Anda di halaman 1dari 7

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

POLITEKNIK NEGERI UJUNGPANDANG


JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL

MATERI AJAR

MATEMATIKA TEKNIK

AKAR PERSAMAAN NON LINEAR


Metode ITERASI

Haeril Abdi Hasanuddin, ST., MT


POLITEKNIK NEGERI UJUNGPANDANG JURUSAN TEKNIK SIPIL

AKAR PERSAMAAN DARI FUNGSI NON-LINEAR


Study Program : D3 Teknik Konstruksi Sipil
Subject : ENGINEERING MATHEMATICS
Lecturer : Haeril Abdi Hasanuddin, ST., MT.

Why should Numerical Method


Sudah lazim diketahui dan telah dipelajari pada tingkat pendidikan sebelumnya untuk mencari akar
persamaan kuadrat (Root of Square Equation) diperoleh dengan metode penyederhanaan persamaan
kuadrat atau dengan menggunakan rumus ABC.
Misalnya suatu persamaan kuadrat

𝑎𝑥 2 + 𝑏𝑥 + 𝑐 = 0 (eq.01)

jika akar persamaan disimbolkan sebagai x1 dan x2, maka dapat diperoleh dengan menggunakan rumus

−𝑏 ± √𝑏 2 − 4𝑎𝑐
𝑥1,2 = (eq.02)
2𝑎
Namun untuk persamaan polynomial yang lebih tinggi ordenya atau persamaan lainnya yang lebih
kompleks, beberapa contoh seperti berikut

𝑓(𝑥) = 𝑥 3 + 𝑥 2 + 3𝑥 + 9 (eq.03)

𝑓(𝑥) = 𝑒 𝑥 + 𝑥 2 − 3𝑥 − 2 (eq.04)

𝑓(𝑥) = 𝑥 5 + 2𝑥 4 + 3𝑥 3 + 4𝑥 2 + 5𝑥 + 6 (eq.05)

𝑓(𝑥) = 𝑒 2𝑥 − 3𝑥 2 (eq.06)

𝑓(𝛼) = tan(𝛼) − 𝛼 − 0.5 (eq.07)


𝜌𝜔2 𝜌𝜔2
𝑓(𝜔) = 1 + cos ( ∙ 𝑙) ∙ cosh ( ∙ 𝑙) (eq.08)
𝐸𝐼 𝐸𝐼
1 𝑒 9.35
𝑔(𝑓) = 1.14 − − 2 log10 ( + ) (eq.09)
√𝑓 𝐷 𝑅𝑒 √𝑓

𝑓(𝐷) = 𝐾𝑝 ∙ 𝐷 3 − 𝐾𝑎 (𝐻 + 𝐷)3 (eq.10)

𝑅2
𝑓(𝑅) = 𝑀 − 𝑅 + (eq.11)
√𝑅 2 + 𝑇 2

menentukan akar persamaannya dengan menggunakan metode analitis akan menjadi sangat rumit dan
bahkan tidak mungkin dilakukan. Metode numerik hadir untuk menyelesaikan permasalahan ini.

MATEMATIKA TEKNIK Dosen : Haeril Abdi Hasanuddin, ST., MT.


POLITEKNIK NEGERI UJUNGPANDANG JURUSAN TEKNIK SIPIL

What is the Equation Root?


Akar persamaan adalah nilai pada sumbu datar yang menyebabkan nilai pada sumbu tegak menjadi nol.
Atau secara gamblangnya, nilai x pada suatu persamaan f(x) yang menyebabkan nilai f(x) = 0.

Gambar 01. Letak akar persamaan pada grafik fungsi

How does Numerical Method Works


Metode numerik merupakan metode perkiraan sehingga hasilnya tidak persis menyamai hasil
sebenarnya. Seberapa dekat hasil metode numerik terhadap nilai sebenarnya ditentukan oleh batas
toleransi yang ditetapkan. Misalnya jika selisih nilai hasil metode numerik dengan nilai yang sebenarnya
lebih kecil dari 10-6 maka sudah dapat di anggap mendekati, sehingga dapat diasumsikan bahwa nilai x
merupakan akar dari persamaan.

