Anda di halaman 1dari 18

PERHITUNGAN ZAKAT MAAL DAN ZAKAT PROFESI

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah : Perencanaan Keuangan Syariah
Dosen Pengampu : Mukhlishotul Jannah, S. E. M. M., M. Ak

Disusun oleh kelompok 8:


Dini Ahdiyati (191410065)
Rifatul Aini (191410066)
Widiya Yulianti (191410067)

JURUSAN EKONOMI SYARIAH/4/B


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA HASANUDIN BANTEN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Perhitungan Zakat Maal dan Zakat Profesi” ini dengan tepat waktu. Adapun
tujuan penulis untuk pembuatan makalah ini yaitu memenuhi tugas Perencanaan
Keuangan Syariah yang diajar oleh Mukhlishotul Jannah, S. E. M. M., M. Ak

Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah pengetahuan.

Penulis ucapkan terima kasih kepada Mukhlishotul Jannah, S. E. M. M.,


M. Ak selaku dosen telah memberikan tugas ini, sehingga penulis diberi
kesempatan untuk menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang penulis tekuni. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian makalah ini.

Serang, 11 September 2021

Penulis

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Zakat merupakan nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai
syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah untuk dikeluarkan dan diberikan
kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula. Zakat
merupakan salah satu pilar dari rukun islam. Allah SWT telah mewajibkan bagi
setiap muslim untuk mengeluarkan zakat sebagai penyuci harta mereka yaitu bagi
mereka yang memiliki harta sampai nisab (batas terendah wajibnya zakat) dan
telah lewat atas kepemilikan harta tersebut masa haul (satu tahun bagi harta
simpanan). Maka dari itu dalam pembahasan kali ini penulis akan menyampaikan
tentang perhitungan zakat maal dan zakat profesi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan zakat maal dan bagaimana cara
perhitungannya?
2. Apa yang dimaksud dengan zakat profesi dan bagaimana cara
perhitungannya?
C. Tujuan
1. Mengetahui tentang zakat maal dan cara perhitungannya
2. Mengetahui tentang zakat profesi dan cara perhitungannya

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Zakat Mal

1. Pengertian Zakat Mal

Zakat menurut bahasa berasal dari kata yang berarti tumbuh, kesuburan dan
pensucian. Kata zakat digunakan untuk pemberian harta tertentu karena di
dalamnya terdapat suatu harapan mendapat berkah, mensucikan diri dan
menumbuhkan harta tersebut untuk kebaikan. 1 Sedangkan menurut istilah zakat
adalah sebagai pemberian sesuatu yang wajib diberikan dari sekumpulan harta
tertentu, menurut sifat - sifat dan ukuran tertentu kepada golongan tertentu yang
berhak menerimanya. 2

Kata mal jamak dari kata amwal dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang
diinginkan sekali oleh manusia untuk memiliki dan menyimpannya. Pada mulanya
kekayaan sepadan dengan dengan emas dan perak, namun kemudian berkembang
menjadi segala barang yang dimiliki dan disimpan. 3 Dalam kitab Fathul Mu’in
disebutkan Zakat Mal (Zakat benda) adalah zakat yang dikeluarkan dari harta
benda tertentu misalnya emas, perak, binatang, tumbuhan (biji-bijian), dan harta
Perniagaan.4

Para pemikir ekonomi Islam kontemporer mendefinisikan zakat mal sebagai


harta yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau pejabat berwenang, kepada
masyarakat umum atau individu yang bersifat mengikat dan final, tanpa mendapat
imbalan tertentu yang dilakukan pemerintah sesuai dengan kemampuan pemilik
harta, yang dialoksikan untuk memenuhi kebutuhan delapan golongan yang telah
1
Sayid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Baerut Libanon: Dar al - Fikr, 1983), Jilid II., h., 276
2
Dr. Wahbah Zuhailiy, Al - Fiqhu al - Islami wa - Adalatuhu, (Damaskus: Dar al - Fikr,
1409, Juz II., h., 730
3
Mursyidi, Akutansi Zakat Kontemporer, (Bandung: Rosyda Karya, 2003), h., 89
4
Zainuddin bin Muhammad Al – Ghazali Al - Malibari, Fath Al - Mu’in, (Bairut : Darul Al
– Fikri,tt), h., 34

