DI
S
U
S
U
N
OLEH :
1. Nur Aisah
2. Wulan Ramadani
3. Tri Nur Afia
4. Gita Mey Amanda
5. Lailatul Ilmiah
Telah diperiksa
Tgl : 30 November 2019
Guru Pembimbing
A. Latar Belakang
Polemik zakat memang tidak asing dikalangan masyarakat muslim, zakat sebagai salah
satu rukun islam, tepatnya rukum islam yang ke empat adalah sangat penting. Ada 82 tempat di
dalam Al-Qur’an yang menyebutkan tentang zakat beriringan dengan shalat. Kedudukan anatara
zakat dan shalat yang sering dikaitkan di beberapa ayat dalam Al-Qur’an mrenunjukkan bahwa
zakat dari segi keutamaan hampir sama seperti halnya shalat. Shalat dikatakan sebagai ibadah
badaniah dan zakat dkatakan sebagai ibadah maliyah yang paling utama.
Zakat fitrah sebagai salah satu zakat yang paling penting bagi muslim, memang tidak ada
penjelasan secara khusus dari dalam Al-Qur’an, tetapi penjelasan kewajiban zakat itu dijelaskan
di dalam hadist Nabi. Zakat fitrah itu diwajibkan baik itu laki-laki, perempuan, merdeka,
ataupun budak sekalipun.
Zakat merupakan suatu kewajiban bagi umat Islam yang digunakan untuk membantu
masyarakat lain, menstabilkan ekonomi masyarakat dari kalangan bawah hingga kalangan atas,
sehingga dengan adanya zakat umat Islam tidak ada yang tertindas karena zakat dapat
menghilangkan jarak antara si kaya dan si miskin. Oleh karena itu, zakat sebagai salah satu
instrumen negara dan juga sebuah tawaran solusi untuk menbangkitkan bangsa dari
keterpurukan. Zakat juga sebuah ibadah mahdhah yang diwajibkan bagi orang-orang Islam,
namun diperuntukan bagi kepentingan seluruh masyarakat.
Zakat merupakan suatu ibadah yang dipergunakan untuk kemaslahatan umat sehingga
dengan adanya zakat (baik zakat fitrah maupun zakat maal) kita dapat mempererat tali
silaturahmi dengan sesama umat Islam maupun dengan umat lain.
Oleh karena itu kesadaran untuk menunaikan zakat bagi umat Islam harus ditingkatkan
baik dalam menunaikan zakat fitrah yang hanya setahun sekali pada bulan ramadhan, maupun
zakat maal yang seharusnya dilakukan sesuai dengan ketentuan zakat dalam yang telah
ditetapkan baik harta, hewan ternak, emas, perak dan sebagainya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah dijelaskan maka dapat dibuat perumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa itu zakat fitrah dan apa saja ketentuan Zakat Fitrah ?
2. Apa itu zakat mal dan apa saja ketentuan Zakat Mal ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan diatas, tujuan penulisan makalah ini adalah untuk :
1. Mengetahui apa itu zakat fitrah dan ketentuannya.
2. Mengetahui apa itu zakat mal dan ketentuannya.
BAB II
PEMBAHASAN
Standar Kompetensi :
Memahami Zakat
Kompetensi Dasar :
Menjelaskan pengertian zakat fitrah dan zakat mal
Membedakan antara zakat fitrah dan zakat mal
Menjelaskan orang yang berhak menerima zakat fitrah dan zakat mal
Mempraktikkan pelaksanaan zakat fitrah dan zakat mal
Sebelum membahas lebih jauh tentang macam-macam zakat dan tata caranya, marilah
terlebih dulu kita ketahui apa itu zakat. Menurut bahasa(lughat), zakat berarti tumbuh;
berkembang; kesuburan atau bertambah. Zakat dapat pula berarti membersihkan atau
mensucikan.
