Anda di halaman 1dari 15

Manajemen ZISWAF

“Filantropi Islam dan Media Sosial”

Makalah

(Untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen ZISWAF)

Dosen Pengampuh:

Ibu Nuravifah Bugi, S.E.Sy., M.E

Oleh Kelompok 9:

Rein Dayi 184022023

Jimy Saputra Gobel 184022087

Fitriani Moha 184022053

Desinta Laimara 184022020

JURUSAN PERBANKAN SYARI’AH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

IAIN SULTAN AMAI GORONTALO

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tak lupa penulis hadiahkan kepada
Baginda Rasulullah SAW. manusia terbaik yang telah membawa kita dari zaman kebodohan
menuju ke zaman yang berlimpah ilmu pengetahuan khususnya ilmu agama Islam, sehingga
kita mampu membedakan mana yang wajib yang harus dikerjakan dan haram yang harus
ditinggalkan. Adapun tujuan pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Maanajemen ZISWAF”. Semoga makalah ini dapat dipahami serta berguna untuk semua
pembaca dan terkhusus kepada penulis.

Limboto, 10 Maret 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................1

DAFTAR ISI.........................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................3

A. Latar Belakang...........................................................................................3
B. Rumusan Masalah......................................................................................3
C. Tujuan Penulisan........................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................5

A. Filantropi dalam Islam................................................................................5


B. Bentuk Filantropi dalam Islam...................................................................6
C. ZISWAF sebagai Manifestasi ...................................................................7
D. Optimalisasi fintech disektor filantropi Islam............................................8
E. Fintech untuk pengembangan filantropi Islam...........................................9
F. Filantropi Islam menggunakan Media Sosial.............................................11

BAB III PENUTUP.............................................................................................13

A. Kesimpulan................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................14

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Filantropi merupakan salah satu pendekatan untuk mempromosikan
kesejahteraan termasuk didalamnya upaya mengentaskan kemiskinan. Filantropi
sebagai salah satu modal sosial melalui pemberian derma atau bantuan kepada
masyarakat yang kurang mampu. Tumbuh kembangnya gerakan filantropi salah
satunya dengan hadirnya lembaga filantopi Islam berbentuk zakat, infak, dan
shadaqah. Ketika telah menunaikan zakat maka kewajiban terhadap rukun Islam telah
terlaksana, sekaligus membantu sesama muslim dalam meringankan beban mereka
dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Aspek lain filantropi Islam adalah infak yang berarti sesuatu yang diberikan
kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhan, baik berupa makanan, minuman dan
lainnya yang didasarkan ikhlas karna Allah. Selain itu infak juga berkaitan dengan
sesuatu yang dilakukan secara wajib dan sunnah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari filantropi Islam?
2. Bagaimana bentuk filantropi Islam?
3. Mengapa ZISWAF dikatakan sebagai manifestai filanntropi Islam?
4. Bagaimana optimalisasi Fintech di Sektor Filantropi Islam untuk Pengembangan
ZISWAF?
5. Bagaimana fintech untuk pengembangan filantropi Islam?
6. Bagaimana filantropi Islam dalam menggunakan media sosial?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian filantropi Islam.
2. Untuk mengetahui bentuk filantropi Islam.
3. Unntuk mengetahui manifestasi filantropi Islam.
4. Untuk mengetahui optimalisasi fintech di sektor filantropi Islam untuk pengembangan
ZISWAF.