3
ditentukanoleh Al - Qur’an, serta untuk memenuhi tuntutan politik bagi keuangan
Islam.5

2. Dasar Hukum
Sebagai salah satu rukun Islam, zakat adalah fardhu ‘ain dan kewajiban
ta’abuddi. Dalam Al - Qur'an perintah zakat sama pentingnya dengan perintah
6
shalat. Zakat merupakan rukun agama Islam yang sama dengan rukun - rukun
agama Islam yang lain, merupakan fardhu dari fardhu - fardhu agama yang wajib
diselenggarakan. Di dalam Al-Qur'an banyak ayat yang menyuruh kita untuk
melaksanakan dan menunaikan zakat.

Dari Surah Al-Baqarah ayat 267 dapat diambil penjelasan bahwa Allah ta’ala
menganjurkan kepada hamba-hamba-Nya untuk menginfakkan sebagian apa yang
mereka dapatkan dalam berniaga, dan sebagian dari apa yang mereka panen dari
tanaman dari biji-bijian maupun buah-buahan, hal ini mencakup zakat uang
maupun seluruh perdagangan yang dipersiapkan untuk dijual belikan, juga hasil
pertanian dari biji-bijian dan buah-buahan. Termasuk dalam keumuman ayat ini,
infak yang wajib maupun yang sunnah.
Allah ta’ala memerintahkan untuk memilih yang baik dari itu semua dan tidak
memilih yang buruk, yaitu yang jelek lagi hina mereka sedekahkan kepada Allah,
seandainya mereka memberikan barang yang seperti itu kepada orang- orang yang
berhak mereka berikan, pastilah merekapun tidak akan meridhainya, mereka tidak
akan menerimanya kecuali dengan kedongkolan dan memi-cingkan mata. Maka
yang seharusnya adalah mengeluarkan yang tengah-tengah dari semua itu, dan
yang lebih sempurna adalah mengeluarkan yang paling baik. Sedangkan yang
dilarang adalah mengeluarkan yang jelek, karena yang ini tidaklah memenuhi
infak yang wajib dan tidak akan memperoleh pahala yang sempurna dalam infak
yang sunah.
Diantara hadits Rasulullah Saw. tentang kewajiban zakat dalam H.R Bukhori
Muslim yang artinya "Dari Sayyidina Ibnu Umar RA. Ia berkata Rasulullah Saw.
5
Nurdin Muhd Ali, Zakat Sebagai Instrument Dalam Kebijakan Fiskal, (Jakarta : Raja
Grafindo Persada, 2006), h., 6
6
Sahal Mahfudh, Nuansa Fiqih Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994), h., 145

4
bersabda: Agama Islam dibangun atas lima tiang, bersaksi bahwa tidak ada yag
berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan Allah,
mendirikan shalat, membayar zakat, haji dan puasa pada bulan Ramadhan".
Hadits ini mempunyai kedudukan yang agung, karena menerangkan asas dan
kaidah-kaidah Islam, yakni Islam dibangun di atasnya, yang dengannya seorang
hamba menjadi Muslim. Dan tanpa asas ini, seorang hamba berarti keluar dari
agama.
3. Syarat Harta Yang Wajib Di Zakati
1) Harta itu milik orang yang beragama Islam;
2) Harta itu adalah hak milik sepenuhnya seseorang;
3) Harta itu adalah harta yang produktif atau menghasilkan;
4) Harta itu telah mencapai satu nisab (syarat perhitungan minimal suatu harta
telah wajib untuk dizakati);
5) Harta itu merupakan surplus (kelebihan) dari kebutuhan primer;
6) Pada harta tersebut tidak ada tanggungan utang atau tidak sedang
menanggung utang jatuh tempo yang dapat megurangi nisbah minimal;
7) Khusus harta yang berupa emas, perak, peternakan, tertambangan dan
perdagangan, maka haruslah telah berusia lebih dari satu tahun.7

4. Pembagian Harta Mal


Zakat Mal (harta) terdiri dari emas dan perak, binatang, tumbuh – tumbuhan
(buah – buahan dan biji – bijian), dan barang perniagaan.

