Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ZAKAT FITRAH DAN ZAKAT MAL

DI
S
U
S
U
N
OLEH :
1. Nur Aisah
2. Wulan Ramadani
3. Tri Nur Afia
4. Gita Mey Amanda
5. Lailatul Ilmiah

Guru Pembimbing : Iskandar Syah Putra, S.H.I

MTs DARUL HUDA AL-AKBAR 2


TAHUN AJARAN 2019/2020
Lembar Pengesahan
Paper ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata pelajaran Fiqih

Telah diperiksa
Tgl : 30 November 2019

Guru Pembimbing

(Iskandar Syah Putra, S.H.I)


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Polemik zakat memang tidak asing dikalangan masyarakat muslim, zakat sebagai salah
satu rukun islam, tepatnya rukum islam yang ke empat adalah sangat penting. Ada 82 tempat di
dalam Al-Qur’an yang menyebutkan tentang zakat beriringan dengan shalat. Kedudukan anatara
zakat dan shalat yang sering dikaitkan di beberapa ayat dalam Al-Qur’an mrenunjukkan bahwa
zakat dari segi keutamaan hampir sama seperti halnya shalat. Shalat dikatakan sebagai ibadah
badaniah dan zakat dkatakan sebagai ibadah maliyah yang paling utama.
Zakat fitrah sebagai salah satu zakat yang paling penting bagi muslim, memang tidak ada
penjelasan secara khusus dari dalam Al-Qur’an, tetapi penjelasan kewajiban zakat itu dijelaskan
di dalam hadist Nabi. Zakat fitrah itu diwajibkan baik itu laki-laki, perempuan, merdeka,
ataupun budak sekalipun.
Zakat merupakan suatu kewajiban bagi umat Islam yang digunakan untuk membantu
masyarakat lain, menstabilkan ekonomi masyarakat dari kalangan bawah hingga kalangan atas,
sehingga dengan adanya zakat umat Islam tidak ada yang tertindas karena zakat dapat
menghilangkan jarak antara si kaya dan si miskin. Oleh karena itu, zakat sebagai salah satu
instrumen negara dan juga sebuah tawaran solusi untuk menbangkitkan bangsa dari
keterpurukan. Zakat juga sebuah ibadah mahdhah yang diwajibkan bagi orang-orang Islam,
namun diperuntukan bagi kepentingan seluruh masyarakat.
Zakat merupakan suatu ibadah yang dipergunakan untuk kemaslahatan umat sehingga
dengan adanya zakat (baik zakat fitrah maupun zakat maal) kita dapat mempererat tali
silaturahmi dengan sesama umat Islam maupun dengan umat lain.
Oleh karena itu kesadaran untuk menunaikan zakat bagi umat Islam harus ditingkatkan
baik dalam menunaikan zakat fitrah yang hanya setahun sekali pada bulan ramadhan, maupun
zakat maal yang seharusnya dilakukan sesuai dengan ketentuan zakat dalam yang telah
ditetapkan baik harta, hewan ternak, emas, perak dan sebagainya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah dijelaskan maka dapat dibuat perumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa itu zakat fitrah dan apa saja ketentuan Zakat Fitrah ?
2. Apa itu zakat mal dan apa saja ketentuan Zakat Mal ?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan diatas, tujuan penulisan makalah ini adalah untuk :
1. Mengetahui apa itu zakat fitrah dan ketentuannya.
2. Mengetahui apa itu zakat mal dan ketentuannya.
BAB II
PEMBAHASAN
Standar Kompetensi :
 Memahami Zakat
Kompetensi Dasar :
 Menjelaskan pengertian zakat fitrah dan zakat mal
 Membedakan antara zakat fitrah dan zakat mal
 Menjelaskan orang yang berhak menerima zakat fitrah dan zakat mal
 Mempraktikkan pelaksanaan zakat fitrah dan zakat mal

Sebelum membahas lebih jauh tentang macam-macam zakat dan tata caranya, marilah
terlebih dulu kita ketahui apa itu zakat. Menurut bahasa(lughat), zakat berarti tumbuh;
berkembang; kesuburan atau bertambah. Zakat dapat pula berarti membersihkan atau
mensucikan.
Zakat menurut loghat artinya suci dan subur. Menurut istilah syara’ ialah: mengeluarkan
sebagian dari harta benda atas perintah Allah, sebagai shadaqah wajib atas mereka yang telah
ditetapkan menurut syarat yang telah ditentukan oleh hukum Islam.[1]
Dari segi bahasa, kata zakat merupakan mashdar (kata dasar) dari zaka yang berarti
berkah, tumbuh, bersih, baik dan bertambah. Dari segi istilah fikih, zakat adalah sebutan bagi
sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh Allah SWT agar diserahkan kepada orang-orang
yang berhak (mustahak).[2]
Zakat adalah salah satu rukun Islam. Zakat secara bahasa berarti tumbuh dan bertambah.
Dan menurut syari’at berarti sedekah wajib dari sebagian harta. Sebab dengan mengeluarkan
zakat, maka pelakunya akan tumbuh mendapat kedudukan tinggi di sisi Allah SWT dan
menjadi orang yang suci serta disucikan.[3]
Sementara itu menurut Hukum Islam (syara'), zakat adalah nama bagi suatu pengambilan
tertentu dari harta yang tertentu, menurut sifat-sifat yang tertentu dan untuk diberikan kepada
golongan tertentu.
Selain hal zakat kita juga mengenal istilah shadaqah dan infaq. Sebagian ulama fiqh
mengatakan bahwa sadaqah wajib dinamakan zakat, sedang sadaqah sunnah dinamakan infaq.
Sebagian yang lain mengatakan infaq wajib dinamakan zakat, sedangkan infaq sunnah
dinamakan shadaqah.

