Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MACAM-MACAM ATAU JENIS-JENIS


ZAKAT DAN WAKTU
PELAKSANAANNYA PERPEKTIF 4 MADZHAB
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Keluarga Islam
Dosen Pengampu Mata Kuliah: Mochammad Arifin, S.HI., M.H.

Disusun oleh :

VYER ABI PRADANA (217423000)


DEFIN HARDIANSYAH (2174230014)

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA BLITAR


FAKULTAS AGAMA ISLAM

i
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kelancaran


dalam penyusunan makalah pembahasan tentang “MACAM-MACAM ATAU
JENIS-JENIS ZAKAT DAN WAKTU PELAKSANAANNYA PERPEKTIF
4 MADZHAB” untuk Mata Kuliah “FIQH ZAKAT.” Tidak lupa penulis
menyampaikan terima kasih kepada :

1. ILHAM NADHIRIN S.HI., M.H. selaku dosen pengampu mata kuliah


Fiqh zakat Hukum Keluarga Islam
2. Keluarga yang selalu mendukung dan mendoakan dalam penyusunan
makalah
3. Teman-teman Hukum Keluarga Islam angkatan 2021 atas
kerjasamanya.

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan yang terdapat di dalamnya, untuk itu penulis sangat mengharap
adanya kritikan dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan
laporan ini. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini berguna dan
bermanfaat bagi para pembaca dan peneliti selanjutnya.

Blitar, 16 Februari 2022

1
DAFTAR ISI

TIM PENYUSUN..........................................................................................................I
KATA PENGANTAR.................................................................................................II
DAFTAR ISI..............................................................................................................III

BAB I ............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.....................................................................................................2
1.3 Tujuan.......................................................................................................................2
BAB II ...........................................................................................................................4
PEMBAHASAN...........................................................................................................4
2.1 Macam-Macam Zakat............................................................................................4
2.2 Zakat Fitrah beserta Waktu Pelaksanaannya perspektif Imam Hanafi
dan Hanafiyah..............................................................................................................5
2.3 Zakat Fitrah beserta Waktu Pelaksanaannya perspektif Imam Maliki dan
Malikiyah..................................................................................................................7
2.4 Zakat Fitrah beserta Waktu Pelaksanaannya perspektif Imam Syafi’i dan
Syafi’iyah.......................................................................................................................7
2.5 Zakat Fitrah beserta Waktu Pelaksanaannya perspektif Imam Hanbali
dan Hanabilah..............................................................................................................9
BAB III .......................................................................................................................11
PENUTUP...................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................11
3.2 Kritik saran ............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Zakat merupakan suatu ibadah yang dipergunakan untuk kemaslahatan


umat sehingga dengan adanya zakat (baik zakat fitrah maupun zakat maal) kita
dapat mempererat tali silaturahmi dengan sesama umat Islam maupun dengan
umat lain. Zakat suatu kewajiban bagi umat Islam yang digunakan untuk
membantu masyarakat lain, menstabilkan ekonomi masyarakat dari kalangan
bawah hingga kalangan atas, sehingga dengan adanya zakat umat Islam tidak
ada yang tertindas karena zakat dapat menghilangkan jarak antara si kaya dan
si miskin. Oleh karena itu, zakat sebagai salah satu instrumen negara dan juga
sebuah tawaran solusi untuk menbangkitkan bangsa dari keterpurukan. Zakat
juga sebuah ibadah mahdhah yang diwajibkan bagi orang-orang Islam, namun
diperuntukan bagi kepentingan seluruh masyarakat.
Oleh karena itu kesadaran untuk menunaikan zakat bagi umat Islam harus
ditingkatkan baik dalam menunaikan zakat fitrah yang hanya setahun sekali
pada bulan ramadhan, maupun zakat maal yang seharusnya dilakukan sesuai
dengan ketentuan zakat dalam yang telah ditetapkan baik harta, hewan ternak,
emas, perak dan sebagainya. Sebagaimana yang kita ketahui pada setiap Hari
Raya Idul Fitri, setiap orang Islam baik laki-laki maupun perempuan, besar
kecil, merdeka atau hamba, diwajibkan membayar zakat fitrah dari makanan
yang mengenyangkan menurut tiap-tiap tempat (negeri)

1.
1.1.
1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Macam-Macam Zakat ?


