Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ZAKAT

Disusun unuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah

Fiqih

Dosen Pengampu:

Pepe Iswanto, S.H.I., M.Pd.I.

Disusun oleh kelompok 6:

Bella Oktavia 2307001087

Nurul Aisyah 2307001116

Aneu Maria Sagita 2307001137

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM DARUSSALAM


2024

2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, puji syukur bagi Allah Swt. pemilik alam semesta,
karena atas berkat rahmat dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul: “Zakat”.

Adapun tujuan penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas mata kuliah adalah
untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan.

Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : Pepe Iswanto, S.H.I.,


M.Pd.I. selaku dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan sehingga tugas makalah
ini dapat terselesaikan dan penulis mengucapkan terimakasih juga kepada pihak yang telah
membantu menyelesaikan pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari, bahwasannya dalam penulisan ini terdapat banyak kekurangan yang
belum diketahui baik dari segi penulisan, penyusunan, maupun bahasa. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, kami sangat
membutuhkan kritik dan saran, sehingga dapat menyempurnakan makalah yang kami buat
selanjutnya. Besar harapan kami, makalah ini bisa memberikan manfaat bagi semua pembaca
umumnya, khususnya bagi kami selaku penyusun makalahnya.

Ciamis, 20 Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….…..i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….ii

BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………………….1

A. Latar Belakang…………………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………2
C. Tujuan Makalah…………………………………………………………………...2

BAB 11 PEMBAHASAN…………………………………………………………………….3

A. Pengertian zakat…………………………………………………………….……..3
B. Sejarah pensyariatan zakat……………………………………………….………..3
C. Dasar hukum zakat…………………………………………………………….…..4
D. Tujuan zakat…………………………………………………………………….…4
E. Macam-macam zakat………………………………………………………….…..6
F. Mustahiq zakat………………………………………………………………….…8
G. Hikmah zakat……………………………………………………………………...9

BAB 111 PENUTUP…………………………………………………………………….…..11

A. Kesimpulan……………………………………………………………………….11
B. Saran…………………………………………………………………………..….11

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….12

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah pandangan hidup yang seimbang dan terpadu didesain untuk mengantarkan
kebahagiaan manusia melalui peningkatan kebutuhan melalui kebutuhan-kebutuhan moral dan
materil Manusia, dan akulturasi hubungan sosial ekonomi dan persaudaraan antar masyarakat. 1
Hal ini dapat tercermin dalam praktek beribadah misalnya dalam ibadah Zakat karena
didalamnya mencakup dua unsur tersebut yaitu sosial dan ekonomi masyarakat muslim pada
umumnya.

Yang mendorong penulisan makalah ini adalah niat untuk memberikan nasehat dan
peringatan akan kewajiban zakat yang telah diremehkan oleh kebanyakan kaum muslimin,
mereka tidak mengeluarkanya sebagaimana cara yang disyariatkan, meski perkara ini adalah
besar, dan merupakan salah satu dari lima rukun Islam di mana bangunan Islam tidak akan
tegak tanpanya.“Islam dibangun di atas lima landasan: Syahadat bahwa tiada Tuhan selain
Allah, dan Muhamad utusan Alah, menegakan sholat, menunaikan zakat, puasa ramadhon dan
haji”. Ini menunjukkan bahwa zakat merupakan bagian penting dalam kehidupan umat Islam.
Bahkan pada masa Khalifah Abu Bakar As-Siddiq orang-orang yang enggan berzakat diperangi
sampai mereka mau berzakat. Itu karena kewajiban berzakat sama dengan kewajiban
mendirikan sholat.”Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh,
mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.

Kewajiban zakat atas muslim adalah di antara kebaikan Islam yang menonjol dan
perhatianya terhadap urusan para pemeluknya, hal itu karena begitu banyak manfaat zakat dan
betapa besar kebutuhan orang-orang fakir kepada zakat. Kitab dan sunnah serta ijma' telah
menunjukan kewajibanya, barang siapa mengingkari kewajibanya maka ia adalah kafir dan
murtad dari Islam dan harus diminta agar bertaubat, jika tidak bertaubat dibunuh, dan barang
siapa kikir dengan enggan mengeluarkan zakat atau mengurangi sesuatu darinya maka ia
termasuk orang-orang dzolim yang berhak atas sangsi dari Allah swt.

