Anda di halaman 1dari 14

Kata Pengantar

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya. Atas berkat rahmat dan Hidayat nya serta berbagai upaya, tugas
makalah perbaikan nilai Fiqih yang membahas tentang Zakat,Haji dan Berqurban
dapat di selesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Dalam penyusunan makalah ini,ditulis berdasarkan buku yang berkaitan dengan
Zakat,Haji, dan Qurban dan di sertai dengan informasi dari media massa yang
berhubungan dengan ketiganya. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
kurang sempurna. Untuk itu diharapkan berbagai masukan yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat membawa manfaat untuk pembacanya.

Bogor, 19 Juni 2023


Eva Ummina
Daftar Isi

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………… ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………,,… iii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………,,…… 1

 1.1. Latar Belakang ……………………………………………..………………1


 1.2. Rumusan Masalah ………………………………………………………... 1
 1.3. Tujuan Penulisan ………………………………………... ………………..2
 1.4. Manfaat Penelitian ………………………………………………………... 2

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………………….3

 2.1. Pengertian Zakat …………………………………………………………...3


 2.2. Tujuan Zakat ………………………………………………………………..3
 2.3. Syarat-Syarat Dilaksanakan Zakat ……………………………..……….4
 2.4. Hikmah Berzakat …………………………………………………..……... 5
 2.5. Hakekat Haji ……………………………. ……………………..…………..5
 2.6. Sejarah Haji …………………………………………………………..…….5
 2.7. Hikmah Haji………………………………………………………………….6
 2.8. Haji Mabrur…………………………………………………………………..7
 2,9, Pengertian Berqurban………………………………………………………8
 2.10. Hukum Berqurban…………………………………………………………8
 2.11. Waktu Pelaksanaan Berqurban………………………………………….9
 2.12. Ketentuan Dan Syarat Hewan Berqurban………………………………9

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………..….11

 3.1. Simpulan ………………………………………………….……………….11


 3.2.. Saran ………………………………………………………………………11

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………...12


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Zakat merupakan kewajiban utama bagi umat islam yang telah ditetapkan dalam
Alqur’an, Surah nabi, dan ijma’ para ulama. Zakat termasuk rukun Islam yang ketiga.
Zakat mempunyai peran yang sangat penting bagi umat islam, sebab zakat dapat
membersihkan dan mensucikan hati umat manusia, sehingga terhindar dari sifat
tercela, seperti kikir, rakus, dan gemar memupuk harta. Zakat adalah mengeluarkan
sebagian harta benda sebagai sedekah wajib, sesuai perintah allah swt.
Haji adalah ziarah Islam tahunan ke Mekkah, kota suci umat islam, dan kewajiban
bagi umat Islam yang harus dilakukan setidaknya sekali seumur hidup. Tujuan
utama dari ibadah haji adalah untuk mendidik seorang hamba agar tunduk dan
Patuh pada syariat Allah SWT. Harapan lain seorang muslim setelah selesai
melaksanakan ibadah Haji yakni agar dapat menjadi haji yang mabrur. Haji mabrur
merupakan pengertian dari Seseorang yang selama pelaksanaan ibadah haji tidak
dikotori oleh perbuatan maksiat.
Menurut istilah, qurban adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mendekatkan
diri kepada Allah baik berupa hewan sembelihan maupun yang lainnya. Dalam
bahasa Arab, hewan kurban disebut juga dengan istilah udh hiyah atau adh-
dhahiyah, dengan bentuk jamaknya al adhaahi. Kata ini diambil dari kata dhuha,
yaitu waktu matahari mulai tegak yang disyariatkan untuk melakukan penyembelihan
kurban. Yakni kira-kira pukul 07.00-10.00