2. Bagaimana Zakat Fitrah beserta Waktu Pelaksanaannya perspektif Imam
Hanafi dan Hanafiyah?
3. Bagaimana Zakat Fitrah beserta Waktu Pelaksanaannya perspektif Imam
Maliki dan Malikiyah?

3
4. Bagaimana Zakat Fitrah beserta Waktu Pelaksanaannya perspektif Imam
Syafi’i dan Syafi’iyah?
5. Bagaimana5 Zakat Fitrah beserta Waktu Pelaksanaannya perspektif Imam
Hanbali dan Hanabila?

6.
6.1.
6.2.
6.3. Tujuan
1. Untuk Memahami Macam-Macam Zakat .
2. Untuk Memahami Zakat Fitrah beserta Waktu Pelaksanaannya perspektif
Imam Hanafi dan Hanafiyah.
3. Untuk Memahami Zakat Fitrah beserta Waktu Pelaksanaannya perspektif
Imam Maliki dan Malikiyah.
4. Untuk Memahami Zakat Fitrah beserta Waktu Pelaksanaannya perspektif
Imam Syafi’i dan Syafi’iyah.
5. Untuk Memahami beserta Waktu Pelaksanaannya perspektif Imam Hanbali
dan Hanabila.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Macam macam zakat

Pada dasarnya zakat terbagi menjadi dua macam di antaranya adalah:1

1. Zakat Fitrah

Zakat fitrah merupakan zakat yang wajib di keluarkan menjelang hari raya
idul fitri oleh setiap muslimin baik tua, muda, ataupun bayi yang baru lahir.
Zakat ini biasanya di bentuk sebagai makanan pokok seperti beras. Besaran
dari zakat ini adalah 2,5kg atau 3,5liter beras yang biasanya di konsumsi,
pembayaran zakat fitrah ini bias di lakukan dengan membayarkan harga dari
makanan pokok daerah tersebut. Zakat ini di keluarkan sebagai tanda syukur
kita kepada Allah karena telah menyelesaikan ibadah puasa. Selain itu zakat
fitrah juga dapat menggembirakan hati para fakir miskin di hari raya idul fitri.
Zakat fitrah juga di maksudkan untuk membersihkan dosoa yang mingkin ada
ketika seseorang melakukan puasa ramadhan

2. Zakat Maal
Zakat maal merupakan bagian dari harta kekayaan seseorang (juga
badan hukum) yang wajib di keluarkan untuk golongan tertentu, setelah di
miliki dalam jangka waktu tertentu, dan jumlah minimal tertentu. Dalam
Undang Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Pada
pasal 4 ayat 2 menyebutkan bahwa harta yang di kenai zakat mall berupa
emas, perak, uang, hasil pertanian dan perusahaan, hasil pertambangan,
hasil peternakan, hasil pendapatan dan jasa, serta rikaz. Sedangkan dalam
referensi lain menyebutkan terdapat zakat mall dalam lingkup ekonomi
klasik, zakat berdasarkn nash yang disampaikan oleh Rasulullah SAW,
yaitu zakat yang terkait dengan hewan ternak, zakat emas dan perak, zakat
1
Elsi Kartika, Pedoman Pengelolaan Zakat (Semarang: UNNES Press, 2006), 21.

5
perdagangan, zakat hasil pertanian dan zakat temuan dna hasil tambang.
Sedangkan zakat ynag bersuber dari ekonomi kontemporer dari zakat
profesi, zakat surat-surat berharga, zakat industry, zakat polis Asuransi,
dan lainnya. Berikut adalah macam zakat maal:2

1. Zakat Hewan ternak Persyaratan utama zakat pada hewan ternak adalah:

a) Mencapai Nisab. Syarat ini berkaitan dengan jumlah minimal hewan


yang dimiliki, yaitu 5 ekor untuk unta, 30 ekor untuk sapi, dan 40 ekor
untuk kambing atau domba.
b) Telah melewati waktu satu tahun (haul).
c) Digembalakan di tempat umum.
d) Tidak dipergunakan untuk keperluan pribadi pemiliknya dan tidak pula
dipekerjakan.

