Anda di halaman 1dari 15

Ringkasan Pembahasan Turunan dan Integrasi Numerik

Daffa Al Akhdaan – 11200940000068

A. Ide Pemecahan Masalah Turunan dengan Solusi Numerik


Persamaan diferensial merupakan persoalan matematis yang sering dijumpai dalam
bidang teknik lingkungan. Sering kali suatu persamaan diferensial tidak dapat diselesaikan
secara analitik sehingga diperlukan metode numerik untuk menyelesaikannya. Penyelesaiaan
persamaan diferensial biasanya dipersulit dengan tidak tersedianya informasi yang cukup untuk
menyelesaikannya. Sebuah persamaan diferensial 𝑓′(𝑥, … ) merupakan hasil diferensiasi
beberapa fungsi 𝑓(𝑥, … ) untuk beberapa nilai 𝑥, … tidak dimungkinkan karena integral dari
𝑓′(𝑥, … ) hanya digambarkan bentuk umum. Pergeseran vertikal, atas atau bawah, tidak
diketahui. Pergeseran vertikal ini menghasilkan konstanta integrasi.
Selama proses diferensiasi, nilai apapun dari proses pergeseran vertikal (integrasi) akan
hilang sebagai akibat dari eliminasi konstanta yang memiliki turunan 0. Kita biasa
melakukannya ketika mengintegrasikan fungsi dengan menambahkan konstanta +𝐶 pada proses
integrasi ke integral yang tidak terbatas. Hal ini terkadang bukan menjadi permasalahan sebab
jika menemukan nilai integrasi pada suatu batas tertentu syarat +𝐶 dibatalkan dan konstanta
integrasi tidak diperlukan. Turunan dari fungsi 𝑓 pada 𝑥0 dapat didefinisikan sebagai:

𝑑𝑓(𝑥0 ) 𝑓(𝑥0 + ℎ) − 𝑓(𝑥0 )


𝑓 ′ (𝑥0 ) = = lim
𝑑𝑥0 ℎ→0 ℎ
B. Metode Finite Difference (Forward, Backward, Center)
Metode finite Difference pada dasarrnya menggunakan ekspansi deret Taylor dalam
mengaproksimasi nilai turunan. Ekspansi deret Taylor untuk 𝑓(𝑥) di sekitar 𝑥 = 𝑥𝑛 dapat ditulis
sebagai berikut:
ℎ2
𝑓(𝑥𝑛 + ℎ) = 𝑓(𝑥𝑛 ) + 𝑓 ′ (𝑥𝑛 ). ℎ + 𝑓 ′′ (𝑥𝑛 ). +⋯
2!
Sehingga diperoleh
𝑓(𝑥𝑛 + ℎ) − 𝑓(𝑥𝑛 ) ℎ2
𝑓 ′ (𝑥𝑛 ) = + 𝑓 ′′ (𝑥𝑛 ). + ⋯
ℎ 2!
𝑓(𝑥𝑛 + ℎ) − 𝑓(𝑥𝑛 )
= + 𝑂(ℎ),

Dengan demikian diperoleh turunan pertama di titik 𝑥 = 𝑥𝑛 adalah
𝑑𝑓(𝑥𝑛 ) 𝑓𝑛+1 − 𝑓𝑛
𝑓 ′ (𝑥𝑛 ) = =
𝑑𝑥 ℎ
Persamaan diatas disebut Forward-Difference Method dengan error pemotongan orde pertama dan
ℎ > 0.
Kemudian dengan analogi yang sama dengan pada Forward-Difference Method, maka diperoleh
ekspansi deret Taylor untuk 𝑓(𝑥𝑛 − ℎ) sebagai berikut.
𝑑𝑓(𝑥𝑛 ) 𝑓𝑛 − 𝑓𝑛−1
𝑓 ′ (𝑥𝑛 ) = =
𝑑𝑥 ℎ
Persamaan diatas disebut Backward-Difference Method dengan ℎ < 0.
Kemudian dengan melakukan operasi pengurangan antara Forward-Difference Method dengan
Backward-Difference Method akan diperoleh metode baru, yaitu Center-Difference Method
sebagai berikut.
𝑓𝑛+1 − 𝑓𝑛−1
𝑓 ′ (𝑥𝑛 ) =
2ℎ
C. Contoh-contoh forward, backward, center difference