3
5. Untuk mengetahui fintech dalam pengembangan filantropi Islam?
6. Untuk mengetahui filantropi Islam dalam menggunakan media sosial sebagai
alternatif dalam pengumpulan dana.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Filantropi dalam Islam


Secara definisi, istilah filantropi (philanthropy) berasal dari bahasa Yunani,
terdiri dari dua kata yaitu Philos (cinta) dan Anthropos (manusia). Jika diterjemahkan
secara harfiah, filantropi adalah konseptualisasi dari praktek memberi (giving),
pelayanan (services) dan asosiasi (association) secara sukarela untuk membantu pihak
lain yang membutuhkan sebagai ekspresi rasa cinta. 1 Istilah filantropi, sebagaimana
dikutip oleh Kasdi (2016), diartikan dengan rasa kecintaan kepada manusia yang
terpatri dalam bentuk pemberian derma kepada orang lain (Ilchman, 2006). Filantropi
juga dimaknai sebagai konseptualisasi dari praktik pemberian sumbangan sukarela
(voluntary giving), penyediaan layanan sukarela (voluntary services) dan asosiasi
sukarela (voluntary association) secara suka rela untuk membantu pihak lain yang
membutuhkan sebagai ekspresi rasa cinta.
Filantropi dalam arti pemberian derma biasa juga disamakan dengan istilah
karitas (charity) (Kim Klein, 2001). Menurut Oxford Advance Learner’s Dictionary
of Current English, sebagaimana di kutip oleh Thohari (2017), philanthropy
bermakna love of mankind; practical sympathy and benevolence (Cinta manusia;
Simpati praktis dan kebajikan). Sedangkan philanthropist adalah person who help
others, esp. those who are poor or in trouble. Filantropi jika dikaitkan dalam Islam,
menunjukan adanya praktik filantropi dalam tradisi Islam melalui zakat, infak,
sedekah dan wakaf (Zahrah, 2005). Sesuatu yang memang secara teologis dan syariah
memiliki landasan hukum kuat.2
Terdapat banyak sekali ayat dalam Al- Qur’an maupun Hadits yang dengan
tegas memerintahkan untuk berderma, berbagi dan peduli kepada sesama umat
manusia.“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka. Dengan zakat itu, kamu
membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdoalah untuk merka. Sesungguhnya
doamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan, Allah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui.”(QS, At-Taubah: 103).
1
Chaider S. Bamualim & Irfan Abubakar, Revitalisasi Filantropi Islam Studi Kasus Lembaga Zakat dan Wakaf
di Indonesia (Jakarta: PBB UIN Syarif Hidayatullah dan FF, 2005), 4.
2
Tohari, Hajriyanto Y, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Filantropi: Perspektif Historis dan Sosiologis,
Makalah disampaikan pada Baitul Arqam Fakultas Ekonomi dan Bisnis UHAMKA, Depok 29 Juli 2017.

5
Dalam hadits disebutkan "Islam didirikan diatas lima dasar: Mengikrarkan
bahwa tidak ada tuhan selain Alloh dan Muhammad adalah utusan Alloh, mendirikan
sholat, membayar zakat, menunaikan haji, dan berpuasa pada bulan Romadhon".
(H.R. Muttafaq 'alaih). Ayat dan hadits tersebut menjadi justfikasi bahwa mengambil
zakat itu boleh dengan cara paksaan atau bahkan memeranginya bagi yang
membangkang, sebab mereka masuk dalam kategori menghancurkan sendi-sendi
dasar ajaran Islam (Amar, 2009).
Dalil inilah yang dijadikan landasan untuk menggunakan approach to
securitydalam menghimpun zakat, infak dan sedekah. Pendekatan ini pernah
dilakukan oleh khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq ketika menarik dana zakat dengan
memerangi orang yang membangkangnya. Namun, dalam ayat lain dikatakan “Dan
pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang
miskin yang tidak mendapat bagian” (QS Adz Dzariyat :19). Begitu juga dalam
hadits disebutkan “Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang dibawah.
Tangan di atas adalah tangan pemberi sementara tangan yang di bawah adalah
tangan peminta-minta." (HR. Muslim).3