A. Zakat Fitrah
1. Pengertian Zakat Fitrah dan Hukumnya
Zakat fitrah adalah zakat terhadap jiwa yag wajib dikeluarkan oleh setiap muslim untuk
memberishkan drinya atau keluarganya yang menjadi tanggunannya pada hari raya Idul
Fitri. Rasulullah SAW bersabda, yang artinya:
“Zakat fitrah untuk membersihkan diri orang-orang yang berpuasa dari perbuatan yang tidak
berguna dan perkataan yang kotor serta untuk memberi makan kepada orang-orang miskin.”
Zakat fitrah disini berarti juga zakat badan atau tubuh kita. Setiap menjelang Idul Fitri
orang Islam diwajibkan membayar zakat fitrah sebanyak 3 liter dari jenis makanan yang
dikonsumsi sehari-hari. Hal ini ditegaskan dalam hadist dari Ibnu Umar, katanya “Rasulullah
SAW mewajibkan zakat fitrah, berbuka bulan Ramadhan, sebanyak satu sha’ (3,1 liter) tamar
atau gandum atas setiap muslim merdeka atau hamba, lelaki atau perempuan.“(H.R. Bukhari).
Hukum Zakat fitra adalah wajib. Berdasarkan firman Allah:
Artinya:
“Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'” (QS.
Al Baqarah : 43)

2. Syarat Wajib Zakat Fitrah


a. Beragama Islam
b. Orang tersebut ada pada waktu terbenam matahari pada malam Idul Fitri. Bagi setiap muslim
yang melihat matahari terbenam di akhir bulan Ramadhan atau mendapati awal bulan syawal,
maka wajib baginya untuk membayar zakat fitrah untuk dirinya dan yang ditanggung.
c. Mempunyai kelebihan makanan, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk keluarganya pada
malam Idul Fitri dan pada siang harinya.
d. Lahir sebelum matahari tenggelam di akhir Ramadhan. Seorang anak tersebut wajib
dibayarkan zakat fitrahnya dan menjadi tanggungan orang tuanya, namun jika setelah matahari
tenggelam, maka tidak ada kewajiban membayar zakat fitrah. Demikian juga apabila muslim
meninggal setelah matahari terbenam di akhir Ramadhan maka ia tetap berkewajiban Zakat
Fitrah.

3. Besarnya Zakat Fitrah


Besar zakat yang dikeluarkan menurut para ulama adalah sesuai penafsiran terhadap
hadist adalah sebesar satu sha' (1 sha'=4 mud, 1 mud=675 gr) atau kira-kira setara dengan 3,5
liter atau 2.5 kg makanan pokok (tepung, kurma, gandum, aqith) atau yang biasa dikonsumsi di
daerah bersangkutan (Mazhab syafi'i dan Maliki)
Nabi SAW. Juga menegaskan dalam hadisnya : “Rasulullah SAW mewajibkan zakat
fitrah, berbuka bulan Ramadhan, sebanyak satu sha’ (3,1 liter) tamar atau gandum atas setiap
muslim merdeka atau hamba, lelaki atau perempuan.“(H.R. Bukhari).

4. Waktu Untuk Membayar Zakat Fitrah


Kapan waktu membayar zakat fitrah? Sebagian ulama’ berpendapat bahwa untuk
membayar zakat fitrah ada 5 macam:
a. Waktu jawaz (boleh) : sejak awal Ramadhan
b. Waktu Wajib: bila matahari telah terbenam di akhir Ramadhan
c. Waktu Afdhal (utama): Sebelum kaum muslimin keluar untuk melaksanakan shalat hari raya
Idul Fitri.
d. Waktu Makruh: setelah selesai shalat hari raya Idul Fitri.
e. Waktu Haram: sesudah hari raya (satu hari setelah hari raya)

