Dosen Pengampu
Disusun oleh
Ahmad Kurnaen
Aldi Nuralim
JURUSAN MUAMALAH
KUNINGAN
2021
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirrohim
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atasrahmat- Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
Hukum Zakat dan Wakaf “Wajib zakat, jenis harta yang wajib dizakati, syarat-syarat Muzakki, Mustahiq, Amil zakat, Pendayagunaan zakat dan
pendistribusianya”. Penulisan makalah merupakan salah satu tugas dari dosen kami yaitu Ustadz Dr. Subhanallah Muchtar, Lc., M.A.
Dalam penulisan makalah ini penulis masih merasa banyak kekurangan - kekurangan baik dalm teknik penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat – sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan kerjasama dari semua pihak, khususnya dosen dan teman –
teman yang memberikan ide atau masukannya sehinggatugas ini dapat diselesaikan dengan baik dan benar, sudah tentu kekurangan – kekurangan
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Zakat merupakan suatu ibadah yang paling penting kerap kali disebut dalam Al-Qur’an. Allah
menerangkan zakat beriringan dengan menerangkan sembahyang. Zakat digunakan untuk membantu
masyarakat lain, menstabilkan ekonomi masyarakat dari kalangan bawah hingga kalangan atas, sehingga
dengan adanya zakat umat Islam tidak ada yang tertindas karena zakat dapat menghilangkan jarak antara si
kaya dan si miskin. Oleh karena itu, zakat sebagai salah satu instrumen negara dan juga sebuah tawaran
solusi untuk menbangkitkan bangsa dari keterpurukan. Zakat juga sebuah ibadah mahdhah yang diwajibkan
bagi orang-orang Islam, namun diperuntukan bagi kepentingan seluruh masyarakat.
Zakat merupakan suatu ibadah yang dipergunakan untuk kemaslahatan umat sehingga dengan adanya
zakat (baik zakat fitrah maupun zakat maal) kita dapat mempererat tali silaturahmi dengan sesama umat
Islam maupun dengan umat lain.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah pada materi ini adalah terfokus pada arti dari lafad dan cara atau jalan
dalam menuju ma’rifatullah
PEMBAHASAN
“Barangsiapa yang memiliki harta dalam kepemilikan penuh, wajib atasnya zakat.
Kepemilikan itu bisa berupa hasil usahanya, sewaan, pemberian negara, pinjaman,
atau wakaf untuk dirinya” (Fatawa, 25: 52).
“Harta yang ada dalam kekuasaan seseorang dan tidak diketahui pemiliknya secara
tertentu maka hukumnya adalah seperti milik penuh yang wajib dizakati. Seperti harta
yang ada di tangan para perampas” (Fatawa, 30: 325).
1. Zakat adalah ibadah mahdhah, seperti salat. Ibadah perlu niat yang tidak dipunyai
oleh anakanak atau orang gila. Kalaupun mereka bisa melaku kannya, tidak
dianggap. Karena itu, ibadah tidak wajib atas mereka, dan mereka tidak dikhithab
dengannya.
2. Alasan tersebut didukung oleh hadis rufi’al qalam ‘an tsalaatsattin: ‘anish shabiyyi
hatta yablugha, ‘anin naa’imi hatta yastayqazha, wa ‘anil majnuuni hattayfiiqa.
Terangkatnya pena berarti bebas dari tuntutan hukum karena hukumnya hanya
dibebankan kepada orang yang memahami maksud hukum, sedangkan tiga
golongan yang disebutkan dalam hadis tidak memahami maksud tersebut.
3. Dalil lain adalah firman Allah dalam QS. AtTaubah (9): 103. Dalam ayat tersebut
dijelaskan bahwa tujuan dari perintah pemungutan zakat adalah untuk membersihkan
dan menyucikan dari dosa, sedangkan anakanak dan orang gila tidak berdosa.
Karena itu, tentu mereka tidak termasuk dalam tuntutan ayat tersebut.
