Anda di halaman 1dari 16

LEMBAGA PENGELOLA ZAKAT

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Lembaga Keuangan Syariah Non
Bank

DISUSUN OLEH:
1. Dedi Syafriansyah (22150025)
2. Tuti Alawiah ( 22150010)
3. Risda Yanti (22150003)
4. Derliani (22150018)

DOSEN PENGAMPU:
Erpiana Siregar, M. E

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
MANDAILING NATAL
T.A 2023-2024
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1


B. Rumusan Makalah ........................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3
A. Sejarah Lembaga Pengelolaan Zakat ............................................................ 3
B. Pengertian Lembaga Pengelola Zakat ............................................................ 5
C. Asas-Asas Lembaga Pengelola Zakat ............................................................ 5
D. Karakteristik Lembaga Penelola Zakat .......................................................... 7
E. Tujuan Pengelola Zakat ................................................................................. 8
F. Akuntabilitas Lembaga Pengelola Zakat........................................................ 9
G. Jenis Dana Yang Dikelola Lembaga Pengelola Zakat .................................. 10
H. Contoh perusahaan lembaga pengelola zakat ............................................... 11
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 13
A. Kesimpulan ................................................................................................... 13
B. Saran ............................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 14

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Zakat berasal dari istilah Fiqih berarti sejumlah harta tertentu yang
diwajibkan Allah SWT untuk diserahkan kepada orang-orang yang berhak.
Legitimasi zakat sebagai kewajiban terdapat beberapa ayat dalam Al-
Qur’an. Salah satu cara untuk menekan angka kemiskinan, masyarakat
muslim ingin memanfaatkan dana zakat. Usaha Islam dalam menanggulangi
problem kemiskinan ini, bukanlah suatu hal yang mengada-ada, temporer,
setengah hati, atau bahkan hanya sekedar mencari perhatian. Pengurangan
angka kemiskinan, bagi Islam, justru menjadi asas yang khas dan sendi-
sendi yang kokoh. Hal ini dibuktikan dengan zakat yang telah dijadikan oleh
Allah swt. sebagai sumber jaminan hak-hak orang-orang fakir dan miskin
itu sebagai bagian dari salah satu rukun Islam (Muhammad Yusuf al-
Qaradhowi, 105
Angka kemiskinan yang tinggi di Indonesia menjadi bahan evaluasi
bagi bangsa ini untuk mencari instrumen yang tepat dalam mempercepat
penurunan kemiskinan tersebut. Salah satu pranata keagamaan yang dapat
menunjang kegiatan masyarakat dalam upaya pengentasan kemiskinan dan
pemberdayaan ekonomi umat adalah zakat (Kholidah, 2019: 93-101).
B. Rumusan Masalah
I. Bagaimana Sejarah Lembaga Pengelolaan Zakat?
J. Apa Pengertian Lembaga Pengelola Zakat?
K. Bagaimana Asas-asas Lembaga Pengelolaan Zakat?
L. Bagaimana Karakteristik Lembaga Pengelolaan Zakat?
M. Apa tujuan pengelolaan zakat?
N. Apa Akuntabilitas Lembaga Pengelolaan Zakat?
O. Apa saja Jenis Dana yang Dikelola Lembaga Pengelola Zakat?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Sejarah Lembaga Pengelolaan Zakat

1
2. Untuk mengetahui Pengertian Lembaga Pengelola Zakat
3. Untuk mengetahui Asas-asas Lembaga Pengelolaan Zakat
4. Untuk mengetahui Karakteristik Lembaga Pengelolaan Zakat
5. Untuk mengetahui tujuan pengelolaan zakat
6. Untuk mengetahui Akuntabilitas Lembaga Pengelolaan Zakat
7. Untuk mengetahui Jenis Dana yang Dikelola Lembaga Pengelola Zakat

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Lembaga Pengelolaan Zakat


Zakat adalah rukun Islam yang ketiga dan harus dikeluarkan untuk

membersihkan harta. Begitu juga dengan infaq yang dikeluarkan untuk

mendapatkan pahala dan dapat bermanfaat bagi orang lain (hakim, 2021:

1653-1662).

Pengelolaan zakat oleh amil zakat telah dicontohkan sejak zaman

Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wassallam dan para khulafa’ ar-Rasyidin.