5. Orang yang Tidak Wajib Dibayarkan Zakat Fitrah


a. Istri yang durhaka; maka gugur kewajiban suaminya untuk menafkahinya
b. Istri yang kaya
c. Anak yang kaya, karena mampu bayar sendiri, namun boleh juga orang tuanya mengeluarkan
baginya zakat fitrah
d. Anak yang sudah besar (mampu menafkahi diri sendiru atau sudah berusaha)
e. Budah yang kafir
f. Murtad (keluar dari Islam)
6. Mustahik Zakat Fitrah
Mustahik zakat adalah orang-orang yang berkah menerima zakat fitrah. Sebagian besar
ulama (jumhur) berpendapat bahwa golongan yang berhak menerima zakat fitrah hanyalah fakir
dan miskin.
Fakir adalah orang yang tidak mempunyai harta untuk keperluan hidup sehari-hari dan
tidak mampu berusaha. Miskin adalah orang yang berpenghasilan tetapi sehari-harinya tidak
dapat mencukupi kebutuhan hidupnya.
Namun demikian ada pendapat lain yang menyatakan bahwa mustahik zakat fitrah terdiri
dari delapan asnaf (golongan), berdasarkan Al-Qur’an Surat At-Taubah: 60 Allah berfirman:

Artinya:
“Hanya sedekah-sedekah itu (zakat) diberikan kepada fakir miskin, orang yang bekerja
mengurus zakat (amil), orang-orang yang hatinya mulai terpau dengan islam (muallaf), budak-
budak, orang-orang yang berhutang, orang-orang yang di jalan Allah, serta kepada orang-
orang yang dalam perjalanan.” (Q.S At-Taubah :60)

Ke delapan golongan tersebut ialah :


a. Fuqara (orang-orang fakir)
Orang fakir menurut syara’ adalah orang yang tidak mempunyai bekal untuk berbelanja
selama satu tahun dan juga tidak mempunyai bekal untuk menghidupi dirinya dan keluarganya.
Orang yang mempunyai rumah dan peralatannya atau binatang ternak, tapi tidak mencukupi
kebutuhan keluarganya selama satu tahun.[4] Zakat haram hukumnya bagi orang yang
mempunyai biaya hidup satu tahun, dan orang yang memiliki biaya selama setahun wajib
mengeluarkan zakat fitrah.[5]
Orang yang mengaku fakir boleh dipercaya sekalipun tidak ada bukti atau sumpah bahwa
ia betul-betul tidak mempunyai harta, serta tidak diketahui bahwa ia berbohong. Karena pada
masa Rasulullah pernah datang dua orang kepada beliau, yang ketika itu beliau sedang membagi
zakat, lalu kedua orang itu meminta sedekah kepadanya, maka beliau melihat dengan
penglihatan tajam dan membenarkan keduanya, serta bersabda :“Kalau kamu berdua mau, maka
aku akan memberikannya. Orang yang kaya tidak mempunyai bagian untuk menerima zakat,
begitu juga orang yang mampu untuk bekerja”.
Lalu Rasulullah mempercayai keduanya tanpa bukti maupun sumpah.[6]
b. Masakin (orang-orang miskin)
Jika kata fakir dan miskin terpisah maka keduanya menunjukkan makna yang sama,
yaitu sama-sama orang yang tidak mampu. Tetapi jika keduanya disebut bersama-sama, maka
masing-masing menunjukkan makna tersendiri.[7] Orang miskin adalah orang yang keadaan
ekonominya lebih buruk dari orang fakir. Namun menurut madzhab Syafi’i, orang fakir adalah
orang yang keadaan ekonominya lebih buruk daripada orang miskin, karena yang dinamakan
fakir adalah orang yang tidak mempunyai sesuatu, atau orang yang tidak mempunyai separuh
dari kebutuhannya. Sedangkan orang miskin ialah orang yang memiliki separuh dari
kebutuhannya.[8]
c. Para amil (orang-orang yang mengatur zakat)
Orang-orang yang menjadi amil zakat ialah pengelola zakat yang ditunjuk oleh Imam
atau wakilnya untuk mengumpulkannya dari para pembayar zakat dan menjaganya, kemudian
menyerahkannya kepada orang yang akan membagikannya kepada para mustahiq. Apa yang
diterima oleh para amil dari bagian zakat itu dianggap sebagai upah atas kerja mereka, bukannya
sedekah. Oleh karena itu, mereka tetap diberi walaupun mereka kaya.[9]
d. Muallafah qulubuhum (mualaf yang dibujuk hatinya)
Orang-orang mualaf yang dibujuk hatinya adalah orang-orang yang cenderung
menganggap sedekah atau zakat itu untuk kemaslahatan Islam.[10] Orang-orang yang dijanjikan
hati mereka dan disatukan dalam Islam, untuk mencegah kejahatan mereka, atau agar mereka
mau membantu kaum Muslim dalam membela diri atau membela Islam. Mereka ini diberi
bagian zakat walaupun mereka kaya.
Terdapat perselisihan tentang apakah mualaf ini khusus bagi mereka yang tidak
menunjukkan keislaman mereka, ataukah termasuk juga orang yang menunjukkan keislaman
tetapi diragukan. Yang pasti, Rasulullah telah menyantuni orang-orang musyrik (yang tidak
menunjukkan keislaman) diantaranya adalah Shafwan bin Umayyah, dan juga orang-orang
munafik (yang menunjukkan keislaman) seperti Abu Sufyan.[11]
e. Riqab (memerdekakan budak)
Yang dimaksud dengan riqab ialah budak. Sedangkan kata fi menunjukkan bahwa zakat
untuk bagian ini bukannya diberikan kepada mereka, tetapi digunakan untuk membebaskan
mereka dan memerdekakan mereka. Inilah salah satu pintu yang dibuka oleh Islam untuk
memberantas perbudakan sedikit demi sedikit. Sehingga pada masa sekarang sudah tidak ada
lagi perbudakan.[12]
f. Gharimin (orang-orang yang mempunyai utang)
Mereka ini adalah orang-orang yang menanggung beban utang dan mereka tidak mampu
membayarnya. Maka utang mereka itu dilunasi dengan bagian dari zakat, dengan syarat mereka
itu tidak menggunakannya untuk dosa dan maksiat.
g. Sabilillah (Jalan Allah)
Sabilillah adalah segala sesuatu yang diridhai oleh Allah dan yang mendekatkan kepada
Allah. Seperti membuat jalan, membangun sekolah, rumah sakit, irigasi, mendirikan masjid, dan
sebagainya. Dimana manfaatnya adalah untuk kaum Muslim atau selain kaum Muslim.[13]
h. Ibnu Sabil (orang yang sedang dalam perjalanan)
Ibnu Sabil adalah orang asing yang menempuh perjalanan ke negeri lain dan sudah tidak
punya harta lagi. Maka zakat boleh diberikan kepadanya sesuai dengan ongkos perjalanan untuk
kembali ke negaranya.[14]