Soal : Diberikan data dalam bentuk tabel sebagai berikut :


𝑥 𝑓(𝑥)
1.3 3.669
1.5 4.482
1.7 5.474
1.9 6.686
2.1 8.166
2.3 9.974
2.5 12.182
a) Hitunglah 𝑓 ′ (1.4) dengan rumus hampiran selisih pusat atau central difference orde
O(ℎ2 )
Penyelesaian: orde O(ℎ2 )
Ambil titik-titik 𝑥−1 = 1.3 dan 𝑥1 = 1.5 yang dalam hal ini 𝑥0 = 1.4 terletak di
tengahnya dan ℎ = 0.1
𝑓1 − 𝑓−1
𝑓0′ =
2ℎ
4.482 − 3.669
𝑓0′ = = 4.065 → (4 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑏𝑒𝑛𝑎)
2(0.1)
b). Rumus apa yang digunakan untuk menghitung 𝑓 ′ (1.3) dan 𝑓 ′ (2.5)
Penyelesaian : Untuk menghitung 𝑓 ′ (1.3) digunakan rumus hampiran selisih maju atau
forward difference, sebab 𝑥 = 1.3 hanya mempunyai titik – titik sesudahnya atau
maju, tetapi tidak memiliki titik-titik sebelumnya. Sebaliknya, untuk menghitung nilai
𝑓 ′ (2.5) digunakan rumua hampiran selisih mundur atau backward difference sebab
𝑥 = 2.5 hanya mempunyai titik-titik sebelumnya atau mundur
- Hampiran selisih maju untuk 𝑓 ′ (1.3):
𝑓1 − 𝑓0
𝑓0′ = + 𝑂(ℎ)

4.482 − 3.669
𝑓 ′ (1.3) = = 4.065
0.2
- Hampiran selisih mundur untuk 𝑓 ′ (2.5):
𝑓0 − 𝑓−1
𝑓0′ = + 𝑂(ℎ)

12.182 − 9.974
𝑓 ′ (2.5) = = 11.04
0.2
D. Ide pemecahan masalah integrasi dengan solusi numerik

Integral analitis :

Dengan F(x) adalah integral dari f(x) sedemikian sehingga F’(x) = f(x)
Definisi Integral Numerik
Yaitu integral tertentu yang didasarkan pada hitungan perkiraan dengan mendekatinya
melalui fungsi polinomial berdasar data yang tersedia .
Integral numerik dilakukan apabila :
• Integral yang tidak dapat (sukar) diselesaikan secara analitis,
• Fungsi yang diintegralkan tidak diberikan dalam bentuk analitis, tetapi secara
numerik dalam bentuk angka (tabel)
E. Aturan Trapesium
1. Aturan Trapesium satu pias
Aturan trapesium merupakan metode pendekatan integral numerik dengan persamaan
polinomial order satu. Dalam metode ini kurva lengkung dari fungsi f(x) digantikan oleh
garis lurus.

Bidang tersebut merupakan bentuk trapesium yang luasannya dapat dihitung dengan rumus
geometri, yaitu:
𝑓(𝑎) + 𝑓(𝑏)
𝐼 = (𝑏 − 𝑎)
2
2. Aturan Trapesium banyak pias
Luas bidang adalah jumlah dari luas beberapa pias tersebut. Semakin kecil pias
yang digunakan, hasil yang didapat menjadi semakin teliti.
Kemudian, dapat disederhanakan menjadi persamaan sbb :

Atau dapat ditulis juga:

Jika memperhitungkan koreksi pada ujung interval a dan b, maka digunakan


persamaan sbb :

F. Aturan Simpson
Misal: apabila terdapat dua titik tambahan diantara f(a) dan f(b), maka keempat titik dapat
dihubungkan dengan fungsi polinomial order tiga.
1. Aturan Simpson 1/3
Di dalam aturan Simpson 1/3 digunakan polinomial order dua (persamaan
parabola) yang melalui titik f(xi-1 ), f(xi ), dan f(xi+1) untuk mendekati fungsi.