Zakat menurut loghat artinya suci dan subur. Menurut istilah syara’ ialah: mengeluarkan
sebagian dari harta benda atas perintah Allah, sebagai shadaqah wajib atas mereka yang telah
ditetapkan menurut syarat yang telah ditentukan oleh hukum Islam.[1]
Dari segi bahasa, kata zakat merupakan mashdar (kata dasar) dari zaka yang berarti
berkah, tumbuh, bersih, baik dan bertambah. Dari segi istilah fikih, zakat adalah sebutan bagi
sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh Allah SWT agar diserahkan kepada orang-orang
yang berhak (mustahak).[2]
Zakat adalah salah satu rukun Islam. Zakat secara bahasa berarti tumbuh dan bertambah.
Dan menurut syari’at berarti sedekah wajib dari sebagian harta. Sebab dengan mengeluarkan
zakat, maka pelakunya akan tumbuh mendapat kedudukan tinggi di sisi Allah SWT dan
menjadi orang yang suci serta disucikan.[3]
Sementara itu menurut Hukum Islam (syara'), zakat adalah nama bagi suatu pengambilan
tertentu dari harta yang tertentu, menurut sifat-sifat yang tertentu dan untuk diberikan kepada
golongan tertentu.
Selain hal zakat kita juga mengenal istilah shadaqah dan infaq. Sebagian ulama fiqh
mengatakan bahwa sadaqah wajib dinamakan zakat, sedang sadaqah sunnah dinamakan infaq.
Sebagian yang lain mengatakan infaq wajib dinamakan zakat, sedangkan infaq sunnah
dinamakan shadaqah.
A. Zakat Fitrah
1. Pengertian Zakat Fitrah dan Hukumnya
Zakat fitrah adalah zakat terhadap jiwa yag wajib dikeluarkan oleh setiap muslim untuk
memberishkan drinya atau keluarganya yang menjadi tanggunannya pada hari raya Idul
Fitri. Rasulullah SAW bersabda, yang artinya:
“Zakat fitrah untuk membersihkan diri orang-orang yang berpuasa dari perbuatan yang tidak
berguna dan perkataan yang kotor serta untuk memberi makan kepada orang-orang miskin.”
Zakat fitrah disini berarti juga zakat badan atau tubuh kita. Setiap menjelang Idul Fitri
orang Islam diwajibkan membayar zakat fitrah sebanyak 3 liter dari jenis makanan yang
dikonsumsi sehari-hari. Hal ini ditegaskan dalam hadist dari Ibnu Umar, katanya “Rasulullah
SAW mewajibkan zakat fitrah, berbuka bulan Ramadhan, sebanyak satu sha’ (3,1 liter) tamar
atau gandum atas setiap muslim merdeka atau hamba, lelaki atau perempuan.“(H.R. Bukhari).
Hukum Zakat fitra adalah wajib. Berdasarkan firman Allah:
Artinya:
“Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'” (QS.
Al Baqarah : 43)
Artinya:
“Hanya sedekah-sedekah itu (zakat) diberikan kepada fakir miskin, orang yang bekerja
mengurus zakat (amil), orang-orang yang hatinya mulai terpau dengan islam (muallaf), budak-
budak, orang-orang yang berhutang, orang-orang yang di jalan Allah, serta kepada orang-
orang yang dalam perjalanan.” (Q.S At-Taubah :60)
a. Binatang Ternak
Hewan ternak meliputi hewan besar (unta, sapi, kerbau), hewan kecil (kambing, domba)
dan unggas (ayam, itik, burung). Nisab untuk unta adalah 5 ekor, sapi/kerbau 30 ekor, dan
kambing 40 ekor.
