Anda di halaman 1dari 16

TEORI INTEGRAL

A. Pendahluan

Beberapa konsep ilmu ekonomi memerlukan pengetahuan mendasar terkait integral. Sebagai
contoh, dalam ilmu ekonomi mikro dibahas mengenai surplus konsumen dan surplus produsen, dimana
penghitungan nilai dari kedua surplus yang menunjukkan economic well-being tersebut dilakukan
dengan menggunakan konsep integral. Di dalam ilmu ekonomi mikro juga dikenal terminologi marjinal,
suatu perubahan inkremental akibat perubahan faktor lain. Misalnya biaya marjinal (marginal cost),
pendapatan marjinal (marginal revenue), produk marjinal (marginal product), dan sebagainya. Saat kita
mengetahui persamaan fungsi marjinal tersebut, kita bisa mengetahui persamaan totalnya, yaitu biaya
total (total cost), pendapatan total (total revenue), produk total (total product), dengan
mengintegralkan persamaan-persamaan marjinal tersebut. Di dalam ekonomi makro, dikenal dengan
Koefisien Gini yang diturunkan dari Kurva Lorenz. Penghitungannya bisa menggunakan konsep integral.
Masih banyak lagi aplikasi integral dalam menjelaskan fenomena yang dipelajari dalam ilmu ekonomi.
Secara lengkap, aplikasi integral dalam ilmu ekonomi ini akan dibahas dalam bab selanjutnya.

Yang ditekankan dalam bab ini, seperti konsep matematika murni yang lain, adalah bagaimana
pemahaman konsep integral akan ditanamkan yang nantinya digunakan untuk menjelaskan berbagai
fenomena ekonomi. Hal inilah yang sebenarnya dikatakan bahwa matematika ekonomi bukanlah
cabang dari ilmu ekonomi tetapi bagaimana menggunakan prinsip matematika murni untuk
menjelaskan fenomena ekonomi. Tentu saja pembahasan integral dalam bab ini tidak selengkap dalam
pelajaran matematika atau mata kuliah kalkulus. Dalam bab ini akan diulas konsep penting integral yang
sering digunakan untuk menjelaskan konsep-konsep di dalam ilmu ekonomi.

B. Konsep Integral
Di dalam matematika, kita mengenal pasangan operasi yang akan saling meniadakan, yang disebut
kebalikan atau inverse. Sehingga, jika kita mempunyai bilangan kemudian diberikan operasi matematika
tertentu kemudian kita berikan operasi matematika yang lain yang mempunyai sifat meniadakan atau
berkebalikan, kita akan memperoleh bilangan awal. Contoh yang sering kita gunakan adalah perkalian
dengan pembagian, penambahan dengan pengurangan, pangkat dengan akar, dan sebagainya.

Demikian juga dengan integral. Di dalam matematika, saat kita mengintegralkan suatu fungsi
kemudian kita turunkan lagi hasilnya, maka kita akan memperoleh fungsi awal. Jika kita mempunyai
fungsi 𝐹(𝑥), dan turunan (differentiation) dari 𝐹(𝑥) adalah 𝑓(𝑥), kita akan memperoleh suatu
hubungan sebagaimana terlihat dalam gambar berikut.
Dengan menggunakan konsep turunan, yang telah dipelajari di bab sebelumnya :
𝐹(𝑥) = 𝑥 2 → 𝐹 ′ (𝑥) = 2𝑥
𝐹(𝑥) = 𝑥 2 + 3 → 𝐹 ′ (𝑥) = 2𝑥
𝐹(𝑥) = 𝑥 2 + 97 → 𝐹 ′ (𝑥) = 2𝑥
Walaupun berbeda konstanta, semuanya menghasilkan turunan yang sama. Sehingga :
∫ 2𝑥 𝑑𝑥 = 𝑥 2 + 𝑐
Persamaan-persamaan di atas berlaku karena turunan suatu konstanta (𝑐) atau bilangan tertentu
adalah nol. Oleh karena itu, bentuk umum integral kita tulis sebagai:

C. Sifat dan Aturan Integral

1. Integral Bilangan Konstan (𝒌)

Dari sifat turunan, saat 𝑓(𝑥) = 2𝑥 nilai 𝑓 ′ (𝑥) = 2, kemudian saat 𝑓(𝑥) = 25𝑥 + 6 nilai 𝑓 ′ (𝑥) =
25, kita mempunyai sifat integral sebagai berikut:

2
Contoh 1 : Tentukan (a) ∫ 8 𝑑𝑥 ; (b) ∫ −15 𝑑𝑥 ; dan (c) ∫ 3 𝑑𝑥
Jawab:
(a). ∫ 8 𝑑𝑥 = 8𝑥 + 𝑐
(b). ∫ −15 𝑑𝑥 = −15𝑥 + 𝑐
2 2
(c). ∫ 3 𝑑𝑥 = 3 𝑥 + 𝑐