1) Zakat Emas dan Perak

a. Emas
Emas tidak wajib dizakati, kecuali telah mencapai dua puluh dinar. Jika
emas telah mencapai dua puluh dinar dan haul, wajib dikeluarkan zakatnya

7
Gustian Djuanda, Dkk, Pelaporan Zakat Pengurang Pajak penghasilan, (Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada, 2006), h., 17

5
sebesar 2,5 % atau setengah dinar. Lebih dari dua puluh dinar juga wajib
dikeluarkan zakatnya sebesar 2.5 %.8

b. Perak
Perak tidak wajib dizakati, kecuali telah mencapai dua ratus dirham. Jika
telah mencapai dua ratus dirham, wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2.5 %.
Selebihnya juga dihitung dengan perentase seeprti itu, baik sedikit maupun
banyak.9

2) Zakat Binatang

a. Unta
Unta baik unta Khurasany, baik unta arab campuran masing – masing 2,5
dan tidak ada zakat terhadap unta yang kurang dari lima ekor, jantan dan
betina.
Nisab Unta Banyaknya Zakat
10 ekor 2 ekor kambing
15 ekor 3 ekor kambing
20 ekor 4 ekor kambing
25 ekor 1 ekor unta binti makhadl yang betina. Jika tidaka da
bisa diberikan unta ibn labun jantan
36 ekor 1 ekor unta binti labun
46 ekor 1 ekor unta huqqah
61 ekor 1ekor unta jidz’ah
76 ekor 2 ekor unta binti labun
120 ekor 3 ekor unta binti labun
130 ekor Pada setiap 50 ekor, 1 ekor unta huqqah dan pada
setiap 40 ekor, 1 ekor unta binti labun. Maka pada 130
ekor, zakatnya 1 ekkor unta huqqah, 2 ekor unta binti

8
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Penerjemah Ahmad Shiddiq Thabrani, Dkk, ( Jakarta: Pena
Pundi Aksara, 2011), h., 65
9
Sayyid Sabiq, Op. cit., h., 66

6
labbun
140 ekor 2 ekor unta Huqqah, 2 ekor binti labun
150 ekor 3 ekor Huqqah
160 ekor 4 ekor binti labun
Keterangan :

 Binti Makhadl, unta betina yang berumur setahun masuk ke tahun kedua

 Binti Labun, unta betina yang berumur dua tahun, masuk ke tahun ketiga.

 Ibnu Labun, unta jantan yang berumur dua tahun, masuk ketahun ketiga.

b. Sapi (Kerbau)
Zakat sapi (kerbau) tidak secara rinci dijelaskan oleh Rasulullah, karena
itu terjadi perbedaan pendapat. Zakat sapi (kerbau) ditetapkan zakatnya
berdasarkan sunnah dan ijma’ (pendapat yang mashur). Adapun berdasarkan
hadits Mu’az bin Jabal yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Msyuruq, yaitu
nabi memerintahkan Mu’az supaya setiap 30 ekor sapi diambil zakatnya
seekor sapi yang berumur satu tahun dan diatur sebagai berikut:
Nisab Sapi Banyaknya Zakat
(Kerbau)
30 ekor 1 ekor anak sapi jantan atau betina umur 1 tahun

1 ekor anak sapi betina umur 2 tahun


40 ekor 2 ekor anak sapi jantan
60 ekor 1 ekor anak sapi betina umur 2 tahun dan 1 ekor
anak
70 ekor sapi jantan umur 1 tahun

2 ekor anak sapi betina umur 2 tahun


80 ekor 3 ekor anak sapi jantan umur 1 tahun
90 ekor 1 ekor anak sapi betina umur 1 tahun dan 2 ekor

