Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Haji : Dasar Persyariatan dan tata caranya


Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Fiqih Ibadah
Dosen Pengampu : Mamun Sadun M.S.I

Disusun Oleh :
Siti Rumlati ( 136015259 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
Tahun Akademi 2014 / 2015

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, taufiq, hidayah serta inayahnya kepada kita. Sehingga penyusun dapat menyusun
makalah yang berjudul Haji Dasar Pensyariatan dan Tata Caranya adapun maksud dari
penyusunan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas mata kuliah Fiqih Ibadah di
Universitas Wahid Hasyim Semarang.
Sesungguhnya sangat besar dan kemauan penyusun untuk menyempurnakan makalah
ini, tetapi hanya ini yang dapat penyusun sajikan, mengingat keterbatasan penyusun. Oleh
karena itu penyusun mohon maaf apabila ada kekurangan. Dengan tersusunnya makalah ini,
penyusun tidak dapat menyelesaikan tanpa adanya bantuan dari pihak lain. Maka dari itu
perkenankanlah penyusun mengucapkan terima kasih banyak kepada Dosen Mata Kuliah
Fiqih Ibadah yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Penyusun
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penyusun
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Akhir kata, penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna
begi penyusun khususnya bagi pembaca pada umumnya. Amiin.

Semarang, 27 Desember 2014


Penyusun

Siti Rumlati

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Malasah ............................................................................. 1
C. Tujuan Masalah ................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
L.
M.
N.

Pengertian Haji .................................................................................. 2


Dasar Perintah Haji ........................................................................... 2
Macam macam Haji ....................................................................... 3
Syarat Wajib Haji .............................................................................. 3
Rukun Haji ........................................................................................ 3
Wajib Haji ......................................................................................... 4
Miqot ( tempat ihrom )....................................................................... 4
Cara Ihrom ........................................................................................ 4
Cara tawaf ......................................................................................... 5
Cara Sai ............................................................................................ 6
Wukuf ................................................................................................ 6
Beberapa Sunah Haji ......................................................................... 6
Tahalul ............................................................................................... 7
Dam Pelanggaran Ihrom Haji Dan Umroh ...................................... 8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ....................................................................................... 10
B. Saran ................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perjalanan ibadah Haji adalah perjalanan suci yang memerlukan kesiapan fisik
dan mental serta pengetahuan tentang manasij haji dan peroses pelakasanaan
ibadahnya.
Kewajiban ibadah Haji mengandung banyak hikmah besar dalam kehidupan
rohani seorang mukmin, serta mengandung kemaslahatan rohani seorang mukmin,
serta mengandung kemaslahatan bagi seluruh umat islam pada sisi agama dan
dunianya.
Dalam ibadah haji pasti ada rukun dan wajib, juga ada dasar syariat dan tata
cara untuk melaksanakan ibadahnya diantaranya cara berihrom cara tawaf cara saI
dan lain-lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Haji?
2. Apa dasar Haji?
3. Bagaimana cara berihrom?
4. Bagaimana cara towaf?
5. Bagaimana cara sai?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengetahun Haji
2. Untuk mengetahuu dasarnya Haji.
3. Untuk mengetahui caranya berihram
4. Untuk mengetahui caranya tawaf
5. Untuk mengetahui caranya sai.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Haji
1. Pengertian Haji
a. Haji menurut bahasa ialah menuju. Sedangkan menurut syara ialah menuju
tanah Mekkah karena menjalankan ibadah . (kitab Fathul Qorib)1
b. Haji ialah :berkunjung ke Baitullah (kabah untuk melakukan beberapa amalan
antara lain : wukuf, mabit, tawaf, soi dan amalan lainnya pada masa tertentu,
demi memenuhi panggilan Allah SWT dan mengharapkan ridho-Nya.
(bimbingan Manasik Haji) 2
c. Haji adalah salah satu rukun islam yang ke lima yang diwajibkan oleh Allah
SWT kepada orang-orang yang mampu menunaikannya, yakni memiliki
kesanggupan biaya serta sehat jasmani dan rohani untuk menunaikan perintah
tersebut. (Hikmah ibadah Haji) 3
B. Dasar Hukum Perintah Haji
Allah SWT berfirman :


......

.. mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang
yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah (QS. Ali Imron : 97)
Melaksanakan kewajiban haji, hanya sekali seumur hidup. Dalam sebuah
hadist, Rosulullah SAW, bersabda ;
Hai manusia, Allah telah mewajibkan haji kepadamu, maka laksanakan haji.
Seorang laki-laki berkata, Apakah setiap tahun ya Rasulullah? Rasulullah terdiam,
hingga laki-laki itu bertanya tiga kali. Lalu Nabi menjawab, Andai kukatakan wajib
setiap tahun maka ia menjadi wajib dan kamu tidak akan mampu mengerjakannya.
(HR.Muslim, Ahmad dan Nasai)
Kewajiban melaksanakan haji ini baru di syariatkan pada tahun ke-VI
Hijriyah, setelah Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Nabi sendiri hanya sekali

1 Asyeih Muhammad bin Qosim Al Ghozi, kitab Fatkhul Qorib (Barul akhyail
kitabil Arobiyah Indonesia)
2 Bimbingan Manasik Haji, Departeman Agama RI, direktorat Jendral
Penyelenggaraan haji dan Umrah Jakarta 2003, halaman 13
3 Hikmah ibadah haji, Departemen Agama RI, direktorat Jendaral Bimbingan
Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Jakarta hal 4
2

mengerjakan haji yang kemudian dikenal dengan sebutan Haji Wada. Kemudian tak
lama setelah itu beliau wafat.4
C. Macam-macam Haji
Haji ada tiga macam, yaitu sebagai berikut :
1. Haji Ifrad, yaitu mendahulukan haji daripada umrah
2. Haji Tamattu, yaitu mendahulukan umrah daripada Haji
3. Haji Qiran, yaitu mengerjakan haji bersama-sama dengan umrah.
Bagi orang yang mengerjakan cara kedua dan ketiga, terkena denda (dam) yaitu
menyembelih binatang ternak atau kambing.
D. Syarat wajib Haji
Untuk mengetahui apakah seorang sudah berkewajiban melaksanakan haji
atau belum, perlu dipahami syarat wajib haji sebagai berikut :
1. Islam
2. Baligh (sudah dewasa)
3. Berakal sehat
4. Merdeka
5. Ada bekalnya beserta tempatnya bila memang butuh tempat, sebab kadang-kadang
ada juga yang tidak butuh tempat bekal, sebagaimana bagi orang yang dekat
dengan negeri Mekkah.
6. Ada kendaraannya, yakni kendaraan yang pantas untuk dibeli atau disewa.
7. Keadaan jalannya sunyi, maksudnya ialah keadaan dalam perjalanan menurut
perkiraan sangat aman (tidak ada gangguan). Jika sekiranya seseorang merasa
tidak aman akan dirinya, hartanya atau kehormatannya maka tidaklah wajib
berhaji.5
E. Rukun Haji
Rukun haji ialah hal-hal yang harus (pasti) dikerjakan dalam ibadah haji dan
tidak dapat diganti dengan yang lain, walaupun dengan dam. Jika ditinggalkan maka
tidak sah hajinya.6
Adapun rukun haji sebagai berikut :
1. Niat haji
2. Mengerjakan ihrom
3. Wukuf di Arofah,
4. Tawaf Ifadloh, mengelilingi kabah 7 kali / putaran
5. SaI yaitu lari-lari kecil anatara Shofa dan Marwah sebanyak 7 kali.
6. Mencukur atau menggunting rambut kepada, sekurang-kurangnya 3 helai rambut.
4 Hikmah ibadah haji, Departemen Agama RI, direktorat Jendaral Bimbingan
Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Jakarta Halaman 5
5 Drs. KH. Imron Abu Amar terjemah Fathul Qorib 1 (penerbit Menara Kudus
Kudus, 1483) halaman 148
6 Bimbingan Manasik Haji, Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal
Penyelenggara Haji dan umroh Jakarta 2003, halaman. 15.
3