2. Integral Fungsi dengan Pangkat (𝒙𝒏 )

Di bab sebelumnya, saat membahas turunan, jika 𝑓(𝑥) = 𝑥 5 , turunan dari 𝑓(𝑥) diperoleh dengan
proses sebagai berikut:
▪ 𝑥 akan mempunyai pangkat satu tingkat lebih rendah menjadi 5 − 1 = 4. Sehingga
menjadi 𝑥 4 .
▪ Koefisien dari 𝑥 4 adalah pangkat awal yaitu 5.
▪ Sehingga 𝑓 ′ (𝑥) = 5𝑥 4
Karena integral adalah inverse dari turunan, maka integral dari suatu fungsi pangkat 𝑥 𝑛 prosesnya
sebagai berikut:
▪ 𝑥 akan mempunyai pangkat satu tingkat lebih tinggi, 𝑛 + 1
1
▪ Koefisien dari 𝑥 𝑛+1 adalah 𝑛+1
▪ Ditambah konstanta 𝑐
Sehingga bentuk integral ini bisa kita tulis:

Dalam menghadapi soal integral terkait ini, jika soal belum dinyatakan dalam bentuk 𝑥 𝑛 ;
pengerjaannya akan lebih mudah jika diubah terlebih dahulu ke bentuk 𝑥 𝑛 .

𝑥7 1
Contoh 2 : Tentukan (a) ∫ 𝑥 5 𝑑𝑥 ; (b) ∫ 𝑥 3 𝑑𝑥 ; (c) ∫ √𝑥 𝑑𝑥 ; dan (d)∫ 2 𝑑𝑥
√𝑥 5
Jawab:
1 1
(a). ∫ 𝑥 5 𝑑𝑥 = 5+1 𝑥 5+1 + 𝑐 = 6 𝑥 6 + 𝑐
𝑥7 1
(b). ∫ 𝑥 3 𝑑𝑥 = ∫ 𝑥 7−3 = ∫ 𝑥 4 = 5 𝑥 5 + 𝑐
1
1 1 2 2
(c). ∫ √𝑥 𝑑𝑥 = ∫ 𝑥 1/2 𝑑𝑥 = 1 𝑥 2+1 + 𝑐 = 3/2 𝑥 3/2 + 𝑐 = 3 𝑥 3/2 + 𝑐 = 3 𝑥 √𝑥 + 𝑐
+1
2
−5 3
1 1 1 2 2
(d). ∫ 2 𝑑𝑥 = ∫ 𝑥 5/2 𝑑𝑥 = ∫ 𝑥 −5/2 𝑑𝑥 = −5 𝑥 2 +1 + 𝑐 = − 3 𝑥 −2 + 𝑐 = − 3𝑥 +𝑐
√𝑥 5 +1 √𝑥
2

𝟏
3. Integral Fungsi
𝒙

1
Bentuk 𝑥
bisa dinyatakan sebagai 𝑥 −1 . Saat kita menggunakan kaidah integral dengan fungsi
pangkat 𝑥 𝑛 sebelumnya, kita akan memperoleh:
1 1
∫ 𝑥 −1 𝑑𝑥 =
𝑥0 + 𝑐 = + 𝑐
−1 + 1 0
1
Sampai di sini kita akan memperoleh masalah, karena nilai 0 adalah tidak terdefinisi (bukan tak hingga).
1
Oleh karena itu, bentuk integral atas fungsi 𝑥 tidak bisa menggunakan kaidah fungsi pangkat.
1
Saat membahas turunan di bab sebelumnya, telah dipelajari bahwa turunan dari ln|𝑥| adalah .
𝑥
Karena kita sudah belajar bahwa integral adalah bentuk inverse dari turunan maka kita memperoleh
sifat integral sebagai berikut.

4. Integral Fungsi Pangkat Bilangan Natural (𝒆𝒎𝒙 )

Dari sifat turunan, kita telah mengetahui bahwa jika 𝑓(𝑥) = 𝑒 𝑚𝑥 maka 𝑓 ′ (𝑥) = 𝑚𝑒 𝑚𝑥 . Karena
integral adalah bentuk inverse dari turunan, kita memperoleh sifat berikut.
5. Aturan Operasi Integral

Seperti pada turunan, integral atas penjumlahan atau pengurangan fungsi tertentu sama dengan
penjumlahan atau pengurangan integral atas masing-masing fungsi. Sedangkan integral atas perkalian
suatu konstanta dengan fungsi tertentu sama dengan perkalian konstanta tersebut dengan integral atas
fungsi itu.