2. Zakat Emas dan Perak Persyaratan utama zakat pada emas dan perak yaitu:

a) Mencapai nisab, zakatnya 2,5%. nis{ab emas adalah 20 Dinar = 20


mitsqal, 85 gram emas 24 karat, 97 gram emas 21 karat, 113 gram emas
18 karat. nis{ab perak adalah 595 gram.
b) Telah mencapai haul.

3. Zakat perdagangan Ada syarat utama kewajiban zakat perdagangan, yaitu:

a) Niat berdagang
b) Mencapai nisab
c) Nisab dari zakat harta perdagangan adalah sama dengan nisab dari
zakat emas dan perak yaitu 85% dan zakatnya 2,5%.
d) Telah mencapai 1 tahun.

4. Zakat hasil pertanian Ada syarat utama untuk kewajiban zakat hasil pertanian
ini adalah:

a) Pengeluaran zakat setiap panen.

b) Nis{ab 635 kg, zakatnya 5%, jika diairi dengan irigasi dan 10%, jika
tidak diairi dengan irigasi.

2
Ismail Nawawi, Manajemen Zakat dan Wakaf (Jakarta: VIV Press, 2013), 103-134.

6
5. Zakat Investasi Adapun syarat wajib untuk mengeluarkan zakat investasi adalah
sebagai berikut:

a) Senilai 85 gram emas.

b) Telah genap setahun.

c) Zakatnya sebanyak 2,5% dari seluruh penghasilan selama satu tahun.

2.2 Zakat Fitrah beserta Waktu Pelaksanaannya perspektif Imam Hanafi


dan Hanafiyah
A. ZAKAT FITRAH
mazhab Hanafi, zakat adalah “menjadikan sebagian harta yang khusus dari
harta yang khusus sebagai milik orang yang khusus, yang ditentukan oleh syari‟at
karena Allah SWT.”3 Zakat fitrah adalah wajib dengan syarat-syarat: Islam,
merdeka, memiliki nishab yang lebih dari kebutuhan pokok. Dalam hadist Ibnu
Umar disebutkan Rasulullah menetapkan bahwa zakat fitrah dibayarkan pada
bulan ramadhan dan besarnya adalah satu sha’ kurma dan satu sha’ gandum. Zakat
fitrah itu berupa gandum, jagung, kurma kering, syair, anggur, kurma basah,
(kismis), atau keju dan susu kering yang dibuang buihnya. Dan untuk di Indonesia
makanan pokoknya adalah beras. Sebagian yang lain menetapkan bahwa zakat
fitrah berupa makanan pokok yang lain daerah setempat, atau makanan pokok
untuk orang-orang dewasa, demikian yang dituturkan oleh Abdul Wahab dalam
mazhab Hanafy.4
Menurut imam Hanafi Zakat fitrah wajib dikeluarkan ketika terbit fajar pada
hari pertama bulan syawal”Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf
telah mengabarkan kepada kami Malik dari Zaid bin Aslam dari 'Iyadh bin
'Abdullah bin Sa'ad bin Abu Sarhi Al 'Amiriy bahwa dia mendengar Abu Sa'id Al
Khudriy radliallahu 'anhu berkata: Kami mengeluarkan zakat fithri satu sha' dari
makanan atau satu sha' dari gandum atau satu sha' dari kurma atau satu sha' dari
keju (mentega) atau satu sha' dari kismi (anggur kering)”. 5