Salah satu contohnya adalah ketika Nabi Muhammad Shallalahu ‘alaihi

wassallam mengutus Muadz bin Jabal ke Yaman dan pada saat beliau

menjadi Gubernur Yaman, beliau pun memungut zakat dari rakyat dan

disini beliau bertindak sebagai amil zakat sebagaimana sabda Rasulullah

saw.:

“Rasulullah sewaktu mengutus sahabat Mu’adz bin Jabal ke negeri

Yaman (yang telah ditaklukkan oleh Islam) bersabda : Engkau datang

kepada kaum ahli kitab, ajaklah mereka kepada syahadat, bersaksi bahwa

sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Nabi

Muhammad adalah utusan Allah. Jika mereka telah taat untuk itu,

beritahukanlah bahwa Allah mewajibkan kepada mereka melakukan shalat

lima waktu dalam sehari semalam. Jika mereka telah taat untuk itu,

beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan mereka menzakati

kekayaan mereka. Zakat itu diambil dari yang kaya dan dibagi-bagikan

3
kepada yang fakir-fakir. Jika mereka telah taat untuk itu, maka hati-hatilah

(jangan mengambil) yang baik-baik saja) bila kekayaan itu bernilai tinggi,

sedang dan rendah, maka zakatnya harus meliputi nilai-nilai itu. Hindari

doanya orang yang madhlum (teraniaya) karena diantara doa itu dengan

Allah tidak terdinding (pasti dikabulkan). (HR Bukhari).

Melihat pentingnya zakat dan bagaimana Rasulullah Shallalahu

‘alaihi wassallam telah mencontohkan tata cara mengelolanya, dapat

disadari bahwa pengelolaan zakat bukanlah suatu hal yang mudah dan dapat

dilakukan secara individual. Agar maksud dan tujuan zakat, yakni

pemerataan kesejahteraan, dapat terwujud, pengelolaan dan pendistribusian

zakat harus dilakukan secara melembaga dan terstruktur dengan baik. Hal

inilah yang kemudian menjadi dasar berdirinya berbagai Lembaga

Pengelola Zakat di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Pada masa

Rasulullah, zakat dikenakan pada hal hal berikut:

1. Benda logam yang terbuat dari emas, seperti koin, perkakas,


ornament atau dalam bentuk lainnya.
2. Benda logam yang terbuat dari perak seperti seperti koin, perkakas,
ornament atau dalam bentuk lainnya.
3. Binatang ternak unta, sapi, domba, dan kambing.
4. Berbagai jenis barang dagangan termasuk budak dan hewan
5. Hasil pertanian termasuk buah-buahan
6. Luqta, harta benda yang ditinggalkan musuh
7. Barang temuan
Pelaksannan pemungutan zakat dimasa pemerintahan Rasullulah SAW
dan Khulafa Urrasyidin menjadi bukti arti penting zakat bagi pembangunan
negara. Sehingga, sebenarnya tidak beralasan bagi sebagian pendapat yang

4
meragukan kefektifan zakat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Persoalan selama ini, zakat sering di kaitkan dengan masalah politik,
sebenarnya hal itu tidak terjadi jika satu sama lain meyakini bahwa zakat
sebagai suatu kewajiban yang memiliki fungsi untuk meningakatkan
kesejahteraan masyarakat, baik muslim maupun non muslim (bagi non
muslim tidak dikenakan zakat melainkan jizyah).
B. Pengertian Lembaga Pengelola Zakat
Secara defenitif, Lembaga pengelola zakat (LPZ) merupakan sebuah
institusi yang bertugas dalam pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqah, baik
yang dibentuk oleh pemerintah seperti BAZ, maupun yang dibentuk oleh
masyarakat dan dilindungi oleh pemerintah seperti LAZ. Bahwah
“Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan peng-
koordinasian dalam pegumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan
zakat”
Berdasarkan peraturan perundang-undangan, di Indonesia terdapat
dua jenis Lembaga Pengelola Zakat, yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) dan
Lembaga Amil Zakat (LAZ).
Badan Amil Zakat adalah institusi pengelola zakat yang
sepenuhnya di bentuk oleh pemerintah untuk melakukan kegiatan
pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat sesuai ketentuan
agama islam, sedangkan Lembaga Amil Zakat adalah institusi pengelola
zakat yang sepenuhnya di bentuk oleh masyarakat dan di kukuhkan oleh
pemerintah untuk melakukan kegiatan.pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat sesuai ketentuan agama islam.
C. Asas-asas Lembaga Pengelolaan Zakat

Sebagai sebuah lembaga, Lembaga Pengelolaan Zakat memiliki

asas-asas yang menjadi pedoman kerjanya. Dalam UU No. 23 Tahun

2011,disebutkan bahwa Asas-asas Lembaga Pengelola Zakat adalah:

5
1. Syariat Islam. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Lembaga

Pengelola Zakat haruslah berpedoman sesuai dengan syariat Islam,

mulai dari tata cara perekrutan pegawai hingga tata cara

pendistribusian zakat.