Jumlah zakat unta adalah sebagaimana dijelaskan dalam sabda Nabi SAW. Di bawah ini
:
“Setiap 24 ekor unta atau kurang, maka zakatnya adalah seekor kambing betin untuk
setiap 5 ekor unta. Jika jumlahnya 25 hingga 35 ekor, maka zakatnya seekor anak betina
berumur 1-2 tahun atau seekor anak unta jantan berumur 2-3 tahun. Jika jumlahnya 36 ekor
sampai 45 ekor, maka zakatnya seekor anak unta berumur 2-3 tahun. Jika jumlahnya 46-60 ekor
unta, maka zakatnya adalah seekor unta betina berumur 3-4 tahun.” (HR Bukhari)[17]
Jumlah zakat sapi adalah sebagaimana dijelaskan Nabi SAW :
“Sesungguhnya ketika Nabi SAW. Mengutusnya (Mu’adz) ke yaman. Nabi memerintahkan untuk
memungut zakat dari setiap 30 ekor sapi, seekor anak sapi jantan atau betina yang masih muda,
dan dari 40 ekor diambil zakatnya seekor sapi yang telah berumur.” (HR Bukhari)[18]
“Jika (Seorang memiliki) kambing berjumlah 40-120 ekor, maka zakatnya seekor kambing. Jika
mencapai 121-200 ekor, maka zakatnya dua ekor kambing. Jika mencapai 201-300 ekor, maka
zakatnya tiga ekor kambing.” (HR Bukhari dari Anas r.a.)[19]
Ada pun rinciannya adalah sebagai berikut:
Jenis Harta Nishob Jumlah Zakat Keterangan
Unta 5-9 ekor 1 kambing Umur 1 tahun
10-14 ekor 2 kambing Umur 2 tahun
15 -19 ekor 3 kambing Umur 1 tahun
20-24 ekor 4 kambing Umur 1 dan 2 tahun
25-35 ekor 1 anak unta 2 tahun lebih
Kambing 40-120 ekor 1 kambing betina 2 tahun lebih
121-200 ekor 2 kambing betina 2 tahun lebih
201-399 ekor 3 kambing betina 2 tahun lebih
400-499 ekor 4 kambing betina 2 tahun lebih
Sapi 30-39 ekor 1 anak sapi/kerbau 1 tahun lebih
dan kerbau 40-59 ekor 1 anak sapi/kerbau 1 tahun lebih
60-69 ekor 2 anak sapi/kerbau 2 tahun lebih
70-79 ekor 2 anak sapi/kerbau 1 tahun lebih
b. Emas Dan Perak
Emas dan perak merupakan logam mulia yang selain merupakan tambang elok, juga
sering dijadikan perhiasan. Emas dan perak juga dijadikan mata uang yang berlaku dari waktu
ke waktu. Islam memandang emas dan perak sebagai harta yang (potensial) berkembang. Oleh
karena syara' mewajibkan zakat atas keduanya, baik berupa uang, leburan logam, bejana,
souvenir, ukiran atau yang lain.
Termasuk dalam kategori emas dan perak, adalah mata uang yang berlaku pada waktu itu
di masing-masing negara. Oleh karena segala bentuk penyimpanan uang seperti tabungan,
deposito, cek, saham atau surat berharga lainnya, termasuk kedalam kategori emas dan perak.
sehingga penentuan nishab dan besarnya zakat disetarakan dengan emas dan perak.
Demikian juga pada harta kekayaan lainnya, seperti rumah, villa, kendaraan, tanah, dll.
Yang melebihi keperluan menurut syara' atau dibeli/dibangun dengan tujuan menyimpan uang
dan sewaktu-waktu dapat di uangkan. Pada emas dan perak atau lainnya yang berbentuk
perhiasan, asal tidak berlebihan, maka tidak diwajibkan zakat atas barang-barang tersebut.