2.3  
3
Wahbah Al-Zuhaily, Al-Fiqh Al-Islam Adilatuh, Terj. Abdul Hayyie al-kattani, cet 1 Jakarta: Gema
Insani, 2011 h. 164.
4
Wahbah Al-Zuhaily, Al-Fiqh Al-Islam Adilatuh, Terj. Abdul Hayyie al-kattani, cet 1 Jakarta: Gema
Insani, 2011 h. 164.
5
Qardawi, fiqhus, Op.Cit., h. .953

7
1.3.
1.
2.
2.1.
Zakat Fitrah beserta Waktu Pelaksanaannya perspektif Imam Maliki
dan Malikiyah
A. ZAKAT FITRAH
Menurut Ibnu Rusyd, para Ulama Muta‟akh-hirin Malikiyah serta ahli Iraq
berpendapat zakat fitrah adalah sunnah, dan ada pula yang berpendapat bahwa
zakat fitrah itu sudah dinasakh dengan kewajiban zakat harta. Akan tetapi,
menurut jumhur ulama zakat fitrah adalah wajib, sama dengan zakat harta, bahkan
Ibn al-Munzir mengatakan para ulama sebelumnya telah ijma’ atas wajibnya zakat
fitrah. Menurut jumhur ulama wajib. Menurut pengikut Malik Periode akhir dan
ulama Irak sunat. Menurut sebagian Ulama nasakh atau terhapus oleh zakat secara
umum. Perbedaan tersebut dengan adanya hadis-hadis yang dipahami dan
berbeda-beda. Mengenai kadar dan jenis zakat fitrah yang dikeluarkan Golongan
Syafii dan Maliki berpendapat, bahwa jenis makanan itu bukan bersifat ta‟abbudi
dan tidak dimaksudkan bendanya itu sendiri, sehingga wajib bagi si Muslim
mengeluarkan zakat fitrah dari makanan pokok negerinya.Menurut satu pendapat,
dari makanan pokok itu.6 Menurut Maliki mengemukakan berbagai kemungkinan
dari kemungkinan tersebut, sebagian menganggap pada waktu mengeluarkan,
akan tetapi sebagian lagi menetapkan makanan pokok yang dipergunakan pada
sebagian besar bulan Ramadhan.7
Malikiyah berpendapat bahwa zakat fitrah wajib ditunaikan dari
makanan pokok yang mayoritas dikonsumsi oleh suatu negeri, dari
Sembilan jenis gandum, beras, salat (jenis beras), jagung, padi, kurma,
anggur, dan keju, yang dikonsumsi dari Sembilan jenis ini tidak boleh
selain ini.8 Tidak boleh mengeluarkan zakat dari jenis selain jenis-jenis ini.
Demikian juga tidak boleh mengeluarkan zakat fitrah dengan salah satu
dari Sembilan jenis itu jika jenis yang lain merupakan makanan pokoknya.
Kecuali untuk mengeluarkan yang lebih bagus, seperti mengeluarkan
6
Farouq Abu Zaid, op. cit., h. 23
7
Qardawi, fiqhus.h. .951
8
Al-Zuhaily, Al-Fiqh, h. 353

8
gandum ganti dari beras. Zakat fitrah dikeluarkan sebanyak satu sha‟
(empat mud). Dan satu mud sebanyak cakupan penuh dua tangan yang
berukuran sedang.
Dalam kitab Al-Muatha‟ Imam malik disebutkan sebagai berikut :
“Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Zaid bin Aslam dari Iyadl
bin Abdullah bin Sa'd bin Abu Sarh Al 'Amiri Bahwasanya ia mendengar
Abu Sa'id al Khudri berkata, "Kami mengeluarkan zakat fitrah satu sha'
makanan, atau satu sha' gandum, atau satu sha' kurma, atau satu sha' keju,
atau satu sha' anggur. Itu berdasarkan ukuran sha' Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam." Menurut imam malikiyah zakat fitrah wajib dikeluarkan pada
saat malam idul fitri dan kewajiban untuk melakukannya sejak awal
matahari tenggelam. Salah satu implementasi utamanya adalah sebelum
pelaksanaan salat Idul Fitri. Jika pada saat itu tidak ada yang berhak
menerimanya, maka mukallaf harus memisahkan harta zakat fitrah
dengan hartanya disertai dengan niat untuk membayar dan
melaksanakannya di awal waktu. Ketika dia mengakhiri dan tidak
melakukannya pada waktu itu, ketika dia yang berhak atasnya, maka dia
berkewajiban untuk membawanya keluar setelah dia, dan tugas untuk
membawa keluar untuk dirinya sendiri tidak akan hilang pada waktu itu.
2.4 Zakat Fitrah beserta Waktu Pelaksanaannya perspektif Imam Syafi’i
dan Syafi’iyah