7
anak
100 ekor sapi jantan 1 tahun

2 ekor anak sapi betina umur 2 tahun dan 1 ekor


anak
110 ekor sapi jantan umur 1 tahun

3 ekor anak sapi betina umur 2 tahun dan 3 ekor


anak
120 ekor sapi jantan umur 1 tahun

c. Kambing (Domba)
Zakat kambing atau domba wajib dikeluarkan berdasarkan hadits dan
ijma’, dalam hadits disebutkan yang artinya: Zakat kambing (domba) bila
sampai 40 ekor sampai 120 ekor, 1 ekor kambing. (HR. Bukhori). Lebih rinci
dikemukakan sebagai berikut:
Nisab Kambing (Domba) Banyaknya Zakat
40- 120 ekor 1 ekor kambing

121 – 200 ekor 2 ekor kambing


201 - 399 ekor 3 ekor kambing
121 - 499 ekor 4 ekor kambing
201 - 599 ekor 5 ekor kambing10

3) Zakat Tumbuh – Tumbuhan dan Buah – Buahan


Semua ulama mazhab sepakat bahwa jumlah (kadar) yang wajib dikeluarkan
dalam zakat tumbuh – tumbuhan/tanaman dan buah – buahan adalah seper
sepuluh atau sepuluh persen (10 %), kalau tanaman dan buah – buahan tersebut
disirami air hujan atau air dari sungai. Tapi jika air yang dipergunakannya dengan

10
M. Ali Hasan, Zakat dan Infak Salah Satu Solusi Mengatasi Problema Sosial di Indoensia,
(Jakarta: kencana, 2008), h., 31 - 33

8
air irigasi (dengan membayar) dan sejenisnya, maka cukup mengeluarkan lima
persen (5%).
Ulama mazhab sepakat, selain Hanafi bahwa nisab tanaman dan buah –
buahan ada lima ausaq. Satu ausaq sama dengan enam puluh gantang, yang
jumlahnya kira – kira mencapai sembilan ratus sepuluh gram. Satu kilo sama
dengan seribu gram. Maka bila tidak mencapai target tersebut, maka tidak wajib
dizakati. Namun Hanafi berbeda pendapat, banyak maupun sedikit wajib dizakati
secara sama.

Ulama mazhab berbeda pendapat tentang tanaman dan buah – buahan yang
wajib dizakati. Hanafi, semua buah – buahan dan tanam – tanaman yang keluar
dari bumi wajib dizakati, kecuali kayu, rambut dan tebu Persi. Malik dan Syafii ,
setiap tanaman dan buah - buahan yang disimpan untuk kepentingan belanja wajib
dizakati, seperti gandum, beras, kurma dan anggur. Hambali, semua tanaman dan
buah – buahan yang ditimbang dan disimpan wajib dizakati.11

5. Tujuan dan Hikmah Zakat Mal


Segala sesuatu yang telah menjadi hukum - hukum Allah tentunya tidak lepas
dari tujuan dan hikmah yang terkandung di dalamnya, begitu juga dengan zakat
yang merupakan salah satu rukun Islam yang ketiga tentunya mempunyai tujuan
dan hikmah-hikmah yang mendalam bagi kehidupan manusia yang mendambakan
kesejahteraan lahir batin. Yang dimaksud dengan tujuan zakat adalah sasaran
praktisnya.
Dalam hal ini, menurut Syaefuddin Zuhri tujuan zakat adalah untuk mencapai
kesejahteraan masyarakat.12 Adapun secara terperinci Daud Ali menjelaskannya
sebagai berikut :
1) Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar dari kesulitan
hidup serta penderitaan.
2) Membantu pemecahan permasalahanyang di hadapi oleh para gharimin, ibnu
sabil, dan mustahiq lainnya
11
Muhammad Mughniyyah Al – Jwad, Al – Fiqh ‘Ala al - Madzahib Al – Khamsah,
Penerjemah, Masyur AB, Dkk, (Jakarta: Lentera, 2008), h., 186
12
Syaefuddin Zuhri, Zakat Kontekstual, (Semarang: Bina Sejati, 2000), h., 43

