METODE SHOOTING
Dosen Pengampu:
1.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang mengandung turunan dari satu
atau beberapa variabel tak bebas terhadap satu atau beberapa variabel bebas. Teori persamaan
diferensial sudah cukup berkembang, dan metode yang digunakan bervariasi sesuai dengan
jenis persamaan.
Solusi-solusi yang diberikan dalam metode numeric merupakan nilai yang mendekati
nilai eksak, sehingga nilai-nilai tersebut disebut sebagai nilai hampiran/pendekatan. Dalam
penyelesaiannya, nilai kesalahan (Analisis Error) harus cukup kecil terhadap tingkat
kesalahan yang ditetapkan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dasar teori
Salah satu masalah kondisi batas sederhana adalah persamaan diferensial orde dua
dengan kondisi batas Dirichlet.
Persamaan (A.1) dapat ditulis dalam bentuk system persamaan diferensial orde satu
𝑦′ = 𝑧
𝑧 ′ = 𝑓(𝑥, 𝑦, 𝑧) (2.2)
𝑦(𝑎) = 𝑎, 𝑦(𝑏) = 𝛽
Ide dasar metode tembakan adalah dengan menyatakan masalah kondisi batas
menjadi masalah nilai awal. Tetapi tentu saja nilai turunan 𝑦 ′ (𝑎) = 𝑧(𝑎) tidak diketahui.
Dalam metode tembakan nilai 𝑦 ′ (𝑎) ditebak dan selanjutnya tebakan tersebut diperbaiki
dengan cara iterasi. Sebagai contoh, jika diberikan tebakan 𝑦 ′ (𝑎) = 𝑠 maka persamaan (2.2)
dapat ditulis dalam bentuk masalah nilai awal
Dengan = (𝑦, 𝑧)𝑇 , 𝑎 = (𝑎, 𝑠)𝑇 . Masalah nilai awal (2.3) dapat diselesaikan dengan
metode yang telah dijelaskan sebelumnya, misalnya dengan metode Runge-Kutta orde empat.
Dengan cara ini, solusi 𝑦(𝑥𝑖 ) untuk semua 𝑖, dapat ditemukan termasuk 𝑦(𝑏). jika 𝑦(𝑏) = 𝛽
maka masalah kondisi batas sudah terselesaikan. Tetapi, secara umum tebakan nilai awal 𝑠
memberikan solusi dengan 𝑦(𝑏) ≠ 𝛽, sehingga perlu dipilih nilai 𝑠 yang lain, dan masalah
nilai awal dengan tebakan baru perlu diselesaikan kembali. Proses tersebut perlu
𝑦(𝑏; 𝑠̂ ) = 𝛽 (2.4)
Hal tersebut analog dengan bagaimana menentukan akar persamaan nonlinear
Pencarian akar tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan metode-metode numeric untuk
menyelesaikan persamaan nonlinear, misalnya metode bagi dua atau metode secant yang memerlukan
dua tebakan awal, metode Newton maupun metode lainnya. Berikut ini dijelaskan implementasi
metode tembakan dengan metode bagi dua.
B. Soal
Tentukan skema Metode Beda Hingga dan Shooting untuk menyelesaikan masalah
kondisi batas Dirichlet PDB berikut :
3
𝑦 ′′ = 2𝑦 3 − 6𝑦 − 2𝑥 3 , 𝑦(1) = 2 , 𝑦 ′ (2) =
4
1
𝑦(𝑥) = 𝑥 +
𝑥
C. Penyelesaian
3
𝑦 ′′ = 2𝑦 3 − 6𝑦 − 2𝑥 3 dengan 𝑦(1) = 2 , 𝑦 ′ (2) = 4
Misalkan:
𝑢1 = 𝑦
𝑢2 = 𝑦 ′
𝑢1′ = 𝑦 ′ = 𝑢2
𝑢 ′ 𝑢2
𝑧′ = [ 1 ] = [ 3 ]
𝑢2 ′ 2𝑢1 − 6𝑢1 − 2𝑥 3
𝑦(1) 2
𝑧(1) = [ ]=[ ]
𝑦′(1) 𝑠
Kemudiaan lakukan :
Selain itu
𝑠2 = 𝑠
e. Ulangi langkah 4a sampai dengan |𝑠2 − 𝑠1 | < 𝜀, dengan 𝜀 adalah toleransi error
𝑠1 𝑑𝑎𝑛 𝑠2 adalah nilai tebakan
BAB III
SOURCE CODE
FUNCTION
function dyvek=shooting(x,yvek)
y1=yvek(1);
y2=yvek(2);
dy1=y2;
dy2=2*y1^3-6*y1-2*x^3;
dyvek=[dy1 dy2];
Program :
clear all; %Menghapus seluruh data pada running program sebelumnya
clc; %Menghapus semua output di command window
N=100; %Banyaknya sub interval
a=1; %Inisialisasi nilai di x0
b=2; %Inisialisasi nilai di x1
h=(b-a)/N; %Menentukan nilai agar h=(b-a)/N
fprintf('METODE TEMBAKAN\n\n'); %Output judul
x=a:h:b; %Menempatkan titik-titik numeric
n=length(x); %Banyaknya titik
s1=1.9; %Bebas menebak nilai tebakan s1
s2=2.11; %Bebas menebak nilai tebakan s2
sol1=shootrk4(h,s1,x); %Membentuk matriks
sol2=shootrk4(h,s2,x); %Membentuk matriks
yb=5/2; %%Deklarasi nilai eksak di x1
gs1=sol1(n,1)-yb; %Menentukan nilai agar g(s1)=y(b,s1)-yb
gs2=sol2(n,1)-yb; %Menentukan nilai agar g(s2)=y(b,s2)-yb
if gs1*gs2<0 %Melakukan perulangan selama g1*g2<0
errbagi2=abs(s2-s1); %Menentukan jarak dari kedua tebakan
eps=1e-5; %Deklarasi nilai batas error