7. Tertib, yaitu mengerjakan rukun-rukun haji secara berurutan.7


F. Wajib Haji
Wajib Haji ialah rangkaian amalan yang harus dikerjakan dalam ibadah haji,
bila tidak dikerjakan sah hajinya akan tetapi harus membayar dam, berdosa jika
sengaja meninggalkan dengan tidak ada udzur Syari.8
Adapun wajib Haji sebagai berikut ;
1. Ihram dari Miqot, bagi tiap-tiap kelopok sudah ada ketentuan masing-masing.
Miqot zamani, yaitu sejak bulan syawal hingga terbit fajar tanggal 10 Dzulhijjah
kurang lebih 2 bulan 10 hari.
2. Bermalam di Muzdalifah, atau sudah hadir disana sudah tengah malam (jam
24.00) pada tenggal 9 Zulhijjah atau malam hari raya qurban.
3. Melontar jumratul aqobah yang dikerjakan pada hari raya qurban, dilakukan
dengan batu kecil sebanyak 7 buah.
4. Bermalam di Mina. Yaitu pada tanggal 11 13 Zulhijjah (hari tasyrik).
5. Melontar 3 jumrah yaitu jumroh ula (kubra) kemudian jumrah wustho dan lalu
jumroh Aqobah ketiga-tiganya dilakukan pada tanggal 11, 12 dan 13 Zulhijjah,
masing-masing dengan 7 buah batu.
6. Towaf Wada yaitu untuk pamitan, kebalikan dari tawaf qudum.
7. Menjahui segala hal yang diharamkan.9
G. Miqot (tempat ihrom)
Miqot ada 2 yaitu Miqot Zamany dan Miqod Makany.
Adapun yang dimaksud dengan Miqot Zamani ialah dinisbatkan kepada waktu haji
yakni :bulan syawal Dzulqodah dan 10 malam dari bulan Dzulhijjah. Sedang bila
dinisbatkan kepada masa umroh, maka sepanjang tahun itu menjadi waktunya
menunaikan ihrom umroh. Yang dimaksud Miqod Makany bagi haji, bagi orang
yang menetap (mukim) di negeri Makkah, baik dia sebagai penduduk Makkah atau
mengembara, maka miqotnya ialah dilingkungan negeri Makkah itu sendiri.
Bagi orang yang bukan bersetatus mukim di negeri makkah maka ;
a. Jika orang itu menghadapi dari jurusan Madinah, maka miqotnya ialah di
Dzulhulaifah (bir Ali)
b. Jika mnghadap dari jurusan syam, mesir dan maghribi, maka miqotnya ialah di
desa juhfah.
c. Jika menghadap dari jurusan tihamatil yaman, maka miqotnya, ialah Yulamlam.

7 Drs. Muh. Atha Zhafran, Pintar Agama Islam (Penerbit CV.BRINGIN 55 Solo)
halaman 158
8 Bimbingan Manasik Haji, Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal
Penyelenggara Haji dan umroh Jakarta 2003, halaman. 15.
9 Drs. Muh. Atha Zhafran, Pintar Agama Islam (peerbit CV Bringin 55 Solo)
halaman 158
4

d. Jika menghada dari jurusan tanah Najdil Hijaz dan Najdil yaman, maka miqotnya
ialah di Bukit Qorn.
e. Dan jika mnghadap dari Jurusan tanah Masyriq, maka miqotnya dari Dzatu Iraq.
H. Cara Ihrom
Ihrom ialah niat memulai mengerjakan ibadah haji / umroh selama dalam
keadaan ihram seseorang diharamkan melakukan perbuatan yang sebelumnya
dihalalkan. Dengan telah mengucapkan niat haji / umroh maka seseorang telah
memulai melaksanakan haji / umroh tempat ihrom.
Tempat berihrom haji / umroh ialah dari Miqot yang telah ditentukan. Namun,
boleh juga dilakukan sebelum sampai di Miqot.
Pakaian ihrom
1. Bagi pria, memakai dua helai kain yang satu diselendangkandikedua bahu
(bagaian atas) dan yang satunya dijadikan sarung (bagian bawah) pada waktu
melaksanakan tdoaf, disunahkan kain ihrom dikenakan secara idztiba yaitu dengan
membuka bahu sebelah kanan dan menutup bahu sebelah kiri.
2. Kain ihrom disunahkan berwarna putih bagi pria
3. Bagi wanita, memakai busana muslim yaitu pakaian yang nenutupi seluruh tubuh
kecuali muka dan kedua tangan dari pergelangan sampau ujung jari (kaffain).
Larangan selama ihrom
1. Bagi pria dilarang
a. Memakai baju dan celana / sarung (pakaian biasa yang terjahit) serta sepatu
yang tertutup tumitnya.
b. Menutup kepala yang melekat seperti peci dan topi, kecuali jika ada luka yang
mengharuskan menutup sebagaian kepala atau seluruhnya seperti di perban.
2. Bagi wanita dilarang
a. Bersarung tangan.
b. Menutup muka (memakai cadar atau masker)
c. Mengenakan pakaian yang trasparan dan ketat.
3. Bagi pria dan wanita dilarang
a. Memakai wangi-wangian kecuali yang sudah dipakai dibadan sebelum niat
ihrom.
b. Memotong kuku dan mencukur atau mencabut rambut badan.
c. Memburu binatang buruan darat yang liar dan boleh dimakan.
d. Membunuh dan menganiaya binatang buruan darat dengan cara apapun
(kecuali binatang yang membahayakan0
e. Nikah, menikahkan atau meminang wanita untuk dinikahi dan dinikahkan, dan
menjadi saksi nikah.
f. Bercumbu atau bersetubuh
g. Mencaci, bertengkar atau mengucapkan kata-kata kotor
h. Berbuat fasik.
I. Cara Tawaf