Contoh 3 : Tentukan
𝑥 3 −𝑥 2 −√𝑥 1
(a) ∫ ( 𝑥
) 𝑑𝑥 (b) ∫(2𝑥 2 − 5𝑥 + 6)𝑑𝑥 (c) ∫(3𝑥 + 3𝑥) 𝑑𝑥

3
(d) ∫(3𝑒 −2𝑥 + 7𝑥)𝑑𝑥 (e) ∫(3𝑥 2 − 7𝑥 5 ) 𝑑𝑥

Jawab:
1
𝑥 3 −𝑥 2 −√𝑥
(a). ∫ ( ) 𝑑𝑥 = ∫(𝑥 2 − 𝑥 − 𝑥 −2 )𝑑𝑥 = ∫ 𝑥 2 𝑑𝑥 − ∫ 𝑥 𝑑𝑥 − ∫ 𝑥 −1/2 𝑑𝑥
𝑥
1
1 3 1 1
= 𝑥 − 𝑥2 − 𝑥2 +𝑐
3 2 1/2

1 1
= 3 𝑥 3 − 2 𝑥 2 − 2√𝑥 + 𝑐

(b). ∫(2𝑥 2 − 5𝑥 + 6)𝑑𝑥 = 2 ∫ 𝑥 2 𝑑𝑥 − 5 ∫ 𝑥 𝑑𝑥 + ∫ 6 𝑑𝑥


2 3 5
= 3
𝑥 − 2 𝑥 2 + 6𝑥 + 𝑐
1 1 1
(c). ∫(3𝑥 + 3𝑥) 𝑑𝑥 = 3 ∫ 𝑥 𝑑𝑥 + 3 ∫ 𝑥 𝑑𝑥
3 1
= 2 𝑥 2 + 3 ln|𝑥| + 𝑐
3 3 1
(d). ∫(3𝑒 −2𝑥 + )𝑑𝑥 = 3 ∫ 𝑒 −2𝑥 + ∫ 𝑑𝑥
7𝑥 7 𝑥
1 3
= 3 (−2 𝑒 −2𝑥 ) + 7 ln|𝑥| + 𝑐

3 3
= − 2 𝑒 −2𝑥 + 7 ln|𝑥| + 𝑐

(e). ∫(3𝑥 2 − 7𝑥 5 ) 𝑑𝑥 = 3 ∫ 𝑥 2 𝑑𝑥 − 7 ∫ 𝑥 5
3 7
= 3 𝑥3 − 6 𝑥6 + 𝑐
7
= 𝑥3 − 6 𝑥6 + 𝑐

D. Integral dengan Teknik Substitusi

Sampai dengan subbab ini, pembahasan kita hanya untuk integral dengan bentuk standar, yaitu
1
𝑥𝑛; 𝑥 ; dan 𝑒 𝑚𝑥 . Bentuk-bentuk tersebut hanya menggunakan variabel tunggal 𝑥. Lantas bagaimana
kita melakukan integral atas bentuk yang lebih kompleks? Misalnya alih-alih menggunakan bentuk
tunggal 𝑥, namun menggunakan fungsi linier. Misalnya ∫(2𝑥 + 5)3 𝑑𝑥

Untuk kasus seperti ini, kita menggunakan teknik substitusi. Intinya kita memisalkan suatu fungsi
tersebut ke dalam bentuk tunggal, untuk kemudian kita selesaikan dengan sifat dan aturan yang
sebelumnya dibahas. Misalnya contoh di atas, ada dua cara yang bisa kita lakukan, (1) Kita jabarkan
persamaan pangkat 3 tersebut, atau (2) Kita gunakan teknik substitusi. Keduanya akan menghasilkan
nilai yang sama.

Cara 1: Penjabaran

(2𝑥 + 5)3 = (2𝑥)3 + 3(2𝑥)2 (5) + 3(2𝑥)(5)2 + 53

= 8𝑥 3 + 60𝑥 2 + 150𝑥 + 125

Sehingga nilai dari ∫(2𝑥 + 5)3 𝑑𝑥 = ∫ 8𝑥 3 + 60𝑥 2 + 150𝑥 + 125

= 2𝑥 4 + 20𝑥 3 + 75𝑥 2 + 125𝑥 + 𝑐

Cara 2: Teknik Substitusi


𝑑𝑢 1
Misalnya (2𝑥 + 5) = 𝑢; maka turunan fungsi 𝑢 terhadap 𝑥 : 𝑢′= = 2 ; sehingga 𝑑𝑥 = 𝑑𝑢. Nilai-
𝑑𝑥 2
nilai ini kita substitusikan ke persamaan awal.
1 1
Nilai dari ∫(2𝑥 + 5)3 𝑑𝑥 = ∫ 𝑢3 ( 𝑑𝑢) = ∫ 𝑢3 𝑑𝑢
2 2

1 1
= 𝑢4 + 𝑐 = (2𝑥 + 5)4 + 𝑐
8 8
Kalau kita jabarkan dengan prinsip binominal (2𝑥 + 5)4 = 16𝑥 4 + 160𝑥 3 + 600𝑥 2 + 1000𝑥 + 625
1
Sehingga ∫(2𝑥 + 5)3 𝑑𝑥 = (16𝑥 4 + 160𝑥 3 + 600𝑥 2 + 1000𝑥) + 𝑐
8

= 2𝑥 4 + 20𝑥 3 + 75𝑥 2 + 125𝑥 + 𝑐

Cara 1 dan 2 menghasilkan nilai yang sama.