2. Amanah. Lembaga Pengelola Zakat haruslah menjadi lembaga yang

dapat dipercaya.

3. Kemanfaatan. Lembaga Pengelola Zakat harus mampu memberikan

manfaat yang sebesar-besarnya bagi mustahik.

4. Keadilan. Dalam mendistribusikan zakat, Lembaga Pengelola Zakat

harus mampu bertindak adil.

5. Kepastian hukum. Muzakki dan mustahik harus memiliki jaminan dan

kepastian hukum dalam proses pengelolaan zakat.

6. Terintegrasi. Pengelolaan zakat harus dilakukan secara hierarkis


sehing gamampu meningkatkan kinerja pengumpulan,
pendistribusian, dan pendayagunaan zakat .
7. Akuntabilitas. Pengelolaan zakat harus bisa dipertanggung jawabkan

kepada masyarakat dan mudah diakses oleh masyarakat dan pihak lain

yang berkepentingan.

Lembaga pengelola zakat yang berkualitas sebaiknya mampu

mengelola zakat yang ada secara efektif dan efisien. Program-program

penyaluran zakat harus benar-benar menyentuh mustahik dan memiliki nilai

manfaat bagi mustahik tersebut. Lembaga pengelola zakat juga harus

bersikap responsif terhadap kebutuhan mustahik, muzakki, dan alam

sekitarnya. Hal ini mendorong amil zakat untuk bersifat proaktif, antisipatif,

inovatif, dan kreatif sehingga tidak hanya bersifat pasif dan reaktif terhadap

6
fenomena sosial yang terjadi, Selain itu, seluruh organ organisasi pengelola

zakat telah memahami dengan baik syariat dan seluk beluk zakat sehingga

pengelolaan zakat tetap berada dalam hukum Islam, tentunya hal ini sejalan

dengan asas-asas pengelolaan zakat, (Mahmudi, 2009:69-84).

D. Karakteristik Lembaga Pengelolaan Zakat

Di Indonesia terdapat dua lembaga yang bersifat yayasan namun

karakteristiknya berbeda, yaitu lembaga nirlaba dan lembaga not for profit.

Lembaga nirlaba didirikan benar-benar bukan untuk mencari laba sedikit

pun. Produk lembaga nirlaba adalah nilai dan moral sedangkan produk

perusahaan adalah barang dan jasa. Sumber dana lembaga nirlaba adalah

donasi masyarakat dan digunakan sepenuhnya untuk kegiatan operasional

untuk mencapai visi dan misi lembaga, (Umi Mahmudah, 2007).

Melihat tugas dan fungsi Lembaga Pengelola Zakat, jelaslah bahwa

Lembaga Pengelola Zakat adalah salah satu dari sekian banyak lembaga

nirlaba. Olehnya itu, Lembaga Pengelola Zakat memiliki karakteristik yang

sama dengan karakteristik lembaga nirlaba lainnya, yaitu:

1. Sumber daya, baik berupa dana maupun barang berasal dari para

donatur dimana donatur tersebut mempercayakan donasi mereka

kepada LPZ dengan harapan bisa memperoleh hasil yang mereka

harapkan.

2. Menghasilkan berbagai jasa dalam bentuk pelayanan masyarakat

dan tidak mencari laba dari pelayanan tersebut.

7
3. Kepemilikian LPZ tidak sama dengan lembaga bisnis. LPZ

bukanlah milik pribadi atau kelompok, melainkan milik ummat

karena sumber dayanya berasal dari masyarakat. Jika LPZ

dilikuidasi, maka kekayaaan lembaga tidak boleh dibagikan kepada

para pendiri.

Namun, sebagai lembaga yang bergerak di bidang keagamaan, dalam

hal ini sebagai pengelola zakat, maka LPZ memiliki beberapa karakteristik

tersendiri yang membedakannya dengan lembaga nirlaba lainnya, yaitu:

1. Terikat dengan aturan dan prinsip-prinsip syari’ah Islam

2. Sumber dana utamanya adalah dana zakat, infaq, shadaqah, dan

wakaf

3. Memiliki Dewan Pengawas Syari’ah dalam struktur

kelembagaannya.