1.2 Rumusan masalah


1. Apa pengertian zakat
2. Apa saja tujuan zakat
3. Apa syarat-syarat di laksanakan nya zakat
4. Apa hikmah dari berzakat
5. Apa yang di maksud dengan Hakekat haji
6. Bagaimana sejarah haji
7. Apa saja Hikmah haji
8. Apa yang dimaksud Haji mabrur
9. Apakah pengertian berqurban
10. Apa dari hukum berqurban
11. Kapan waktu pelaksanaan berqurban
12. Seperti apa ketentuan dan syarat hewan berqurban
1.3 Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari zakat
2. Untuk mengetahui tujuan dari zakat
3. Untuk mengetahui syarat syarat dilaksanakannya zakat
4. Untuk mengetahui hikmah dari berzakat
5. Untuk mengetahui apa itu hakekat haji
6. Untuk mengetahui sejarah haji
7. Untuk mengetahui apa hikmah haji
8. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Haji mabrur
9. Untuk mengetahui pengertian berqurban
10. Untuk mengetahui hukum dari berqurban
11. Untuk mengetahui kapan waktu pelaksanaan berqurban
12. Untuk mengetahui ketentuan dan syarat dari hewan Qurban
1.4 Manfaat penelitian
Manfaat yang dapat diambil yaitu membantu pembaca dalam Memahami dan
mengetahui materi Zakat, Haji dan Qurban .
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Zakat

Zakat menurut bahasa artinya bersih, bertambah (ziyadah), dan terpuji. Jika di
ucapkan, zaka al-zar, artinya adalah tanaman itu tumbuh dan bertambah. Jika
diucapkan zakat al-nafayah, artinya nafkah, tumbuh dan bertambah, diberkati.
Sedangkan menurut istilah, zakat adalah mengeluarkan sebagian harta
Benda sebagai sedekah wajib, sesuai perintah Allah SWT. Kepada orang-orang-
orang yang memenuhi syarat-syaratnya dan sesuai dengan ketentuan hukum islam.
Zakat diperintahkan kepada Muzakki, yaitu orang-orang yang telah memenuhi
syarat-syaratnya untuk berzakat, sesuai dengan syariat islam (hukum islam) dan
diberikan kepada orang-orang dhuafa (lemah) yang kategorinya sebagai mustahiq.

2.2 Tujuan Zakat


1. Mencukupi Kebutuhan Orang yang berhak
2. Mendapatkan Ketenangan Hati
3. Mendapatkan Pengampunan
4. Agar Mendapatkan Jaminan Surga
5. Menyucikan Jiwa
6. Membentengi dan Menjaga Harta
7. Menyembuhkan Penyakit
8. Mencegah Bencana
9. Membuktikan Penghambaan Diri Kepada Allah SWT
10. Ungkapan Syukur
2.3 Syarat Syarat Dilaksanakannya Zakat
Secara garis besar, syarat tersebut dibagi menjadi dua, syarat wajib
dan syarat sah. syarat wajib zakat adalah sebagai berikut:
1. Merdeka
Budak tidak memiliki apa-apa, semu miliknya adalah milik tuannya.
Oleh karena itu, budak tidak wajib mengeluarkan zakat.
2. IslamZakat hanya wajib bagi orang yang beragama islam. Non muslim
tidak Wajib membayar zakat.
3. Baligh dan berakal
4. Anak kecil (belum baligh) dan orang gila tidak wajib mengeluarkan
zakat karena keduanya tida terkena (beban) hukum syariat.
5. Harta yang dikeluarkan adalah harta yang wajib dizakati dan
berkembang Harta tersebut disiapkan untuk dikembangkan, baik
melalui perdagangan maupun ditemakkan. Harta yang dimaksudkan
untuk konsumsi pribadi tidak wajib dizakati seperti rumah, kendaraan
dan perabotan namah tangga.
6. Harta yang dizakati telah mencapai nisab
Harta yang akan dizakati merupakan milik sepenuhnya dari orang yang
akan membayar zakat.
7. Kepemilikan harta telah mencapai setahun (cukup haul)
Haul adalah perputaran harta satu nisab dalam 12 bulan qamariah.
Apabila kesulitan menggunakan tahun gamariah maka dibolehkan
menggunakan tahun syamsiah dengan penambahan volume zakat
yang wajib dibayar dari 2,5% menjadi 2,575% sebagai akibat kelebihan
hari tahun syamsiah dari tahun qamariah. Persyaratan ini hanya
berlaku bagi ternak, harta simpanan dan perniagaan. Sedangkan hasil
pertanian, buah-buahan dan rikaz (barang temuan) tidak ada syarat
haul, sesuai dengan firman Allah SWT. Yang artinya, “Bayarlah
zakatnya pada waktu panen.” (QS. Al An’am, 141).
8. Lebih dari kebutuhan pokok, orang yang berzakat hendaklah orang
yang kebutuhan minimal/pokok untuk hidupnya terpenuhi terlebih
dahulu.
9. Bebas dari hutang bila individu memiliki hutang yang bila dikonversikan
ke harta yang dizakatkan mengakibatkan tidak terpenuhinya nishab,
dan akan dibayar pada waktu yang sama maka harta tersebut bebas
dari kewajiban zakat.