B. Bentuk Filantropi dalam Islam


Berdasarkan Al-Quran dan hadist, filantropi dalam Islam dapat
diklasifikasikan dalam beberapa bentuk yaitu zakat, shadaqah, infak, dan wakaf.
1) Zakat/ Shadaqah
Secara terminology zakat adalah mengeluarkan sebagian harta yang telah
memenuhi syarat tertentu kepada yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat
tertentu. Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang ketiga, zakat merupakan
suatu ibadah yang paling penting yang kerap kali diterangkan dalam Al-Qur’an,
Allah menerangkan zakat beriringan dengan menerangkan sembayang.
2) Infak
Infak yaitu memberikan sesuatu kepada orang lain untuk suatu kepentingan yang
diperintahkan oleh ajaran agama Islam. Dalam infaq tidak di tetapkan bentuk dan
waktunya, demikian pula dengan besar atau kecil jumlahnya. Tetapi infaq identik
dengan harta atau sesuatu yang memiliki nilai barang yang di korbankan.
3) Wakaf adalah instrument filantropi yang mendasarkan fungsinya pada unsure
kebajikan, kebaikan dan persaudaraan. Ciri utama wakaf yang membedakan
3
Amar, Faozan (Ed). (2009). Pedoman Zakat Praktis (cetakan ke 2). Yogyakarta. Suara Muhammadiyah

6
adalah ketika wakaf ditunaikan terjadi pergeseran kepemilikan pribadi menuju
kepemilikan Allah SWT yang diharapkan abadi, memberikan manfaat secara
berkelanjutan.
Jadi dari beberapa bentuk bantuan filantropi diatas terdapat sedikit perbedaan, jika
wakaf adalah bantuan yang diberikan dalam bentuk barang, infak adalah bantuan
yang diberikan tanpa jumlah nominal tertentu, sedangkan zakat adalah bantuan
yang wajib dikeluarkan dengan ketentuan waktu dan jumlah nominal yang harus
dikeluarkan.4

C. ZISWAF sebagai Manifestasi Filantropi Islam


Istilah filantropi diartikan dengan rasa kecintaan kepada manusia yang terpatri
dalam bentuk pemberian derma kepada orang lain (Ilchman, 2006). Filantropi juga
dimaknai sebagai konseptualisasi dari praktik pemberian sumbangan sukarela
(voluntary giving), penyediaan layanan sukarela (voluntary services) dan asosiasi
sukarela (voluntary association) secara suka rela untuk membantu pihak lain yang
membutuhkan sebagai ekspresi rasa cinta. Filantropi dalam arti pemberian derma
biasa juga disamakan dengan istilah karitas (charity).5
Adapun istilah filantropi yang dikaitkan dengan Islam menunjukkan adanya
praktik filantropi dalam tradisi Islam melalui zakat, infak, sedekah, dan wakaf (Abu
Zahrah, 2005). Istilah ini dapat membantu membawa wacana kedermawanan Islam ke
dalam sebuah diskursus yang dapat menjangkau isu-isu yang lebih luas. Tidak hanya
melihat masalahnya dari segi wacana tradisional saja, seperti fikih dan etika Islam,
melainkan juga dapat mengkaitkan dengan isu-isu keadilan sosial, kesejahteraan
umat, masyarakat madani, kebijakan publik, tata kelola yang baik dan manajemen
yang profesional.6
Islam menganjurkan seorang Muslim untuk berfilantropi agar harta kekayaan
tidak hanya berputar di antara orang-orang kaya (QS. al-Hasyr: 7). Ketika
menerangkan filantropi, al- yang mengandung pengertian berderma.Kedermawanan
dalam Islam, yang mencakup dimensi-dimensi kebaikan secara luas seperti zakat,
infak, sedekah, dan wakaf merupakan istilah istilah yang menunjukkan bentuk resmi

4
Imron Hadi Tamin, “Peran Filantropi Dalam Pengentasan Kemiskinan Di Dalam Komunitas Lokal”, Jurnal
Sosiologi Islam, Volume. 1. No. 1, April 2011
5
Aburrohman Kasdi, "Filantropi Islam Untuk Pemberdayaan Ekonomi Umat : Model Pemberdayaan ZISWAF
di BMT Se-Kabupaten Demak," Iqtishadia 9, no.2 (2016): 229
6
Abu Zahrah. (2005). Muhadlarah fî al-Waqf, Dar al-Fikr al- ‘Arabia, Cairo.