7. Golongan yang Tidak Boleh Menerima Zakat Fitrah


1. Orang yang kaya harta benda dan uang
2. Budak (selain budak mukatab). Budak mukatab yaitu budak yang bisa merdeka dengan syarat
tertentu, adapun budak qin adalah budak asli: seluruh hidup dan tubuhnya melekat nama budak;
budak mudabbir: bisa merdeka setelah tuannya meninggal
3. Bani Muthalib
4. Bani Hasyim
5. Orang Kafir
6. Orang kuat untuk berusaha
7. Nabi Muhammad SAW

8. Hikmah Disyariatkannya Zakat Fitrah


a. Sebagai penyuci bagi orang yang berpuasa yang jatuh ke dalam perbuatan sia-sia dan juga
ucapan keji.
b. Sebagai bantuan kepada kaum fakir miskin dan kaum lainnya serta mencukupi mereka dari
meminta-minta pada hari Idul Fitri.
B. Zakat Mal
1. Pengertian Mal (harta)
a. Menurut bahasa (lughat), harta adalah segala sesuatu yang diinginkan sekali sekali oleh manusia
untuk memiliki, memanfaatkan dan menyimpannya
b. Menurut syar'a, harta adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki (dikuasai) dan dapat digunakan
(dimanfaatkan) menurut ghalibnya (lazim).
Sesuatu dapat disebut dengan maal (harta) apabila memenuhi 2 (dua) syarat, yaitu:
1) Dapat dimiliki, disimpan, dihimpun, dikuasai
2) Dapat diambil manfaatnya sesuai dengan ghalibnya. Misalnya rumah, mobil, ternak, hasil
pertanian, uang, emas, perak, dll.

2. Syarat-syarat Kekayaan yang Wajib di Zakati


a. Milik Penuh (Almilkuttam)
Almilkuttam berarti harta yang berada dalam kontrol dan kekuasaa seseorang secara penuh, dan
dapat diambil manfaatnya secara penuh. Harta tersebut didapatkan melalui proses pemilikan
yang dibenarkan menurut syariat islam, seperti : usaha, warisan, pemberian negara atau orang
lain dan cara-cara yang sah. Sedangkan apabila harta tersebut diperoleh dengan cara yang
haram, maka zakat atas harta tersebut tidaklah wajib, sebab harta tersebut harus dibebaskan dari
tugasnya dengan cara dikembalikan kepada yang berhak atau ahli warisnya.
b. Berkembang
Yaitu : harta tersebut dapat bertambah atau berkembang bila diusahakan atau mempunyai
potensi untuk berkembang.
c. Cukup Nishab
Artinya harta tersebut telah mencapai jumlah tertentu sesuai dengan ketetapan syara'. sedangkan
harta yang tidak sampai nishabnya terbebas dari Zakat
d. Lebih Dari Kebutuhan Pokok (Alhajatul Ashliyah)
Kebutuhan pokok adalah kebutuhan minimal yang diperlukan seseorang dan keluarga yang
menjadi tanggungannya, untuk kelangsungan hidupnya. Artinya apabila kebutuhan tersebut
tidak terpenuhi yang bersangkutan tidak dapat hidup layak. Kebutuhan tersebut seperti
kebutuhan primer atau kebutuhan hidup minimum (KHM), misal, belanja sehari-hari, pakaian,
rumah, kesehatan, pendidikan, dsb.
e. Bebas Dari hutang
Orang yang mempunyai hutang sebesar atau mengurangi senishab yang harus dibayar pada
waktu yang sama (dengan waktu mengeluarkan zakat), maka harta tersebut terbebas dari zakat.
f. Berlalu Satu Tahun (Al-Haul)
Maksudnya adalah bahwa pemilikan harta tersebut sudah belalu satu tahun. Persyaratan ini
hanya berlaku bagi ternak, harta simpanan dan perniagaan. Sedang hasil pertanian, buah-buahan
dan rikaz (barang temuan) tidak ada syarat haul.