E. Tujuan Pengelolaan Zakat

Dalam UU No.23 tahun 2011 pasal 3a tentang ketentuan umum


pengelolaan zakat, telah disebutkan tujuan pengelolaan zakat, yaitu:
1. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan
zakat.
2. Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.
Pengelolaan zakat dimaksudkan agar dana zakat yang disalurkan benar-
benar sampai pada orang yang tepat dan menyalurkan dana zakat tersebut
dalam bentuk yang produktif sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Pemanfaatan zakat untuk hal yang produktif dapat dilakukan
dengan mendirikan Rumah Asuh, melakukan pelatihan home industry,
mendirikan sekolah gratis, dan sebagainya.

8
F. Akuntabilitas Lembaga Pengelolaan Zakat
Dalam perspektif Islam, akuntabilitas artinya pertanggung jawaban

seorang manusia kepada Sang Pencipta. Setiap pribadi manusia harus

mempertanggung jawabkan segala tindakannya kepada Allah swt. Allah

berfirman: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat

kepada yang berhak menerimanya dan (menyuruh kamu) apabila

menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan

adil. Sesungguhnya Allah maha memberi pengajaran yang sebaiknya

kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha

Melihat.” (QS. An-Nisa: 30).

Ayat ini mengandung arti bahwa amanah harus diberikan kepada


yang berhak dan dalam melaksanakan amanah tersebut, penerima amanah
harus bersikap adil dan menyampaikan kebenaran, (Masiyah Kholmi; 2012:
63-72).
Dalam segi akuntansi, akuntabilitas adalah upaya atau aktivitas
untuk menghasilkan pengungkapan yang benar. Pertanggung jawaban,
pengungkapan tersebut dilakukan pertama adalah untuk Allah.
Akuntabilitas juga terikat dengan peran sosial dimana muhtasib (akuntan)
yakin bahwa hukum syariah telah dilaksanakan dan kesejahteraan umat
menjadi tujuan utama dari aktivitas perusahaan dan tujuan tersebut telah
tercapai, (Abdussalam Mohammed Abu Tapanjeh,2009: 556-567). Maka,
konsep akuntabilitas yang kemudian menjadi indikator pelaksanaan
akuntabilitas dalam perspektif Islam adalah:
1. Segala aktivitas harus memperhatikan dan mengutamakan
kesejahteraan umat sebagai perwujudan amanah yang diberikan
Allah kepada manusia sebagi sorang khalifah.
2. Aktivitas organisasi dilaksanakan dengan adil.
3. Aktivitas organisasi tidak merusak lingkungan sekitar.

9
Oleh karenanya, dari sebuah lembaga pengelolaan zakat yang
akuntabel dan acceptable diharapkan muncul kepercayaan (trust) besar
masyarakat yang berimplikasi terhadap meningkatnya penghimpunan dana
di Lembaga Pengelolaan Zakat, dan kemudian disalurkan secara tepat
sasaran dan tepat guna.
G. Jenis Dana yang Dikelola Lembaga Pengelola Zakat
LPZ menerima dan mengelola berbagai jenis dana, yaitu:

1. Dana Zakat

Ada dua jenis dana zakat yang dikelola oleh LPZ, yaitu dana zakat

umum dan dana zakat dikhususkan. Dana zakat umum adalah dana zakat

yang diberikan oleh muzakki kepada LPZ tanpa permintaan

tertentu.Sedangkan dana zakat dikhususkan adalah dana zakat yang

diberikan oleh muzakki kepada LPZ dengan permintaan dikhususkan,

misalnya untukdisalurkan kepada anak yatim, dan sebagainya.

2. Dana Infaq/Shadaqah

Seperti dana zakat, dana infaq/shadaqah terdiri atas dana

infaq/shadaqah umum dan dana infaq/shadqah khusus. Dana

infaq/shadaqah umum adalah dana yang diberikan para donatur kepada

LPZ tanpa persyaratan apapun. Sedangkan dana infaq/shadaqah

dikhususkan adalah dana yang diberikan para donatur kepada LPZ

dengan berbagai persyaatan tertentu, seperti untuk disalurkan kepada

masyarakat di wilayah tertentu.

3. Dana Waqaf

Waqaf adalah menahan diri dari berbuat sesuatu terhadap hal yang

manfaaatnya diberikan kepada orang tertentu dengan tujuan yang baik.