4. Kemaslahatan yang menjadi perhatian Islam dalam setiap penetapan hukumnya.
Menurut Abu Ja’far alBaqir, Hasan, dan Mujahid, tidak akan tercapai dengan
mewajibkan zakat kepada harta anakanak dan orang gila karena ketidakmampuan
mereka mengelola harta. Penarikan zakat dari tahun ke tahun terhadapnya
dikhawatirkan akan menghabiskan harta mereka dan menyebabkan mereka miskin.
Sementara itu, jumhur ulama dari kalangan sahabat, tabi’in, dan orang yang sesudah
mereka berpendapat bahwa harta anakanak dan orang gila wajib dikeluarkan
zakatnya. Alasan mereka adalah:
1. Nash ayat dan hadis yang mewajibkan zakat bersifat umum, yang men cakup pada
semua harta orang kaya, tanpa terkecuali anakanak dan orang gila.
2. Hadis riwayat Syafi’i dari Yusuf bin Mahak bahwa Rasulullah bersabda:
“Terimalah/ambillah oleh kalian zakat dari harta seorang anak yatim (yang
kaya), atau harta kekayaan anak-anak yatim yang tidak mengakibatkan harta itu
habis”.
3. Mengikuti apa yang dilakukan para sahabat, seperti Umar, Ali, Abdullah bin Umar,
Aisyah, dan Jabir bin Abdullah yang mewajibkan zakat atas kekayaan anak-
anak.
4. Dilihat dari sisi makna diwajibkannya zakat yang menurut mereka adalah untuk
membantu orang yang membutuhkan, di samping untuk mensyukuri nikmat Allah.
Karena itu, anakanak dan orang gila, bila memang kaya, wajib berzakat.
SYARAT-SYARAT MUZAKKI
1. Islam
Dalil yang mendasarinya adalah perkataan Abu Bakar ra., Anas mencerita kan
kepadanya bahwa Abu Bakar ra. telah menulis surat ini kepadanya (tentang aturan
zakat) ketika dia mengutusnya ke negeri Bahrain:
2. Merdeka
Keharusan merdeka bagi wajib zakat menafikan kewajiban zakat ter hadap
hamba sahaya. Hal ini sebagai konsekuensi dari ketiadaan hak milik yang
diberikan kepadanya. Hamba sahaya dan semua yang ada padanya menjadi milik
tuannya. Demikian halnya hamba sahaya yang telah diberikan kesempatan untuk
memerdekakan dirinya dengan te busan karena belum secara sempurna memiliki
apa yang ada padanya.
3. Balig dan berakal sehat
Ahli fikih mazhab Hanafi menetapkan balig dan berakal sebagai syarat wajib
zakat. Menurut mereka, harta anak kecil dan orang gila tidak dikenakan wajib
zakat karena keduanya tidak dituntut membayarkan zakat hartanya, seperti halnya
salat dan puasa. Mayoritas ahli fikih, selain Hanafi, tidak menetapkan balig dan
berakal sebagai syarat wajib zakat. Menurut mereka, harta anak kecil dan orang
gila wajib dikeluarkan zakatnya dan yang mengeluarkannya adalah walinya. Hal
tersebut berdasarkan hadis Nabi Saw. berikut:
“Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari bapaknya, dari neneknya, sesungguhnya Rasulullah Saw.
bersabda: ‘Siapa yang menjadi wali anak yatim yang memiliki harta hendaklah
dia memperdagangkannya (mengembangkannya) dan dia tidak boleh
meninggalkannya sampai harta itu termakan oleh zakat’” (HR. Baihaqi).
4. Memiliki harta atau kekayaan yang cukup nisab
Orang tersebut memiliki sejumlah harta yang cukup jumlahnya untuk
dikeluarkan zakatnya.
5. Memiliki harta atau kekayaan yang sudah memenuhi haul
Harta atau kekayaan yang dimiliki telah cukup waktu untuk menge luarkan zakat
yang telah dimilikinya dalam waktu satu tahun.
