Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ILMU KALAM II

Pemikiran Kalam Jabariyah beserta Sekte-Sektenya


Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kalam
Dosen Pengampu : Nur Laily Fauziyah, MA.

Disusun Oleh :

-Nur Maya Putri ( NIM : 5371010120037 )

-Iqbal Aditya ( NIM : 5371010120024 )

-Refino Sawitra ( NIM : 5371010120042 )

PROGRAM STRATA 1 FAKULTAS TARBIYAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

STIT AL MARHALAH AL ‘ULYA BEKASI

Jl. KH. MAS MANSYUR NO. 91

2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya semata, kami dapat menyelesaikan Makalah dengan
judul “Pemikiran Kalam Jabariyah beserta Sekte-Sektenya”. Sholawat dan salam semoga
tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para keluarga, sahabat-sahabat
dan pengikut-pengikutnya sampai hari penghabisan.
Semoga dengan tersusunnya Makalah ini dapat berguna bagi kami semua dalam
memenuhi tugas dari mata kuliah Ilmu Kalam dan semoga segala yang tertuang dalam
Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi para pembaca dalam rangka
membangun khasanah keilmuan. Makalah ini disajikan khusus dengan tujuan untuk
memberi arahan dan tuntunan agar yang membaca bisa menciptakan hal-hal yang lebih
bermakna.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan belum sempurna. Untuk itu kami berharap akan kritik dan saran yang
bersifat membangun kepada para pembaca guna perbaikan langkah-langkah selanjutnya.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kami kembalikan semua, karena
kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata.

Bekasi, 31 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
Y B. Rumusan Masalah.........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................1
YBAB II.....................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
A. Paham Al - Jabariyah......................................................................................................2
Y B. Sekte A l- Jahmiyah......................................................................................................3
C. Sekte An-najariyah..........................................................................................................4
D. Sekte Adh-Dhirariyah………………..………………………………………………….5
YBAB III....................................................................................................................................6
PENUTUP..................................................................................................................................6
A. Kesimpulan......................................................................................................................6
Y B. Saran............................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................7

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memahami persoalan Jabariyah yang menjadi salah satu pokok bahasan dalam Ilmu
Kalam, dapat dilihat dari dua sisi pandang, yaitu aspek sosiologis masyarakat Arab dan
aspek aliran pemahaman.Aspek pertama, kondisi sosiologis masyarakat Arab, dengan
suasana teriknya panas dan tanah berupa padang pasir tandus, menjadikan tidak banyak
menemukan cara untuk merubah hidup kearah yang lebih baik. Ini kemudian menggiring
pemahaman Jabary (fatalism) ke dalam paradigma berpikir mereka. Disamping itu, kuatnya
iman terhadap qudrat dan iradat Allah Swt, ditambah pula dengan sifat wahdaniyat-Nya,
juga mendorongkuatnya pola pikir tersebut.
Aspek kedua, aliran pemahaman, menjelaskan bahwa pola pikir masyarakat Arab
menjadi sebuah aliran (institusi) setelah muncul orang (figur) yang menguatkan dan
mengembangkan pemahaman tersebut, sebagaimana tertulis dalam buku-buku sejarah, dua
aliran yang saling bertentangan dalam hal pemikiran teologi, yaitu Jabariyah dan Qadariyah.
Dalam wacana teologi spekulatif (ilmu kalam), terdapat berbagai aliran firqah-firqah
yang menunjukkan beragam argumen, yang dapat membawa umat Islam kepada ziarah
pemikiran, karena dengan kembali berpikir spekulatif, seseorangakan menemukan kebenaran.
Fenomena al-Najjariyah,sebagai salah satu aliran moderat dalam firqahJabariyah dan
ciri-ciri pemikirannya,agar tidak terjebak ke dalam pemahaman yang historis, makalah ini
akan mengkaji latar belakang kelahiran aliran Jabariyah yang diawali dengan sejarah,
landasan teologis dan pemikiran tokoh Jabariyah yang ekstrim dan kemudian penulis
mencoba mengulas aliran al-Najjariyah serta Adh-Dhirariyah dan mengangkat pandangan-
pandangan dalam aliran al-Najjariyah serta Adh-Dhirariyah
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Aliran Jabariyah?
2. Apa yang dimaksud Sekte Al- Jahmiyah?
3. Apa itu Sekte Annajariyah ?
4. Apa yang dimaksud Sekte Adh-Dhirariyah ?
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami Aliran Jabariyah.
2. Mengetahui Sekte Al-Jahmiyah.
3. Mengetahui Sekte Annajariyah dan Sekte Adh-Dhairariyah