A. ZAKAT FITRAH
Madzhab Imam Syafi‟i zakat fitrah adalah wajib bagi orang yang
beragama islam, merdeka, wajib mengeluarkan zakatnya, pembantu dan
kerabatnya. Setelah apa saja yang dibutuhkan dari segala yang berlaku
menurut adat kebiasaan. Mengenai kadar atau jenis zakat fitrah yang
dikeluarkan Golongan Syafii dan Maliki berpendapat, bahwa jenis
makanan itu bukan bersifat ta‟abbudi dan tidak dimaksudkan bendanya itu
sendiri, sehingga wajib bagi si Muslim mengeluarkan zakat fitrah dari
makanan pokok negerinya.

9
Menurut satu pendapat, dari makanan pokok itu. Golongan
Syafi‟i mengemukakan dalam Al-Wasith, bahwa yang dipandang adalah
makanan pokok penduduk pada waktu wajib zakat fitrah, bukan sepanjang
tahun.9
Menurut pendapat mayoritas ulama, dari kalangan madzhab
Maliki, Syafi‟i dan Hambali mengeluarkan zakat fitrah dengan uang tidak
diperbolehkan. Syafi‟iyah berpendapat bahwa zakat diambil dari
mayoritas makanan pokok suatu negeri atau tempat tersebut, yang
dianggap sebagai mayoritas makanan pokok adalah mayoritas makanan
pokok setahun, kualitas makanan pokok terbaik boleh digunakan untuk
menggantikan kualitas makanan pokok terjelek dalam berzakat. 10
Imam
Syafi‟i berkata dalam kitab nya Al-„umm sesungguhnya Abu Said Al
Khudri RA berkata, “dizaman Nabi SAW kami mengeluarkan zakat fitrah
berupa makanan poko sebanyak satu sha’, yaitu satu sha’ keju (susu
kering), satu sha’ zabit (anggur kering), satu sha’ tamar (kurma kering),
satu sha’ gandum. Demikianlah kami mengeluarkan zakat fitrah, sampai
pada suatu hari Muawiyah dating berhaji atau berumrah, lalu ia
berkhutbah di hadapan kaum muslimin. Diantara isi khutbahnya adalah
“aku berpendapat bahwa dua mud samrah (jenis gandum) yang berasal
dari negeri Syam adalah sebanding dengan satu sha’ tamar. Maka kaum
muslimin mengikuti apa yang diucapkan oleh muawiyah tersebut Imam
Syafi‟i berkata seseorang boleh mengeluarkan zakat fitrah dari makanan
yang biasa dimakan sehari-hari, yaitu berupa hinthah (biji gandum),
jagung ‘alas, sya’ir (tepung gandum) tamar dan zabib (anggur kering).
Adapun ukuran yang harus dikeluarkan sebagai zakat adalah satu sha’,
yaitu sha’ yang biasa dipakai oleh Rasulullah SAW. apabila makanan
tersebut berupa biji-bijian maka ia hanya wajib mengeluarkan biji-bijian
tersebut. Jadi ia tidak boleh mengeluarkan tepung dari biji-bijian dan tidak
boleh mengeluarkan zakat berupa sawik11 dan juga tidak boleh
mengeluarkan zakat fitrah dengan harganya (uang)12.
9
Ibid.,.h. .951
10
Al-Zuhaily, Al-Fiqh, Op.Chit., h. 353
11
Sawik adalah biji gandum atau biji-bijian lain yang sudah digiling sehingga menjadi tepung dan
kadang-kadang dicampur dengan susu, madu atau minyak samin.
12
Husain Abdul Hamid Abu Nashir Nail, Mukhtashar Kitab Al Umm, (Beirut : Darul Qalam)

