Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur seraya penyusun panjatkan


ke hadirat Illahi Robbi yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehinnga
penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Zakat” ini tepat waktu.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah bahasa
Indonesia . Sehubungan dengan tersusunnya makalah ini kami menyampaikan
terima kasih kepada Ibu Uswatun Khasanah, M.Pd.I selaku dosen pengampu mata
kuliah Fiqih (Ibadah).

Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan pembaca. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan. Namun penyusun
tetap mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif sehingga bisa
menjadi acuan dalam penyusunan makalah selanjutnya.

Metro, 30 Agustus 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................1

C. Tujuan....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3

A. Pengertian Zakat.....................................................................................................3

B. Dasar Hukum Pelasanaan Zakat.............................................................................5

C. Tujuan dan Rukun Zakat........................................................................................9

D. Macam-Macam Zakat............................................................................................9

1. Zakat Fitrah........................................................................................................9

2. Zakat Binatang Ternak.....................................................................................11

3. Zakat Emas dan Perak......................................................................................11

4. Zakat Biji makanan yang mengenyangkan.......................................................11

5. Zakat Buah-buahan..........................................................................................11

6. Zakat Harta Perniagaan....................................................................................11

7. Zakat Hasil TAMBANG..................................................................................11

8. Zakat Harta terpendam.....................................................................................11

E. Syarat-Syarat Zakat..............................................................................................11

1. Syarat Wajib Zakat...........................................................................................11

2. Syarat Sah Zakat..............................................................................................17

F. Waktu Wajib Zakat Dan Waktu Wajib Pelaksanaannya.......................................17

1. Waktu Wajib Zakat..........................................................................................17

ii
2. Waktu Wajib Pelaksanaannya..........................................................................17

G. PENERIMAAN DAN PENYEBARAN ZAKAT................................................18

1. Orang-orang yang Berhak Menerima Zakat.....................................................18

2. Syarat Mustahiqq Zakat dan Sifatnya...............................................................21

H. HIKMAH ZAKAT...............................................................................................22

BAB III PENUTUP.........................................................................................................23

A. KESIMPULAN....................................................................................................23

B. SARAN................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................24

iii
iv
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Zakat merupakan salah satu rukun Islam dan menjadi salah satu unsur
pokok bagi tegaknya syariat Islam. Zakat merupakan suatu ibadah yang
paling penting, kerap kali dalam Al-Qur’an Allah menerangkan zakat
beriringan dengan menerangkan sholat. Pada delapan puluh dua tempat
Allah menyebut zakat beriringan dengan urusan shalat ini menunjukan
bahwa zakat dan shalat mempunyai hubungan yang rapat sekali dalam hal
keutamaannya shalat dipandang seutama-utama ibadah badaniyah zakat
dipandang seutama-utama ibadah maliyah.

Islam dibangun di atas lima landasan: Syahadat bahwa tiada Tuhan


selain Allah, dan Muhamad utusan Alah, menegakan sholat,
menunaikan zakat, puasa ramadhon dan haji." (QS: Bukhori, Muslim).

Ini menunjukkan bahwa zakat merupakan bagian penting dalam


kehidupan umat Islam. Bahkan pada masa Khalifah Abu Bakar As-
Siddiq orang-orang yang enggan berzakat diperangi sampai mereka mau
berzakat. Itu karena kewajiban berzakat sama dengan kewajiban
mendirikan sholat.

Kewajiban zakat atas muslim adalah di antara kebaikan Islam yang


menonjol dan perhatianya terhadap urusan para pemeluknya, hal itu
karena begitu banyak manfaat zakat dan betapa besar kebutuhan
orang-orang fakir kepada zakat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka pembahasan makalah ini akan
difokuskan pada masalah-masalah sebagai berikut:
a. Apa itu zakat?
b. Apa saja dasar hukum pelaksanaan zakat?

1
c. Apa saja tujuan dan rukun zakat?
d. Apa saja macam-macam zakat?
e. Bagaimana tata cara mengeluarkan zakat?
f. Apa saja syarat-syarat zakat?
g. Siapa yang berhak menerima zakat?
h. Apa hikmah dibalik pelaksaan zakat?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan memahami pengertian zakat
2. Mengetahui dan memahami dasar hukum pelaksanaan zakat
3. Mengetahui tujuan dan rukun zakat.
4. Mengetahui macam-macam zakat.
5. Mengetahui bagaimana tata cara mengeluarkan zakat.
6. Mengetahui syarat-syarat dalam melakukan zakat.
7. Mengetahui dan mengamalkan hikmah zakat.

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Zakat
Secara bahasa Zakat diartikan sebagai bertambah dan meningkat. 1 Jika
diucapkan, zaka al-zar’, yang artinya adalah tanaman itu tumbuh dan
bertambah. Jika diucapakan zakat al-nafaqah, artinya nafakah yang
tumbuh dan berkembang jika diberkati. 2Hal ini memiliki artian bahwa
segala sesuatu yang bertambah kuantitasnya atau meningkat kadarnya
maka hal tersebut disebut zakat. Selain itu zakat menurut istilah agama
Islam berarti “ kadar harta yang tertentu, yang diberikan kepada yang
berhak menerimanya, dengan beberapa syarat”.3 Pengertian zakat dalam
konteks sederhana adalah memberi bantuan harta dalam jumlah yang telah
ditetapkan kepada orang miskin.4

Pengertian zakat menurut syara’ yaitu kadar dari harta tertentu yang wajib
dikeluarkan secara syara’ kepada sekelompok orang tertentu.5Mazhab
Maliki mendefinisikan bahwa zakat adalah mengeluarkan sebagian yang
khusus dari harta yang khusus pula dan telah mencapai nishabnya kepada
orang-orang yang berhak menerimanya. Dengan syarat bahwa kepemilikan
atas harta tersebut penuh dan mencapai hawl (setahun), bukan barang
tambang dan bukan pertanian.6 Sedangkan menurut Mahzab Hanafi
mendefinisikan bahwa zakat adalah upaya menjadikan sebagian harta
tertentu sebagai milik orang yang khusus (mustahiqq), ditentukan oleh
syariat karena Allah.7