𝑏−𝑎
Pada pemakaian satu pias ∆𝑥 = sehingga persamaan diatas dapat ditulis
2

sebagai berikut :

dengan titik c adalah titik tengah antara a dan b.


Jika dengan banyak pias (hanya genap) maka persamaan yang digunakan adalah
sebagai berikut.

2. Aturan Simpson 3/8


Metode Simpson 3/8 diturunkan dengan menggunakan persamaan polinomial order
tiga yang melalui empat titik.

𝑏−𝑎
Pada pemakaian satu pias ∆𝑥 = sehingga persamaan diatas dapat ditulis sebagai
3

berikut :

G. Contoh-Contoh Aturan Trapesium dan Simpson


1. Contoh 1 aturan trapesium (satu pias)
Gunakan metode trapesium satu pias untuk menghitung
4

𝐼 = ∫ 𝑒 𝑥 𝑑𝑥
0

Penyelesaian :
Bentuk integral di atas dapat diselesaikan secara analitis :

Hitungan integral numerik dilakukan dengan metode trapesium:

Kesalahan relatif terhadap nilai eksak :

Terlihat bahwa metode ini memberikan kesalahan sangat besar (lebih dari 100%)

2. Contoh 2 aturan trapesium (banyak pias)


Gunakan metode trapesium empat pias dengan lebar pias adalah Δx = 1 untuk
menghitung:
4

𝐼 = ∫ 𝑒 𝑥 𝑑𝑥
0

Penyelesaian :
Metode trapesium dengan 4 pias, sehingga panjang pias adalah:

Luas bidang dapat dihitung dengan cara sbb:

Kesalahan relatif terhadap nilai eksak :

Apabila dengan koreksi ujung, maka dapat dihitung dengan cara sbb:
Kesalahan relatif terhadap nilai eksak :

3. Contoh 3 aturan simpson


Gunakan aturan Simpson 1/3 untuk menghitung :
4

𝐼 = ∫ 𝑒 𝑥 𝑑𝑥
0

Penyelesaian :
Dengan menggunakan aturan Simpson 1/3 dengan satu pias, maka :

Kesalahan relatif terhadap nilai eksak :

4. Contoh 4 aturan simpson


Gunakan aturan Simpson 1/3 dengan Δx=1 untuk menghitung
4

𝐼 = ∫ 𝑒 𝑥 𝑑𝑥
0

Penyelesaian :
Dengan menggunakan aturan Simpson 1/3 dengan banyak pias, maka:
Kesalahan relatif terhadap nilai eksak :

5. Contoh 5 aturan simpson


Gunakan aturan Simpson 3/8 untuk menghitung
4

𝐼 = ∫ 𝑒 𝑥 𝑑𝑥
0

Penyelesaian :
Dengan menggunakan aturan Simpson 3/8 dengan satu pias, maka:

Kesalahan relatif terhadap nilai eksak :

Hitung pula integral tersebut dengan menggunakan gabungan dari metode Simpson
1/3 dan 3/8, apabila digunakan 5 pias dengan Δx = 0,8.
Penyelesaian :
Apabila digunakan 5 pias, maka data untuk kelima pias tersebut adalah:

Integral untuk dua pias pertama dengan aturan Simpson 1/3 sbb :
Tiga pias terakhir digunakan aturan Simpson 3/8 :

Integral total adalah jumlah dari kedua hasil di atas :

Kesalahan relatif terhadap nilai eksak :

H. Integrasi Numerik Komposit


Integrasi Numerik Komposit yaitu metode menghitung integrasi numerik fungsi dengan
membaginya dalam selang-selang tertentu menjadi segmen-segmen luasan sebanyak N,
selanjutnya segmen-segmen tadi dihitung luasnya menggunakan metode trapesium atau
simpson kemudian dijumlahkan untuk menghitung integrasi fungsi.
Karena pembagian menjadi segmen-segmen menggunakan integral komposit
mengharuskan kita untuk membuat vektor yang mempresentasikan sumbu X. Makin
banyak segmen yang dibuat maka solusi numerik yang diperoleh akan makin mendekati
solusi yang sebenarnya.