Selain syarat wajib, pelaksanaan zakat juga harus memenuhi syarat


sah. Syarat sah pelaksanaan Zakat ada dua, yaitu :
10. Niat
Zakat merupakan salah satu amalan wajib. Oleh karena ini, ia
memerlukan adanya niat untuk membedakan dengan amalan
sunah Harta yang dikeluarkan tanpa diniatkan zakat tidak
dianggap sebagai zakat.
11. Tamlik (memindahkan kepemilikan harta kepada penerimanya) Harta
yang sudah diniatkan zakat tapi belum diserahkan kepada mustahiq
belum sah disebut zakat.

2.4 Hikmah Berzakat


1. Membersihkan dan menyucikan diri
Zakat memungkinkan seseorang untuk terhindar dari penyakit kikir.
Sebab Islam mengajarkan pengikutnya untuk bersikap dermawan
dengan mengeluarkan sebagian harta untuk diberikan kepada
masyarakat yang lebih membutuhkan.

2. Bersyukur kepada Allah atas nikmat yang telah diberikan


Mengeluarkan sebagian harta dengan zakat bisa menjadi bentuk
syukur seorang hamba kepada Allah. Karena mereka menyadari
bahwa harta merupakan pemberian Allah, sehingga mereka juga
menghabiskannya melalui jalan-Nya, yakni zakat, sedekah, dan infak.

3. Menjaga dan membentengi harta


Zakat mampu menjadi benteng penjagaan harta dari jangkauan orang-
orang yang hendak berperilaku jahat.
4. Melindungi dari kefakiran
Zakat bisa melindungi umat muslim kefakiran, serta melindungi negara
atau wilayah dari ketidakmampuan. Sekelompok masyarakat yang
memiliki harta berkecukupan juga memiliki tanggung jawab atas orang-
orang yang kurang mampu di sekitar mereka.