Tawaf adalah mengelilingi kabah sebanyak 7 kali putaran, mulai arah Hajar
Aswad, sedangkan kabah harus berada disisi kirinya. Towaf termasuk rukun haji,
maka harus dikerjakan. Orang yang towaf harus suci dari hadas dan najis baik pada
badan maupun pakaian dan menutup aurot.
Macam-macam towaf
1. Towaf qudum, yaitu towaf ketika baru tiba atau dating.
2. Towaf ifadhoh, yaitu towaf rukun haji.
3. Towaf tahalul, yaitu towaf penghalalan barang hram karena ihrom.
4. Towaf nazar, yaitu towaf yang dinazarkan
5. Towaf sunah, yaitu towaf tambahan yang disunahkan saja.
6. Towaf wada yaitu ketika akan meninggalkan kabah.
J. Cara Sai
Sai adalah lari-lari antara bukit Shofa dan bukit Marwah dan sebaliknya
sebanyak 7 (tujuh) kali perjalanan yang dimulai dari bukit Shoda dan berakhir di bukit
Marwah. Perjalanan dari bukit Shofa ke bukit marwah atau sebaliknya masing-masing
dihitung satu kali.
1. Niat sai
2. Hendaklah dimulai dari bukit Shofa dan diakhiri di bukit Marwah.
3. Sai dikerjakansebanyak tujuh kali.
4. Waktu mengerjakan saI hendaklah sesudah towaf ; baik towaf ifadhah atau towaf
qudum.
Sai antara bukit shofa dan Marwah menurut jumhur ulama termasuk salah
satu rukun haji / umrah. Sedang menurut ulama Nanafiah termasuk wajib haji
sehingga tidak ada sai sunah.
Bagi yang melaksanakan haji ifrad atau haji qiron setelah towaf qudum boleh
mengerjakan sai sehingga ketika melakukan towaf ifadloh tidak perlu melakukan saI
lagi.
K. Wukuf
Wukuf ialah keberadaan seseorang di Arafah walaupun sejenak dalam waktu
antara tergelincir matahari tanggal 9 Dzulhijjah (hari Arofah) sampai terbit fajar
tanggal 10 Dzulhijjah (hari nahar). Wukuf di arafah termasuk salah satu rukun haji
yang paling utama. Jamaah Haji yang tidak melaksanakan wukuf di Arafah berarti
tidak mengerjakan haji.
Wukuf dilakukan setelah khutbah dan sholat jama qasar taqdim Dhuhur dan
Ashar. Wukuf dapat dilaksanakan dengan berjamaah atau sendiri-sendiri. Selama
wukuf memperbanyak zikir, istighfar dan doa sesuai dengan sunah Rasulullah SAW.
Tempat pelaksanaan wukuf
1. Wukuf dilaksanakan di kemah yang telah disediakan bagi jamaah haji.
2. Bagi jamaah haji yang sakit dan tidak bisa berada di kemah pelaksanaan
wukufnya dilakukan dengan pelayanan khusus.
L. Beberapa Sunah Haji
1. Haji ifrad
6

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Membaca talbiyah
Berdoa sesudah membaca talbiyah
Membaca doa dan zikir sewaktu tawaf
Shalat dua rakaat setelah tawaf
Masuk kabah
Tawaf qudum
Tawaf wada