10
4. Dana Pengelola

Dana pengelola adalah hak amil yang digunakan untuk

membiayaikegiatan operasional lembaga yang bersumber dari:

a. Hak amil dari dana zakat

b. Bagian tertentu dari dana infaq/shadaqah

c. Sumber lain yang tidak bertentangan dengan syariah

H. Contoh lembaga perusahaan

1. VISI BAZNAS
MENJADI LEMBAGA UTAMA MENYEJAHTERAKAN UMAT
2. MISI BAZNAS
a. Membangun BAZNAS yang kuat, terpercaya, dan modern sebagai
lembaga pemerintah non-struktural yang berwenang dalam pengelolaan
zakat
b. Memaksimalkan literasi zakat nasional dan peningkatan pengumpulan
ZIS-DSKL secara masif dan terukur
c. Memaksimalkan pendistribusian dan pendayagunaan ZIS-DSKL untuk
mengentaskan kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan ummat, dan
mengurangi kesenjangan sosial
d. Memperkuat kompetensi, profesionalisme, integritas, dan kesejahteraan
amil zakat nasional secara berkelanjutan
e. Modernisasi dan digitalisasi pengelolaan zakat nasional dengan sistem
manajemen berbasis data yang kokoh dan terukur

11
f. Memperkuat sistem perencanaan, pengendalian, pelaporan,
pertanggungjawaban, dan koordinasi pengelolaan zakat secara nasional
g. Membangun kemitraan antara muzakki dan mustahik dengan semangat
tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan
h. Meningkatkan sinergi dan kaloborasi seluruh pemangku kepentingan
terkait untuk pembangunan zakat nasional dan
i. Berperan aktif dan menjadi referensi bagi gerakan zakat dunia

12
BAB III
PENUTUP
B. Kesimpulan
Pengelolaan zakat oleh amil zakat telah dicontohkan sejak zaman
Rasulullah saw., pengelolaan dan pendistribusian zakat dilakukan secara
melembaga dan terstruktur dengan baik. Dalam konteks ke-Indonesiaan hal itu
tercermin dari Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2011
tentang Pengelolaan Zakat, di mana dalam Undang-undang tersebut mengatur
dengan cukup terperinci mengenaifungsi, peran dan tanggung jawab Badan
Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ).
Dalam rangka memaksimalkan peran dan fungsi lembaga pengelolaan
zakat, tentunya harus dikelola sebaik mungkin. Tidak cukup sampai di situ,
lembaga pengelolaan zakat juga harus akuntabel, yaitu amanah terhadap
kepercayaan yang diberikan oleh muzakki dan juga amanah dalam
mendistribusikannya kepada mustahiq,dalam arti tepat sasaran dan tepat guna.
C. Saran
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih ada kurangnya dan kelemahan
karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang
kami peroleh hubungannya dengan makalah ini.K ami mengharapkan saran
dari para audiens agar makalah kedepan nya lebih baik lagi.

13
DAFTAR PUSTAKA

al-Qaradhowi, Muhammad Yusuf. Konsesi Islam dalam Mengentas Kemiskinan,


Terj. Umar Fanany. Surabaya: PT. Bina Ilmu.
Hakim. 2021. Analysis Of Zakat Empowerment In The Era Of Pandemy Covid-19
Towards Impossible Material and Spiritual Aspects Mustahik. Jurnal
Ilmiah Ekonomi Islam. Vol. 7(03):1653-1662.
Kholidah. 2019. Filantropi Kreatif: Pemberdayaan Ekonomi Umat Berbasis Zakat
Produktif pada Program 1000 UMKM Lazismu Kabupaten Pekalongan.
Cakrawala : Jurnal Studi Islam. Vol. 14(02): 93-101.
Kholmi, Masiyah. 2012. “Akuntabilitas dan Pembentukan Perilaku Amanah dalam
Masyarakat Islam”. Jurnal Studi Masyarakat Islam. Vol15 (1): 63-72.
Mahmudah, Umi. 2007. Manajemen Dana di Lembaga Zakat (Studi pada Lembaga
Zakat Baitul Maal Hidayatullah Cabang Malang. Skripsi tidak diterbitkan.
Malang: Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri
(UIN) Malang.
Mahmudi. 2009. “Penguatan Tata Kelola dan Reposisi Kelembagaan Organisasi
Pengelola Zakat”. Vol. 4 (1) :69-84.
Tapanjeh, Abdussalam Mohammed Abu Corporate. 2009. Governance from the
Islamic Perspective: A Comparative Analysis with OECD Principles.
Critical Perspectives on Accounting., Vol 20: 556-567.

14

Anda mungkin juga menyukai