7
filantropi Islam. Sistem filantropi Islam ini kemudian dirumuskan oleh para fuqaha
dengan banyak bersandar pada al-quran mengenai ketentuan terperinci, seperti jenis-
jenis harta, kadar minimal, jumlah, serta aturan yang lainnya.
Urgensi dalam Islam dapat dilihat dari cara al-quran menekankan
keseimbangan antara mengeluarkan zakat dan menegakan shola.begitu tegasnya
perintah mengenai zakat,al-quran mengulang sebanyak 72 kali perinah zakat (ita az-
zakat) dan mengandengkannya dengan perintah sholat (iqam ash-sholat). Kata infak
dengan berbagai bentuk derivasinya muncul sebanyak 7 kali dan kata sedekah muncul
sebanyak 24 kali yang menunjukan arti dan aktivitas filantropi Islam. Ajaran sholat
merupakan rukun Islam yang utama dan pengamalan zakat dinilai setara dengan
pelaksanaan sholat (QS. Al-Baqarah: 177).

D. Optimalisasi Fintech di Sektor Filantropi Islam untuk Pengembangan ZISWAF


Fintech merupakan kependekan dari financial technology (teknologi finansial).
Fintech merupakan istilah yang populer dalam beberapa tahun terakhir ini. Ketika
seseorang mendengar istilah fintech, maka yang terlintas dalam pikirannya adalah
segala kemudahan dan kecepatan dalam transaksi keuangan, seperti kemudahan dan
kecepatan dalam pembayaran, peminjaman, pengiriman, dan sebagainya. Dengan
fintech diharapkan dapat menghemat waktu, pikiran, tenaga, dan biaya.
Perkembangan fintech mempengaruhi semua sektor industri jasa keuangan,
seperti perbankan, pasar modal, asuransi, dan sebagainya. Pada hakikatnya, penerapan
teknologi informasi untuk layanan keuangan telah hadir selama beberapa dekade dan
biasanya memusatkan upaya inovasi industri untuk meningkatkan efisiensi
infrastruktur teknologi dan meningkatkan stabilitas sistem, ketahanan dan keamanan.
Namun, aplikasi fintech yang lebih kontemporer telah muncul dalam dekade terakhir,
memberikan layanan baru dan inovatif melalui perangkat digital.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), perusahaan fintech di
Indonesia terbagi kepada beberapa sektor, yaitu: 1) financial planning, 2)
crowdfunding, 3) lending, 4) aggregator, 5) payment, dan 6) fintech lainnya. Hadad
menerangkan bahwa perusahaan fintech di Indonesia didominasi oleh sektor
pembayaran (payment) sebesar 42.22%, sektor pinjaman (lending) 17.78%, sektor
aggregator sebesar 12.59%, sektor perencanaan keuangan (financial planning)
sebesar 8.15%, sektor crowdfunding sebesar 8.15%, dan sektor fintech lainnya sebesar
11.11%.4
8
E. Fintech untuk Pengembangan ZISWAF
Fintech adalah solusi layanan modern yang dapat memberikan kepuasan dan
kemudahan kepada pemberi dana filantropi. Inovasi tersebut dapat dilakukan oleh
lembaga-lembaga pengelola dana melalui peluncuran produk-produk fintech untuk
tujuan filantropis. Dengan inovasi tersebut, para pemberi dana dapat menyalurkan
dana secara mudah. Di samping itu, para pemberi dana dapat pula mengetahui kinerja
lembaga pengelola, dan hal itu akan turut meningkatkan kepercayaan dan kepuasan
mereka terhadap lembaga tersebut.7
Tarmizi mengemukakan bahwa berdasarkan hasil survei, tingkat
kedermawanan masyarakat Indonesia mencapai 99,6% dengan kategori sangat tinggi.
Adapun alasan utama bersedia atau menolaknya seseorang untuk bersikap dermawan
adalah trust (kepercayaan) kepada pengelola dana, penerima dana, program, serta
layanannya. Setelah melewati masa tradisional dalam pengelolaan dengan manajemen
ala kadarnya, saat ini lembaga-lembaga pengelolaan dana-dana filantropi semakin
mendapat kepercayaan dari setiap lapisan masyarakat.8
Salah satu bentuk profesionalitas kerja adalah pelayanan kepada pemberi dana
dengan pendekatan modern, karena mereka juga membutuhkan kepuasan dan
kemudahan. Kualitas layanan diharapkan mampu memberikan kepuasan kepada
pemberi dana dan menariknya untuk dapat memberikan dananya secara rutin. Kualitas
layanan juga dapat dijadikan sebagai salah satu alat untuk mengukur kapasitas
lembaga dalam memberikan kepuasan kepada pemberi dana, dan kepuasan
merupakan bukti adanya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga tersebut. Untuk
itu, lembaga pengelola dana filantropi mesti beralih dari pelayanan tradisional menuju
pelayanan modern, beralih dari layanan yang terbatas kepada layanan yang tanpa
batas, sehingga dapat memberikan kepuasan dan kemudahan bagi para pemberi dana.9
Dalam Rencana Strategis Zakat Nasional 2016-2020 yang disusun oleh
BAZNAS dinyatakan bahwa pembangunan sistem perzakatan nasional harus
memanfaatkan teknologi informasi sebagai instrumen untuk meningkatkan efektivitas
dan efisiensi layanan pengelolaan zakat. Strategi penguatan manajemen zakat berbasis