M. Tahalul
Menurut bahasa Tahalul bererti menjadi boleh atau dihalalkan. Dengan
demikian Tahalul ialah diperbolehkan, halal, keluar atau membebaskan diri
daripada larangan atau pantangan Ihram dengan mencukur seluruh rambut di
kepala atau menggunting sekurang-kurangnya tiga helai rambut. Bagi yang sedia
botak, maka hendaklah sekadar melalukan pisau di atas kepalanya.
Firman Allah SWT: Sesungguhnya kamu tetap memasuki Masjidil Haram (pada
masa ditentukan) dalam keadaan aman (menyempurnakan ibadah kamu) dengan
mencukur kepala kamu dan kalau (tidak pun) menggunting sedikit rambutnya .
(Surah Al-Fath, ayat 27)
Bergunting atau bercukur hanya sekali sahaja untuk ibadah haji dan sekali
sahaja bagi satu ibadat umrah. Larangan yang dikenakan sebelum itu iaitu ketika
ihram dimansuhkan dan perkara yang diharamkan bagi tempoh tertentu kini sudah
halal untuk dilakukan. Ia juga bererti menamatkan amalan haji atau umrah untuk
keluar daripada ihram.
1. Tahalul Awal
Melepaskan diri dari keadaan Ihram, setelah melakukan dua di antara tiga
perbuatan berikut :
Melontar Jamratul Aqabah dan bercukur.

Melontar Jamratul Aqabah dan Tawaf Ifadah,

Tawaf Ifadah, Saie dan bercukur.

Bercukur atau menggunting rambut boleh dilakukan lebih awal di Mina sebaik
saja sampai dari Muzdalifah pada 10 Zulhijjah selepas melontar Jumratul Aqabah.
Dihalalkan bagi jemaah haji melakukan segala larangan ihram, kecuali bercumbucumbuan, bersetubuh dan akad nikah.
2. Tahalul Thani / Qubra
Melepaskan diri dari keadaan Ihram setelah melakukan secara lengkap ketiga-tiga
ibadah berikut:
Melontar Jamratul Aqabah.

Bercukur dan Tawaf Ifadah,

Saie
7

Tahlul Thani dilakukan selepas bertawaf dan saie haji, sekembalinya ke Makkah
selepas selesai wukuf. Iaitu setelah melakukan semua rukun haji termasuk satu
wajib haji iaitu melontar Jamratul Aqabah, walaupun belum melontar tiga jamrah
dan bermalam di Mina, maka halal semua larangan ihram.
3. Tahalul Tawaf
Pembebasan diri daripada larangan ihram disebabkan tidak berwukuf (berhenti) di
Arafah yang menjadikan haji tidak sah, kerana telah meninggalkan rukun haji.
Hikmah Bercukur
a. Mengikut sunnah Nabi Muhammad SAW.
b. Rambut yang gugur di bumi Mina, semuanya akan menjadi saksi di akhirat
kelak.
N. DAM PELANGGARAN IHROM HAJI DAN UMROH
1. Dam Nusuk (Rangakain ibadah).
Yaitu dam yang diwajibkan bagi mereka yang melaksanakan haji tamattu atau
Qiran. Jika tidak mampu membeli binatang kurban, maka wajib melaksanakan
puasa selama 10 hari, 3 hari dilakukan pada musim haji dan yang 7 hari dilakukan
setelah kembali ke kampung halaman.
Hal ini berdasarkan pada firman Allah:
Maka bagi siapa yang ingin mengerjakan umroh sebelum haji (di dalam bulan
haji), (wajiblah ia menyembelih) binatang kurban yang mudah didapat. Tetapi
jika ia tidak menemukan (binatang kurban atau tidak mampu), maka wajib
berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah
pulang kembali (QS. Al-Baqoroh; 196).

2. Dam Fidyah (tebusan)


Yaitu dam yang diwajibkan atas orang yang sedang dalam ihram lalu mencukur
rambutnya karena sakit atau sesuatu yang mengganggu kepalanya, seperti kutu
atau lainnya, berdasarkan firman Allah:
Maka jika ada diantara kamu yang sakit atau ada gangguan dikepalanya (lalu ia
bercukur), maka wajiblah atasnya untuk berfidyah, yaitu berpuasa, bersedekah,
atau berkurban (QS. Al-baqoroh; 196).
Ayat ini ditafsirkan oleh Rosulullah Saw.ketika Beliau lewat dihudaibiyyah, lalu
berkata; Apakah kutu dikepalamu telah mengganggumu? Ia berkata: Ya, Maka
beliau bersabda: cukurlah kemudian sembelihlah seekor kambing, atau
berpuasalah tiga hari, atau berilah makan berupa tiga sha kurma yang
dibagikan kepada enam orang miskin (HR. al-Bukhari, Muslim, Abudawud).
Kesimpulannya fidyah itu adalah denda yang harus dibayar bisa dengan berpuasa,
atau bersedekah, atau menyembelih seekor kambing.
3. Dam Jazaa (Imbalan/Balasan)
Yaitu, dam yang wajib dibayar oleh orang yang sedang berihram bila membunuh
binatang buruan darat. Adapun binatang buruan laut, tidak ada dendanya.
Dalilnya adalah firman Allah:
8