Dalam hal ini, Rasulullah SAW. Bersabda :
“Jika engkau mempunyai duaratus dirham dan telah tersimpan satu tahun, kamu wajib
mengeluarkan zakatnya lima dirham. Engkau tidak wajib mengeluarkan zakatnya hingga engku
memiliki duapuluh dinar dan telah tersimpan selama satu tahun, maka wajib dikeluarkan
zakatnya sebanyak setengah dinar. Jika lebih dari itu maka perhitungkanlah kadarnya. Tidak
ada kewajiban zakat atas harta kekayaan, kecuali telah tersimpan satu tahun.” (HR Abu Daud
dari Ali r.a.)[20]
Berikut rinciannya :
Jenis Harta Nishob Jumlah Keterangan
Zakat
Emas 85 gr 2,5 % -
Perak 595 gr 2,5% -
c. Harta Perniagaan
Harta perniagaan adalah semua yang diperuntukkan untuk diperjual-belikan dalam
berbagai jenisnya, baik berupa barang seperti alat-alat, pakaian, makanan, perhiasan, dll. Hal ini
tidak termasuk yang masih dipakai dan alat-alat keperluan perniagaan yang tidak
diperjualbelikan. Perniagaan tersebut di usahakan secara perorangan atau perserikatan seperti
CV, PT, Koperasi, dan lain sebagainya. Lebih detail hal ini telah diungkapkan dalam sabda Nabi
SAW, berikut ini :
“Sesungguhnya Rasulullah SAW. Menyuruh kita untuk mengeluarkan zakat atas sesuatu yang
dipersiapkan untuk dijual.”
Hadis ini tidak mensyaratkan adanya syarat tertentu, baik menyangkut jenis,
nisab, haul, dan kadar kewajibannya. Oleh sebab itu para ulama menyamakan permasalahan
zakat perniagaan sebagai komoditas perdagangan dengan emas dan perak.[21]
Jenis Harta Nishob Jumlah Keterangan
Zakat
Harta Perniagaan 85 gr emas 25 % Setelah 1 tahun
Nishibnya:jumlah
barang yang ada
+laba 1 tahun
d. Hasil Pertanian
Hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis
seperti biji-bijian, umbi-umbian, sayur-mayur, buah-buahan, tanaman hias, rumput-rumputan,
dedaunan, dll. Lebih detainya lagi akan terungkap dalam ayat berikut ini :
Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah
haknya dihari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah
kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yan berlebih-lebihan. (QS
Al-An’am : 141)
Berdasarkan ayat ini, maka saat jatuh tempo hasil pertanian adalah pada saat panen.
Dalam hal ini Nabi SAW. Menegaskan bahwa jenis buah-buahan yang dikenakan zakat
terdiri dari empat macam :
“Janganlah kalian pungut zakatnya, kecuali dari empat jenis, yaitu : gandum, kedelai, anggur
dan kurma.” (HR Thabrani dan Hakim)
Menyangkut nisab buah-buahan, Nabi SAW. Menjelaskannya sebagai berikut:
“Tiada zakat pada buah-buahan dan biji-bijian yang kurang dari lima wasaq.” (HR Bukhari
dan Muslim)
Sedangkan kadar yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah sebagaimana yang dijelaskan
Nabi SAW. Dalam hadis berikut :
“Pada hasil pertanian yang diairi hujan atau mata air, zakatnya adalah sepersepuluh, sedangkn
yang diari dengan kincir, zkatnya seperduapuluh.” (HR Bukhari, Ahmad dan Ahlu Sunan)[22]
Ma'din (hasil tambang) adalah benda-benda yang terdapat di dalam perut bumi dan
memiliki nilai ekonomis seperti emas, perak, timah, tembaga, marmer, giok, minyak bumi, batu-
bara, dll. Kekayaan laut adalah segala sesuatu yang dieksploitasi dari laut seperti mutiara,
ambar, marjan, dll. Hal ini terdapat dalam hadis berikut :
f. Rikaz
Rikaz adalah harta terpendam dari zaman dahulu atau biasa disebut dengan harta karun.