Contoh 4 : Tentukan hasil integral berikut dengan teknik substitusi


2𝑥
(a) ∫ 𝑥 2 +5 𝑑𝑥 (b) ∫ 𝑒 2𝑥+5 𝑑𝑥 (c) ∫ √2𝑥 + 5 𝑑𝑥

2 1,5𝑥 2 +3𝑥
(d) ∫ (2𝑥+5)5 𝑑𝑥 (e) ∫ 𝑥√2𝑥 2 + 5 𝑑𝑥 (f) ∫ 𝑥 3 +3𝑥 2 +5 𝑑𝑥

Jawab:
𝑑𝑢 𝑑𝑢
(a). Misal 𝑥 2 + 5 = 𝑢; maka 𝑑𝑥 = 2𝑥 atau 𝑑𝑥 = 2𝑥
2𝑥 2𝑥 𝑑𝑢 1
∫ 𝑑𝑥 = ∫ = ∫ 𝑑𝑢
𝑥2+5 𝑢 2𝑥 𝑢
= ln|𝑢| + 𝑐
= ln|𝑥 2 + 5| + 𝑐
𝑑𝑢 𝑑𝑢
(b). Misal 2𝑥 + 5 = 𝑢; maka = 2 atau 𝑑𝑥 =
𝑑𝑥 2
𝑑𝑢 1
∫ 𝑒 2𝑥+5 𝑑𝑥 = ∫ 𝑒 𝑢 = ∫ 𝑒 𝑢 𝑑𝑢
2 2
1
= 𝑒𝑢 + 𝑐
2
1
= 𝑒 2𝑥+5 + 𝑐
2
𝑑𝑢 𝑑𝑢
(c). Misal 2𝑥 + 5 = 𝑢; maka = 2 atau 𝑑𝑥 =
𝑑𝑥 2
𝑑𝑢 1
∫ √2𝑥 + 5 𝑑𝑥 = ∫ √𝑢 = ∫ √𝑢 𝑑𝑢
2 2
1 1 2 3
= ∫ 𝑈1/2 𝑑𝑢 = ( ) 𝑢2 + 𝑐
2 2 3
1 3/2
= 𝑢 +𝑐
3
1
= (2𝑥 + 5)3/2 + 𝑐
3
𝑑𝑢 𝑑𝑢
(d). Misal 2𝑥 + 5 = 𝑢; maka = 2 atau 𝑑𝑥 =
𝑑𝑥 2
2 2 𝑑𝑢 1
∫ 5
𝑑𝑥 = ∫ 5 = ∫ 5 𝑑𝑢
(2𝑥 + 5) 𝑢 2 𝑢
1
= ∫ 𝑢−5 𝑑𝑢 = 𝑢−4 + 𝑐
−4
1
= − (2𝑥 + 5)−4 + 𝑐
4
1
=− +𝑐
4(2𝑥 + 5)4
𝑑𝑢 𝑑𝑢
(e). Misal 2𝑥 2 + 5 = 𝑢; maka 𝑑𝑥 = 4𝑥 atau 𝑑𝑥 = 4𝑥
𝑑𝑢 1
∫ 𝑥√(2𝑥 2 + 5) 𝑑𝑥 = ∫ 𝑥 √𝑢 = ∫ √𝑢 𝑑𝑢
4𝑥 4
1 1 2
= ∫ 𝑢1/2 𝑑𝑢 = ( )𝑢3/2 + 𝑐
4 4 3
1
= (2𝑥 2 + 5)3/2 + 𝑐
6
1
= (2𝑥 2 + 5)√(2𝑥 2 + 5) + 𝑐
6
𝑑𝑢 𝑑𝑢
(f). Misal 𝑥 + 3𝑥 + 5 = 𝑢; maka 𝑑𝑥 = 3𝑥 2 + 6𝑥 atau 𝑑𝑥 = 3𝑥 2 +6𝑥
3 2

1,5𝑥 2 + 3𝑥 1,5𝑥 2 + 3𝑥 𝑑𝑢 1 1
∫ 3 2
𝑑𝑥 = ∫ 2
= ∫ 𝑑𝑢
𝑥 + 3𝑥 + 5 𝑢 3𝑥 + 6𝑥 2 𝑢
1
= ln|𝑢| + 𝑐
2
1
= ln|𝑥 3 + 3𝑥 2 + 5| + 𝑐
2
E. Integral Tertentu

Pembahasan konsep integral sebagai inverse dari turunan beserta sifat dan aturan operasi integral
sebelumnya menghasilkan suatu fungsi, bukan nilai. Konsep integral semacam ini disebut dengan
integral tak tentu (indefinite integral). Konsep integral yang lain disebut dengan integral tertentu
(definite integral). Pada integral tertentu ini, integral sudah dibatasi oleh nilai sehingga hasilnya bukan
lagi fungsi melainkan angka atau nilai. Konsep inilah yang akan mendasari penghitungan luas area atau
volume.
Konsep integral di dalam matematika ekonomi, sebagian besar menggunakan konsep integral
tertentu ini. Konsep integral ini akan digunakan untuk menghitung luas sebagai representasi dari suatu
fenomena ekonomi, misalnya adalah surplus konsumen maupun surplus produsen. Oleh karena itu
pembahasan pada integral tertentu ini akan dibatasi pada penghitungan luas area yang dibatasi oleh
kurva.