Metode numerik merupakan metode dengan perhitungan berulang (iterasi) hingga mendekati nilai hasil
yang diharapkan (diharapkan maksudnya adalah jika nilai selisih sudah lebih kecil dari nilai toleransi).
Sehingga mustahil kita akan melakukan perhitungan manual dengan bantuan kalkulator karena akan
membutuhkan waktu yang cukup lama.
Bagaimana kita melakukan perhitungannya?
Dengan menggunakan bantuan perangkat lunak pemrograman (bisa menggunakan Java atau
Fortran) atau menggunakan perangkat lunak pengolah angka (Spreadsheet) bagi yang tidak
menguasai kedua bahasa pemrograman tersebut, misalnya menggunakan Microsoft Excel.

Terdapat 5 metode dalam penentuan akar persamaan, yaitu:


a. Metode Bisection
b. Metode Regula Falsi
c. Metode Iterasi
d. Metode Newton Rhapson
e. Metode Secant

MATEMATIKA TEKNIK Dosen : Haeril Abdi Hasanuddin, ST., MT.


POLITEKNIK NEGERI UJUNGPANDANG JURUSAN TEKNIK SIPIL

Metode Newton Rhapson

Prinsip dasar metode ini adalah menyamakan variabel terikat dan variabel bebas pada suatu fungsi
setelah variabel terikat awal f(x) disamakan dengan nol. Atau dapat dituliskan dalam bentuk fungsi
berikut

𝑥 = 𝑔(𝑥)

Bagaimana hal tersebut dilakukan?


Sebagai contoh, suatu persamaan berikut
𝑅2
𝑓(𝑅) = 𝑀 − 𝑅 +
√𝑅 2 + 𝑇 2
Untuk mencari nilai akar persamaan, maka ubah nilai f(x) = 0

𝑅2
0 = 𝑀−𝑅+
√𝑅 2 + 𝑇 2

Kemudian persamaan tersebut diubah menjadi x = g(x) dengan tiga cara, yaitu

Tabel 02. Lima cara mengubah x =g(x)

Hasil akhir
Perubahan Tahap awal
g(x)
𝑅2 𝑅2
Cara 1 𝑅=𝑀+ 𝑅=𝑀+
√𝑅 2 + 𝑇 2 √𝑅 2 + 𝑇 2
𝑅2
Cara 2 𝑅−𝑀 = 𝑅 = √(𝑅 − 𝑀)√𝑅 2 + 𝑇 2
√𝑅 2 + 𝑇 2
2
𝑅2 𝑅2
Cara 3 𝑅−𝑀 = 𝑅 = √( ) − 𝑇2
√𝑅 2 + 𝑇 2 𝑅−𝑀

Prinsip kerja perhitungan metode iterasi adalah sebagai berikut:


Tahap (1), Variabel bebas “x” pada persamaan g(x) di tentukan sebagai nilai awal perkiraan
akar persamaan, misalnya di simbolkan sebagai “X0”
Lalu di hitung dengan menggunakan persamaan g(x) sehingga menghasilkan nilai
pada variabel terikat “x”, misalnya disimbolkan “X1”. Atau dapat dituliskan sebagai
berikut

𝑥1 = 𝑔(𝑥0 )

Kemudian dihitung persentase selisih antara nilai “x” pada variabel terikat “X1”
dengan nilai “x” pada variabel bebas “X0”. Atau dapat dituliskan sebagai berikut

MATEMATIKA TEKNIK Dosen : Haeril Abdi Hasanuddin, ST., MT.


POLITEKNIK NEGERI UJUNGPANDANG JURUSAN TEKNIK SIPIL

𝑥1 − 𝑥0
𝜀0 =
𝑥1

Tahap (2), Kemudian, nilai “X1” yang merupakan variabel terikat pada perhitungan
sebelumnya akan menjadi variabel bebas di proses perhitungan pada tahap ini
untuk mendapatkan nilai variabel terikat “X2”. Atau dapat dituliskan sebagai berikut

𝑥2 = 𝑔(𝑥1 )

Kemudian dihitung persentase selisih antara nilai “x” pada variabel terikat “X2”
dengan nilai “x” pada variabel bebas “X1”. Atau dapat dituliskan sebagai berikut

𝑥2 − 𝑥1
𝜀1 =
𝑥2

Tahap (i), Proses perhitungan akan terus berulang (repetisi) hingga ke (i) kalinya, atau
rumusnya dapat ditulis sebagai berikut

𝑥𝑖+1 = 𝑔(𝑥𝑖 )

Hingga nilai selisih antara variabel bebas dan variabel terikatnya memenuhi syarat
toleransi atau ketelitian (t) yang diharapkan

𝑥𝑖+1 − 𝑥𝑖
𝜀𝑖 = <𝑡
𝑥𝑖+1

Jika nilai  semakin membesar disetiap repetisi perhitungannya, maka kondisi ini disebut
divergen dimana nilai akar yang diharapkan tidak akan tercapai, artinya cara perubahan
persamaannya tidak dapat diterima.

