Disusun Oleh:
Penulis
Daftar Isi
Kata
Pengantar...................................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Rumusan Masalah........................................................................................1
1.2 Tujuan Masalah............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Zakat.............................................................................................................2
1. Pengertian
2. Syarat Zakat
3. Rukun Zakat
4. Jenis-Jenis Zakat
5. Tujuan Dan Hikmah Pengelolaan Zakat
6. Manajemen Pengelolaan Zakat
7. Mekanisme Pengelolaan Hasil Pengumpulan Zakat
8. Tabel Zakat
Zakat merupakan salah satu ibadah yang diwajibkan oleh Allah SWT
kepada setiap kaum Muslimin. Perintah zakat didalam Al-Quran senantiasa
disandingkan dengan perintah shalat. Pentingnya menunaikan zakat karena
perintah ini mengandung misi sosial yang memiliki tujuan jelas bagi
kemaslahatan umat. Tujuan yang dimaksud antara lain untuk memecahkan
problem kemiskinan, meratakan pendapatan, meningkatkan kesejahteraan umat
dan negara. Inilah yang menunjukkan betapa pentingnya menunaikan zakat
sebagai salah satu rukun Islam.1
Zakat menurut syaraʽ adalah sejumlah harta tertentu yang telah mencapai
syarat-syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah SWT kepada setiap orang
muslim untuk dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya
dengan persyaratan tertentu pula.2
3
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat: Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat
berdasarkan Al-Quran dan Hadis. Diterjemahkan oleh Salman Harun, dkk. (Bogor : Pustaka Litera
Antar-Nusa, 1996), hlm. 459.
4
Hasil wawancara dengan Bapak Arif Luthfi Abdur Rosyid selaku pengelola Baitul Māl Amanah
Ummah Kartasura Tanggal 04 Oktober 2016 pukul 09.00 WIB.
5
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat, Pasal 1
ayat (8)
LAZ merupakan lembaga pengelola zakat yang sepenuhnya dibentuk atas
prakarsa masyarakat dan oleh masyarakat yang bergerak dibidang dakwah,
pendidikan, sosial, dan kemaslahatan umat Islam. Disamping itu LAZ juga tidak
hanya mengelola zakat, tetapi mengelola dana infak, shadaqah, dan dana sosial
kemanusiaan lainnya.6 Salah satu contoh LAZ adalah BMT Amanah Ummah
Kartasura yang mengelola dana zakat termasuk didalamnya zakat profesi yang
berasal dari karyawan dan sebagian anggotanya.
6
Mursyid, Mekanisme Pengumpulan Zakat, Infaq dan Shadaqah (Menurut Hukum Syara dan
Undang-Undang) (Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2006), hlm. 31.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Zakat
1. Pengertian
Zakat secara harfiah mempunyai makna رة/////( طهpensucian), اء////نم
(pertumbuhan), ( بركةberkah). Menurut istilah zakat berarti kewajiban seorang
muslim untuk mengeluarkan nilai bersih dari kekayaannya yang tidak melebihi
satu nisab, diberikan kepada mustahik dengan beberapa syarat yang telah
ditentukan. Zakat itu dibagi ke dalam dua bagian, yaitu: Zakat harta benda dan
zakat badan. Ulama madzhab sepakat bahwa tidak sah mengeluarkan xakat
kecuali dengan niat.7
Menurut Hamdan Rasyid, di dalam Al-qur’an kata zakat disebutkan
sebanyk 32 kali dan sebagian besar beriringan dengan kata shalat. Bahkan jika
digabung dengan perintah untuk memberikan infak, sedekah untuk kebaikan dan
memberikan makan fakir miskin maka jumlahnya mencapai 115 kali.
Zakat menurut UU No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat adalah
harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh
orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang
berhak menerimanya.
Pada awal diwajibkannya zakat pada masa Rasulullah SAW, pelaksanaan
zakat ditangani sendiri oleh Rasulullah SAW. Beliau mengirimkan para
petugasnya untuk menarik zakat dari orang-orang yang ditetapkan sebagai
pembayar zakat, lalu dicatat, dikumpulkan, dijaga dan akhirnya dibagikan kepada
para penerima zakat (al-asnaf al-samaniyah).