7
Rizal Fahlefi, "Inklusi Keuangan Syariah Melalui Inovasi Fintech di Sektor Filantropi," Proceeding IAIN
Batusangkar (Oktober 2019): 209
8
Rizal Fahlefi, "Inklusi Keuangan Syariah Melalui Inovasi Fintech di Sektor Filantropi," Proceeding IAIN
Batusangkar (Oktober 2019): 208
9
Ibid, hal.208

9
fintech dibangun berdasarkan pada peningkatan kinerja amil melalui penggunaan
teknologi digital (internet dan aplikasi ponsel) sebagai media. Oleh karena itu,
kapasitas amil perlu terus ditingkatkan terutama kemahirannya dalam menggunakan
perangkat teknologi dan mengoperasikannya. Literasi teknologi merupakan kunci
utama terlaksananya manajemen zakat berbasis fintech tersebut.10
Dalam hal wakaf, juga telah ada layanan berbasis fintech yang memberikan
kemudahan dan layanan cepat bagi yang ingin menyalurkan wakafnya. Jika selama ini
wakaf hanya dilakukan oleh beberapa orang saja, maka dengan layanan berbasis
fintech akan lebih banyak orang yang dapat berwakaf. Demikian juga halnya dengan
harta yang diwakafkan, jika selama ini wakaf diberikan dalam bentuk tanah atau aset
yang bernilai tinggi, maka saat ini wakaf dapat diberikan dalam bentuk uang dengan
nominal kecil. Mengenai wakaf uang tersebut diatur oleh UU No. 41 Tahun 2004
tentang Wakaf Pasal 28 bahwa seseorang dapat mewakafkan benda bergerak berupa
uang. Sebelumnya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga telah mengeluarkan
keputusan fatwa pada tanggal 11 Mei 2002 tentang wakaf uang tersebut. Dalam
keputusan fatwa MUI dijelaskan bahwa wakaf uang adalah wakaf dalam bentuk uang
tunai yang hukumnya boleh (jawaz).11
Dalam penerapan fintech di sektor filantropi islam menggunakan inklusi
keuangan syariah dalam praktek pelaksanaannya. Inklusi keuangan adalah seluruh
upaya yang bertujuan untuk meniadakan segala bentuk hambatan terhadap akses
masyarakat dalam memanfaatkan layanan keuangan. Chuen dan Teo mengemukakan
lima prinsip penting yang melekat pada model bisnis yang dapat berhasil
memanfaatkan fintech untuk inklusi keuangan yaitu sebagai berikut :
1. Margin laba yang rendah
2. Aset kecil
3. Skalabilitas
4. Inovatif
5. Kemudahan

