 tahun

70 ekor: 1 ekor berumur 1-2 tahun 1 ekor berumur 2-3 tahun.5

E. orang yang berhak menerima zakat

Firman Allah swt.”sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang kafir, orang miskin,
amil zakat, yang dilunakan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk
(mebebaskan) yang berhutang, untuk jalan allah, dan untuk orang yang sedang dalam
perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah maha mengetahui, maha bijaksana. (QS. At
taubah (9) :60)

Berdasarkan ayat tersebut, ada delapan golongan samaniyatu asnaf atau mustahik
zakat yang berhak menerima zakat, yaitu sebagai berikut.

1.fakir, yaitu orang yang memiliki kebutuhan tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya. Biasannya, mereka tidak memiliki pekerjaan tetap.

2. miskin, yaitu orang yang memiliki pekerjaan, tetapi penghasilan tersebut tidak dapat
mencukupi seluruh pokok hidupnya.

3. Amalin, yaitu orang yang ditunjuk oleh pemerintah muslim setempat sbagai petugas
pengumpulan dan penyalur zakat dari para muzaki (pembayar zakat). Dalam hal ini, termasuk
pula para pencatat, penjaga keamanan, dan petugas penyalur kepada para mustahik.

Amil boleh mendapatkan bagian dai uang zakat yang terkumpul, jumlahnya adalah
maksimal seperdelapan dari jumlah keseluruhan, sekalipun mereka termasuk orang-orang
yang berkecukupan. Akan tetapi, apabila seperdelapan tersebut tidak mencukupi, wajib atas
pemerintah mencukupinya dari kas Negara.

4. Muallaf, yaitu golongan yang diusahakan untuk dirangkul,ditarik, dikukuhkan hati mereka
dalam islam. Alasan diberikan zakat untuk mereka adalah disebabkan belum mantapnya
keimanan mereka, dan juga menolak bencana yang mungkin mereka lakukan terhadap kaum
muslimin dan mengambil keuntungan yang mungkin dimanfaatkan unuk kepentingan
mereka.

Oleh karna itu, para fukaha membagi mereka kepada dua golongan, muslimin dan
kafir. Tujuan diberikan zakat kepada orang kafir adalah agar mereka beriman, tidak berbuat
bencana kepada kaum muslimin.

5. budak berlian, walau pun pada zaman sekarang tidak ada perbudakan, namun esensi
perbudakan tetap ada. Seorang majikan memperbudak pembantunya, orang kaya

5
Ibid hlm 6
memperbudak orang-orang lemah. Orang-orang yang diperbudak tersebut berhak menerima
zakat, agar mereka bebas dari perbudakan yang tidak berperikemanusian.

6. garimimin, yaitu mereka yang beruntung dan sukar untuk membayarnya, orang-orang yang
termasuk dalam olongan ini di antaranya, orang yang memikul utang untuk mendamaikan
sengketa atau menjamin orang lain sehingga harus membayar utang tersebut dengan
menghabiskan hartanya. Bisa juga orang yang terpaksa berhutang untuk keperluan hidup atau
membebaskan diri dari maksiat.

7. Muallafah qulubuhum (mualaf yang dibujuk hatinya)


            Orang-orang mualaf yang dibujuk hatinya adalah orang-orang yang cenderung
menganggap sedekah atau zakat itu untuk kemaslahatan Islam.6 Orang-orang yang dijanjikan
hati mereka dan disatukan dalam Islam, untuk mencegah kejahatan mereka, atau agar mereka
mau membantu kaum Muslim dalam membela diri atau membela Islam. Mereka ini diberi
bagian zakat walaupun mereka kaya.
       Terdapat perselisihan tentang apakah mualaf ini khusus bagi mereka yang tidak
menunjukkan keislaman mereka, ataukah termasuk juga orang yang menunjukkan keislaman
tetapi diragukan. Yang pasti, Rasulullah telah menyantuni orang-orang musyrik (yang tidak
menunjukkan keislaman) diantaranya adalah Shafwan bin Umayyah, dan juga orang-orang
munafik (yang menunjukkan keislaman) seperti Abu Sufyan.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

6
Hasbiyalah (fiqih), grafindo , Jakarta, 2008, hlm 38
Zakat adalah salah satu rukun Islam. Zakat secara bahasa berarti tumbuh dan bertambah. Dan
menurut syari’at berarti sedekah wajib dari sebagian harta, sebab dengan mengeluarkan
zakat, maka pelakunya akan tumbuh mendapat kedudukan tinggi di sisi Allah SWT dan
menjadi orang yang suci serta disucikan. Juga bisa berarti berkah, bersih, suci, subur, dan
berkembang maju.

Macam-macam zakat secara garis besar ada dua macam yaitu zakat harta benda atau
maal dan zakat fitrah. Mengenai zakat maal, maal sendiri menurut bahasa berarti harta. Jadi,
zakat maal yaitu zakat yang harus dikeluarkan setiap umat muslim terhadap harta yang
dimiliki, yang telah memenuhi syarat, haul, dan nishabnya. Sedangkan zakat fitrah disini
berarti juga zakat badan atau tubuh kita. Setiap menjelang Idul Fitri orang Islam diwajibkan
membayar zakat fitrah sebanyak 3 liter dari jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari.

Harta-harta yang wajib dizakati diantaranya emas dan perak, hasil tambang dan
tanaman jahiliyah,penemuan benda-benda terpendam (rikaz), barang dagangan, makanan
pokok dan buah-buahan, binatang ternak, perusahaan dan penghasilan. Sedangkan para
mustahiq zakat yaitu fuqara, masakin, amilin, muallaf, riqab, ghorimin, sabilillah, dan ibn
sabil.

Khumus itu dibahas secara khusus oleh Madzhab Imamiyah. Khumus adalah
membayar satu per lima dari harta benda yang tersisa selama satu tahun dan juga harta-harta
penemuan. Harta-harta yang dikumpulkan tersebut menjadi hak seluruh umat Islam untuk
kemaslahatan hidup mereka dan Imam yang ada pada masanya, berarti sekarang menjadi
milik Imam Mahdi as afs.

DAFTAR PUSTAKA
Abu malik kamal (panduan beribadah khusus wanita) almahira, Jakarta, 2007, hlm 207

Elsi kartika (pengantar hukum zakat dan wakaf), grasindo, jakarta, 2006, hlm 1

Hasbiyalah (fiqih), grafindo , Jakarta, 2008, hlm 38

Syafi’i hadzami (taudhihul adillah), gramedia, Jakarta, 2010, hlm 5

Anda mungkin juga menyukai