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asal Usul Aliran Jabariyah
Aliran Jabariyah muncul di masa pemerintahan Dinasti Umayyah berkuasa. Kondisi
sosiologis masyarakat sangat mendukung , sehingga kelompok ini muncul. Kata jabara dalam
bahasa Arab berarti memaksa atau mengharuskan melakukan sesuatu.
Jabariyah diartikan dengan aliran yang berkeyakinan bahwa tidak adanya perbuatan
manusia secara hakikat dan menyandarkan perbuatan tersebut kepada Allah Swt. Segala
perbuatan hanya terjadi dengan qudrat dan iradat-Nya. Manusia tidak memilikiqudrat dan
iradat.Manusia hanya merupakan wadah bagi yang dikehendaki Allah Swt. Manusia tidak
mampu melakukan sesuatu dan memang tidak bisa disebut mampu.Didalam aktifitas,
manusia terpaksa karena tidak memilikikemampuan, kehendak dan kebebasan. Pahala dan
siksa serta kewajiban merupakan keterpaksaan seperti semua perbuatan. 1 Aliran Jabariyah
pertama kali dicetuskan oleh Ja’ad ibn Dirham. Namun dalam sejarah tertulis bahwa
penyebar paham ini adalah Jahm ibn Shafwan, yang lahir di kota Samarkand, Khurasan, Iran
dan menetap di Irq. Jahm adalah seorang budak yang sudah dimerdekakan (mawali). Aliran
ini dimulai di kota Tirmizh ( Iran Utara ) dan dikenal juga dengan aliran Jahmiyah.2
Paham ini diduga berasal dari filsafat Yunani yang didirikan oleh Zeno (336-264 sM)
dari kota Citium pada tahun 30 SM yang kemudian dikembangkan oleh para pengikutnya
yang disebut dengan Stoisis (Rawwaqiyyun). Kata Stoisis diambil dari nama gedung tempat
ajaran filsafat ini dikembangkan yaitu Stoa. Di sisi lain, saat filsafat Yunani mulai diadopsi
oleh bangsa Persia, menjadi pembahasan-pembahasan yang cukup mendapat tempat di
kalangan ahli-ahli pikir. Konsep yang dijadikan dasar adalah “ruang kosong” yang dikutip
oleh Aristoteles, yaitu “everything that is in motion must be moved by something”, bahwa
segala sesuatu yang bergerak, pasti digerakkan oleh sesuatu (spontanea). Konsep ini dikaji
oleh Iban ibn Sam’an, seorang Yahudi Syam, yang kemudian disampaikan dan dipahami
serta diyakini oleh Ja’ad ibn Dirham yang tidak lain adalah guru dari Jahm ibn Shafwan.
Namun diyakini bahwa pengadopsian konsep filsafat Yunani ini hanya sebatas kulit saja
(intifa’), bukan dalam bentuk substansi (ta’aththur). Jahm ibn Shafwan pernah menjadi
sekretaris Syuraih ibn al-Haris, salah satu tokoh Murji’ah. Jahm pernah mengatakan bahwa
manusia tidak memiliki kekuasaan untuk berbuat apapun, manusia tidak memiliki daya, tidak

1
Www.redmha65.blogspot/2009/03/persoalan-persoalan-kalam-satu.html.
2
www.elvingunawan.blog.friendster.com/2007/02/sejarah-ilmu-kalam-dan-pemahaman-qadadan-qadar

2
memiliki kehendak sendiri dan tidak memiliki pilihan, manusia dalam perbuatan-
perbuatannya adalah dipaksa dengan tidak ada kemauan dan pilihan baginya.