3. Harta yang Wajib di Zakati dan Nishabnya


Al-Qur’an mengungkapkan tentang orang-orang fakir, bahwa mereka betul-betul suatu
kelompok yang mempunyai hak bagi harta-harta benda orang kaya, seperti yang di ungkapkan
surat Al-Dzariat ayat 19:
“Dan pada harta-harta mereka, ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin
yang tidak mendapat bagian“
Ayat ini tidak membedakan antara harta pertanian, pertukangan (pabrik atau buruh), dan
perdagangan. Dan tidak kalah pentingnya zakat adalah salah satu cara untuk membuktikan jihad,
yaitu pengorbanan dengan jiwa raga demi merindukan perjumpaan dengan Allah SWT.
[15] Maka dari itu, ulama madzhab mewajibkan binatang ternak, biji-bijian, buah-buahan, uang
dan barang tambang untuk dizakati. Sementara menurut Imamiyah zakat di wajibkan pada
binatang, tanaman dan mata uang tertentu. Jumlah keseluruhannya ada Sembilan, yaitu: unta,
sapi, dan kambing (dari binatang); hinthah, sya’ir, kurma dan kismis (dari tanaman); emas dan
perak (dari mata uang). Selain dari hal-hal tersebut hanya disunahkan pada zakat, tidak wajib.
[16]

a. Binatang Ternak
Hewan ternak meliputi hewan besar (unta, sapi, kerbau), hewan kecil (kambing, domba)
dan unggas (ayam, itik, burung). Nisab untuk unta adalah 5 ekor, sapi/kerbau 30 ekor, dan
kambing 40 ekor.
Jumlah zakat unta adalah sebagaimana dijelaskan dalam sabda Nabi SAW. Di bawah ini
:
“Setiap 24 ekor unta atau kurang, maka zakatnya adalah seekor kambing betin untuk
setiap 5 ekor unta. Jika jumlahnya 25 hingga 35 ekor, maka zakatnya seekor anak betina
berumur 1-2 tahun atau seekor anak unta jantan berumur 2-3 tahun. Jika jumlahnya 36 ekor
sampai 45 ekor, maka zakatnya seekor anak unta berumur 2-3 tahun. Jika jumlahnya 46-60 ekor
unta, maka zakatnya adalah seekor unta betina berumur 3-4 tahun.” (HR Bukhari)[17]
Jumlah zakat sapi adalah sebagaimana dijelaskan Nabi SAW :

“Sesungguhnya ketika Nabi SAW. Mengutusnya (Mu’adz) ke yaman. Nabi memerintahkan untuk
memungut zakat dari setiap 30 ekor sapi, seekor anak sapi jantan atau betina yang masih muda,
dan dari 40 ekor diambil zakatnya seekor sapi yang telah berumur.” (HR Bukhari)[18]

Jumlah zakat kambing adalah sebagaimana dijelaskan Nabi SAW :