9
3) Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat Islam dan
manusia pada umumnya
4) Menghilangkan sifat kikir
5) Membersihkan sifat dengki dan iri dari hati orang - orang miskin
6) Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin dalam
suatu madyarakat
7) Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang, terutama
pada mereka yang mempunyai harta
8) Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan
menyerahkan hak orang lain yang ada padanya
9) Sarana pemerataan pendapatan (rizki) untuk mencapai keadilan social.13
Dari keterangan tersebut dapat dipahami bahwa tujuan zakat dapat dibedakan
menjadi dua bagian yaitu tujuan zakat yang dinisbatkan kepada si pemberi dan
tujuan zakat yang dihubungkan dengan si penerima dan orang yang
memanfaatkannya.
Zakat sebagai lembaga Islam juga mengandung hikmah (makna yang dalam
atau manfaat) yang bersifat rohaniah dan filosofis. Hikmah tersebut antara lain:
1) Zakat melatih si pemberi berderma dan bermurah hati
2) Zakat memperkokoh hubungan cinta dan persaudaraan antara si pemberi dan
orang lain
3) Zakat memelihara adanya taraf hidup yang cukup bagi warga masyarakat
4) Zakat menghilangkan faktor - faktor dan sebab - sebab pengangguran
5) Zakat adalah satu - satunya jalan untuk membersihkan hati manusia dari
dengki, iri, dan dendam.14
Muhammad Abdul Mannan menambahkan bahwa zakat adalah poros dan
pusat keuangan negara Islami. Zakat meliputi bidang moral, sosial dan ekonomi.
Dalam bidang moral zakat mengikis habis ketamakan dan keserakahan, dalam
bidang sosial zakat bertindak sebagai alat khas yang diberikan Islam untuk

13
Mohammad Daud Ali, System Ekonomi Islam; Zakat Dan Wakaf, (Jakarta: U1
Press,1988), h., 40
14
Mustafa Al-Khin, Al Fiqh Al-Manhaji ‘Ala Madzhabil Imam Asy Syafi’i, Penerjemah,
Anshari Umar Sitanggal, (Semarang:Asy Syifa’), h., 6

10
menghapuskan kemiskinan dari masyarakat dengan menyadarkan si kaya akan
tanggung jawab sosial. Dalam bidang ekonomi zakat mencegah penumpukan
kekayaan yang mengerikan dalam tangan segelintir orang dan memungkinkan
kekayaan untuk disebarkan sebelum menjadi sangat berbahaya ditangan para
pemiliknya. Ia merupaan sumbangan wajib kaum muslimin untuk perbendaharaan
Negara.15

B. Zakat Profesi
1. Pengertian Profesi dan Zakat Profesi
Zakat profesi terdiri dari dua kata yaitu zakat dan profesi. Dalam literatur fiqh
klasik pengertian zakat adalah hak yang dikeluarkan dari harta atau badan.
Sehubungan dengan hal ini, Wahbah al-Zuhayly mengemukakan bahwa zakat
adalah penuanaian hak yang wajib yang terdapat dalam harta. Dalam kamus
Bahasa Indonesia, profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan
keahlian (keterampilan, kejujuran, dan sebagainya) tertentu (Kamus Bahasa
Indonesia dalam Muhammad 2002: 58).
Zakat profesi adalah zakat yang di keluarkan dari hasil apa yang di peroleh
dari pekerjaan dan profesinya. Misalnya pekerjaan yang menghasilkan uang baik
itu pekerjaan yang dikerjakan sendiri tampa tergantung dengan orang lain, berkat
kecekatan tangan ataupun otak (professional). Maupun pekerjaan yang dikerjakan
seseorang buat pihak lain bai pemerintah, perusahaan, maupun perorangan dengan
memperoleh upah yang diberikan, dengan tangan, otak, ataupun keduanya.
Penghasilan dari pekerjaan seperti itu berupa gaji, upah, ataupun honorarium,
yang demikian itu apabila sudah mencapai nisabnya dan haulnya pendapatan yang
ia hasilkan harus di keluarkan zakatnya. (Qardawi, 2007: 459).
Menurut Wikipedia, zakat profesi adalah zakat yang dikeluarkan dari
penghasilan profesi ( guru, dokter, aparat, dan lain-lain ) atau hasil profesi bila
telah sampai pada nisabnya. Berbeda dengan sumber pendapatan dari pertanian,