B. Sekte Al –Jahmiyah
Seperti yang telah di sebutkan diatas, bahwa Al- Jahmiyah adalah nama lain dari
pemikiran aliran Jabariyah. Menurut al-Syahrastani, Jabariyah dapat dikelompokkan menjadi
dua bagian, yaitu kelompok ekstrim dan moderat. Di antara doktrin Jabariyah ekstrim adalah
pendapatnya bahwa segala perbuatan manusia bukan merupakan perbuatan yang timbul dari
kemauan sendiri, tetapi perbuatan yang dipaksakan atas dirinya. Seorang mencuri, sebagai
contoh, maka perbuatan mencuri itu bukan terjadi karena kehendak manusia itu sendiri, tetapi
muncul karena qadha’ dan qadardari Allah Swt yang menghendaki demikian.Terdapat
beberapa tokoh Jabariyah ekstrim ini, salah satunya adalah Jahm bin Shafwan. Nama
lengkapnya adalah Abu Mahrus Jahm bin Shafwan. Jahm berasal dari Khurasan, seorang da’i
yang fasih dan lincah (orator) dan menjabat sebagai sekretaris Haris bin Surais.
Jahm adalah seorang mawali yang menentang pemerintahan Dinasti Umayyah di
Khurasan. Jahm ditahan lalu dibunuh secara politis oleh Salam bin Ahuz al-Mazani3 tanpa
kaitannya dengan agama. Sebagai penganut dan penyebar paham Jabariyah, banyak usaha
yang dilakukan Jahm yang tersebar ke berbagai tempat, seperti ke Tirmidz dan Balkan.
Pemikiran-pemikiran dari sekte al-Jahmiyah sangat banyak yang dapat dilihat di kitab
al-Milal wa Nihal, diantaranya :
Pendapat Jahm yang berkaitan dengan sifat Allah SWT adalah tidak boleh mensifati
Allah SWT dengan sifat yang mensifati akan makhluknya, karena bahwasanya demikian itu
akan menyamakannya. Maka meniadakan mensifati itu dengan bahwasanya Allah itu maha
hidup dan maha mengetahui, lalu menetapkan keadaan mensifati Allah dengan yang Maha
Kuasa, Maha Melakukan dan Maha Menciptakan, karena bahwasanya tidak mensifati sesuati
dari makhluk-nya dengan Maha Mampu, dan Maha Melakukan dan Maha Menciptakan.4
Pendapat Jahm yang selanjutnya ialah orang yang datang dengan
ma’rifat(pengetahuan) kemudian jihad dengan ucapannya tidak menutupi dengan
kesungguhannya, karena bahwasanya ilmu dan ma’rifat tidak tertutup dengan jihadnya, maka
dia beriman, dan iman tidak berbeda artinya tidak terbagi kepada aqad, ucapan dan perbuatan.
Pendapat Jahm yang berkaitan dengan persoalan dengan teologi adalah manusia tidak
mampu untuk berbuat apa-apa. Manusia tidak memiliki daya, kehendak sendiri dan tidak