2.5 Hakekat haji


Hakikat ibadah haji pada dasarnya adalah suatu tindak mujahadah (upaya
jiwa yang sungguh-sungguh) untuk memeperoleh kesadaran musyahadah
(penyaksian). Yakni proses kegigihan seorang hamba mengunjungi Baitullah
sebagai sarana bertemu (liqa’) dengan Tuhan.
Haji (Al-Hajju), secara bahasa berarti Al-Qashdu (menyengaja, maksud,
menuju). Secara istilah, haji adalah menuju Mekkah dengan maksud
mengerjakn Thawaf, sa ‘I, wukuf’ di arafah. Bermalam di muzdalifah, mabit di
mina serta ibadah-ibadah lain pada waktu-waktu yang telah ditentukan untuk
memenuhi perintah Allah dan mengharap ridha-Nya. Ibadah haji adalah salah
satu dari rukun Islam yang lima dan wajib dilaksanakan oleh Setiap muslim
yang Mukallaf (baligh dan berakal), merdeka dan mempunyai kesanggupan
(istithaah)
2.6 Sejarah Haji
Ibadah haji pertama kali diperintahkan oleh Allah kepada Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim
pula yang dipercaya oleh Allah untuk membangun Kabah bersama putranya, Nabi
Ismail, di Mekkah. Kabah adalah rumah ibadah pertama sekaligus kiblat bagi umat
Muslim yang terletak di Mekkah, tepatnya di tengah-tengah Masjidil Haram. Setelah
selesai membangun Kabah, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyeru
kepada manusia untuk melaksanakan ibadah haji. Nabi Ibrahim kemudian naik ke
sebuah bukit di selatan Kabah atau Jabal Qubays, sembari menyerukan perintah
ibadah haji dari Allah. Setelah itu, Malaikat Jibril mengajak Nabi Ibrahim dan
menunjukkannya Bukit Shafa, Marwah, hingga perbatasan Tanah Haram, untuk
diletakkan batu-batu. Sejak saat itu, Nabi Ibrahim melaksanakan ibadah haji sesuai
tata cara yang diajarkan kepadanya, setiap tahun hingga kematiannya. Ritual ibadah
haji terus dilanjutkan oleh putranya, Nabi Ismail.
Seiring berjalannya waktu sepeninggal Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, tata cara dan
tujuan ibadah haji banyak diubah oleh bangsa Arab. Mereka menyekutukan Allah
dengan patung dan berhala yang ditempatkan di sekitar Kabah ataupun di Tanah
Haram. Bahkan, ketika waktu haji, suasana Kabah lebih menyerupai sirkus. Syiar-
syiar haji berubah menjadi tepuk tangan, suara orang bersiul, dan riuh suara
trompet.Tidak hanya itu, pada ritual kurban, darah hasil penyembelihan hewan
kurban disiramkan ke Kabah. Tradisi yang jauh menyimpang dari ajaran Nabi
Ibrahim dan Nabi Isa ini berlangsung selama lebih dari 2.000 tahun.
Sebenarnya, Nabi Muhammad telah berangkat haji pada 6 Hijriah, tetapi gagal
melaksanakannya karena terhalang kaum kafir Quraisy. Akhirnya, setelah dilakukan
Perjanjian Hudaibiah, Nabi dapat melaksanakan umrah pada 7 Hijriah dan ibadah
haji pada 9 Hijriah. Semasa hidupnya, Nabi Muhammad naik haji sebanyak satu kali
dan umrah empat kali. Sejak saat itu, setiap bulan Zulhijah, umat Muslim akan
berbondong-bondong menuju Batullah untuk melaksanakan ibadah haji. Seiring
perkembangan zaman dan pertambahan jumlah jemaah haji, berbagai fasilitas terus
dibangun dan pemerintah Arab mengorganisir calon jemaah haji dari berbagai
negara.
2.7 Hikmah Haji
1. Menyaksikan Rumah Allah (Baitullah) Secara Langsung
Ibadah haji menjadi cara bagi seorang muslim untuk dapat singgah ke
Baitullah atau Ka’bah yang terdapat di dalam Masjidil Haram. Selain
berkunjung ke rumah Allah, kaum muslim dapat melihat situs-situs
Islam bersejarah lainnya seperti makam Nabi Ibrahim dan lainnya.
2. Meneladani ketakwaan Nabi Ibrahim As
Kisah Nabi Ibrahim menyisakan banyak keteladanan bagi umat muslim
karena ketakwaan yang banyak dilakukan oleh Nabi Ibrahim. Salah
satunya kesabarannya saat diperintah Allah SWT untuk mengorbankan
anaknya yakni Nabi Ismail.
3. Sebagai pengingat umat muslim untuk bersatu
Haji merupakan ibadah yang dapat mempertemukan banyak umat
muslim dari berbagai penjuru dunia. Oleh karenanya, ibadah haji
menjadi pengingat bahwa muslim harus bersatu dan memang
merupakan kesatuan. Pakaian ihram yang seragam menggambarkan
bahwa tidak ada yang membedakan jamaah haji antara satu dengan
yang lainnya. Hal yang membedakan tidak lain hanyalah ketakwaan
mereka masing-masing.
4. Haji adalah penyempurna ibadah
Sebagai bagian dari rukun Islam, haji adalah penyempurna kelima
ibadah yang terkandung di dalamnya. Seseorang yang melakukan
ibadah haji tentunya harus sudah melakukan empat ibadah lainnya
yakni syahadat, shalat, zakat, dan puasa. Ibadah haji sebagai
penyempurna pun memiliki makna kepatuhan hamba kepada Allah
SWT dan Rasulullah SAW.
2.8 Haji Mabrur
dalam buku Catatan Ramadhan bahwa sebutan haji mabrur diperuntukkan
bagi seorang laki-laki yang telah melaksanakan haji dan mabruroh
diperuntukkan bagi seorang wanita yang telah melaksanakan haji.
Terdapat dua pengertian bagi haji mabrur. Pertama, haji mabrur adalah haji
yang manasik atau pelaksanaannya dilakukan dengan baik dan benar
sesuatu tuntunan dan contoh dari Rasulullah SAW. Kedua, haji mabrur berarti
maqbul atau diterima, yang mengandung arti ibadah haji yang dilaksanakan
oleh orang tersebut, karena dilakukan sesuai tuntunan dan contoh Rasulullah
SAW dan diterima oleh Allah SWT.