10
Menurut imam Syafi'i waktu yang dibutuhkan untuk
menghapusnya adalah akhir bulan Ramadhan dan awal bulan syawal, yang
berarti pada tenggelamnya matahari mendekati akhir bulan Ramadhan.
Adalah sunnah untuk membayarnya pada awal pesta dan dilarang untuk
menghapusnya setelah matahari tenggelam pada hari pertama syawal,
kecuali ada udzur.

2.5 Zakat Fitrah beserta Waktu Pelaksanaannya perspektif Imam Hanbali


dan Hanabilah

A. ZAKAT FITRAH
Madzhab Imam Hambali zakat fitrah adalah wajib dengan
terbenamnya matahari pada malam hari raya fitrah bagi setiap muslim
yang menjumpakan bahan makannya dan makan keluarganya pada hari
raya dan malam harinya dalam keadaan lebih.13 Hanabilah menetapkan
wajib mengeluarkan zakat fitrah dengan sesuai dalil yaitu gandum,
kurma, anggur, dan keju, jika makanan pokok ini tidak ada maka bisa
menggantikan setiap biji-bijian dan buah-buahan, tidak boleh
mengeluarkan zakat dengan makanan pokok berupa daging. 14
Apabila kita mewajibkan makanan pokok suatu daerah sedangkan
orang-orang makanan pokoknya beraneka ragam, tidak ada yang
menonjol, maka orang boleh mengeluarkan apa saja, tetapi yang lebih
utama ia mengeluarkan yang terbaik. Menurut zhahirnya mazhab Imam
Ahmad, bahwa orang itu tidak boleh berpindah dari jenis makanan yang
lain macam, yang telah ada nash nya apabila orang itu mampu
melakukannya, sama saja apakah beralihnya itu pada makanan poko atau
bukan.15
Mengeluarkan harga zakat (bukan barangnya, pent.), menurut
Imam yang tiga adalah tidak diperkenankan, baik pada zakat fitrah
maupun pada zakat-zakat lainnya. Imam ahmad telah bertanya kepada
Imam „Atha tentang mengeluarkan beberapa dirham untuk zakat fitrah. Ia

13
Yusuf Qardhawi, Fiqhuz Zakat, 1973, h. 921
14
110 Al-Zuhaily, Al-Fiqh, h. 353
15
Qardawi, fiqhus, Op.Cit., h. .953

11
menjawab : aku kuatir tidak diperkenankan, karena bertentangan dengan
sunnah Rasulullah s.a.w. Dinyatakan kepadanya : bukankan orang-orang
berkata bahwa Umar bin Abdul Aziz telah mengambil harga zakat ?
„Atha berkata : mereka meninggalkan ucapan Rasulullah s.a.w. dan
mengambil pendapat seseorang ? Ibnu Umar berkata : (Rasulullah s.a.w.
telah mewajibkan zakat fitrah satu sha‟ kurma atau satu sha‟ sya‟ir dan
seterusnya) dan Allah s.w.t. berfirman : “taatilah Allah dan taatilah
RasulNya” (Quran, 4:59). Ibnu Umar berpendapat, bahwa menyerahkan
harganya itu bertentangan dengan sunnah Rasulullah s.a.w. ini juga
adalah pendapat Imam malik dan Imam Syafi‟i.16
Madzhab hambali juga berpendapat zakat fitrah tidak dapat
digugurkan kewajibannya kecuali ditunaikan dengan makanan pokok.
Sebagaimana tertulis di dalam kitab al-Mughni karya Imam Ibn
Qudaamah alHanbali ”Barang siapa memberikan qimah (harga) maka
tidak mencukupinya. Imam Abu Dawud berkata, dikatakan kepada Imam
Ahmad bin Hambal dan aku mendengar seseorang memberikan beberapa
dirham (sebagai harga) –di dalam” zakat fitrah- Imam Hambali berkata
“aku khawatir hal tersebut tidak mecukupinya karna berbeda dengan
hadits Rosululloh SAW.17
Menurut imam Hambali menunaikan zakat fitrah yang terlambat
setelah akhir Idul Fitri adalah haram.dan ketika dikeluarkan sebelum
Lebaran atau dua hari sebelum mendapat pahala, tetapi ketika diberikan
sebelum hari-hari itu tidak mendapatkan pahala.