Meskipun lima prinsip yang dikemukakan oleh Chuen & Teo tersebut
adalah prinsip pemanfaatan fintech untuk bisnis komersial, namun pada hakikatnya

10
Rizal Fahlefi, "Inklusi Keuangan Syariah Melalui Inovasi Fintech di Sektor Filantropi," Proceeding IAIN
Batusangkar (Oktober 2019): 209
11
Rizal Fahlefi, "Inklusi Keuangan Syariah Melalui Inovasi Fintech di Sektor Filantropi," Proceeding IAIN
Batusangkar (Oktober 2019): 209

10
12
dapat pula berlaku dalam konteks filantropis. Sebagai contoh penerapan
optimalisasi fintech di sektor filantropi islam adalah di Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) salah satu lembaga amil zakat di Indonesia yang menerapkan layanan
berbasis digital dalam proses penghimpunan dana ZIS dari muzaki. Layanan digital
pembayaran ZIS ke BAZNAS melalui berbagai kanal seperti e-commerce, Apps
dan Social Media. Pembayaran ZIS di BAZNAS juga dapat melalui Online
Payment Chanel, seperti internet banking, Doku Wallet, E-Cash Mandiri, dll.
Kerjasama dengan perbankan syariah, pembayaran ZIS juga dapat dilakukan di
ATM Bank yang berbasis syariah. untuk lebih memudahkan muzaki dalam
transaksi pembayaran ZIS, BAZNAS juga mempunnyai aplikasi Muzaki Corner,
dengan klik bayar zakat pada aplikasi muzaki dapat langsung membayar zakat
tanpa harus datang ke lembaga amil.

F. Filantropi Islam menggunakan Media Sosial


Media sosial menjadi ruang publik baru dimana manusia mengembangkan
hubungan. Relasi yang dikembangkan dengan beragam platform: facebook,
instagram, twitter dan lain sebagainya. Dalam konteks ini, lembaga filantropi
Islam melakukan perawatan hubungan (maintaining relationship) dengan
memberikan informasi tentang up date aktivitas kedermawanan yang sudah
dilaksanakan. Beberapa lembaga filantropi Islam juga menyediakan media
interaktif yang bekerja secara 24/7 untuk memberi informasi dan tetap terkoneksi
dengan mitra.
Lembaga pengumpul zakat, infak, shadaqah, serta wakaf menggunkaan fitur
media sosial untuk mengumpulkan dana karena dengan media sosial dapat
dijangkau dengan lebih mudah dan cepat untuk akses dari telepon genggam pintar.
Platform media sosial yang digunakan oleh lembaga filantropi Islam antara lain:
Facebook, Twitter, Instagram, Google+, Youtube, Wikipedia. Facebook dan
twitter digunakan oleh semua lembaga filantropi Islam subjek penelitian.
Instagram digunakan oleh sebelas lembaga, sedangkan enam lainnya tidak
menggunakan platform ini (DT, LMI, YDSF,Muamalat, Persatuan Umat Islam).
Google+ digunakan oleh (dompet Dhuafa, Inisiatif Zakat Indonesia, yatim
Mandiri Surabaya,

12
Rizal Fahlefi, "Inklusi Keuangan Syariah Melalui Inovasi Fintech di Sektor Filantropi," Proceeding IAIN
Batusangkar (Oktober 2019): 210

11
Al Azhar, LAzisNU, Global Zakat, LazisMU, Dewan Dakwah). Pengguna
platform youtube adalah RZ, Dompet Dhuafa, Yatim Mandiri Surabaya,
Muamalat, Global Zakat, LazisMU, Dewan Dakwah. Platform media sosial
whatsapp digunakan pada lembaga Rumah Zakat, Darut Tauhid, Dompet Dhuafa,
Inisiatif Zakat Indonesia, Yatim Mandiri Surabaya, Al Azhar, dan Global Zakat.
Bbm digunakan oleh Rumah Zakat, Darut Tauhid, Dompet Dhuafa, YDSF,
Muamalat, LazisNU.13