15
Muhammad Abdul Mannan, Islamic Economics, Theory And Practice, Penerjemah, M
Nastangin, (Yogyakarta; Dana Bhakti Prima Yasa, 1997), h., 256

11
peternakan dan perdagangan, sumber pendapatan dari profesi tidak banyak
dikenal di masa generasi terdahulu.
Dalam pandangan al-Ghazali zakat merupakan jenis ibadah yang berbentuk
ritual sekaligus material tidak seperti ibadah syahadat, shalat atau puasa (Al-
Ghazali dalam Muhammad Hadi 2010: 68). Untuk bisa sampai ke arah sana
diperlukan pemahaman yang memadai untuk menyadarkan bahwa kewajiban
zakat bukanlah sekedar amaliah ritual mahdhah saja, tetapi juga memiliki makna
kewajiban sosial. Zakat adalah kesalehan diri melalui ikhtiar sosial. Agar sampai
kepada kesadaran seperti itu diperlukan penyadaran yang dibarengi dengan
tindakan amal-amal sosial, termasuk mengeluarkan zakat, infak dan shadaqah.
Karena dalam ajaran zakat ini pandangan dan komitmen sosialnya begitu jelas,
bahkan dari titik kepentingan yang paling menyentuh hajat orang banyak, yaitu
pemenuhan kebutuhan ekonomi.

2. Hukum Zakat Profesi


Profesi merupakan bentuk usaha-usaha yang relatif baru yang tidak dikenal
pada masa pensyariatan dan penetapan hukum Islam. Karena itu, sangat wajar bila
kita tidak menjumpai ketentuan hukumnya secara jelas (tersurat) baik dalam al-
Quran maupun dalam al-Sunnah.
Menurut ilmu ushul fiqh (metodologi hukum Islam), untuk menyelesaikan
kasus-kasus yang tidak diatur oleh nash (al-Quran dan al-Sunnah) secara jelas ini,
dapat diselesaikan dengan jalan mengembalikan persoalan tersebut kepada al-
Quran dan sunnah itu sendiri. Pengembalian kepada dua sumber hukum itu dapat
dilakukan dengan dua cara, yakni dengan perluasan makna lafaz dan dengan jalan
qias (analogi). Kewajiban berzakat ini berdasarkan keumuman kandungan makna
Al-Qur’an surah at-Taubah:103 dan surah al-Baqoroh: 267. Disamping itu juga
berdasarkan pada tujuan disyariatkannya zakat, seperti untuk membersihkan dan
mengembangkan harta serta menolong para mustahik. Zakat profesi juga
mencerminkan rasa keadilan yang merupakan ciri utama ajaran Islam, yaitu
kewajiban zakat pada semua penghasilan dan pendapatan. Adanya perintah zakat
adalah untuk menciptakan rasa sosial dan keadilan. Jika petani yang menggarap

12
sawah atau ladang dituntut untuk mengeluarkan zakat setiap kali panen bila
mencapai nasab, sementara mereka yang bergelut di sektor usaha dan profesi
berpenghasilan lebih besar yang lebih mudah tidak di tuntut untuk berzakat.