1. Integral untuk Menghitung Luas Area di Bawah Kurva

Luas area di bawah kurva berarti luas area yang dibatasi oleh sumbu 𝑥 (umumnya) atau sumbu 𝑦
dengan kurva tertentu. Penghitungan luas area di bawah kurva dapat dilakukan dengan mudah jika
kurva tersebut adalah garis lurus karena area yang dibentuk adalah segitiga, trapesium, atau persegi
panjang, yang mana sudah dipelajari rumusnya sejak dari tingkat dasar. Namun, akan menjadi hal yang
cukup kompleks jika kurvanya bukan garis lurus. Misalnya tampak dalam gambar di bawah.

Misalnya kita akan menghitung luas area di bawah kurva 𝑦 = 𝑓(𝑥) di atas sumbu horizontal dari
𝑥 = 𝑎 sampai dengan 𝑥 = 𝑏. Salah satu cara yang bisa kita lakukan adalah membuat beberapa persegi
panjang di area tersebut, kemudian kita hitung luasnya.

Pada gambar sebelumnya, jumlah luas persegi panjang sebagai pendekatan luas area di bawah
kurva adalah sebagai berikut :

𝐿 = ∆𝑥(𝑦1 ) + ∆𝑥(𝑦2 ) + ∆𝑥(𝑦3 ) + ⋯ + ∆𝑥(𝑦𝑛−2 ) + ∆𝑥(𝑦𝑛−1 )

𝐿 = ∆𝑥(𝑦1 + 𝑦2 + 𝑦3 + ⋯ + 𝑦𝑛−2 + 𝑦𝑛−1 )


𝑏

𝐿 = ∑ 𝑦𝑖 ∆𝑥
𝑖=𝑎

Akan tetapi, sebenarnya luas area persegi panjang pada gambar tersebut tidak sama dengan luas
area di bawah kurva. Kita lihat, ada area yang tidak terlingkupi oleh persegi panjang dan ada persegi
panjang yang melebihi area yang diperhitungkan, yaitu area-area yang diberi warna coklat. Bagaimana
mengatasinya? Dengan membuat ∆𝑥 sekecil mungkin (mendekati nol). Dengan ∆𝑥 yang sangat kecil
maka pendekatan luas persegi panjang untuk menggambarkan luas area di bawah kurva akan menjadi
lebih presisi.

Jika persegi panjang tersebut mempunyai alas mendekati nol, ∆𝑥 akan menjadi 𝑑𝑥 (lihat konsep
turunan) dan sigma akan menjadi integral. Sehingga, penghitungan luas area di bawah kurva dari 𝑥 = 𝑎
hingga 𝑥 = 𝑏 dirumuskan:

2. Sifat Integral Tertentu

Area dibawah kurva dan dibatasi oleh sumbu- 𝑥, garis 𝑥 = 𝑎, dan garis 𝑥 = 𝑏 dirumuskan dengan
𝑏
integral tertentu ∫𝑎 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥, dengan penjabaran sebagai berikut:

Dengan penjabaran tersebut, maka berlaku hubungan:

Operasi yang terdapat dalam integral tak tentu juga berlaku di dalam integral tertentu ini, sehingga
berlaku hubungan:

𝑏
Nilai dari integral tertentu bisa saja negatif. Jika 𝑏 > 𝑎 dan nilai dari ∫𝑎 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥 adalah negatif berarti
area yang dihitung berada di bawah sumbu-𝑥.

Contoh 5: Hitunglah nilai integral berikut.


2 3 1
(a) ∫0 𝑥 3 𝑑𝑥 (b) ∫1 (𝑥 2 − 2𝑥 + 1) 𝑑𝑥 (c) ∫0 𝑒 2𝑥 𝑑𝑥

Jawab:
2 1 1 1
(a). ∫0 𝑥 3 = 𝑥 4 |20 = 24 − 04 = 4
4 4 4
3 1 3
(b). ∫1 (𝑥 2 − 2𝑥 + 1) 𝑑𝑥 = (3 𝑥3 − 𝑥2 + 𝑥)|1
1 1
= ( 33 − 32 + 3) − ( 13 − 12 + 1)
3 3
1
=3−
3
2
=2
3
1 2𝑥 1 2𝑥 1
(c). ∫0 𝑒 𝑑𝑥 = (2 𝑒 ) |0
1 1
= ( 𝑒 2 ) − ( 𝑒 0)
2 2
1 2 1
= ( 𝑒 )−
2 2
≈ 3,1945