Haji merupakan rukun Islam yang ke-5 dan Allah SWT mewajibkannya atas
orang-orang yang mampu. Melaksanakan ibadah haji ini termasuk salah satu
amal yang paling afdhal.

Hal tersebut dijelaskan di dalam Kitab Fiqhul Islam Wa Adilathuhu Juz 4 karya
Wahbah Az-Zuhaili yang bersandar pada hadits oleh Bukhari dan Musim dari
Abu Hurairah RA,

‫ ُث َّم‬:‫ َل‬O‫ قِي‬،‫هللا‬


ِ ‫يل‬ َ O‫ ُث َّم َم‬:‫ قِي َل‬،ِ‫هلل َو ِب َرسُولِه‬
ِ ‫ ِب‬O‫ا ٌد فِي َس‬OO‫ َج َه‬:‫ا َل‬OO‫اذا؟ َق‬O َ ‫ َأيُّ اَأْلعْ َما َل َأ ْف‬: ‫سُِئ َل َرسُو ُل هللا‬
َ ‫ضلُ؟ َقا َل ِإ ْي َم‬
ِ ‫ان با‬
‫ َح ٌج َم ْبرُو ٌر‬:‫َم َاذا؟ َقا َل‬

Artinya: “Rasulullah SAW pernah ditanya, ‘Amal apa yang paling afdhal?’
Beliau menjawab, ‘Iman kepada Allah dan Rasul-Nya.’ Beliau ditanya lagi,
‘Setelah itu amal apa?’ Beliau menjawab, ‘Jihad di jalan Allah.’ Beliau ditanya
lagi. ‘Selanjutnya apa?’ Beliau menjawab, ‘Haji yang mabrur.’’

Bagi umat Islam yang berhasil melaksanakan haji mabrur maka akan
mendapat ganjaran berupa surga. Nabi Muhammad SAW bersabda,

‫ْس‬َ ‫ ِة َولَي‬O ‫ِض‬ ِ ‫ذ َه‬Oَّ O‫ث َوال‬


َّ ‫ب َو ْالف‬ ُّ ‫ فإنهما ينفيان الفقر‬،‫َت ِابعُوا َبي َْن ْال َحج َو ْال ُع ْمرة‬
َ ‫والذ ُن‬
َ ‫وب َكما ينفي الكير خبث الحديد َخ َب‬
َ ‫ل ِْل َحجِّ ِة ْال َم ْبر‬
َ ‫ُور ِة َث َوابٌ إال‬
‫الج َّن َة‬