3. Nisab Zakat Profesi dan Cara Perhitungannya


Nisab merupakan batas minimal atau jumlah minimal harta yang dikenai
kewajiban zakat. Karena zakat profesi ini tergolong baru, nisabnya pun mesti
dikembalikan (dikiaskan) kepada nishab zakat-zakat yang lain, yang sudah ada
ketentuan hukumnya.
Ada dua kemungkinan yang dapat dikemukakan untuk ukuran nishab zakat
profesi ini.
a. Disamakan dengan nishab zakat emas dan perak, yaitu dengan
mengkiaskannya kepada emas dan perak sebagai standar nilai uang yang
wajib dikeluarkan zakatnya, yakni 20 dinar atau 93,6 gram emas.
Berdasarkan Hadis Riwayat Daud:8 (Tidak ada suatu kewajiban bagimu-
dari emas (yang engkau miliki) hingga mencapai jumlah 20 dinar)
b. Disamakan dengan zakat hasil pertanian yaitu 5 wasq (sekitar 750 kg
beras). Zakatnya dikeluarkan pada saat diterimanya penghasilan dari
profesi tersebut sejumlah 5 atau 10 %, sesuai dengan biaya yang
dikeluarkan.
Karena profesi itu sendiri bermacam-macam bentuk, jenis dan perolehan
uangnya, penulis cenderung untuk tetap memakai kedua macam standar nisab
zakat tersebut dalam menentukan nishab zakat profesi, dengan perimbangan
sebagai berikut.
a. Untuk jenis-jenis profesi berupa bayaran atas keahlian, seperti dokter
spesialis, akuntan, advokat, kontraktor, arsitek, dan profesi-profesi yang
sejenis dengan itu, termasuk juga pejabat tinggi negara, guru besar, dan
yang sejajar dengannya, nishab zakatnya disamakan dengan zakat hasil
pertanian, yakni senilai kurang lebih 750 kg beras (5 wasaq). Meskipun
kelihatannya pekerjaan tersebut bukan usaha yang memakai modal, namun
ia sebenarnya tetap memakai modal, yaitu untuk peralatan kerja,

13
transportasi, sarana kominikasi seperti telephon, rekening listrik, dan lain-
lain, zakatnya dikiaskan atau disamakan dengan zakat hasil pertanian yang
memakai modal, yakni 5 %, dan dikeluarkan ketika menerima bayaran
tersebut. Ini sama dengan zakat pertanian yang yang menggunakan biaya
irigasi (bukan tadah hujan). Dengan demikian, jika harga beras 1 kg Rp.
3200, sedangkan nisab (batas minimal wajib zakat) tanaman adalah 750
kg, maka untuk penghasilan yang mencapai Rp. 3.200 x 750 =
Rp.2.400.000., wajib mengeluarkanzakatnya sebanyak 5% nya yakni
Rp.120.000.- Pendapat semacam ini sesuai dengan pendapat Muhammad
Ghazali, sebagaimana yang dikutip Yusuf Qardawi, bahwa dasar dan
ukuran zakat penghasilan tanpa melihat modalnya, dapat disamakan
dengan zakat pertanian yaitu 5 atau 10 persen. Kata Ghazali, siapa yang
memiliki pendapatan tidak kurang dari pendapatan seorang petani, terkena
kewajiban zakat. Maka gologan profesionalis wajib mengeluarkan
zakatnya sebesar zakat petani tersebut, tanpa mempertimbangkan keadaan
modal dan persyaratan lainnya. Seperti ini pula yang ditetapkan oleh
Kamar Dagang dan Industri kerajaan Arab Saudi, bahwa penghasilan
profesi yang bukan bersifat perdagangan, dikiaskan nisab zakatnya kepada
zakat hasil tanam-tanaman dan buah-buahan dengan kadar zakat ssebesar
5%. Tawaran seperti ini lebih kecil dari yang diusulkan oleh M. Amin
Rais, dalam bukunya Cakrawala Islam Antara Cita dan Fakta. Menurutnya
profesi yang mendatangkan rizki dengan gampang dan cukup melimpah,
setidaknya jika dibandingkan dengan penghasilan rata-rata penduduk,
sebaiknya zakatnya ditingkatkan menjadi 10 persen (usyur) atau 20 persen
(khumus). Lebih jauh Amin mempersoalkan masih layakkah, profesi-
profesi moderen seperti dokter spesialis, komisaris perusahaan, bankir,
konsultan, analis, broker, pemborong berbagai konstruksi, eksportir,
inportir, notaris, artis, dan berbagai penjual jasa serta macam-macam
profesi kantoran (white collar) lainnya, hanya mengeluarkan zakat sebesar
2,5 persen, dan lebih kecil dari petani kecil yang zakat penghasilannya
berkisar sekitar 5 sampai 10 persen. Padahal kerja tani jelas merupakan