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan,


ketika kamu sedang ihram. Barang siapa diantara kamu membunuhnya dengan
sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang
dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil diantara
kamu sebagai hadyu yang dibawa sampai kabah.(QS. Al-Maidah ; 95).
4. Dam Ihshar (Terkepung/terhalang)
Yaitu dam yang wajib dibayar oleh jamaah haji yang tertahan atau terkepung
sehingga tidak dapat menyelesaikan manasik hajinya, baik tertahannya disebabkan
sakit, terhalang oleh musuh atau sebab lainnya. Hal ini berdasarkan firman Allah
SWT.:
Maka jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit),
sembelihlah binatang kurban yang mudah didapat (QS. Al-Baqoroh: 196).
5. Dam Jima (berhubungan suami istri)
Yaitu dam yang diwajibkan kepada jamaah haji yang dengan sengaja
berhubungan suami istri, hukuman dedanya adalah harus menyembelih seekor
badanah (unta yang sudah berusia 5 tahun atau sapi yang sudah berusia 2 tahun).
Hal ini berdasarkan pendapat Umar bin al-Khathab, Ali bin Abi Thalib dan Abu
Hurairah, serta para Jumhur Madzhab.(Ahkaamul Hajj, al-Qarawi: 21, al-Wajiiz:
257-258).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan makalah yang membahas tuntas tentang haji
dan umroh, dapat disimpulkan :
1. Haji berarti bersengaja mendatangi Baitullah (kabah) untuk
melakukan beberapa amal ibadah dengan tata cara yang
tertentu dan dilaksanakan pada waktu tertentu pula, menurut
syarat-syarat yang ditentukan oleh syara, semata-mata
mencari ridho Allah.
2. Ketaatan kepada Allah SWT itulah tujuan utama dalam
melakukan

ibadah

haji.

Disamping

itu

juga

untuk

menunjukkan kebesaran Allah SWT.


3. Dasar Hukum Perintah Haji atau umrah terdapat dalam QS.
Ali- Imran 97.
4. Untuk dapat menjalankan ibadah haji dan umrah harus
memenuhi syarat, rukun dan wajib haji atau umroh.
B. Saran
Dalam menyusun makalah ini mungkin belumlah sempurna maka dari itu saya
berharap untuk hendaknya memberikan saya penjelasan lebih atau pemberian contoh
yang jelas agar saya dapat memperbaiki makalah yang saya susun di kemudian hari.

10

DAFTAR PUSTAKA

1. Asyeih Muhammad bin Qosim Al Ghozi, kitab Fatkhul Qorib (Barul akhyail kitabil
Arobiyah Indonesia)
2. Bimbingan Manasik Haji, Departeman Agama RI, direktorat Jendral
Penyelenggaraan haji dan Umrah Jakarta 2003, halaman 13
3. Hikmah ibadah haji, Departemen Agama RI, direktorat Jendaral Bimbingan
Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Jakarta hal 4
4. Hikmah ibadah haji, Departemen Agama RI, direktorat Jendaral Bimbingan
Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Jakarta Halaman 5
5. Drs. KH. Imron Abu Amar terjemah Fathul Qorib 1 (penerbit Menara Kudus
Kudus, 1483) halaman 148
6. Bimbingan Manasik Haji, Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal
Penyelenggara Haji dan umroh Jakarta 2003, halaman. 15.
7. Drs. Muh. Atha Zhafran, Pintar Agama Islam (Penerbit CV.BRINGIN 55 Solo)
halaman 158
8. Drs. Muh. Atha Zhafran, Pintar Agama Islam (peerbit CV Bringin 55 Solo)
halaman 158

11

Anda mungkin juga menyukai