13
Munadi, M., & Susilayati, M. (2016). Kinerja Lembaga Zakat Dalam Pemberdayaan Ummat (Studi Pada Web
Dompet Dhuafa, LAZISNU dan LAZIS Muhammadiyah). Jurnal Inferensi Vol. 10, No.2, Desember 2016, 289-
308 Doi. 10.18326/infsl3.v10i2.289-308

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Filantropi adalah konseptualisasi dari praktek memberi (giving),
pelayanan (services) dan asosiasi (association) secara sukarela untuk
membantu pihak lain yang membutuhkan sebagai ekspresi rasa cinta.
Lembaga pengumpul zakat, infak, shadaqah, serta wakaf menggunkaan
fitur media sosial untuk mengumpulkan dana karena dengan media sosial
dapat dijangkau dengan lebih mudah dan cepat untuk akses dari telepon
genggam pintar. Bentuk-bentuk filantropi Islam diantaranya: a) zakat; b)
infak; c) shadaqah; d) wakaf.

13
DAFTAR PUSTAKA

Chaider S. Bamualim & Irfan Abubakar, Revitalisasi Filantropi Islam Studi


Kasus Lembaga Zakat dan Wakaf di Indonesia (Jakarta: PBB UIN Syarif
Hidayatullah dan FF, 2005), 4.
Tohari, Hajriyanto Y, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Filantropi: Perspektif
Historis dan Sosiologis, Makalah disampaikan pada Baitul Arqam Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UHAMKA, Depok 29 Juli 2017.
Amar, Faozan (Ed). (2009). Pedoman Zakat Praktis (cetakan ke 2). Yogyakarta.
Suara Muhammadiyah.
Imron Hadi Tamin, “Peran Filantropi Dalam Pengentasan Kemiskinan Di Dalam
Komunitas Lokal”, Jurnal Sosiologi Islam, Volume. 1. No. 1, April 2011.
Aburrohman Kasdi, "Filantropi Islam Untuk Pemberdayaan Ekonomi Umat :
Model Pemberdayaan ZISWAF di BMT Se-Kabupaten Demak," Iqtishadia 9,
no.2 (2016): 229.
Abu Zahrah. (2005). Muhadlarah fî al-Waqf, Dar al-Fikr al- ‘Arabia, Cairo.
Rizal Fahlefi, "Inklusi Keuangan Syariah Melalui Inovasi Fintech di Sektor
Filantropi," Proceeding IAIN Batusangkar (Oktober 2019): 209.
Rizal Fahlefi, "Inklusi Keuangan Syariah Melalui Inovasi Fintech di Sektor
Filantropi," Proceeding IAIN Batusangkar (Oktober 2019): 208.
Ibid, hal.208.
Rizal Fahlefi, "Inklusi Keuangan Syariah Melalui Inovasi Fintech di Sektor
Filantropi," Proceeding IAIN Batusangkar (Oktober 2019): 209.
Rizal Fahlefi, "Inklusi Keuangan Syariah Melalui Inovasi Fintech di Sektor
Filantropi," Proceeding IAIN Batusangkar (Oktober 2019): 209.
Rizal Fahlefi, "Inklusi Keuangan Syariah Melalui Inovasi Fintech di Sektor
Filantropi," Proceeding IAIN Batusangkar (Oktober 2019): 210.
Munadi, M., & Susilayati, M. (2016). Kinerja Lembaga Zakat Dalam
Pemberdayaan Ummat (Studi Pada Web Dompet Dhuafa, LAZISNU dan
LAZIS Muhammadiyah). Jurnal Inferensi Vol. 10, No.2, Desember 2016, 289-
308 Doi. 10.18326/infsl3.v10i2.289-308

14

Anda mungkin juga menyukai