Dari penuturan diatas, zakat menurut penuturan fuqaha, dimaksudkan


sebagai “penunaian”, yaitu penunaian dari harta yang wajib dizakati. Zakat

7
Ibid.

3
pula dimaksudkan sebagai bagian harta tertentu dan yang diwajibkan oleh
Allah untuk diberikan kepada orang-orang fakir.8

Jadi relevansi antara pengertian zakat menurut bahasa dan syara’ adalah
zakat yang dikeluarkan dapat mengurangi harta namun sesungguhnya
zakat justru menambah harta. Zakat dapat menambah harta seseorang yang
mengeluarkannya menjadi lebih berkah karena dia mau melaksanakan
kewajiban dari Allah. Allah bahkan menjamin tidak akan berkurang harta
orang yang berzakat.
QS. At-Taubah [9] : 103
‫صلَ ٰوتَكَ َس َك ٌن لَّهُ ْم ۗ َوٱهَّلل ُ َس ِمي ٌع َعلِي ٌم‬ َ ‫ُخ ْذ ِم ْن َأ ْم ٰ َولِ ِه ْم‬
َ ‫ص َدقَةً تُطَهِّ ُرهُ ْم َوتُ َز ِّكي ِهم بِهَا َو‬
َ ‫صلِّ َعلَ ْي ِه ْم ۖ ِإ َّن‬
Artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi
mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.

QS. Al-Mujadila [58] : 13


۟ yُ‫لَ ٰوةَ َو َءات‬y ‫ٱلص‬ ۟ ‫َأقِي ُم‬yَ‫اب ٱهَّلل ُ َعلَ ْي ُك ْم ف‬y ۟ yُ‫ت ۚ فَ ْذ لَ ْم تَ ْف َعل‬ ٰ َ ‫وا بَ ْينَ يَ َدىْ نَجْ َو ٰى ُك ْم‬
۟ ‫َءَأ ْشفَ ْقتُ ْم َأن تُقَ ِّد ُم‬
‫وا‬y َّ ‫وا‬ َ yَ‫وا َوت‬y ‫ص َدقَ ٍ ِإ‬
۟ ‫ٱل َّز َك ٰوةَ َوَأ ِطيع‬
َ‫ُوا ٱهَّلل َ َو َرسُولَهۥُ ۚ َوٱهَّلل ُ خَ بِي ۢ ٌر بِ َما تَ ْع َملُون‬
Artinya : “Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu
memberikan sedekah sebelum mengadakan pembicaraan dengan Rasul?
Maka jika kamu tiada memperbuatnya dan Allah telah memberi taubat
kepadamu maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, taatlah kepada Allah
dan Rasul-Nya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
QS. Al-Baqarah [2] : 110
۟ ۟ ۟ ‫َوَأقِي ُم‬
ٍ y‫ ُكم ِّم ْن َخ ْي‬y‫ ِّد ُموا َأِلنفُ ِس‬yَ‫ا تُق‬yy‫صلَ ٰوةَ َو َءاتُوا ٱل َّز َك ٰوةَ ۚ َو َم‬
َ‫ون‬yyُ‫ا تَ ْع َمل‬yy‫ َد ٱهَّلل ِ ۗ ِإ َّن ٱهَّلل َ بِ َم‬y‫ دُوهُ ِعن‬y‫ر تَ ِج‬y َّ ‫وا ٱل‬
‫صي ٌر‬
ِ َ‫ب‬
Artinya : “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa
saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala
nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha Melihat apa-apa yang
kamu kerjakan.”

8
Ibid., 85.

4
QS. Al-Baqarah [2] : 277
ٌ ْ‫ و‬y َ‫ َد َربِّ ِه ْم َواَل خ‬y ‫ ُرهُ ْم ِعن‬yْ‫وةَ لَهُ ْم َأج‬yٰ y‫صلَ ٰوةَ َو َءاتَ ُو ۟ا ٱل َّز َك‬
‫ف‬ ۟ ‫ت َوَأقَا ُم‬
َّ ‫وا ٱل‬ ِ ‫صلِ ٰ َح‬ ۟ ُ‫وا َو َع ِمل‬
َّ ٰ ‫وا ٱل‬ ۟ ُ‫َّن ٱلَّ ِذينَ َءامن‬
َ ‫ِإ‬
َ‫َعلَ ْي ِه ْم َواَل هُ ْم يَحْ زَ نُون‬
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal
saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala
di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak
(pula) mereka bersedih hati.”
Dari dalil-dalil diatas, Allah memerintah orang untuk berzakat beriringan
dengan perintah menuanikan shalat. Dapat kita ketahui betapa utamanya
melaksanakan zakat. Allah bahkan menjamin rizki hamba-Nya tidak akan
berkurang walaupun ia mengurangi hartanya untuk berzakat. Allah akan
melapangkan rizkinya melaui jalan yang tidak disangkanya.
B. Dasar Hukum Pelasanaan Zakat
1. Dasar Hukum Islam
Zakat dalam kedudukannya pada agama samawi sejak dahulu sangat
penting karena zakat sebagai suatu perbuatan baik kepada kaum
dhuafa’ dan menyantuni orang miskin.9 Zakat merupakan salah satu
dari lima rukun Islam. Hukum pelaksanaan zakat dalam islam adalah
fardu’ain bagi orang yang telah memenuhi syarat-syarat berzakat.
Zakat oleh Rasulullah mulai diwajibkan pada tahun kedua hijriyah.
Hukum zakat ditetapkan berdasarkan dalil-dalil: (i) Al-Qur’an, (ii) As-
Sunnah, dan (iii) Ijma’ (kesepakatan ummat).