𝑏 𝑥1 𝑥2 𝑥𝑛−1
𝐼 = ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 + ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 + … . . + ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥
𝑎 𝑥0 𝑥1 𝑥𝑛

Jika luasan tiap segmen dihitung menggunakan metode trapesium, diperoleh:


ℎ ℎ ℎ
𝐼= (𝑓(𝑥0 ) + 𝑓(𝑥1 )) + (𝑓(𝑥1 ) + 𝑓(𝑥2 )) + ⋯ + (𝑓(𝑥𝑛−1 ) + 𝑓(𝑥𝑛 ))
2 2 2
𝑛−1

𝐼 = (𝑓(𝑥0 ) + 2 ∑ 𝑓(𝑥𝑖 ) + 𝑓(𝑥𝑛 ))
2
𝑖=1
𝑏−𝑎
Lalu menggunakan aturan Simpson, Misalkan 𝑓 ∈ 𝐶 4 [𝑎, 𝑏], 𝑛 𝑔𝑒𝑛𝑎𝑝, ℎ = 𝑛
, 𝑑𝑎𝑛 𝑥𝑗 = 𝑎 +

𝑗ℎ 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑗 = 0,1, … , 𝑛. 𝑀𝑎𝑘𝑎 𝑎𝑑𝑎 𝜇 ∈ (𝑎, 𝑏) dimana aturan simpson komposit untuk 𝑛
subinterval dapat ditulis dengan error sebagai
𝑛 𝑛
( )−1 ( )
2 2
𝑏
ℎ 𝑏−𝑎 4 4
∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = 𝑓(𝑎) + 2 ∑ 𝑓(𝑥2𝑗 ) + 4 ∑ 𝑓(𝑥2𝑗 − 1) + 𝑓(𝑏) − ℎ 𝑓 (𝜇)
𝑎 3 180
𝑗=1 𝑗=1
[ ]
Perhatikan bahwa istilah error untuk aturan simpson komposit adalah 𝑂(ℎ4 ). Sedangkan
𝑂(ℎ5 ) untuk aturan simpson standar. Namun, ini tidak sebanding karena untuk aturan
𝑏−𝑎
Simpson standar, kita telah menetapkan h pada ℎ = tetapi untuk aturan Simpson
2
𝑏−𝑎
Komposit, kita memiliki ℎ = , untuk n bilangan bulat genap. Ini memungkinkan kita
𝑛

untuk secara signifikan mengurangi nilai ℎ ketika aturan Simpson komposit digunakan.

I. Contoh Penyelesaian Menggunakan Integrasi Numerik Komposit


- Aturan Trapesium
Tentukan nilai ℎ yang akan memastikan aproksimasi errornya kurang dari 0.00002 ketika
∫ 𝑠𝑖𝑛 𝑥 𝑑𝑥
Solusi:
Error aturan trapezium komposit untuk 𝑓(𝑥)=𝑠𝑖𝑛 𝑥 pada [0,𝜋] adalah
𝜋ℎ2 𝜋ℎ2 𝜋ℎ2
| 𝑓′′(𝜇)| = | (− sin 𝜇)| = |sin 𝜇|
12 12 12
Untuk memastikan akurasi yang cukup dengan teknik ini, kita perlu memiliki
𝜋ℎ2 𝜋ℎ2
|sin 𝜇| ≤ ≤ 0.00002
12 12
𝜋 𝜋 𝜋3
Karena ℎ = 𝑛 menyiratkan bahwa ℎ = 𝑛, maka kita butuh 12𝑛2 < 0.00002 yang
1
𝜋3
menyiratkan bahwa 𝑛 > (12(0.00002))2 ≈ 359.44 dan aturan trapezium komposit