Contoh 6 : Gambar dan Tentukan luas area dengan menggunakan pengetahuan geometrik dan
integral untuk daerah yang dibatasi oleh :
(a). Garis 𝑦 = 4; sumbu-𝑥; 𝑥 = 2; dan 𝑥 = 4
(b). Garis 𝑦 = 2 + 𝑥; sumbu-𝑥; 𝑥 = 0; dan 𝑥 = 3
(c). Garis 𝑦 = 2 + 𝑥; sumbu-𝑦; 𝑦 = 2; dan 𝑦 = 5
Jawab:

(a). Luas area yang dibatasi oleh garis 𝑦 = 4; sumbu-𝑥; 𝑥 = 2; dan 𝑥 = 4


Dengan sifat geometri, luas area L pada gambar
disamping adalah
𝐿 = 𝑝 × 𝑙 = (4 − 2) × (4 − 0) = 8
Dengan sifat integral, luas area L pada gambar di
samping adalah
4

𝐿 = ∫ 4 𝑑𝑥 = (4𝑥)|42 = 4(4) − 4(2) = 8


2
Kedua cara menghsilkan nilai yang sama.

(b). Luas area yang dibatasi oleh garis 𝑦 = 2 + 𝑥; sumbu-𝑥; 𝑥 = 0; dan 𝑥 = 3

Saat 𝑥 = 0 --> 𝑦 = 2
Saat 𝑥 = 3 --> 𝑦 = 5
Dengan sifat geometri, luas area L pada gambar
disamping adalah luas trapesium, yaitu jumlah sisi
sejajar dikali setengah tinggi:
1
𝐿 = (2 + 5) × × 3 = 10,5
2
Dengan sifat integral, luas area L pada gambar di
samping adalah

3
1 1
𝐿 = ∫(2 + 𝑥) 𝑑𝑥 = (2𝑥 + 𝑥 2 ) |30 = (2(3) + 32 ) − 0 = 10,5
2 2
0
(c). Luas area yang dibatasi oleh garis 𝑦 = 2 + 𝑥; sumbu-𝑦; 𝑦 = 2; dan 𝑦 = 5

Dengan sifat geometri, luas area yang ditanyakan


adalah luas segitiga CDE,
1 1
𝐿 = × 𝑎 × 𝑡 = × 3 × (5 − 2) = 4,5
2 2
Integral yang kita pelajari sampai di sini adalah
untuk menghitung luas di bawah kurva 𝑦 = 𝑓(𝑥).
Dari gambar di samping yang bisa dihitung dengan
konsep integral adalah luas trapesium ABCE, yaitu
3
∫0 (2 + 𝑥) 𝑑𝑥.
Dengan konsep tersebut luas yang ditanyakan di
soal adalah:

3
1
𝐿 = 𝐿 𝐴𝐵𝐶𝐷 − ∫(2 + 𝑥)𝑑𝑥 = (3 × 5) − (2𝑥 + 𝑥 2 ) |30 = 15 − 10,5 = 4,5
2
0

Contoh 7 : Tentukan luas area 𝐿1 dan 𝐿2 pada gambar berikut:

Jawab:

Berdasarkan konsep integral:


4

𝐿1 = ∫(37 − 𝑥 2 ) 𝑑𝑥 − 𝐿 𝐴𝐵𝐶𝐷
0

1
= (37𝑥 − 𝑥 3 ) |40 − 4(21)
3
1
= (37(4) − 43 ) − 0 − 84
3
= 126,67 − 84 = 42,67
4

𝐿2 = 𝐿 𝐴𝐵𝐶𝐷 − ∫(5 + 𝑥 2 ) 𝑑𝑥
0

1
= 4(21) − (5𝑥 + 𝑥 3 )|40
3
1
= 84 − (5(4) + 43 )
3
= 84 − 41,33 = 42,67

Contoh 8 : Buat sketsa grafik dan hitung nilai integral:


1

∫ 0,5𝑥 3 𝑑𝑥
−2

Jawab:

Nilai integralnya :
1
1
∫ 0,5𝑥 3 𝑑𝑥 = ( 𝑥 4 ) |1−2
8
−2

1 1
= ( 14 ) − ( (−2)4 )
8 8

1
= −2
8

7
= −1
8

Nilai integral berdasarkan perhitungan tersebut


adalah negatif karena kalau dilihat dari grafik, luas
area di bawah sumbu-𝑥 nya (nilainya negatif) lebih
luas dibandingkan dengan area di atas sumbu-𝑥.

Dari perhitungan tersebut juga dapat diketahui bahwa luas area di bawah sumbu-𝑥 adalah 2
1
sedangkan yang di atas sumbu-𝑥 adalah 8.