Zakat adalah kewajiban bagi kaum muslim. Kewajiban berzakat sudah


tidak dapat ditawar lagi, akan menjadi kafir orang yang menolaknya,
menjadi fasiq orang yang enggan membayarnya, dan boleh diperangi
orang yang memerangi kaum muslimin untuk menunaikan zakat.10
Jadi, barangsiapa mengingkarinya maka sama saja dia telah
mengingkari perintah Allah dan Rasul-Nya. Ada pengecualian bagi
masyarakat yang tinggal di daerah tertinggal yang minim pengetahuan
agamanya sehingga ia tidak tahu tentang zakat.Mereka wajib diberi
9
Al-Qaradlawi, Ibadah dalam Islam, 441.
10
Ibid., 442.

5
tahu oleh orang yang sudah tahu tentang ilmu agama. Bagi mereka
yang sudah mengetahui kewajiban zakat damun masih bersikeras tidak
mau menunaikan zakat maka mereka dianggap kafir dan murtad.
Pada zaman Khalifah Abu Bakar As-Shidiq pernah menyiapkan
pasukan untuk menyerang siapa saja yang memerangi kaum muslimin
untuk berzakat. “ Demi Allah akan kuperangi siapa saja yang
memisahkan antara solat dan zakat. Demi Allah, jika mereka
menghalangiku untuk memungut zakat ternak mereka, niscaya akupun
akan memerangi mereka. 11

QS. Al-Ma'idah [5] : 12

۞ ‫ق بَنِ ٓى ِإ ْس ٰ َٓر ِءي َل َوبَ َع ْثنَا ِم ْنهُ ُم ْٱثن َْى َع َش َر نَقِيبًا ۖ َوقَا َل ٱهَّلل ُ ِإنِّى َم َع ُك ْم ۖ لَِئ ْن َأقَ ْمتُ ُم‬َ َ‫َولَقَ ْد َأ َخ َذ ٱهَّلل ُ ِمي ٰث‬
‫نًا ُأَّل َكفِّ َر َّن عَن ُك ْم‬y‫ا َح َس‬y‫ض‬
ً ْ‫تُ ُم ٱهَّلل َ قَر‬y‫ض‬ ْ ‫صلَ ٰوةَ َو َءاتَ ْيتُ ُم ٱل َّز َك ٰوةَ َو َءا َمنتُم بِ ُر ُسلِى َو َع َّزرْ تُ ُموهُ ْم َوَأ ْق َر‬ َّ ‫ٱل‬
ٰ
‫ َوٓا َء‬y‫ َّل َس‬y‫ض‬ َ ‫ ْد‬yَ‫كَ ِمن ُك ْم فَق‬yyِ‫ َد ٰ َذل‬y‫ َر بَ ْع‬yَ‫ ُر ۚ فَ َمن َكف‬yَ‫ا ٱَأْل ْن ٰه‬yyَ‫ ِرى ِمن تَحْ تِه‬yْ‫ت تَج‬ ٍ َّ‫َسئَِّـاتِ ُك ْم َوُأَل ْد ِخلَنَّ ُك ْم َجن‬
ِ ِ‫ٱل َّسب‬
‫يل‬

Artinya: “Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari)


Bani Israil dan telah Kami angkat diantara mereka 12 orang pemimpin
dan Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya
jika kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman
kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan
kepada Allah pinjaman yang baik sesungguhnya Aku akan menutupi
dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam
surga yang mengalir air didalamnya sungai-sungai. Maka barangsiapa
yang kafir di antaramu sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari
jalan yang lurus”.

“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, dia berkata, Rasulullah


Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa diberi harta oleh
Allah, lalu dia tidak menunaikan (kewajiban) zakatnya, pada hari
kiamat hartanya dijadikan untuknya menjadi seekor ular jantan aqra’
(yang kulit kepalanya rontok karena dikepalanya terkumpul banyak
11
Ibid.

6
racun), yang berbusa dua sudut mulutnya. Ular itu dikalungkan (di
lehernya) pada hari kiamat. Ular itu memegang (atau menggigit tangan
pemilik harta yang tidak berzakat tersebut) dengan kedua sudut
mulutnya, lalu ular itu berkata,’Saya adalah hartamu, saya adalah
simpananmu’. (HR Bukhari) 

Q.S At-Taubah [9] : 34-35

َ‫ص دُّون‬
ُ َ‫اط ِل َوي‬ ِ ‫الر ْهبَا ِن لَيَْأ ُكلُونَ َأ ْم َوا َل النَّا‬
ِ َ‫س بِا ْلب‬ ْ َ‫{يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِإنَّ َكثِي ًرا ِمن‬
ُّ ‫األحبَا ِر َو‬
ِ ‫سبِي ِل هَّللا‬
َ ْ‫عَن‬
ٍ ِ‫ب َأل‬
‫) يَ ْو َم‬34( ‫يم‬ ٍ ‫ش ْر ُه ْم بِ َع َذا‬
ِّ َ‫س بِي ِل هَّللا ِ فَب‬
َ ‫ضةَ َوال يُ ْنفِقُونَ َه ا فِي‬
َّ ِ‫َب َوا ْلف‬ َّ َ‫َوالَّ ِذينَ يَ ْكنزون‬
َ ‫الذه‬
‫يُ ْح َمى َعلَ ْي َها فِي‬
‫س ُك ْم فَ ُذوقُوا َم ا ُك ْنتُ ْم‬
ِ ُ‫نَا ِر َج َهنَّ َم فَتُ ْك َوى بِ َها ِجبَا ُه ُه ْم َو ُجنُوبُ ُه ْم َوظُ ُهو ُر ُه ْم َه َذا َم ا َك نزتُ ْم أل ْنف‬
} )35( َ‫تَ ْكنزون‬

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian


besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-
benar memakan harta orang dengan jalan yang batil, dan mereka
menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang
menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan
Allah, maka beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka akan
mendapat) siksa yang pedih; pada hari dipanaskan emas perak itu
dalam neraka Jahanam, lalu dibakar dengannya dahi, lambung, dan
punggung mereka, (lalu dikatakan) kepada mereka, Inilah harta benda
kalian yang kalian simpan untuk diri kalian sendiri, maka rasakanlah
sekarang (akibat dari) apa yang kalian simpan itu.”

Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin
Umar Rosulullah bersabda
‫ال‬ ‫مة‬ ‫اقا‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬ ‫محمدا‬ ‫ان‬ ‫و‬ ‫االهللا‬ ‫اله‬ ‫ال‬ ‫ان‬ ‫دة‬ ‫شها‬ ‫خمس‬ ‫على‬ ‫م‬ ‫االءسال‬ ‫بني‬
 ‫ايتاء‬ ‫و‬ ‫صالة‬
)‫علبه‬ ‫(متفق‬ ‫رمضان‬ ‫صوم‬ ‫و‬ ‫البيت‬ ‫حج‬ ‫و‬ ‫كاة‬ ‫الز‬

7
“Islam itu ditegakkan atas lima pilar: syahadat yang menegaskan
bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah,
mendirikan sholat, membayar zakat, menunaikan haji dan berpuasa
pada bulan ramadhan” (HR Bukahari Muslim)

Hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Muslim dari Abu Hurairah

 ‫ئح‬ ‫صفا‬ ‫فيجعل‬ ‫نارجهنم‬ ‫في‬ ‫عليه‬ ‫احمي‬ ‫اال‬ ‫ته‬ ‫كا‬ ‫ز‬ ‫دي‬ ‫يؤ‬ ‫ال‬ ‫كنز‬ ‫صاحب‬ ‫من‬ ‫ما‬
‫بها‬ y‫فتكوى‬

‫يث‬ ‫الحد‬-‫جبهته‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫جنبا‬ 

)‫مسلم‬ ‫و‬ ‫احمد‬ ‫(رواه‬
“Seseorang yang menyimpan hartanya tidak dikeluarkan zakatnya akan
dibakar dalam neraka jahnnam baginya dibuatkan setrika dari api,
kemudian disetrikakan ke lambung dan dahinya-Al Hadits (HR Ahmad
dan Muslim)12

2. Dasar Hukum Pelaksanaan zakat di Indonesia

a. Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999


Tentang Pengelolaan Zakat berbunyi,
³Setiap warga negara Indonesia yang beragama Islam dan mampu
atau badan yang dimiliki oleh orang muslim berkewajiban
menunaikan zakat.´
b. Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun1999
Tentang Pengelolaan Zakat berbunyi,
³Pemerintah berkewajiban memberikan perlindungan, pembinaan,
dan pelayanan Kepada muzakki, mustahiq, dan amil zakat´.
C. Tujuan dan Rukun Zakat
1. Tujuan Zakat
a. Untuk Membersihkan/menyucikan jiwa pemberi zakat dari sifat
tercela seperti kikir, individualisme, dsb.

12
Rasjid, Fiqih Islam, 193.

8
b. Untuk membersihkan harta benda yang tidak 100% halal baik dari
cara perolehannya yang kurang wajar atau masih ada hak milik
orang lain.13
c. Selain itu, zakat juga bertujuan untuk mengimbangi antara si
miskin dan si kaya. Hal ini di buktikan dengan ketentuan yang
Allah berikan bagi siapa saja yang wajib menerima dan siapa saja
yang wajib memberi.

Allah berfirman dalam surah az-Zariyat ( Q.S. 51 ) ayat 19 :


ِ ‫تيراذال( ِموْ رُحْ َمالْ َو لِئِآسلَِّّلقٌّ َح ْم ِه‬: ١٩
‫ال َو َْما ْيفِ َو‬
Artinya : Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin
yang meminta, dan orang miskin yang tidak meminta. (Q.S. Az-Zariyat
: 19)

2. Rukun Zakat
Rukun zakat adalah mengeluarkan sebagian dari nisab(harta) yang
dengan melepaskan kepemilikan terhadapnya, menjadiakannya
sebagai milik orang fakir dan menyerahkannya kepadanya atau harta
tersebut diserahkan kepada wakilnya yakni imam atau orang yang
bertugas untuk memungut zakat.14
D. Macam-Macam Zakat
1. Zakat Fitrah
a. Pengertian Zakat Fitrah
Menurut pengertian syara’ adalah zakat yang dikeluarkan oleh
seorang muslim dari sebagian hartanya kepada orang-orang yang
membutuhkan untuk mensucikan jiwanya serta menambal
kekurangan yang terdapat pada puasanya seperti perkataan yang
kotor dan perbuatan yang tidak ada gunanya.
Ibnu Qutaibah mengatakan : zakat fitrah adalah zakat jiwa yang di
ambil dari kata “fitrah” yang merupakan asal kejadian.15

13
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah: Kapita Selkta Hukum Islam (Jakarta: PT Toko Gunung
Agung, 1997), 241.
14
Syaikh Muhammad Abdul Malik Ar Rahman, 1001 Masalah Dan Solusinya (Jakarta:
Pustaka Cerdas Zakat, 2003), 97.
15
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahab Syyed Hawas, Fiqh Ibadah (Jakarta: AMZAH,
2009), 395.

9
b. Syarat wajib zakat fitrah
1. Islam
2. Adanya kelebihan makanan untuk kebutuhan sendiri dan
orang-orang yang berada dalam tanggungan nafkahnya pada
malam hari raya dan ketika hari raya.
3. Mendapati bagian akhir ramadhan dan bagian awal bulan
syawal.