14
pekerjaan yang setidak-tidaknya secara fisik. Cukupkah atau sesuaikan
dengan spirit keadilan Islam jika zakat terhadap berbagai profesi moderen
yang bersifat making-money tetap 2,5 persen? Layakkah presentasi sekecil
itu dikenakan terhadap profesi-profesi yang pada zaman Nabi memang
belum ada. Hemat penulis, pendapat Amin Rais di atas sebenarnya cukup
logis dan cukup argumentatif, namun membandingkan profesi dengan
rikaz (barang temuan) agaknya kurang tepat. Rikaz diperoleh dengan tanpa
usaha sama sekali, sementara profesi membutuhkan usaha dan keahlian
serta biaya yang kadang-kadang cukup tinggi. Karena itu penulis
cenderung untuk menyamakanya dengan zakat pertanian yang memakai
biaya irigasi, yakni 5 persen.
b. Bagi kalangan profesional yang bekerja untuk pemerintah misalnya, atau
badan-badan swasta yang gajinya tidak mencapai nishab pertanian
sebagaimana yang dikemukakan di atas, sebutlah guru misalnya, atau
dokter yang bekerja di rumah sakit, atau orang-orang yang bekerja untuk
suatu perusahaan angkutan. Zakatnya disamakan dengan zakat emas dan
perak yakni 93,6 gram (sekitar Rp. 8.424.000 , jika diperkirakan harga
pergram emas sekarang 90.000,) maka nilai nishab emas adalah Rp. Rp.
8.424.000, dengan kadar zakat 2,5 %. Jika pada akhir tahun jumlah
mencapai satu nisab, dikeluarkan zakatnya 2,5 persen, setelah dikeluarkan
biaya pokok dari yang bersangkutan dan keluarganya.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Zakat Mal (Zakat benda) adalah zakat yang dikeluarkan dari harta benda
tertentu misalnya emas, perak, binatang, tumbuhan (biji-bijian), dan harta
Perniagaan. Zakat mal hukumnya fardu ‘ain. Cara perhitungan dalam zakat maal
ini tergantung jenis harta benda apa yang kita miliki dan mencapai nisab yang
sudah ditentukan.

Zakat profesi itu hukumnya wajib, sama dengan zakat usaha dan penghasilan
lainnya seperti pertanian, peternakan dan perdagangan. Batas nisab harta
kekayaan yang diperoleh dari usaha profesi dapat disamakan nisabnya dengan
zakat hasil tanaman yaitu 5 wasaq (sekitar 750 kg beras), dengan kewajiban zakat
5 % atau 10 %, dan dibayarkan ketika mendapatkan perolehan imbalan atau upah
dari profesi tersebut. Bagi profesi-profesi seperti dokter di rumah sakit, guru atau
dosen yang hanya menerima gaji tetap dari instansi pemerintah tempat bekerjanya,
disamakan nisabnya dengan nisab emas dan perak, yakni 93,6 gram, dengan
kewajiban zakat 2,5 persen, yang dikeluarkan setiap satu tahun, dan setelah
dikeluarkan biaya kebutuhan pokok.

B. Saran
Dalam pemaparan makalah ini semoga pembaca dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari baik. Menyisihkan sebagian harta kita kepada yang berhak
bukan menjadikan kita miskin tetapi sebagai pembuka rezeki baik di dunia
maupun di akhirat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Marimin, Agus. dkk. 2015. Zakat Profesi (Zakat Penghasilan) Menurut Hukum
Islam. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam. Vol 1 Nomor 1
Mursyidi. 2003. Akutansi Zakat Kontemporer. Bandung: Rosyda Karya
Sabiq, Sayid. 1983. Fiqih Sunnah. Baerut Libanon: Dar al – Fikr
Zuhailiy, Wahbah., dkk. 2011. Al - Fiqhu al - Islami wa – Adalatuhu. Jakarta:
Gema Insan

17

Anda mungkin juga menyukai