3. Luas Area di Antara Dua Kurva

Misalnya terdapat dua buah fungsi : 𝑦 = 𝑓(𝑥) dan 𝑦 = 𝑔(𝑥) dimana di antara 𝑥 = 𝑎 dan 𝑥 = 𝑏,
fungsi 𝑦 = 𝑓(𝑥) berada di atas fungsi 𝑦 = 𝑔(𝑥). Dengan batas 𝑥 = 𝑎 dan 𝑥 = 𝑏 di antara kedua kurva
tersebut terbentuk suatu area dengan luas L, seperti terlihat dalam gambar.
Maka berdasarkan sifat integral, luas area di antara dua kurva tersebut adalah :
𝑏 𝑏

𝐿 = ∫ 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥 − ∫ 𝑔(𝑥) 𝑑𝑥
𝑎 𝑎

Contoh 9 : Hitunglah luas area 𝐿1 + 𝐿2 pada Contoh 7 dengan menggunakan konsep integral untuk luas
area di antara dua kurva.

Jawab:

Pada pengerjaan sebelumnya :

𝐿1 + 𝐿2 = 42,67 + 42,67 ≈ 85,33

Dengan konsep integral:


4

𝐿1 + 𝐿2 = ∫{(37 − 𝑥 2 ) − (5 + 𝑥 2 )}𝑑𝑥
0

= ∫(−2𝑥 2 + 32)𝑑𝑥
0

2
= (− 𝑥 3 + 32𝑥) |40
3
2 128
𝐿1 + 𝐿2 = (− 43 + 32(4)) − 0 = − + 128 ≈ 85,33
3 3
Contoh 10 : Hitnglah luas area diantara kurva 𝑦 = 18 − 2𝑥 2 dan kurva 𝑦 = 2𝑥 2 + 2 di antara 𝑥 = 0
sampai dengan 𝑥 = 3

Jawab:
Luas area di antara kurva terbagi menadi dua area, karena
masing-masing mempunyai fungsi atas yang berbeda. Untuk
0 ≤ 𝑥 ≤ 2 fungsi 𝑦 = 18 − 2𝑥 2 berada di atas, sedangkan
untuk 2 < 𝑥 ≤ 3 fungsi 𝑦 = 2𝑥 2 + 2 berada di atas.
Sehingga luasnya adalah:
2

𝐿1 = ∫{(18 − 2𝑥 2 ) − (2𝑥 2 + 2)}𝑑𝑥


0

2
4
= ∫(−4𝑥 2 + 16) 𝑑𝑥 = (− 𝑥 3 + 16𝑥) |20
3
0

4 1
= (− 23 + 16(2)) − 0 = 21
3 3
3

𝐿2 = ∫{(2𝑥 2 + 2) − (18 − 2𝑥 2 )}𝑑𝑥


2

3
4
= ∫(4𝑥 2 − 16) 𝑑𝑥 = ( 𝑥 3 − 16𝑥) |32
3
2

4 4
= ( 33 − 16(3)) − ( 23 − 16(2))
3 3

32
= (36 − 48) − ( − 32)
3
1
=9
3
2
Sehingga luas seluruhnya adalah 30 .
3

F. Rangkuman

▪ Integral merupakan bentuk kebalikan atau inverse dari turunan.


▪ Bentuk umum integral adalah:
∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = 𝐹(𝑥) + 𝑐
▪ Sifat dan aturan integral tak tentu (indefinite integral):
∫ 𝑘𝑑𝑥 = 𝑘𝑥 + 𝑐
1
∫ 𝑥 𝑛 𝑑𝑥 = 𝑥 𝑛+1 + 𝑐
𝑛+1
1
∫ 𝑑𝑥 = ln|𝑥| + 𝑐
𝑥
1
∫ 𝑒 𝑚𝑥 𝑑𝑥 = 𝑒 𝑚𝑥 + 𝑐
𝑚
∫{𝑓(𝑥) ± 𝑔(𝑥)}𝑑𝑥 = ∫ 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥 ± ∫ 𝑔(𝑥) 𝑑𝑥

∫ 𝐾𝑓(𝑥) 𝑑𝑥 = 𝐾 ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥

▪ Untuk fungsi yang kompleks, bukan bentuk tunggal dalam 𝑥, penyelesaian integralnya
menggunakan teknik subtitusi. Intinya adalah memisalkan suatu fungsi tersebut ke dalam
bentuk tunggal, 𝑢 misalnya, kemudian ditentukan hubungan antara 𝑑𝑢 dan 𝑑𝑥. Selanjutnya
diselesaikan dengan kaidah bentuk tunggal.
▪ Area dibawah kurva dan dibatasi oleh sumbu- 𝑥, garis 𝑥 = 𝑎, dan garis 𝑥 = 𝑏 dihitung dengan
integral tertentu (definite integral) dengan rumus:
𝑏

∫ 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥 = 𝐹(𝑥)|𝑏𝑎 = 𝐹(𝑏) − 𝐹(𝑎)