“Jika (Seorang memiliki) kambing berjumlah 40-120 ekor, maka zakatnya seekor kambing. Jika
mencapai 121-200 ekor, maka zakatnya dua ekor kambing. Jika mencapai 201-300 ekor, maka
zakatnya tiga ekor kambing.” (HR Bukhari dari Anas r.a.)[19]
Ada pun rinciannya adalah sebagai berikut:
Jenis Harta Nishob Jumlah Zakat Keterangan
Unta 5-9 ekor 1 kambing Umur 1 tahun
10-14 ekor 2 kambing Umur 2 tahun
15 -19 ekor 3 kambing Umur 1 tahun
20-24 ekor 4 kambing Umur 1 dan 2 tahun
25-35 ekor 1 anak unta 2 tahun lebih
Kambing 40-120 ekor 1 kambing betina 2 tahun lebih
121-200 ekor 2 kambing betina 2 tahun lebih
201-399 ekor 3 kambing betina 2 tahun lebih
400-499 ekor 4 kambing betina 2 tahun lebih
Sapi 30-39 ekor 1 anak sapi/kerbau 1 tahun lebih
dan kerbau 40-59 ekor 1 anak sapi/kerbau 1 tahun lebih
60-69 ekor 2 anak sapi/kerbau 2 tahun lebih
70-79 ekor 2 anak sapi/kerbau 1 tahun lebih
b. Emas Dan Perak
Emas dan perak merupakan logam mulia yang selain merupakan tambang elok, juga
sering dijadikan perhiasan. Emas dan perak juga dijadikan mata uang yang berlaku dari waktu
ke waktu. Islam memandang emas dan perak sebagai harta yang (potensial) berkembang. Oleh
karena syara' mewajibkan zakat atas keduanya, baik berupa uang, leburan logam, bejana,
souvenir, ukiran atau yang lain.
Termasuk dalam kategori emas dan perak, adalah mata uang yang berlaku pada waktu itu
di masing-masing negara. Oleh karena segala bentuk penyimpanan uang seperti tabungan,
deposito, cek, saham atau surat berharga lainnya, termasuk kedalam kategori emas dan perak.
sehingga penentuan nishab dan besarnya zakat disetarakan dengan emas dan perak.
Demikian juga pada harta kekayaan lainnya, seperti rumah, villa, kendaraan, tanah, dll.
Yang melebihi keperluan menurut syara' atau dibeli/dibangun dengan tujuan menyimpan uang
dan sewaktu-waktu dapat di uangkan. Pada emas dan perak atau lainnya yang berbentuk
perhiasan, asal tidak berlebihan, maka tidak diwajibkan zakat atas barang-barang tersebut.
Dalam hal ini, Rasulullah SAW. Bersabda :

“Jika engkau mempunyai duaratus dirham dan telah tersimpan satu tahun, kamu wajib
mengeluarkan zakatnya lima dirham. Engkau tidak wajib mengeluarkan zakatnya hingga engku
memiliki duapuluh dinar dan telah tersimpan selama satu tahun, maka wajib dikeluarkan
zakatnya sebanyak setengah dinar. Jika lebih dari itu maka perhitungkanlah kadarnya. Tidak
ada kewajiban zakat atas harta kekayaan, kecuali telah tersimpan satu tahun.” (HR Abu Daud
dari Ali r.a.)[20]
Berikut rinciannya :
Jenis Harta Nishob Jumlah Keterangan
Zakat
Emas 85 gr 2,5 % -
Perak 595 gr 2,5% -

c. Harta Perniagaan
Harta perniagaan adalah semua yang diperuntukkan untuk diperjual-belikan dalam
berbagai jenisnya, baik berupa barang seperti alat-alat, pakaian, makanan, perhiasan, dll. Hal ini
tidak termasuk yang masih dipakai dan alat-alat keperluan perniagaan yang tidak
diperjualbelikan. Perniagaan tersebut di usahakan secara perorangan atau perserikatan seperti
CV, PT, Koperasi, dan lain sebagainya. Lebih detail hal ini telah diungkapkan dalam sabda Nabi
SAW, berikut ini :

“Sesungguhnya Rasulullah SAW. Menyuruh kita untuk mengeluarkan zakat atas sesuatu yang
dipersiapkan untuk dijual.”
Hadis ini tidak mensyaratkan adanya syarat tertentu, baik menyangkut jenis,
nisab, haul, dan kadar kewajibannya. Oleh sebab itu para ulama menyamakan permasalahan
zakat perniagaan sebagai komoditas perdagangan dengan emas dan perak.[21]
Jenis Harta Nishob Jumlah Keterangan
Zakat
Harta Perniagaan 85 gr emas 25 % Setelah 1 tahun
Nishibnya:jumlah
barang yang ada
+laba 1 tahun

d. Hasil Pertanian
Hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis
seperti biji-bijian, umbi-umbian, sayur-mayur, buah-buahan, tanaman hias, rumput-rumputan,
dedaunan, dll. Lebih detainya lagi akan terungkap dalam ayat berikut ini :

Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah
haknya dihari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah
kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yan berlebih-lebihan. (QS
Al-An’am : 141)
Berdasarkan ayat ini, maka saat jatuh tempo hasil pertanian adalah pada saat panen.
Dalam hal ini Nabi SAW. Menegaskan bahwa jenis buah-buahan yang dikenakan zakat
terdiri dari empat macam :

“Janganlah kalian pungut zakatnya, kecuali dari empat jenis, yaitu : gandum, kedelai, anggur
dan kurma.” (HR Thabrani dan Hakim)
Menyangkut nisab buah-buahan, Nabi SAW. Menjelaskannya sebagai berikut:

“Tiada zakat pada buah-buahan dan biji-bijian yang kurang dari lima wasaq.” (HR Bukhari
dan Muslim)
Sedangkan kadar yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah sebagaimana yang dijelaskan
Nabi SAW. Dalam hadis berikut :