3
al-Syahrastani, al-Milal wa al-Nihal. H.97
4
Ibid

3
memiliki pilihan. Pendapat Jahm tentang keterpaksaan ini lebih terkenal dibanding dengan
pendapatnya tentang surga dan neraka, konsep iman, kalam Allah, meniadakan sifat Allah
(nahyu as-shifat) dan melihat-Nya di akhirat. Surga dan neraka, menurut Jahm, tidak kekal.
Tidak ada yang kekal selain Allah Swt.Iman adalah ma’rifat atau membenarkan dalam hati.
Dalam hal ini, pendapat Jahm sama dengan konsep iman yang dimajukan oleh kaum
Murji’ah. Al-Qur’an, menurut Jahm, adalah ciptaan (makhluq). Allah Swt bersifat Maha Suci
dari segala sifat dan keserupaan seperti berbicara, mendengar dan melihat. Begitu juga Allah
Swt tidak dapat dilihat dengan indera mata di akhirat kelak. 5
C.Sekte An-Najariyah
Tokoh dari aliran Jabariyah yang moderat adalah An-najjariyah.Nama lengkapnya
adalah Husain bin Muhammad al-Najjar dan termasuk tokoh Mu’tazilah yang paling banyak
menggunakan rasio. Para pengikutnya disebut dengan An-najjariyah atau al-Husainiyah. Di
antara pendapatnya adalah kesepahaman dengan Mu’tazilah tentang sifat Allah Swt. Al-
Najjariyah menolak adanya sifat ‘ilmu, qudrat, iradat, hayat, sama’ dan bashar bagi Allah
SWT.
Perbuatan manusia (makhluq), menurut An-najjariyah, berawal dari pemahaman
bahwa Allah Swt menciptakan perbuatan manusia, baik perbuatan baik ataupun perbuatan
jahat, tetapi manusia memiliki bagian di dalamnya. Tenaga yang diciptakan dalam diri
manusia memiliki efek untuk mewujudkan perbuatannya. Hal inilah yang dimaksud dengan
kasab atau ecquisition. Menurut teori kasab, manusia tidak dipaksa oleh Allah Swt (majbur),
tidak seperti wayang yang dikendalikan sepenuhnya oleh dalang dan tidak pula menjadi
pencipta perbuatan, namun manusia memperoleh perbuatan yang diciptakan oleh-Nya. Dalam
hal ini, An-najjariyah sependapat dengan mazhab Shifattiyah yang mengatakan bahwa semua
perbuatan termasuk ciptaan Allah Swt, namun An-najjariyah mengakui adanya kasb pada diri
manusia.6 Kasb atau acquistion adalah tenaga yang diciptakan dalam diri manusia dan
memiliki efek untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya. 7 Perbedaan pendapat tentang
melihat Tuhan di akhirat kelak, menurut An-Najjariyah, bersumber dari dua ajaran Islam,
yaitu QS.al-Qiyamah: 22-23 dan hadits. An-Najjariyah, dalam hal ini, menyatakan bahwa
Allah Swt tidak dapat dilihat, akan tetapi Allah Swt memindahkan potensi hati (ma’rifat)
pada mata, sehingga manusia mampu melihat-Nya.

5
Muhammad bin Abd al-Karim bin Abi Bakar Ahmad al-Syahrastani, al-Milal wa al-Nihal (Beirut: Dar al-
Ma`rifah, 1404).
6
Maskhuroh Lailatul, Jurnal studi kependidikan dan keislaman Edisi 8.ind, urwatul wutsqo , 2015
7
Harun Nasution,Teologi Islam, 35