Artinya: “Dekatkan antara pelaksanaan haji dari umrah, sebab keduanya


melenyapkan kemiskinan dan dosa, sebagaimana alat peniup melenyapkan
karat besi, emas, dan perak. Ganjaran bagi haji yang mabrur tiada lain adalah
surga.” (HR at-Tirmidzi, an-Nasa’i, dan Ibnu Majah dari Ibnu Mas’ud).
2.9 Pengertian berqurban

Kata kurban atau korban, berasal dari bahasa Arab qurban, diambil dari kata:
qaruba (fi’i madhi) yaqrabu (fi’il madhari) qurban wa qubaran (mashdar).
Artinya, mendekati atau menghampiri (Matdawam, 1984). Menurut istilah,
qurban adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mendekatkan diri
kepada Allah baik berupa hewan sembelihan maupun yang Lainnya Dalam
bahasa Arab, hewan kurban disebut juga dengan istilah udh-hiyah atau adh-
dhahiyah, dengan bentuk jamaknya al adhaahi. Kata ini diambil dari kata
dhuhu, yaitu waktu matahari mulai tegak yang disyariatkan untuk melakukan
penyembelihan kurban, yakni kira-kira pukul 07.00 -10.00 Udh-hiyah adalah
hewan kurban (unta, sapi, dan kambing) yang disembelih pada hari raya
Qurban dan hari-hari tasyri sebagai taqarib (pendekatan diri) kepada Allah.

‫ فصل لربك وانحز (الكوثر‬۱ : ‫ إنا أعطيتك الكوثر الكوثر‬J ٣ :‫ك ه َُو اَأْل ْب َت ُر (الكوثر‬
َ ‫ِإنَّ َشا ِنَئ‬
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang
banyak. Maka Dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berqurbanlah.
Sesungguhnya orang-orang Yang membenci kamu dialah yang terputus” (QS.
Al Kautsar: 1-3),
2.10 Hukum berqurban
Kurban merupakan salah satu ibadah yang diperintahkan oleh Allah dan telah
dicontohkan oleh para Nabi dan Rasul. Hukum kurban itu sendiri memiliki
berbagai pendapat dari beberapa ulama.

Berikut ini dasar-dasar dari hukum ibadah kurban yang benar:


1. Hukum wajib
Sebagian ulama berpendapat bahwa hukum dari ibadah kurban adalah
wajib, yang memang harus dijalankan oleh seluruh umat muslim. Ulama
dari Mahzab Hanafiyah yaitu Abu Hanifah beranggapan bahwa kurban
adalah amalan wajib.

Kewajiban yang harus dilaksanakan setiap tahun untuk orang yang tinggal
di suatu tempat atau tidak bepergian. Ibadah kurban juga banyak
diwajibkan untuk orang yang bernazar atau membuat ketentuan, seperti
misalnya pernyataan hewan sapi ini akan kujadikan kurban.
2. Hukum makruh
Ada lagi hukum kurban Idul Adha menurut Jumhar Ulama bahwa hukum
ibadah ini adalah makruh, untuk orang-orang yang dianggap mampu
secara finansial tetapi tidak melaksanakan ibadah kurban.
3. Hukum Sunnah Muakad
Hukum kurban bisa menjadi wajib apabila sudah mampu secara finansial
atau memiliki rezeki yang berlebih. Namun hukum Sunnah Muakad dari
jumhur ulama yang meliputi Hambali, Imam Malik dan juga Syafi’I
memandang bahwa kurban bukan wajib.
Artinya, kurban ini termasuk ke dalam sunnah muakad yang merupakan
jenis sunnah yang apabila dilakukan sangat baik tetapi jika tidak
dilaksanakan pun tidak apa-apa.

Beberapa hukum dari berkurban tersebut bisa diyakini oleh siapa saja,
dan dianggap sahih. Tapi yang paling penting adalah niat berkurban itu
sendiri, wajib atau sunnah niatnya kurban hanya karena Allah dan untuk
mengharap ridha Allah SWT.