16
Ibid., 958
17
Zakat Fitrah Dalam Kitab Imam Hanbali (On-Line), tersedia di : http://ponpesalumm.com/
zakat-fitrah-uang-atau-makanan-pokok/ (11 Januari 2018)

12
BAB III

PENUTUP

2.

3.1 Kesimpulan

Zakat adalah sebagian harta yang telah diwajibkan oleh Allah SWT untuk
diberikan kepada orang yang berhak menerimanya sebagaimana yang telah
dinyatakan dalam Al-Qur’an atau juga boleh diartikan dengan kadar tertentu atas
harta tertentu yang diberikan kepada orang-orang tertentu dengan lafadz zakat
yang juga digunakan terhadap bagian tertentu yang dikeluarkan dari orang yang
telah dikenai kewajiban untuk mengeluarkan zakat. Zakat fitrah dinamakan al-
fitri yang mengacu kepada kata fitri yang artinya adalah makan. Dinamakan zakat
fitri karena terkait dengan bentuk harta yang diberikan kepada mustahiknya, yaitu
berupa makanan. Selain itu zakat ini dinamakan fitri juga karena terkait dengan
hari lebaran yang bernama fitri. Kita di Indonesia sering menyebutnya dengan hari
Raya Fitri. dan di hari Idul Fitri itu kita diharamkan berpuasa, sebaliknya wajib
berbuka atau memakan makanan. Zakat maal (harta), seperti emas, perak,
binatang, tumbuh-tumbuhan dan barang perniagaan (barang dagangan). Zakat
maal, seperti namanya, dikeluarkan oleh setiap umat Islam yang memiliki harta
seperti yang tersebut di atas, untuk membersihkan hartanya.

3.2 Kritik saran

Saran untuk pembaca yang berniat membuat makalah adalah, membaca


banyak rujukan, dan menyimpan rujukan tersebut untuk memudahkan dalam
penulisan daftar isi, jika membuat makalah dengan banyak rumusan sebaiknya
dikerjakan jauh- jauh hari agar hasilnya bisa maksimal dan lengkap, jika sudah
menyelesaikann nask

13
DAFTAR PUSTAKA

Elsi Kartika, Pedoman Pengelolaan Zakat (Semarang: UNNES Press, 2006), 21.
Ismail Nawawi, Manajemen Zakat dan Wakaf (Jakarta: VIV Press, 2013), 103-134
Wahbah Al-Zuhaily, Al-Fiqh Al-Islam Adilatuh, Terj. Abdul Hayyie al-kattani, cet 1 Jakarta: Gema
Insani, 2011 h. 164.
Wahbah Al-Zuhaily, Al-Fiqh Al-Islam Adilatuh, Terj. Abdul Hayyie al-kattani, cet 1 Jakarta: Gema
Insani, 2011 h. 164.
Qardawi, fiqhus, Op.Cit., h. .953
Farouq Abu Zaid, op. cit., h. 23
Qardawi, fiqhus.h. .951
Al-Zuhaily, Al-Fiqh, h. 353
Ibid.,.h. .951
Al-Zuhaily, Al-Fiqh, Op.Chit., h. 353
Qardawi, fiqhus, Op.Cit., h. .953
Ibid., 958
Zakat Fitrah Dalam Kitab Imam Hanbali (On-Line), tersedia di : http://ponpesalumm.com/ zakat-
fitrah-uang-atau-makanan-pokok/ (11 Januari 2018)

14

Anda mungkin juga menyukai