6. Memiliki harta secara sempurna
Maksudnya, orang tersebut memiliki harta yang di dalamnya tidak ada hak orang
lain yang wajib dibayarkan. Atas dasar syarat ini, seseorang yang memiliki harta
yang cukup satu nisab, tetapi karena ia masih mem punyai utang pada orang lain
yang jika dibayarkan sisa hartanya tidak lagi mencapai satu nisab, dalam hal ini
tidak wajib zakat padanya; karena hartanya bukanlah miliknya secara sempurna.
Orang tersebut tidak bisa disebut orang kaya, tetapi orang miskin.
7. Orang yang berkecukupan atau kaya
Zakat wajib atas si kaya, yaitu orang yang mempunyai kelebihan dari kebutuhan-
kebutuhan yang vital bagi seseorang, seperti untuk makan, pakaian, dan tempat
tinggal. Zakat tersebut dibagikan kepada fakir miskin atau orang yang berhak
menerima zakat.
E. MUSTAHIQ ( orang yang berhak menerima zakat )
Orangorang yang berhak menerima zakat hanya mereka yang telah di tentukan
oleh Allah dalam AlQuran surah AtTaubah ayat 60.
“Zakat adalah kotoran harta manusia, tidak halal bagi Muhammad, tidak pula
untuk keluarga Muhammad Saw.” (HR. Muslim, Abu Daud, Nasa’i, dan Ahmad).
2. Orang kaya
“Tidak ada hak zakat untuk orang kaya, maupun orang yang masih kuat
bekerja” (HR. Abu Daud, Nasa’i, Ibnu Majah, dan Ahmad).
Orang kaya bisa mendapat zakat bila dia termasuk dalam daftar 8 golongan
penerima zakat, yaitu amil, mualaf, orang yang berperang, orang yang terlilit
utang karena mendamaikan dua orang yang sengketa, dan ibnu sabil yang memiliki
harta di kampungnya.
3. Orang kafir
Ketika Nabi Saw. mengutus Muadz bin Jabal ke Yaman, beliau meminta agar
Muadz mengajarkan tauhid, kemudian salat, kemudian baru zakat:
“Ajarkan kepada mereka... Bahwa Allah mewajibkan kepada mereka zakat harta
mereka. Diambilkan dari orang kaya mereka dan dikembalikan kepada orang
miskin mereka” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, AtTirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah,
Ahmad, dan Darimi).
KESIMPULAN
Zakat mempunyai kedudukan penting bagi muzakki untuk menjadikannya tuan terhadap
hartanya, bukan menjadi budak harta. Karena itu, dalam QS. AtTaubah (9): 103, Allah menegaskan
bahwa tujuan zakat adalah untuk membersihkan dan menyucikan mereka (muzakki).Sementara itu,
pada sisi lain, zakat sangat penting artinya bagi muzakki.
Adapun untuk harta yang wajib dizakati yaitu Milik Penuh (Al-Milk Al-Tamm),
Berkembang (Al-Namaa), Cukup satu nisab, Lebih dari kebutuhan pokok biasa,
Bebas dari utang dan Berlalu satu tahun (dua belas bulan Kamariah). Adapun jenis-
jenisnya yaitu Binatang ternak, Emas dan perak, termasuk zakat uang, perhiasan
dengan berbagai ketentuannya,.Perdagangan, Pertanian,.Madu dan produksi
hewani (sutra, susu, dan lainlain), Barang tambang dan hasil laut, termasuk ma’din,
kanz, rikaz, mutiara, dan lainlain yang dieksploitasi dari laut, Investasi, seperti pabrik,
gedung, dan sebagainya, Pencarian dan profesi,.Saham dan obligasi.
DAFTAR PUSTAKA
Al-quranul karim
Kitabul Hadist
Rosad, Dr.H.Aden. 2019. Zakat dan Wakaf konsepsi, Regulasi, dan
Implementasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
http://musicflashbqs.blogspot.com/2017/10/babi-pendahuluan-a.html?m=1