Termasuk didalamnya harta yang ditemukan dan tidak ada yang mengaku sebagai
pemiliknya. Lebih detailnya Rasulullah SAW bersabda :
Mustahik zakat mal ada 8 golongan sebagaimana tercantum dalam al-Qur’an Surat At-
Taubah [9] ayat 60:
Artinya:
“Hanya sedekah-sedekah itu (zakat) diberikan kepada fakir miskin, orang yang bekerja
mengurus zakat (amil), orang-orang yang hatinya mulai terpau dengan islam (muallaf), budak-
budak, orang-orang yang berhutang, orang-orang yang di jalan Allah, serta kepada orang-
orang yang dalam perjalanan.” (Q.S At-Taubah :60)
Dari ayat di atas sebagian ulama berpendapat bahwa orang yang berhak
menerima zakat mal terdiri dari delapan golongan, yaitu:
a. Fakir
b. Miskin
c. Amil, panitia yang mengurusi penerimaan dan pembagian zakat
d. Mualaf, orang yang baru masuk Islam
e. Hamba sahaya atau budak
f. Gharim, orang-orang yang terlilit utang tapi untuk kemaslahatan
g. Sabilillah, orang yang berjuang di jalan Allah
h. Ibn Sabil, Orang yang dalam perjalanan namun kehabisan bekal.
Penyusun mengakui dan menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat
kekurangan yang tidak lain adalah dari keterbatasan penyusun. Untuk itu, penyusun berharap
kepada para pembaca makalah ini bila di dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dimohon
untuk memberikan masukan, kritik, dan saran yang membangun sehingga dapat menjadi
masukan yang berharga bagi penyusun dan menjadi lebih baik dalam menyelesaikan tugas-tugas
berikutnya.
Daftar Pustaka
Al-Ghazali, 2003, Rahasia Puasa dan Zakat, cet 14; Bandung: Penerbit Karisma.
Hassan Saleh, 2008, Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Ibrani, Darsono,2008. Penerapan Fikih untuk kelas VIII Madrasah Tsanawiah, Solo: Tiga Serangkai.
M. Jawad Mughniyah, 2004, Fiqih Lima Madzhab, cet 12; Jakarta: Lentera.
M. Jawad Mughniyah, 2009, Fiqih Imam Ja’far Shadiq, cet 5; Jakarta: Lentera.
Moh. Rifa’i, 1978, Fiqh Lengkap, Semarang: PT. Karya Toha Putra.
Syamsul Rizal Hamid, 2006, 206 Petuah Rasulullah Saw. Seputar Masalah Zakat &
Puasa, Bogor: Cahaya Salam.
[1] Moh. Rifa’i, Fiqh Lengkap,(Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1978), hal. 346.
[2] Syamsul Rizal Hamid, 206 Petuah Rasulullah Saw. Seputar Masalah Zakat &
Puasa, (Bogor: Cahaya Salam, 2006), hal. 48.
[3] M. Jawad Mughniyah. Fiqih Imam Ja’far Shadiq (cet 5; Jakarta: Lentera, 2009), hal
403
[4] M. Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Madzhab, (cet 12; Jakarta: Lentera, 2004), hal 190
[5] M. Jawad Mughniyah, Fiqih Imam Ja’far Shadiq. hal 435-436
[6] M. Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Madzhab. hal 190
[7] M. Jawad Mughniyah , Fiqih Imam Ja’far Shadiq. hal 435
[8] M. Jawad Mughniyah , Fiqih Lima Madzhab. hal 190
[9] M. Jawad Mughniyah , Fiqih Imam Ja’far Shadiq. hal 439
[10] M. Jawad Mughniyah , Fiqih Lima Madzhab. hal 192
[11] M. Jawad Mughniyah , Fiqih Imam Ja’far Shadiq. hal 440
[12] Ibid., hal 440
[13] Ibid., hal 441
[14] M. Jawad Mughniyah , Fiqih Lima Madzhab. hal 193
[15] Al-Ghazali, Rahasia Puasa dan Zakat (cet 14; Bandung: Penerbit Karisma, 2003), hal 67.
[16] M. Jawad Mughniyah, Fiqih Imam Ja’far Shadiq. hal 320
[17] Hassan Saleh, Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008),
hal.165.
[18] Hassan Saleh, Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer, hal. 166.
[19] Ibid.
[20] Hassan Saleh, Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer, hal. 164.
[21] Hassan Saleh, Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer, hal. 168.
[22] Hassan Saleh, Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer, hal. 167.
[23] Hassan Saleh, Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer, hal. 169.