Di Indonesia, pengelola zakat diatur berdasarkan Undang-Undang No. 38
Tahun 1999 tentang Pengelola Zakat dengan Keputusan Menteri Agama (KMA)
No. 581 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 38 Tahun 1999
7
Muhammad Jawad Mughniyah. Penerjemah, Masykur A.B, Afif Muhammad, Idrus Al-kaff. fiqih
lima mazhab (Jakarta: Lentera 2010) hlm 177
dan Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji
No. D/291 Tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat.8
2. Syarat Zakat
Berikut adalah syarat kekayaan yang wajib dizakatkan:
a. Harta tersebut merupakan harta yang sepenuhnya adalah miliknya. Harta
milik sepenuhnya tentunya juga harus memiliki nilai dan manfaat secara
utuh. Harta yang bisa dizakatkan haruslah didapatkan sesuai dengan
syariat islam. Harta tidak bisa dizakatkan apabila didapati dengan cara
yang tidak sesuai syariat Islam seperti mencuri dan lain-lain.
b. Harta yang dimiliki bisa berkembang atau bertambah.
c. Harta yang dimiliki sudah mencapai jumlah tertentu yang sesuai dengan
ketentuan zakat atau sudah sesuai dengan nisabnya.
d. Harta tersebut merupakan kelebihan setelah memenuhi kebutuhan pokok.
Seseorang tentunya memiliki jumlah minimal dan berbeda-beda untuk
memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari termasuk juga untuk anggota
keluarganya. Apabila kebutuhan pokok orang tersebut dan keluarganya
tidak terpenuhi maka harta yang dimiliki tidak wajib untuk dizakatkan.
e. Harta yang dimiliki oleh seseorang, jika sudah dimiliki selama satu tahun,
maka wajib untuk dizakatkan.
b. Miskin
8
Andri Soemitra. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2009)
hal 409
Miskin adalah orang-orang yang memerlukan, yang tidak dapat menutupi
kebutuhan pokoknya sesuai dengan kebiasaan yang berlaku. Miskin menurut
mayoritas ulama adalah orang yang tidak memiliki harta dan tidak mempunyai
pencarian yang layak untuk memenuhi kebutuhannya.
c. Amil
Yang dimaksud dengan amil zakat adalah semua pihak yang bertindak
mengerjakan yang berkaitan dengan pengumpulan, penyimpanan, penjagaan,
pencatatan, dan penyaluran harta zakat.
d. Mualaf
Termasuk dalam kategori mualaf ini adalah pertama, orang-orang yang
dirayu untuk memeluk Islam: sebagai persuasi terhadap hati orang yang
diharapkan akan masuk Islam atau keislaman orang yang berpengaruh untuk
kepentingan Islam dan umat Islam.
e. Untuk Memerdekan Budak
Mengingat golongan ini sekarang tidak ada lagi, maka kuota zakat mereka
dialihkan ke golongan mustahik lain menurut pendapat mayoritas ulama fikih
(jumhur). Namun sebagian ulama berpendapat bahwa golongan ini masih ada,
yaitu para tentara muslim yang menjadi tawanan.
f. Orang yang Berutang
1) Orang yang berutang untuk kepentingan pribadi yang tidak bisa
dihindarkan.
2) Orang-orang yang berutang untuk kepentingan sosial.
3) Orang-orang yang berutang karena menjamin utang orang lain
dimana yang menjamin dan yang dijamin keduanya berada dalam
kondisi kesulitan keuangan.
4) Orang yang berutang untuk pembayaran diat (denda) karena
pembunuhan tidak sengaja, bila keluarganya (aqilah) benar-benar
tidak mampu membayar denda tersebut, begitu pula kas Negara.
g. Fisabilillah
Yang dimaksud dengan mustahik fisabilillah adalah orang berjuang dijalan
Allah dalam pengertian luas sesuai dengan yang ditetapkan oleh para ulama fikih.
h. Orang yang Sedang Dalam Perjalanan
Orang yang dalam perjalanan (Ibnu Sabil) adalah orang asing yang tidak
memiliki biaya untuk kembali ketanah airnya. Golongan ini diberi zakat dengan
syarat-syarat sedang dalam perjalanan diluar lingkungan negeri tempat tinggalnya.
Zakat tidak boleh diberikan kepada selain orang-orang yang tersebut di
atas.9
3. Rukun Zakat
Rukun zakat adalah hal-hal yang harus dilakukan ketika ingin berzakat.
Berikut adalah rukun-rukun zakat.
1) Niat
Ketika menunaikan zakat, hendaknya membaca niat untuk berzakat. Hal
ini untuk mengingatkan kita bahwa kita berzakat semata-mata hanya untuk
Allah SWT.
a. Pemberi zakat
Pemberi zakat, atau biasa disebut muzakki adalah orang yang
berkewajiban untuk membayar zakat. Seperti yang sudah disebutkan di
atas, syarat-syarat untuk orang pemberi zakat adalah Islam, merdeka,
dewasa, tidak memiliki hutang dan memiliki harta yang cukup.