4
Orang Islam yang berbuat dosa besar, menurut An-Najjariyah, akan dihukum di
neraka nanti. Hal ini dikarenakan iman, menurut An-Najjariyah, hanya terdiri dari tashdiqfil
qalbi. Orang Islam yang meninggal dunia setelah mengerjakan dosa besar tanpa bertobat,
maka akan dihukum karenanya. Namun orang tersebut akan dikeluarkan juga dari neraka,
karena tidak adil menyamakannya dengan orang-orang kafir yang memang kekal di
dalamnya. An-Najjariyah meniadakan sifat hulul Tuhan. Tuhan, menurut An-Najjariyah,
tidak mungkin menyatu dengan hamba-Nya yang bernama manusia. Hal ini sebagaimana
kutipan dari al-Ka`bi yang menyatakan bahwa Tuhan berada di setiap tempat sebagai dzat
dan wujud, karena jika tidak demikian tidak ada artinya sifat ‘ilm dan qudrah. Dalam
memandang kalam Allah Swt, An-Najjariyah memiliki cara pandang yang sama dengan
Mu’tazilah, meskipun tetap terdapat perbedaan diantara keduanya. Menurut An-Najjariyah,
kalam Allah Swt jika dibaca menjadi sifat, jika ditulis menjadi huruf atau tubuh. Menurut An-
Najjariyah, yang lebih aneh lagi adalah kalam Allah Swt bukan dzat dan bukan pula sifat,
sehingga disebut makhluq. Meskipun berpendapat demikian, An-Najjariyah tetap
berpedoman bahwa orang yang mengatakan al-Qur’an adalah makhluq, maka dihukumi
kafir.8 Dan pendapat An-Najjariyah tentang iman yang diibarati dengan pembenaran
(Tashdiq).
D. Sekte Adh-Dhirariyah
Tokoh dari sekte adh-Dhirariyah adalah Dhirar bin Amr dan Hafsh al-Fard. Pemikiran
yang ada dalam sekte ini ialah, Dhirar dan Hafsh keduanya sepakat dengan Ta’til yaitu
meniadakan sifat-sifat Allah SWT, pemikiran ini sama seperti kedua sekte yang sudah
penulis tulis diatas, lalu keduanya berpendapat bahwasanya Allah SWT itu Maha
Mengetahui dan Maha Kuasa dengan arti bawhasanya tidak bodoh dan tidak lemah. Dan
mempercayai bahwasanya Allah SWT dapat dilihat di surga menggunakan indera keenam,
dan juga berpendapat mengenai perbuatan hambanya yang juga tidak disebabkan oleh Allah
SWT namun juga Hambanya ikut andil dalam melakukan perbuatan tersebut, lalu pendapat
mereka tentang Hujjah. Hujjah yang dapat diterima setelah wafat Nabi adalah ijtihad. Hadis
ahad tidak dapat dijadikan sumber dalam menetapkan hukum.

8
al-Syahrastani, al-Milal wa al-Nihal

5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari memahami pokok persoalan mengenai aliran Jabariyah kita dapat
meniympulkan bahwa didalam suatu aliran ilmu kalam , baik itu aliran Jabariyah ,
Asshifatiyah, Mu'tazilah , dan lain-lainnya terdapat berbagai macam sekte dan pemikiran
Seperti halnya pada aliran Jabariyah yang pada makalah ini di bahas tiga sekte yang ada di
dalam nya, yaitu :
1. Sekte Al - Jahmiyah, salah satu pemikiran dari sekte ini adalah yang berkaitan dengan sifat
Allah SWT adalah tidak boleh mensifati Allah SWT dengan sifat yang mensifati akan
makhluknya, karena bahwasanya demikian itu akan menyamakannya.
2. Sekte An-najariyah, salah satu pemikiran dari sekte ini adalah mengenai perbuatan
manusia ,berawal dari pemahaman bahwa Allah SWT menciptakan perbuatan manusia, baik
perbuatan baik, atau pun perbuatan jahat, tetapi manusia memiliki bagian di dalamnya.
3. Sekte Adh-Dhirariyah, salah satu pemikiran dari sekte ini adalah mempercayai
bahwasanya Allah SWT dapat dilihat di surga menggunakan indera keenam
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan serta referensi, penulis berharap kepada para pembaca
yang budiman memberikan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan makalah
ini.

6
DAFTAR PUSTAKA
- Muhammad bin Abd al-Karim bin Abi Bakar Ahmad al-Syahrastani, al-Milal wa al-
Nihal (Beirut: Dar al-Ma`rifah, 1404).
- Nasution Harun, ,Teologi Islam.
- Www.redmha65.blogspot/2009/03/persoalan-persoalan-kalam-satu.html.
- www.elvingunawan.blog.friendster.com/2007/02/sejarah-ilmu-kalam-dan-
pemahaman-qadadan-qadar, 3.
- Maskhuroh Lailatul, Jurnal studi kependidikan dan keislaman Edisi 8.inddd, urwatul
wutsqo , 2015, link: s://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=ilmu+kalam+sekte+aliran+jabariyah&btnG=#d=gs_qabs&
u=%23p%3D1fk_HIeXo9gJ

Anda mungkin juga menyukai