𝑎
▪ Integral tertentu mempunyai sifat dan aturan sebagai berikut:
𝑏 𝑎

∫ 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥 = − ∫ 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥
𝑎 𝑏
𝑎

∫ 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥 = 0
𝑎
𝑐 𝑏 𝑐

∫ 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥 = ∫ 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥 + ∫ 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥


𝑎 𝑎 𝑏
𝑏 𝑏 𝑏

∫{𝑓(𝑥) ± 𝑔(𝑥)}𝑑𝑥 = ∫ 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥 ± ∫ 𝑔(𝑥) 𝑑𝑥


𝑎 𝑎 𝑎
𝑏 𝑏

∫ 𝐾𝑓(𝑥) 𝑑𝑥 = 𝐾 ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥
𝑎 𝑎

▪ Area di antara dua kurva : 𝑦 = 𝑓(𝑥) dan 𝑦 = 𝑔(𝑥) di antara 𝑥 = 𝑎 dan 𝑥 = 𝑏 dimana fungsi
𝑦 = 𝑓(𝑥) berada di atas fungsi 𝑦 = 𝑔(𝑥) dirumuskan:
𝑏

𝐿 = ∫{𝑓(𝑥) − 𝑔(𝑥)}𝑑𝑥
𝑎

Catatan : Dalam bab ini fungsi yang digunakan adalah 𝑦 = 𝑓(𝑥). Di dalam konsep ilmu ekonomi,
seringkali menggunakan variael seperti 𝑄 untuk kuantitas barang, 𝑃 untuk harga, 𝐶 untuk biaya, 𝑅
untuk pendapatan, dan sebagainya. Konsep integral yang sebelumnya dibahas tinggal disesuaikan
dengan fenomena-fenomena tersebut. Misalnya 𝑃 = 𝑓(𝑄). Penyesuaian yang dilakukan adalah
mengubah pembahasan ini dari 𝑦 menjadi 𝑃 dan 𝑥 menjadi 𝑄.
Latihan Soal

1. Tentukan integral tak tentu berikut:


5 2𝑄 3 3
(a) ∫ 𝑑𝑥 (b) ∫(𝑒 2𝑡 + 2𝑡 2 + 3) 𝑑𝑡 (c) ∫ ( − ) 𝑑𝑄
𝑥7 3 2𝑄 3

3𝑥 5 −2𝑥 3 −10
(d) ∫(𝑥 + 1)√𝑥 𝑑𝑥 (e) ∫ 𝑥2
𝑑𝑥

2. Tentukan integral tak tentu berikut:

(a) ∫ 7(2𝑥 − 4)3 (b) ∫(𝑦 2 + 3)(𝑦 3 + 9𝑦 + 1)2 𝑑𝑦 (c) ∫ 3𝑒 2𝑢+1 𝑑𝑢


2 5
(d) ∫ (𝑥+1)2 𝑑𝑥 (e) ∫ 1+2𝑠 𝑑𝑠

3. Tentukan integral tertentu berikut:


3 3 3
(a) ∫0 8 𝑑𝑥 (b) ∫1 (3𝑠 2 − 2𝑠) 𝑑𝑠 (c) ∫1 (𝑥 + 3)3 𝑑𝑥
2 2
(d) ∫1 (4𝑥 3 − 3𝑥 2 + 2𝑥 + 3) 𝑑𝑥 (e) ∫0 2𝑒 2𝑡+1 𝑑𝑡

4. Tentukan Luas area pada gambar berikut:


(a). (b).

5. Hitunglah perbandingan luas area di antara dua kurva dengan luas segitiga ABC.
Bahan Bacaan :

Bradley, T. (2013). Essential Mathematics for Economics and Business. Glasgow: Wiley.

Haeussler, E. F., Paul, R. S., & Wood, R. J. (2011). Introductory Mathematical Analysis for Business,
Economics and Life and Social Science. Boston: Pearson Education.

Jacques, I. (2018). Mathematics for Economics and Business. Harlow: Pearson Education.

Jawaban:
5 1 2 1 3
1. (a) − +𝑐 (b) 𝑒 2𝑡 + 𝑡 3 + 3𝑡 + 𝑐 (c) 𝑄 4 + +𝑐
6𝑥 6 2 3 6 4𝑄 2
2 2 3 4 10
(d) 5 𝑥 2 √𝑥 + 3 𝑥 √𝑥 + 𝑐 (e) 4
𝑥 − 𝑥2 + 𝑥
+𝑐

(𝑦 3 +9𝑦+1)3 3
2. (a) 14(𝑥 − 2)4 + 𝑐 (b) +𝑐 (d) 𝑒 2𝑢+1 + 𝑐
9 2
2 5
(d) − + 𝑐 (e) ln|1 + 2𝑠| + 𝑐
𝑥+1 2

3. (a) 24 (b) 18 (c) 260


(d) 14 (c) 145,69

4. (a) 15,81 (b) 120,83

5. 0,31

Anda mungkin juga menyukai