Zakat hadir dalam Islam bukan hanya untuk mengatur sistem
ekonomi, individu, msyarakat, dan negara. Namun juga menjadi
penyambung kasih sayang antara si kaya dan si miskin seperti halnya
yang dibahas pada buku Kekuatan Zakat yang mengupas segala hal
tentang zakat termasuk dalil-dalil, cara perhitungan zakat, waktu
pembayaran, dan masih banyak lagi.
b. Penerima zakat
9
Syekh Abdullah bin Husin bin Thahir. Penerjemah, khoiruddin (Surabaya: Salim Nabban) hlm 61
Penerima zakat biasa disebut dengan mustahik. Mustahik ini
adalah orang-orang yang berhak menerima zakat. Di dalam Al-Quran
surat At-taubah ayat 60, disebutkan delapan kategori orang-orang yang
memenuhi syarat untuk mendapatkan manfaat dari zakat.
بِ ْي ِل هّٰللا ِ َواب ِْنW ار ِم ْينَ َوفِ ْي َسW ِ ت لِ ْلفُقَ َر ۤا ِء َو ْال َم ٰس ِكي ِْن َو ْال َعا ِملِ ْينَ َعلَ ْيهَا َو ْال ُم َؤلَّفَ ِة قُلُوْ بُهُ ْم َوفِى ال ِّرقَا
ِ Wب َو ْال َغ ُ صد َٰق
َّ اِنَّ َما ال
ْضةً ِّمنَ هّٰللا ِ ۗ َوهّٰللا ُ َعلِ ْي ٌم َح ِك ْي
َ ال َّسبِ ْي ۗ ِل فَ ِري
Orang yang hidup tanpa mata pencahariaan, orang yang tidak bisa
memenuhi kebutuhan pokoknya, orang yang mengumpulkan zakat,
orang yang baru saja masuk islam, orang yang bebas dari perbudakan
melalui akad, orang yang memiliki hutang yang sangat besar, orang
yang berperang di jalan Allah SWT, orang yang dalam perjalanan atau
pengelana yang terlantar, adalah orang-orang yang wajib menerima
zakat atau mustahik.
Berikut adalah harta-harta yang yang wajib dizakatkan dalam zakat mal:
a. Emas dan Perak adalah logam mulia. Islam menggangap logam mulia
seperti emas dan perak sebagai harta yang dapat berkembang. Cek,
deposito, saham atau surat berharga lainnya termasuk dalam kategori emas
dan perak yang bisa dizakatkan. Rumah, tanah, kendaraan, juga termasuk
kategori emas dan perak yang bisa dizakatkan.
b. Binatang Ternak yang wajib untuk dizakatkan adalah hewan-hewan ternak
yang besar seperti sapi, kambing, kerbau, unta, ayam.
c. Hasil Pertanian yang wajib dizakatkan adalah hasil tumbuh-tumbuhan
yang memiliki nilai ekonomis. Hasil pertanian yang bisa dizakatkan
adalah adalah umbi-umbian, sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan
lain-lain.
d. Harta Perniagaan adalah semua yang digunakan dalam jual-beli. Contoh
dari harta perniagaan adalah alat-alat, perhiasan, pakaian. Perniagaan atau
perdagangan yang dilakukan bisa melalui perorangan atau perusahaan
besar.
e. kekayaan Laut dan hasil pertambangan adalah benda-benda yang berasal
dari dalam perut bumi dan bisa juga dizakatkan karena memiliki nilai
ekonomis. Hasil-hasil dari perut bumi itu meliputi minyak bumi, tembaga,
timah, batubara. Kekayaan laut yang bisa dizakatkan yaitu mutiara, dan
ambar.
f. Rikaz adalah harta yang sudah terpendam lama sejak zaman dahulu. Salah
satu contoh rikaz atau harta terpendam adalah harta karun. Harta rikaz
yang ditemukan tentunya tidak boleh ada pemiliknya maka baru boleh
dizakatkan.
Untuk zakat fitrah bisa berupa uang, beras, kurma atau gandum dengan berat 2.5
kg.
4. Jenis-Jenis Zakat
Bagi umat Islam, ada dua jenis zakat yang harus ditunaikan yaitu zakat
fitrah dan zakat mal:
a. Zakat Fitrah
Zakat fitrah adalah zakat yang harus dibayarkan bagi seorang
muslim yang sudah mampu untuk menunaikannya dan berkecukupan.