Termasuk dalam kategori orang yang wajib dikeluarkan zakat


fitrahnya adalah istri, meskipun ia telah berstatus talak raj’I atau
dalam status talak ba’in namun ia sedang hamil. Yang terpenting ia
tidak melakukan durhaka.
Sebagaimana halnya istri, suami juga berkewajiban mengeluarkan
zakat fitrah orang tua dan anak-anak yang kebutuhan hidup sehari
hari mereka ia tanggungi.

Zakat fitrah tidak wajib pada sesuatu yang terjadi setelah matahari
terbenam (dihari terakhir bulan ramadhan), seperti melahirkan
anak, nikah, masuk islam, namun ia juga tidak gugur lantaran
sesuatu yang terjadi setelah matahari terbenam seperti kematian,
talak, menjadi kaya, walaupun sebelum ia mampu menunaikannya
ia tetap wajib zakat pada waktu yang telah diwajibkan. Seandainya
harta itu lenyap sebelum mampu menunaikannya maka gugurlah
kewajibannya.

c. Waktu Pembayaran Zakat Fitrah


1. Waktu Boleh
Yaitu pada permulaan Ramadan, mengingat sudah
terpenuhinya sebab pertama diantara dua sebab di wajibkannya
zakat, yaitu Ramadan dan idul fitri. Boleh kiranya
mendahulukan salah satunya atas yang lain.
2. Waktu Wajib

10
Yaitu akhir ramadhan dan awal syawal.
3. Waktu Utama
Yaitu setelah sholat subuh dan sebelum sholat idul fitri
4. Waktu Makruh
Setelah sholat idul fitri, meskipun memang disunahkan
mengakhirinya untuk menunggu orang yang dekat seperti
tetangga selama belum terbenam matahari.
5. Waktu Haram
Yaitu waktu yang dilarang untuk menunda-nunda waktu
pembayaran zakat fitrah, yaitu akhir hari raya idul fitri ketika
matahari telah terbenam.

2. Zakat Binatang Ternak


3. Zakat Emas dan Perak
4. Zakat Biji makanan yang mengenyangkan
5. Zakat Buah-buahan
6. Zakat Harta Perniagaan
7. Zakat Hasil TAMBANG
8. Zakat Harta terpendam16
E. Syarat-Syarat Zakat
1. Syarat Wajib Zakat
Syarat wajib zakat yaitu kefardhuan dari zakat. Adapun syarat wajib
zakat adalah17 :
a. Merdeka
Menurut kesepakatan para ulama para budak tidak diwajibkan
zakat. Menurut jumhur, hal ini dikarenakan tuannyalah yang
memiliki harta hambanya, jadi yang menanggungnya dalah tuan
dari pemilik budak tersebut. Mazhab Maliki berpendapat bahwa
tidak ada suatu kewajiban bagi zakat milik hamba sahaya, baik atas
nama sendiri maupun atas nama tuannya. Hal ini disebabkan
16
Rasjid, Fiqih Islam, 193–207.
17
Al-Zuhayly, Zakat: Kajian Berbagai Mahzab, 98.

11
karena harta milik budak tidak sempurna, padahal zakat hakikatnya
hanya diwajibkan pada harta yang dimiliki secara penuh.
b. Islam
Menurut ijma’ kaum kafir tidak wajib untuk berzakat karena zakat
merupakan ibadah yang suci. Mazhab Syafi’i mewajibkan orang
murtad untuk mengeluarkan zakat hartanya sebelum riddah-nya
terjadi yaitu harta ketika masih menjadi muslim. Riddah menurut
mazhab ini, tidak menggugurkan zakat. Abu Hanifah berpendapat
bahwa riddah menggugurkan kewajiban zakat karena orang murtad
sama dengan kafir. Adapun harta yang dimnilki sewaktu riddah
berlangsung, menurut mazhab pendapat mazhab Syafi’i yang
paling sahih, hukumnya bergantung pada pada harta tersebut. Jika
orang murtad kembali ke Islam lagib dan harta yang didapat
sewaktu riddah masih ada, dia tidak berkewajiban zakat.
Para fukaha tidak mewajibkan zakat atas orang kafir kecuali :
Pertama, sepersepuluh. Mahzab Maliki, Hambali dan Syafi’i
berpendapat bahwa kafir dzimmi (kafir yang tunduk dan patuh
pada khalifah Islam), perdagangan yang dibawa olehnya ke
Makkah dan Madinah atau ke daerah sekitarnya diambil
seperduapuluh. Sedangkan harta yang diambil dari kafir harbi
(kafir yang memusuhi Islam) sepersepuluh tetapi dengan syarat
telah melakukan perjanjian dengan pemerintah. Diambilnya harta
tersebut sebagai imbalan atas perlindungan yang mereka dapatkan.
Kedua, Abu Hanifah, Syafi’i dan Hanbali berpendapat bahwa
untuk zakat kaum nasrani dari bani Tughub, zakatnya diliupat
gandakan karena berfungsi sebagai pengganti upeti. Namun
menurut pendapat Maliki, pengkhususan ini tidak di nash-kan
dalam Islam.
c. Baligh dan Berakal
Menurut mahzab Hanafi, baloigh dan berakal merupakan suatu
syarat. Jadi, anak-anak kecil dan orang gila tidak wajib untuk
berzakat. Namun menurut jumhur, keduanya bukan merupoakan

12
syarat. Jadi, zakat anak kecil dan orang gila dikeluarkan oleh wali
yang menanggungnya.Lagi pula, zakat dikeluarkan sebagai pahala
untuk orang yang mengeluarkannya dan bukti solidaritas terhadap
orang fakir. Atas dasar ini mereka wajib memberikan nafkah
kepada kerabat-kerabatnya.
Pendapat yang kedua didasari pada hadis yang diriwayatkan
Tirmidzi dari ‘Amr ibn Syu’aib, dari bapaknya, dari kakeknya,
bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallama berkhutbah di hadapan
manusia. Didalam khutbahnya, beliau bersabda:

َّ ‫َأال َم ْن َولِ َي يَتِي ًما لَهُ َما ٌل فَ ْليَتَّ ِجرْ فِي ِه َوال يَ ْت ُر ْكهُ َحتَّى تَْأ ُكلَهُ ال‬
ُ‫ص َدقَة‬

“Ketahuilah, siapa yang mengasuh seorang yatim yang memiliki


harta, hendaknya harta itu diperdagangkannya dan tidak
membiarkannya begitu saja sehingga habis dimakan sedekah.”
Status hadis ini dha’if. An-Nawawi menilainya dha’if di dalam al-
Majmu’ (5/301). Di dalam Dha’if at-Tirmidzi pun, al-Albani juga
menilainya dha’if. Hadis semakna juga ada yang diriwayatkan
melalui Umar radhiyallahu ‘anhu oleh al-Baihaqi. An-Nawawi
mengakui keshahihan hadis tersebut sebagaimana dalam al-
Majmu’ (4/178). Ia berkata, “Isnad-nya sahih.”

d. Harta yang dikeluarkan adalah harta yang wajib dizakati


Yang termasuk kriteria harta yang wajib dizakati adalah:
1. Uang
2. Emas, perak baik berbentuk uang logam maupun uang kertas
3. Barang tambang dan barang temuan
4. Menurut jumhur, binatang ternak yang menurmput sendiri atau
menurut mazhab Maliki, binatang yang diberi makan oleh
pemiliknya
e. Harta yang dizakati disyaratkan produktif, yaitu berkembangdan
produktif. Maksud berkembang disini adlah bahwa harta yang

13
disiapkan untuk dikembangkan, baik berupa binatang yang
diternakkan maupun perdagangan.
f. Zakat tidak wajib dikeluarkan padas barang tambang selain emas
dan perak, barang-barang yang dipakai, harta milik pokok, tempat
tinggal, kuda, keledai, khimar, singa, anjing madu, susu, perabot-
perabot kerja, buku-buku, kecuali jika diperdagangkan.
Abu Hanifah berpendapat bahwa kuda yang digembalakan atau
diternakkan wajib dizakati. Menurut pendapat yang difatwakan
kuda tidak masuk dalam kategori wajib zakat. Mazhab Hanafi,
Hanbali, Zhairi mewajibkan dikeluarkannya zakat pada madu,
sedangkan mazhab Maliki dan Syafi’i tidak mewajibkannya.
Harta yang dizakati telah mencapai nishab atau senilai dengannya.
Pembahasannya ada pada subbab macam-macam harta yang wajib
dizakati.
Harta yang dizakati adalah milik penuh
Mazhab Hanafi berpendapat bahwa yang dimaksud harta milik
penuh adalah harta yang dimilki secara utuh dan berada di tangan
sendiri yang benar-benar dimiliki.
Jenis Harta Hanafi
Binatang Wakaf Tidak Wajib Zakat
Harta Dibawah Musuh Tidak Wajib Zakat
Tanaman Tumbuh Di Lahan
Tidak Wajib Zakat
Mubah
Harta Dari Utang Tidak Wajib Zakat
Harta Yang Hilang Tidak Wajib Zakat
Harta Yang Tenggelam Tidak Wajib Zakat
Harta Yang Diutangkan Lalu
Tidak Wajib Zakat
Diingkari Pengutang
Harta Yang Dipendam Di Lain
Tidak Wajib Zakat
Tempat
Harta Yang Dipendam Di
Wajib Zakat
Lahannya Sendiri
Menurut mazhab Maliki, yang dimaksud dengan harta yang dimilki
secara penuh adalh harta asli dan harta pengeluarannya berada di
tangan pemiliknya.
 Jenis Harta Maliki
Harta Yang Digadai Tidak Wajib Zakat

14
Tanaman Tumbuh Di Lahan
Tidak Wajib Zakat
Mubah
Tanaman Atau Binatang
Wajib Zakat
Wakaf
Harta Hasil Ghashab Wajib Zakat
Harta Hilang Wajib Zakat
Wajib Zakat Oleh
Harta Titipan
Pemiliknya
Harta Utang Wajib Zakat

Mazhab Syafi’i berpendapat bahwa harta yang dimaksudkan


adalah harta yang dimilki secara asli, penuh, dan ada hak untuk
pengeluarannya.
Jenis Harta Syafi'i
Harta Wakaf Tidak Wajib Zakat
Tanaman Tumbuh Di Lahan
Tidak Wajib Zakat
Mubah
Harta Karena Sewa Tanah
Wajib Zakat
Wakaf
Harta Hasil Ghashab Wajib Zakat
Harta Hilang Wajib Zakat
Barang Temuan Wajib Zakat
Harta Yang Dititipkan Wajib Zakat
Harta Yang Tenggelam Wajib Zakat
Harta Karena Utang Tidak Wajib Zakat

Mazhab Hanbali menuturkan bahwa harta yang dizakati harus


merupakan harta yang dimilki asli dan bisa dikeluarkannya sesuai
keinginan pemiliknya
Jenis Harta Hanbali
Harta Wakaf Untuk Umum Tidak Wajib Zakat
Harta Wakaf Tanaman Atau Wajib Zakat