“Pada hasil pertanian yang diairi hujan atau mata air, zakatnya adalah sepersepuluh, sedangkn
yang diari dengan kincir, zkatnya seperduapuluh.” (HR Bukhari, Ahmad dan Ahlu Sunan)[22]

Jenis Harta Nishob Jumlah Keterangan


Zakat
Hasil Tanaman 5 Watsaq 5 % jika Setiap panen
senilai 653 kg dengan
beras irigasi
10 % tanpa
irigasi

e. Ma’din (Hasil Tambang)

Ma'din (hasil tambang) adalah benda-benda yang terdapat di dalam perut bumi dan
memiliki nilai ekonomis seperti emas, perak, timah, tembaga, marmer, giok, minyak bumi, batu-
bara, dll. Kekayaan laut adalah segala sesuatu yang dieksploitasi dari laut seperti mutiara,
ambar, marjan, dll. Hal ini terdapat dalam hadis berikut :

“Sesungguhnya Rasulullah SAW. Memungut zakat dari barang tambang.” (HR


Abu Daud)
Hadis ini juga tidak menyebutkan persyaratan tertentu, baik menyangkut nisab,
haul maupun kadar yang harus dikeluarkan. Oleh sebab itu, diantara para ulama ada yang
menyamakan permasalahannya dengan kekayaan emas dan perak dan ada pula yang
menyamakannya dengan harta rikaz.[23]

Jenis Harta Nishob Jumlah Keterangan


Zakat
Hasil tambang Senilai 2,5 % Setiap mendapatkan
dengan 85 gr
emas

f. Rikaz

Rikaz adalah harta terpendam dari zaman dahulu atau biasa disebut dengan harta karun.
Termasuk didalamnya harta yang ditemukan dan tidak ada yang mengaku sebagai
pemiliknya. Lebih detailnya Rasulullah SAW bersabda :

“Zakat atas harta rikaz adalah seperlima.” (Muttafaq ‘Alaih)


Hadis ini juga tidak menyebutkan adanya ketentuan-ketentuan, baik menyangkut
nisab maupun haulnya.[24]

Jenis Harta Nishob Jumlah Keterangan


Zakat
-Harta Karun Tidak ada 20 % Setiap mendapatkan
-Barang Temuan nishab

g. Profesi, Saham, Benda-Benda Produktif


Selain harta di atas gaji dari profesi seseorang, saham, dan benda-benda produktif (yang
menghasilkan uang) jika sudah mencapai nishab maka wajib dizakati. Berikut adalah rinciannya:

Jenis Harta Nishob Jumlah Keterangan


Zakat
Profesi
1. Qiyas ke emas 85 gr 2,5 % Setelah 1 tahun
2. Qiyas ke 653 kg beras 2,5% Setiap mendapatkan
tanaman dan
emas
3. Qiyas ke 653 kg beras 5% Setiap mendapatkan
tanaman
Saham 85 gr emas 2,5 emas Harga
saham+keuntungan
Benda-benda 653 kg beras 5 % atau Dari penghasilan
produktif 10%

4. Mustahik zakat Mal

Mustahik zakat mal ada 8 golongan sebagaimana tercantum dalam al-Qur’an Surat At-
Taubah [9] ayat 60:

Artinya:
“Hanya sedekah-sedekah itu (zakat) diberikan kepada fakir miskin, orang yang bekerja
mengurus zakat (amil), orang-orang yang hatinya mulai terpau dengan islam (muallaf), budak-
budak, orang-orang yang berhutang, orang-orang yang di jalan Allah, serta kepada orang-
orang yang dalam perjalanan.” (Q.S At-Taubah :60)
Dari ayat di atas sebagian ulama berpendapat bahwa orang yang berhak
menerima zakat mal terdiri dari delapan golongan, yaitu:

a. Fakir
b. Miskin
c. Amil, panitia yang mengurusi penerimaan dan pembagian zakat
d. Mualaf, orang yang baru masuk Islam
e. Hamba sahaya atau budak
f. Gharim, orang-orang yang terlilit utang tapi untuk kemaslahatan
g. Sabilillah, orang yang berjuang di jalan Allah
h. Ibn Sabil, Orang yang dalam perjalanan namun kehabisan bekal.

5. Akibat Orang yang Tidak Mengeluarkan Zakat Mal


a. Hartanya tidak suci
b. Hartanya tidak berkah
c. Tergolong kufur nikmat
d. Tertanam jiwa kikir/bakhil.