Jika nilai  semakin mengecil disetiap repetisi perhitungannya, maka kondisi ini disebut
konvergen dimana nilai akar yang diharapkan akan tercapai, artinya cara perubahan
persamaannya dapat diterima.

Untuk menentukan cara perubahan persamaan yang mendapatkan hasil yang konvergen adalah
dengan menggambar grafik dari semua cara perubahan persamaan yang dibuat. Kemudian
dibuat alur perhitungan pada grafik tersebut.
Jika alur tersebut semakin menyempit interval pada sumbu X dan mendekati ke titik
perpotongan antara kurva 𝑦 = 𝑥 dengan 𝑦 = 𝑔(𝑥), maka cara perubahan fungsinya
dapat menghasilkan nilai yang konvergen. Seperti yang terlihat pada gambar 5.a

MATEMATIKA TEKNIK Dosen : Haeril Abdi Hasanuddin, ST., MT.


POLITEKNIK NEGERI UJUNGPANDANG JURUSAN TEKNIK SIPIL

Jika alur tersebut semakin melebar interval pada sumbu X dan menjauh dari titik
perpotongan antara kurva 𝑦 = 𝑥 dengan 𝑦 = 𝑔(𝑥), maka cara perubahan fungsinya
tidak dapat menghasilkan nilai yang konvergen.seperti yang terlihat pada gambar 5.b

𝑥2
𝑔(𝑥) = 𝑀 + 𝑔(𝑥) = √(𝑥 − 𝑀)√𝑥 2 + 𝑇 2
√𝑥 2 + 𝑇 2

(a) Nilai konvergen pada fungsi (b) Nilai divergen pada fungsi

Gambar 05. Konvergensi dan Divergensi pada metode Iterasi

Untuk memudahkan pemahaman, digunakan dua acara dalam penjelasan langkah2 perhitungannya,
yaitu Algoritma dan Flowchart.

Algoritma perhitungan
[a]. Ubah fungsi akar persamaan dengan beberapa cara
[b]. Gambar kurva fungsi dari semua cara perubahan, dan tentukan cara perubahan yang
menghasilkan nilai yang konvergen, kemudian gunakan fungsi tersebut untuk mencari akar
persamaan,
[c]. tentukan nilai perkiraan akar persamaan (x0) serta nilai toleransi (t) yang diharapkan
[d]. Hitung x1 dengan persamaan 𝑥1 = 𝑔(𝑥0 )
[e]. Hitung nilai kesalahan 
[f]. Hitung nilai f(x1), kemudian periksa terhadap syarat f(x1) < t
jika YA, maka nilai akar persamaan telah diperoleh, dan perhitungan di hentikan.
jika TIDAK, maka 𝑥0 = 𝑥1 , lalu kembali ke langkah [d].

Flowchart untuk metode Iterasi dapat dilihat pada halaman 13.

MATEMATIKA TEKNIK Dosen : Haeril Abdi Hasanuddin, ST., MT.


POLITEKNIK NEGERI UJUNGPANDANG JURUSAN TEKNIK SIPIL

Exercise 03 (Aplikasi Metode Numerik pada Bidang Teknik Sumber Daya Air)
Sebagai latihan, kita akan mencari akar pada persamaan eq.09 dengan menggunakan bantuan
perangkat lunak Microsoft Excel.

Persamaan eq.09 merupakan persamaan untuk koefisien gesekan aliran turbulen dalam sebuah pipa.

1 𝑒 9.35
𝑝(𝑓) = 1.14 − − 2 log10 ( + ) (eq.09)
√𝑓 𝐷 𝑅𝑒 √𝑓

Dimana : f = koefisien gesekan aliran


Re = bilangan Reynolds
e = koefisien kekasaran pipa
D = diameter pipa

Hitunglah koefisien gesekan pipa pada kasus sebagai berikut


Tabel 03. Kasus Aliran turbulen dalam pipa

KASUS D e Re

1 0.1 0.0025 3 x 104


2 0.2 0.0015 5 x 106
3 0.3 0.0025 3 x 105
4 0.4 0.0015 5 x 104

MATEMATIKA TEKNIK Dosen : Haeril Abdi Hasanuddin, ST., MT.

Anda mungkin juga menyukai