15
Binatang
Harta Hasil Ghashab Wajib Zakat
Harta Curian Wajib Zakat
Harta Yang Diingkari Wajib Zakat
Harta Yang Hilang Lalu
Wajib Zakat
Ditemukan
Harta Hasil Curian Wajib Zakat
Harta Temuan Wajib Zakat

g. Kepemilikan harta telah mencapi setahun, menurut hitungan


komariyah
Menurut ijma’ para tabi’in dan fuqaha, tahun yang dihitung adalah
tahun komariyah . Menurut mahzab Hanafi, nisab yang
dimaksudkan harus sempurna antara dua sisi tahun, baik pada
pertengahan tahun tersebut terdapat bulan yang dinisabkan atau
tidak.
Mazhab Maliki berpendapat tibanya masa setahun menjadi zakat
emas, perak, perdangan dan binatang ternak. Namun, ia tidak
menjadi syarat bagi zakat barang tambang, barang temuan,
tanaman biji-bijian yang menghasilkan minyak.
Menurut mazhab Syafi’i, seperti halnyamazhab Maliki sampainya
masa setahun menjadi syarat zakat uang, perdagangan, dan
binatang, Tetapi, tidak menjadi syarat bagi zakat buah-buahan ,
tanaman, barang tambang, dan barang temuan
Menurut mazhab Hanbali, masa setahun sebagai syarat untuk
zakat emas, perak, binatang ternak, dan barang dagangan. Untuk
buah-buahan, tanaman, barang tambang, barang temuan tidak
berlaku syarat tersebut.
2. Syarat Sah Zakat
a. Niat
b. Tamlik ( memindahkan kepemilikan harta kepada penerimanya)
F. Waktu Wajib Zakat Dan Waktu Wajib Pelaksanaannya

16
1. Waktu Wajib Zakat
Para fuqoha telah menyepakati bahwa zakat wajib dikeluarkan segera
setelah syarat-syaratnya terpenuhi. Barang siapa yang berkewajiban
untuk mengeluarkan zakat dan mampu mengeluarkannya, dia tidak
boleh menunda-nunda untuk melakukan zakat. Jika dia menundanya,
dia akan berdosa kecuali jika memang ada uzur.18
2. Waktu Wajib Pelaksanaannya
Zakat ditunaikann sesuai dengan jenis harta yang terkena wajib zakat
yaitu: 19
a. Zakat harta berupa emas, perak, barang dagangan, dan binatang
ternak yang digembalakan dibayarkan setelah sempurnanya hawl
dalam satu tahun.
b. Zakat tanaman dan buah-buahan dibayarakan ketika berulangnya
masa panen, walupun masa panen itu terjadi berulang kali dalam
satu tahun. Terdapat perbedaan pendapat dalam hal ini. Abu
Hanifah dan Zafar berpendapat bahwa zakat ini wajib
dikeluarakan ketika muncul buah-buahan dan selamat dari
pembusukan walaupun buah-buahan tersebut belum belum layak
panen.dengan catatan, jumlahnya memenuhi batas yang bisa
dimanfaatkan.Menurut al-Darir Maliki, zakat buah-buahan wajib
dikeluarkan ketika buah tersebuh telah baik, sudah layak dimakan,
dan tidak memerlukan pengairan lagi, tidak dikeringkan, tidak
dipanen, tidak dibersihkan. Mahzab Syafi’i berpendapat bahwa
zakat buah-buahan wajib dikeluarkan ketika ia telah layak dan
bijinya telah padat karena pada saat itu, buah-buahan tersebut telah
tumbuh smepurna. Sedangkan Mahzab Hanbali berpendpaat
bahwa seperti halnya mazhab Syafi’i bahwa zakat itu wajib
dikeluarkan ketika biji-bijian telah gemuk, jika tanaman itu
tanaman biji-bijian. Sudah layak dimakan jika itu buah-buahan.
c. Dalam pandangan mazhab Hanafi dan Hanbali, madu wajib
dikeluarkan zakatnyaketika ia telah wajibuntuk dizakati. Zakat
18
Ibid., 119.
19
Ibid., 120.

17
barang tambang dikeluarkan ketika ia telah dikeluarkan dari bumi.
Zakat fitrah selain mahzab Hanafi, dikeluarkanb ketika matahari
terbenam pada malam Hari Raya Idul Fitri.

G. PENERIMAAN DAN PENYEBARAN ZAKAT


1. Orang-orang yang Berhak Menerima Zakat
Orang-orang yang berhak menerima zakat sudah ditentukan dalam Al-
Quan surat At-Taubah ayat 60. Namun ada berbagai pendapat
mengenai delapan sasaran penerima zakat.20
a. Mahzab Hanafi
Fakir : Orang yang mempunyai harta kurang dari satu
nisab atau mempunyai satu nisab/lebih, tetapi habis untuk
keperluannya.
Miskin : Orang yang tidak memilki sesuatu apapun.
‘Amil : Orang yang diangkat untuk mengambil dan
mengurus zakat.
Mualaf : Orang yang tidak diberi zakat lagi sejak khlifah
pertama.
Hamba : Hamba tau budak yang dijanjikan oleh tuannya
dapat merdeka apabila dapat menebus dengan uang atau dengan
harta lainnya.\
Berutang : Orang yang memilki utang, sedangkan hartanya di
luar utang tidak cukup satu nisab, maka diberi zakat untuik
membayar utangnya.
Sabiilillah : Balatentara yang berperang di jalan Allah.
Musafir : Orang yang dalam perjalannnya kehabisan bekal.
Orang ini diberi sekedar untuk keperluannya.

b. Mahzab Maliki
Fakir : Orang yang memilki harta, tapi hartanya tidak
mencukupi untuk kebutuhan selma satu tahun. Orang mencukupi

20
Rasjid, Fiqih Islam, 210.

18
penghasilannya tidak diberi zakat, tapi jika tidak mencukupi maka
akan diberi zakat.
Miskin : Orang yang tidak memilki sesuatu apapun.
‘Amil : Pengurus zakat.
Mualaf : sebagian mengatakn bahwa kafir yang ada harapan
untuk masuk agama Islam. Sebagian lagi mengatakan bahwa orang
yang baru memasuki agama Islam.
Hamba : Hamba muslim yang dibeli dari uang zakat dan
memerdekakannya.