6. Hikmah Zakat Mal


Di antara hikmah zakat mal yaitu:
a. Sebagai rasa syukur kepada allah atas nikmat yang telah diberikannya.
b. Dapat meringankan beban fakir miskin dan mustahik zakat yang lainnya, sehingga dapat hidup
lebih layak
c. Dapat menjadil hubungan kasih sayang antara si kaya dengan si miskin
d. Dapat meningkatkan kesejahteraan umat Islam secara umum.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Zakat adalah salah satu rukun Islam. Zakat secara bahasa berarti tumbuh dan bertambah.
Dan menurut syari’at berarti sedekah wajib dari sebagian harta, sebab dengan mengeluarkan
zakat, maka pelakunya akan tumbuh mendapat kedudukan tinggi di sisi Allah SWT dan menjadi
orang yang suci serta disucikan. Juga bisa berarti berkah, bersih, suci, subur, dan berkembang
maju.
Macam-macam zakat secara garis besar ada dua macam yaitu zakat harta benda atau
maal dan zakat fitrah. Mengenai zakat maal, maal sendiri menurut bahasa berarti harta. Jadi,
zakat maal yaitu zakat yang harus dikeluarkan setiap umat muslim terhadap harta yang dimiliki,
yang telah memenuhi syarat, haul, dan nishabnya. Sedangkan zakat fitrah disini berarti juga
zakat badan atau tubuh kita. Setiap menjelang Idul Fitri orang Islam diwajibkan membayar zakat
fitrah sebanyak 3 liter dari jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari.
Harta-harta yang wajib dizakati diantaranya emas dan perak, hasil tambang dan tanaman
jahiliyah,penemuan benda-benda terpendam (rikaz), barang dagangan, makanan pokok dan
buah-buahan, binatang ternak, perusahaan dan penghasilan. Sedangkan para mustahiq zakat
yaitu fuqara, masakin, amilin, muallaf, riqab, ghorimin, sabilillah, dan ibn sabil.

B. Kritik dan Saran

Penyusun mengakui dan menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat
kekurangan yang tidak lain adalah dari keterbatasan penyusun. Untuk itu, penyusun berharap
kepada para pembaca makalah ini bila di dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dimohon
untuk memberikan masukan, kritik, dan saran yang membangun sehingga dapat menjadi
masukan yang berharga bagi penyusun dan menjadi lebih baik dalam menyelesaikan tugas-tugas
berikutnya.
Daftar Pustaka

Al-Ghazali, 2003, Rahasia Puasa dan Zakat, cet 14; Bandung: Penerbit Karisma.
Hassan Saleh, 2008, Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Ibrani, Darsono,2008. Penerapan Fikih untuk kelas VIII Madrasah Tsanawiah, Solo: Tiga Serangkai.
M. Jawad Mughniyah, 2004, Fiqih Lima Madzhab, cet 12; Jakarta: Lentera.
M. Jawad Mughniyah, 2009, Fiqih Imam Ja’far Shadiq, cet 5; Jakarta: Lentera.
Moh. Rifa’i, 1978, Fiqh Lengkap, Semarang: PT. Karya Toha Putra.
Syamsul Rizal Hamid, 2006, 206 Petuah Rasulullah Saw. Seputar Masalah Zakat &
Puasa, Bogor: Cahaya Salam.

[1] Moh. Rifa’i, Fiqh Lengkap,(Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1978), hal. 346.
[2] Syamsul Rizal Hamid, 206 Petuah Rasulullah Saw. Seputar Masalah Zakat &
Puasa, (Bogor: Cahaya Salam, 2006), hal. 48.
[3] M. Jawad Mughniyah. Fiqih Imam Ja’far Shadiq (cet 5; Jakarta: Lentera, 2009), hal
403
[4] M. Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Madzhab, (cet 12; Jakarta: Lentera, 2004), hal 190
[5] M. Jawad Mughniyah, Fiqih Imam Ja’far Shadiq. hal 435-436
[6] M. Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Madzhab. hal 190
[7] M. Jawad Mughniyah , Fiqih Imam Ja’far Shadiq. hal 435
[8] M. Jawad Mughniyah , Fiqih Lima Madzhab. hal 190
[9] M. Jawad Mughniyah , Fiqih Imam Ja’far Shadiq. hal 439
[10] M. Jawad Mughniyah , Fiqih Lima Madzhab. hal 192
[11] M. Jawad Mughniyah , Fiqih Imam Ja’far Shadiq. hal 440
[12] Ibid., hal 440
[13] Ibid., hal 441
[14] M. Jawad Mughniyah , Fiqih Lima Madzhab. hal 193
[15] Al-Ghazali, Rahasia Puasa dan Zakat (cet 14; Bandung: Penerbit Karisma, 2003), hal 67.
[16] M. Jawad Mughniyah, Fiqih Imam Ja’far Shadiq. hal 320
[17] Hassan Saleh, Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008),
hal.165.
[18] Hassan Saleh, Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer, hal. 166.
[19] Ibid.
[20] Hassan Saleh, Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer, hal. 164.
[21] Hassan Saleh, Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer, hal. 168.
[22] Hassan Saleh, Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer, hal. 167.
[23] Hassan Saleh, Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer, hal. 169.

Anda mungkin juga menyukai