membutuhkan 𝑛 ≥ 360
J. Integrasi Romberg
Integrasi Romberg merupakan teknik yang digunakan dalam integrasi numerik
untuk menganalisis kasus dimana fungsi yang akan diintegrasikan tersedia. Teknik ini
memiliki keunggulan untuk menghasilkan nilai-nilai dari fungsi yang digunakan untuk
mengembangkan skema yang efisien bagi pengintegrasian secara numerik. Integrasi
Romberg didasarkan pada ekstrapolasi Richardson (Richardson’s extrapolation), yaitu
metode untuk mengkombinasikan dua perkiraan integral secara numerik untuk
memperoleh nilai ketiga, yang lebih akurat.
Teknik ini bersifat rekursif dan dapat digunakan untuk menghasilkan sebuah
perkiraan integral dalam batas toleransi kesalahan (error tolerance) yang sudah ditentukan
terlebih dahulu. Metode ini digunakan untuk memperbaiki hasil pendekatan integrasi
metode trapesium, karena kesalahan metode trapesium “cukup” besar untuk polinom
pangkat tinggi dan fungsi transeden.
Pada proses integrasi Romberg, mula-mula kita hitung kuadratur dengan lebar
langkah h dan 2h. Defisini kuadratur adalah

Untuk menurunkan galat hampiran integral dari 𝑂(ℎ2 ) menjadi 𝑂(ℎ2𝑛+2 ) dapat digunakan
ekstrapolasi Richardson seperti dinyatakan dalam teorema :
Jika didefinisikan barisan kuadratur {𝐼(𝑖, 𝑗) ∶ 𝑖 ≥ 𝑗 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑗 = 1, 2, 3, … } untuk hampiran
integral f(x) pada [a, b] sebagai :
𝐼 (𝑖, 1) = 𝑇𝑖 – 1. 𝑖 ≥ 1 (𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑡𝑟𝑎𝑝𝑒𝑧𝑖𝑢𝑚 𝑚𝑎𝑗𝑒𝑚𝑢𝑘)
𝐼 (𝑖, 2) = 𝑆𝑖 – 1. 𝑖 ≥ 2 (𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑆𝑖𝑚𝑝𝑠𝑜𝑛 𝑚𝑎𝑗𝑒𝑚𝑢𝑘)
𝐼 (𝑖, 3) = 𝐵𝑖 – 1. 𝑖 ≥ 3 (𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑢𝑟𝑎𝑛 𝐵𝑜𝑜𝑙𝑒 𝑚𝑎𝑗𝑒𝑚𝑢𝑘)
Maka integrasi Romberg untuk meningkatkan keakuratan hampiran integral dapat di tulis sebagai
4𝑘−1 𝐼𝑗+1,𝑘−1 − 𝐼𝑗.𝑘−1
𝐼𝑗𝑘 ≅
4𝑘−1 − 1
Dengan:
𝑘 (> 1) 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑒𝑣𝑒𝑙 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑔𝑟𝑎𝑠𝑖 (𝐾 = 1 𝑏𝑒𝑟ℎ𝑢𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑡𝑟𝑎𝑝𝑒𝑧𝑜𝑖𝑑𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑠𝑙𝑖)
𝑗 (≥ 1) 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑒𝑑𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑘𝑖𝑟𝑎𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑒𝑏𝑖ℎ (𝑗 + 1) 𝑑𝑎𝑛 𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛𝑔 (𝑗) 𝑎𝑘𝑢𝑟𝑎𝑡.
K. Contoh Penyelesaian Menggunakan Integrasi Romberg
1 1
1. Hitung integral ∫0 𝑑𝑥 dengan metode Romberg (n = 8). Gunakan 5 angka dibelakang
1+𝑥

koma.

Jawab:

1−0
Jarak antar titik : ℎ = = 0.125
8

Tabel titik-titik didalam selang [0,1] 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 ℎ = 0.125

r 𝑥𝑟 𝑓𝑟
0 0 1.0000
1 0.125 0.88889
2 0.250 0.80000
3 0.3750 0.72727
4 0.500 0.66667
5 0.625 0.61538
6 0.750 0.57143
7 0.875 0.53333
8 1.00 0.50000

Tabel Romberg :

K 𝑂(ℎ2 ) 𝑂(4) 𝑂(ℎ62 ) 𝑂(ℎ8 )


0 0.75000
1 0.70833 0.69445
2 0.69702 0.69325 0.69317
3 0.69412 0.69315 0.69314 0.69314
1 1
Jadi ∫0 𝑑𝑥 = 0.69314
1+𝑥

Anda mungkin juga menyukai