2.11 Waktu Pelaksanaan Berqurban


Pelaksanaan ibadah kurban ada ketentuannya yang sesuai dengan syariat
Islam. Supaya tidak salah, perhatikan kapan batas waktu penyembelihan
hewan kurban.
Waktu penyembelihan kurban adalah setelah salat Idul Adha (tanggal 10
Dzulhijjah) dan tiga hari Tasyrik (11, 12, dan 13 Dzulhijjah).

Penyembelihan boleh dilakukan pada siang hari atau sore hari pada hari-hari
tersebut, dengan catatan sebelum matahari terbenam pada tanggal 13
Dzulhijjah.

Hari menyembelih hewan kurban adalah hari raya Idul Adha dan hari-hari
tasyrik yang berjumlah tiga hari setelah hari raya Idul Adha.

Dari empat hari tersebut, menurut Syeikh Wahbah Az-Zuhaily, seluruh ulama
telah mengambil kesepakatan bahwa waktu terbaik untuk menyembelih
hewan kurban adalah hari pertama setelah salat Id hingga sebelum matahari
meredup atau sebelum masuk waktu dzuhur.

2.12 Ketentuan Dan Syarat Hewan Berqurban


Para ulama sepakat bahwa semua hewan ternak boleh dijadikan untuk kurban.
Hanya saja ada perbedaan pendapat mengenai mana yang lebih utama dari jenis-
jenis hewan tersebut. Imam Malik berpendapat bahwa yang paling utama adalah
kambing atau domba, kemudian sapi, lalu unta. Sedangkan Imam al-Syafi’i
berpendapat sebaliknya, yaitu yang paling utama adalah unta, disusul kemudian
sapi, lalu kambing.
‫َولِ ُك ِّل ا ُ َّم ٍة َج َع ْل َنا َم ْن َس ًكا لِّ َي ْذ ُكرُوا اسْ َم هّٰللا ِ َع ٰلى َما َر َز َق ُه ْم م ِّۢنْ َب ِه ْي َم ِة ااْل َ ْن َع ۗ ِام َفا ِٰل ُه ُك ْم ا ِٰل ٌه وَّ ا ِح ٌد َفلَ ٗ ٓه اَسْ لِم ُْو ۗا َو َب ِّش ِر ْالم ُْخ ِب ِتي َْن‬
Artinya : Dan bagi setiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), agar
mereka menyebut nama Allah atas rezeki yang dikaruniakan Allah kepada mereka
berupa hewan ternak. Maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu
berserahdirilah kamu kepada-Nya. Dan sampaikanlah (Muhammad) kabar gembira
kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)
Namun yang lebih penting dari itu, seorang yang hendak berkurban harus
memperhatikan kriteria-kriteria dari hewan yang akan disembelihnya. Menurut
Musthafa Dib al-Bigha: 1978:241, kriteria-kriteria tersebut diklasifisikasikan sesuai
dengan usia dan jenis hewan kurban, yaitu:
1. Domba (dha’n) harus mencapai minimal usia satu tahun lebih, atau sudah
berganti giginya (al-jadza’).
2. Kambing kacang (ma’z) harus mencapai usia minimal dua tahun lebih.
3. Sapi dan kerbau harus mencapai usia minimal dua tahun lebih.
4. Unta harus mencapai usia lima tahun atau lebih.
Ketentuan Hewan
Adapun ketentuan berkurban, seekor kambing atau domba diperuntukkan untuk satu
orang, sedangkan unta, sapi dan kerbau diperuntukkan untuk berkurban tujuh orang.
Ketentuan ini dapat disimpulkan dari hadits berikut:
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َعا َم ْال ُح َدي ِْب َي ِة ْال َب َد َن َة َعنْ َسب َْع ٍة َو ْال َب َق َر َة َعنْ َسب َْع ٍة‬
َ ِ ‫ُول هَّللا‬
ِ ‫ْن َع ْب ِد هَّللا ِ َقا َل َن َحرْ َنا َم َع َرس‬
ِ ‫َعنْ َج ِاب ِر ب‬

Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah, “Kami telah menyembelih kurbabersama


Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam pada tahun Hudaibiyah seekor unta untuk
tujuh orang dan seekor sapi juga untuk tujuh orang.” (Hadits Shahih, riwayat Muslim:
2322, Abu Dawud: 2426, al-Tirmidzi: 1422 dan Ibn Majah: 3123).
Pilihlah Hewan Kurban yang Terbaik
Dalam memilih hewan kurban, hendaklah memilih hewan yang paling baik, yang
demikian merupakan perbuatan sunnah, seperti halnya yang disuratkan dalam QS.
Al-Hajj: 32 yang berbunyi:”
… dan Barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka Sesungguhnya itu
timbul dari Ketakwaan hati.” Selain kriteria di atas, hewan-hewan tersebut harus
dalam kondisi sehat dan tidak cacat. Sedangkan ada empat macam hewan yang
tidak sah dijadikan hewan kurban menurut Hadits Hasan Shahih, riwayat al-Tirmidzi:
1417 dan Abu Dawud: 2420 adalah:
1. Yang (matanya) jelas-jelas buta (picek)
2. Yang (fisiknya) jelas-jelas dalam keadaan sakit
3. Yang (kakinya) jelas-jelas pincang
4. Yang (badannya) kurus lagi tak berlemak
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
• Zakat merupakan kewajiban keuangan yang memiliki makna dan fungsi
yang sangat penting dalam agama Islam. Selain sebagai bentuk ibadah,
zakat juga mempunyai tujuan dan manfaat dalam kehidupan sosial umat
Islam.
• Ibadah haji merupakan salah satu rukun islam yang wajib dilaksanakan
bagi yang mempunyai kemampuan baik rohani, jasmani, serta rezeki yang
berlebihan. Disamping itu, perlu adanya kesadaran dan perjuangan
penegakkan hak-hak bagi calon jamaah yang hendak melaksanakannya
• hendaklah orang yang berqurban melaksanakan qurban karena Allah
semata. Jadi niatnya haruslah ikhlas lillahi ta’ala, yang lahir dari
ketaqwaan yang mendalam dalam dada kita. Bukan berqurban karena riya
agar dipuji-puji sebagai orang kaya, orang dermawan, atau politisi yang
peduli rakyat, dan sebagainya. Sesungguhnya yang sampai kepada Allah
SWT adalah taqwa kita, bukan daging dan darah qurban kita. Allah SWT
berfirman:

“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai


(keridhaan) Allah, tetapi ketaqwaan daripada kamulah yang
mencapainya.” (TQS Al Hajj:37)
3.2 Saran
Penyusun makalah ini manusia biasa banyak kelemahan dan
kekhilafan. Maka Dari itu penyusun menyarankan pada pembaca yang
ingin mendalami masalah zakat, Haji dan Berqurban Setelah membaca
makalah ini pembaca dapat membaca dari sumber lain yang lebih
lengkap. Dan marilah Kita realisasikan zakat, Haji, dan Qurban dalam
kehidupan sehari-hari yang merupakan kewajiban umat Muslim
dengan penuh rasa ikhlas.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-zakat/
https://news.detik.com/berita/d-4645086/5-syarat-hewan-kurban-yang-wajib-
diketahui-umat-muslim
https://www.detik.com/hikmah/haji-dan-umrah/d-6736713/apa-makna-haji-mabrur-
ungkapan-yang-sering-menjadi-harapan-jemaah-haji
https://www.detik.com/jabar/berita/d-6171813/batas-waktu-penyembelihan-hewan-
kurban-perhatikan
https://www.detik.com/hikmah/haji-dan-umrah/d-6513440/5-hikmah-haji-salah-
satunya-sebagai-penyempurna-ibadah-umat-muslim

Anda mungkin juga menyukai