Berutang : Orang yang berutang sedangkan hartanya tidak


cukup untuk melunasi hutangnya.
Sabiilillah : Balatentara Allah yang berperang di jalan Allah.
Musafir : Orang yang dalam perjalanan, sedangkan ia
memerlukan biaya untuk ongkos pulang ke negerinya, dengan
syarat perjalaann itu bukan untuk maksiat.
c. Mahzab Hanbali
Fakir : Ornag yang tidak memilki harta atau mempunyai
harta kurang dari setengah keperluannya.
Miskin : Yang memilki harta setengah dari keperluannya
atau lebih tetapi tidak mencukupi.
‘Amil : Pengurus zakat. Ia diberi zakat untuk upahnya
dalam bekerja.
Muallaf : Orang yang memilkinpengaruh di sekelilingnya
dan memilki harapan untuk masuk Islam., orang Islam yang
harapannya imannya dapat lebih teguh
Hamba : Hamba tau budak yang dijanjikan oleh tuannya
dapat merdeka apabila dapat menebus dengan uang atau dengan
harta lainnya.
Berutang : Orang yang berutang untuk mendamaikan orang
yang berselisih dan orang yang berutang untuk dirinya sendiri pada
pekerjaan yang haram, tetapi dirinya sudah bertobat

19
Sabiilillah : Balatentara yang tidak mendapat gaji dari
pimpinan.
Musafir : Ornag yang kehabisan bekal dalam perjalanan
baiknya. Ia diberi ongkos sekedarnya saja untuk ongkos kembali
pulang.
d. Mahzab Syafi’i
Fakir : Orang yang tidak mempunyai harta dan usaha, tau
mempunyai harta atau usaha yang kurang dari setengahnya
kecukupannya, dan tidak ada yang berkewajiban untuk meberinya
belanjaannya.
Miskin : Orang yang memilki harta atau usaha sebanyak
setengah kecukupannya tau lebih, tetapi tidak dapat mencukupinya.
‘Amil : Semua orang bekerja mengurus zakat sedangkan
ia tidak diberi upah dalam pekerjaannya itu.
Muallaf : Ada empat macam:
 Orang yang baru masuk Islam sedangkan
imannya belum teguh
 Orang Islam yang berpengaruh dalam
kaumnya dan kita memilki harapan kalau dia
diberi zakat, maka orang lain dari kaumnya
akan masuk Islam.
Orang Islam yang berpengaruh terhadap orang kafir.
Orang yang menolak kejahatan orang yang anti zakat.
Hamba : Hamba tau budak yang dijanjikan oleh tuannya
dapat merdeka apabila dapat menebus dengan uang atau dengan
harta lainnya.
Berutang : Ada tiga macam :
 Orang yang berutang untuk mendamaikan
ornag lain yang sedang berselisih.
 Orang yang berutang untuk kepentingan
dirinya sendiri pada keperluan yang mubah
atau tidak mubah tetapi ia sudah bertobat.

20
 Orang yang berutang karena menjaminutang
orang lain, sedangkan ia dan orang orang
yang dijaminnyaitu tidak dapat membayar
utang.
Orang yang pertama wajib diberi zakat sekalipun dia kaya. Orang
kedua dan ketiga diberi zakat kalau dia tidak mampu untuk
membayar hutangnya.
Sabiilillah : Tentara yang membantu dengan kehendaknya
sendiri, sedangkan dia tidak mendapat gaji.
Musafir : orang yang mengadakn perjalanan dari negeri
zakat atau melalui negeri zakat. Dalam perjalanannya itu dia diberi
zakat untuk sekedar ongkos. Perjalanannya merupakan perjlanan
yang baik dan bertujuan bukan untuk maksiat.
2. Syarat Mustahiqq Zakat dan Sifatnya
Untuk menjadi penerima zakat, seseorang harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut: 21
a. Merdeka (bukan budak belian)
b. Tidak termasuk keturunan bani hasyim atau bani muthalib
c. Beragama Islam
d. Tidak termasuk orang yang nafkahnya di tanggung muzakki atau
wajib zakat
e. Benar-benar fakir
H. HIKMAH ZAKAT
Zakat amatlah penting karena mengandung pelbagai hikmah dan manfaat
sebagai berikut :22
1. Menolong orang yang susah dan lemah agar ia dapat menunaikan
kewajibannyaterhadap Allah dan mahluk-Nya.
2. Membersihkan dari sifat kikir dan perbuatan tercela lainnya, serta
mendidika agar bersifat terpuji mulia, dan pmurah dengan
membiasakan membayar amanah dan kewajiban.

21
Azzam dan Hawas, Fiqh Ibadah, 407.
22
Ibid., 217.

21
3. Sebagai ucapan syukur dan terimakasih atas kekayaan yang telah Allah
beri untuknya.
4. Menjaga kejahatan yang akan timbul dari si miskin
5. Mendekatkan hubungan kasih sayang antara si miskin dan si kaya.

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN

22
DAFTAR PUSTAKA

((Abdullah bin Muhammad bin Ahmad Ath-Thayyar, Fiqih Ibadah: Fatwa Fadhilatus
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin (Surakarta: Media Zikir, 2010), 96.

((Wahbah Al-Zuhayly, Zakat: Kajian Berbagai Mahzab (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), 82.
((Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2007), 192.
((Yusuf Al-Qaradlawi, Ibadah dalam Islam (Surabaya: PT BINA ILMU, 1998), 434.
Ath-Thayyar, Fiqih Ibadah: Fatwa Fadhilatus Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin,
96.

23
Al-Zuhayly, Zakat: Kajian Berbagai Mahzab, 83.

24

Anda mungkin juga menyukai