Zakat fitrah adalah zakat yang wajib ditunaikan satu kali dalam
setahun. Waktu membayar zakat fitrah umumnya dilakukan pada bulan
ramadhan, biasanya menunaikan zakat fitrah dilakukan menjelang hari
raya Idul Fitri. Yang membedakan zakat fitrah dengan zakat yang
lainnya adalah, zakat fitrah diharuskan untuk ditunaikan sebelum
melaksanakan sholat Idul Fitri.
Zakat fitrah memiliki arti yaitu mensucikan harta. Hal ini karena di
setiap harta seseorang adalah sebagiannya milik dari orang lain,
terlebih lagi orang yang membutuhkan. Selain itu, harta yang ada pada
manusia bukanlah milik mereka semua, namun itu adalah titipan dari
Allah SWT seperti yang dijelaskan pada Buku Pintar Puasa Ramadhan,
Zakat Fitrah, Idul Fitri, Idul Adha.
Besar zakat yang harus dikeluarkan untuk zakat fitrah adalah
sebesar satu sha, atau 2.5 kg beras, kurma, sagu, gandum. Besarnya
zakat bisa disesuaikan dengan konsumsi per orang dalam sehari pada
waktu yang berlaku, karena hal ini bisa berubah akibat inflasi di negara
tersebut. Ketentuan ini berdasarkan pada hadits shahih di atas.
Meski umat Islam diwajibkan untuk mengeluarkan zakat, namun tidak
semua umat Islam wajib dan bisa menunaikan amalan ini. Orang yang
memiliki tanggung jawab atas orang lain, harus membayarkan zakat
orang yang berada di bawah tanggung jawabnya. Misalnya, seorang
ayah atau ibu yang wajib membayarkan zakat fitrah untuk anak-
anaknya.
Zakat fitrah juga bisa dibayar dengan bentuk uang yang setara
dengan 1 sha’ gandum, kurma atau beras dan bahan pokok lainnya.
Nominal dari uang tersebut yang ingin dizakatkan harus disesuaikan
dengan harga bahan sembako yang berlaku di daerah tersebut. Di
Indonesia sendiri, membayar zakat fitrah bisa melalui Lembaga Amil
Zakat yang terpercaya. Zakat fitrah boleh dibayar dari awal bulan
ramadhan sampai sebelum waktu sholat Idul Fitri atau di hari-hari
akhir bulan suci ramadhan.
b. Zakat Mal
Zakat mal adalah zakat harta. Sesuatu dapat disebut dengan harta
apabila memenuhi syarat-syarat tertentu seperti dapat dimiliki,
disimpan atau dikuasai, dapat diambil manfaatnya sesuai dengan harta
tersebut. Contoh dari harta misalnya rumah, mobil, tanah, hewan
ternak, emas dan perak. Menghitung zakat mal harus disesuaikan
dengan harga emas yang berlaku pada sata itu, karena harga emas
selalu berubah-ubah setiap tahunnya. Zakat harta adalah bagian harta
yang disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiiki oleh
orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada
yang berhak menerimanya. Syarat kekayaan itu dizakati antara lain
milik penuh, berkembang, cukup nisab, lebih dari kebutuhan pokok,
bebas dari utang, sudah berlalu satu tahun (haul). Harta yang
dikenakan zakat, antara lain:
1) Emas, perak, dan uang
2) Perdagangan dan perusahaan
3) Hasil pertanian dan hasil perkebunan
4) Hasil pertambangan
5) Hasil peternakan
6) Hasil pendapatan dan jasa (zakat profesi)
7) Rikaz
8. Tabel Zakat
a) Onta10
Nisab onta di mulai dari 5 (lima) ekor. Artinya bila seseorang memiliki 5
ekor onta maka ia telahwajib zakat. Selanjutnya zakat akan bertambah jika jumlah
onta yang dimiliki juga bertambah, berikut rinciannya:
Jumlah Ekor Zakat
5-9 1 kambing umur 2 tahun / 1 domba umur 1 tahun
10-14 2 kambing umur 2 tahun / 2 domba umur 1 tahun
15-19 4 kambing umur 2 tahun / 4 domba umur 1 tahun
20-24 4 kambing umur 2 tahun / 4 domba umur 1 tahun
25-35 1 onta betina umur genap 1 tahun
36-45 1 onta betina umur genap 2 tahun
46-60 1 onta betina umur genap 3 tahun
10
Tim Kajian Fikih Ponpes Sidogiri, santri salaf menjawab (Pasuruan: Pustaka sidogiri,2011) hlm
1074
61-75 1 onta betina umur genap 4 tahun
76-90 2 onta betina umur genap 2 tahun
91-120 2 onta betina umur genap 2 tahun
Selanjutnya jika bertambah 40 (empat puluh) ekor, zakatnya bertambah
satu ekor onta betina genap umur 2 tahun. Dan jika bertambah 50 ekor, zakatnya
bertambah 1 ekor onta betina umur genap 3 tahun.
b) Sapi
Nisab sapi di mulai dari 30 ekor. Artinya bila seseorang memiliki 30 ekor
sapi, maka ia mulai wajib zakat. Selanjutnya zakat akan bertambah jika jumlah
sapi yang dimliki juga bertambah. Berikut rinciannya:
Jumlah Ekor Zakat
30-39 1 ekor sapi umur genap 1 tahun
40-59 1 ekor sapi umur genap 2 tahun
60-69 2 ekor sapi umur genap 1 tahun
70-79 1 ekor sapi umur genap 1 tahun dan 1 sapi genap 2 tahum
80-89 2 ekor sapi umur genap 2 tahun
c) Kambing
Nisab kambing atau domba di mulai dari 40 ekor. Artinya bila seseorang
memiliki 40 ekor kambing, maka ia mulai wajib zakat. Selanjutnya zakat akan
bertambah jika jumlah kambing yang dimliki juga bertambah. Berikut rinciannya:
Jumla Ekor Zakat
40-120 1 ekor sapi umur genap 1 tahun
121-200 1 ekor sapi umur genap 2 tahun
201-399 2 ekor sapi umur genap 1 tahun
Selanjutnya, setiap bertambah 100 (seratus) ekor, zakatnya bertambah 1
(satu) ekor kambing.
d) Emas dan Pertanian11
Ada beberapa pendapat mengenai hasil konversi ulama dalam menentukan
nisab zakat. Terkadang hasil konversi yang satu dengan yang lain terdapat selisih
yang mencolok, seperti dalam menentukan nisab beras putih hasil konversi KH.
M. Ma’shum adalah 815,758 kg. Sementara menurut Dr. Wahbah adalah 653 kg.
Berikut rincian hasil konversi KH. M. Ma’shum dalam Fathul- Qadir:
11
Tim Kajian Fikih Ponpes Sidogiri, santri salaf menjawab (Pasuruan: Pustaka sidogiri,2011) hlm
1077
Harta Nisab % Waktu Ket.
Emas Murni 77,50 gr. 2.5% Haul Asy-Syafii
Perak Murni 543,35 gr. 2.5% Haul Asy-Syafii
Tambang Emas 77,50 gr. 2.5% Langsung Asy-Syafii
Tambang Perak 543,35 gr. 2.5% Langsung Asy-Syafii
Perniagaan 543,35 gr. 2.5% Haul Asy-Syafii
Rikaz Emas 77,50 gr. 20% Langsung Asy-Syafii
Rikaz Perak 543,35 gr. 20% Langsung Asy-Syafii
Gabah 1323,123 10% Langsung TBP
Gabah 1323,123 5% Langsung DBP
Beras Putih 815,758 10% Langsung TBP
Beras Putih 815,758 5% Langsung DBP
Gandum 558,654 10% Langsung TBP
Gandum 558,654 5% Langsung DBP
Kacang Hijau 780,036 10% Langsung TBP
Madu 51,84 10% Langsung Al-Hanbali
*Tanpa Biaya Pengairan (TBP). (DBP) dengan Biaya Pengairan
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Zakat adalah kewajiban seorang muslim untuk mengeluarkan nilai bersih
dari kekayaannya yang tidak melebihi satu nisab, diberikan kepada mustahik
dengan beberapa syarat yang telah ditentukan. Zakat merupakan rukun Islam
ketiga yang di wajibkan di Madinah pada bulan Syawal tahun kedua Hijriyah
setelah di wajibkannya Puasa Ramadhan.
Tujuan pengelolaan zakat adalah untuk meningkatkan pelayanan bagi
masyarakat dalam menunaikan zakat, mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan
keadilan sosial, serta meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat.
Lembaga pengelola zakat Indonesia terdiri dari dua macam, yaitu Badan
Amil Zakat (BAZ) yang dibentuk oleh pemerintah dan Lembaga Amil Zakat
(LAZ) yang dibentuk oleh masyarakat.
Daftar Pustaka
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat: Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat
berdasarkan Al-Quran dan Hadis. Diterjemahkan oleh Salman Harun, dkk. (Bogor :
Pustaka Litera Antar-Nusa, 1996), hlm. 459.
Hasil wawancara dengan Bapak Arif Luthfi Abdur Rosyid selaku pengelola Baitul Māl
Amanah Ummah Kartasura Tanggal 04 Oktober 2016 pukul 09.00 WIB.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Zakat, Pasal 1 ayat (8)