Namun sayang, zakat yang seharusnya menjadi potensi ekonomi umat yang sangat baik,
pada umumnya belum digarap secara baik. Akibatnya kemiskinan di kalangan umat Islam

1
Misbahuddin, E-Commerce dan Hukum Islam (Cet. I: Makassar: Alauddin University Press, 2012), h. 1-2.

1
jumlahnya masih cukup banyak. Padahal kita pun tahu bahwa kemiskinan dan kemelaratan
merupakan bibit potensial untuk kemurtadan dan kekufuran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian zakat?
2. Bagaimana sejarah pensyariatan zakat?
3. Apa dasar hukum zakat?
4. Apa tujuan zakat?
5. Apa saja macam-macam zakat?
6. Bagaimana mustahiq zakat?
7. Apa saja hikmah zakat?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian zakat.
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah pensyariatan zakat.
3. Untuk mengetahui dasar hukum zakat.
4. Untuk mengetahui tujuan zakat.
5. Untuk mengetahui macam-macam zakat.
6. Untuk mengetahui mustahiq zakat.
7. Untuk mengetahui apa saja hikmah zakat.

2
BAB 11

PEMBAHASAN

A. Pengertian zakat

Pertama, zakat menurut bahasa artinya bersih, tambah dan terpuji. Sedangkan menurut
istilah zakat adalah kadar harta tertentu yang diberikan kepada para mustahiq (yang berhak)
menerimanya dengan beberapa syarat.2 Kedua, zakat yaitu pemberian sebagian harta kepada
fakir miskin dan orang-orang yang berhak menerimanya dan hukumnya wajib. 3 Ketiga, zakat
adalah satu kewajiban dari kewajiban-kewajiban Islam, ia adalah salah satu dari rukun-
rukunya, dan termasuk rukun yang terpenting setelah syahadat dan sholat. Dalam bahasa Arab,
kata zakah secara harfiah berarti berkembang atau tumbuh. Kadang diartikan bersih atau suci.

Adapun dalam pembahasan fikih, istilah zakat diartikan sebagai sejumlah harta tertentu
yang wajib dikeluarkan dan diserahkan kepada orang-orang yang berhak menerimanya.4
Pengertian yang lain, zakat adalah salah satu ibadah pokok dan termasuk salah satu rukun
Islam. Dan secara arti kata zakat berasal dari bahasa Arab dari akar kata zaka mengandung
beberapa arti seperti membersihkan, bertumbuh dan berkah. Dalam terminologi hukum (syara’)
zakat diartikan: “pemberian tertentu dari harta tertentu kepada orang tertentu menurut syarat-
syarat yang ditentukan”.5

B. Sejarah pensyariatan zakat

Ayat-ayat Alqur'an yang mengingatkan orang mukmin agar mengeluarkan sebagian harta
kekayaannya untuk orang-orang miskin diwahyukan kepada Rasulullah SAW ketika beliau
masih tinggal di Makkah. Perintah tersebut pada awalnya masih sekedar sebagai anjuran,
sebagaimana wahyu Allah SWT dalam surat Ar-Rum ayat 39: ''Dan apa yang kamu berikan
berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridaan Allah, maka (yang berbuat
demikian) itulah orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya)''.

Namun menurut pendapat mayoritas ulama, zakat mulai disyariatkan pada tahun ke-2
Hijriah. Di tahun tersebut zakat fitrah diwajibkan pada bulan Ramadhan, sedangkan zakat mal

2
Tim Abdi Guru, Agama Islam Untuk SMP Kelas VIII (Jakarta: Erlangga, 2005), h.150.
3
Hussein Bahreisj, 450 Masalah Agama Islam (Surabaya: Al Ikhlas, 1980), h. 226.
4
Indi Aunullah, Ensiklopedi Fikih untuk Remaja (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008), h. 123.
5
Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh (Bogor: Kencana, 2003), h. 37.

3
diwajibkan pada bulan berikutnya, Syawal. Jadi, mula-mula diwajibkan zakat fitrah kemudian
zakat mal atau kekayaan.

Firman Allah SWT surat Al-Mu'minun ayat 4: ''Dan orang yang menunaikan zakat''.
Kebanyakan ahli tafsir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan zakat dalam ayat di atas
adalah zakat mal atau kekayaan meskipun ayat itu turun di Makkah. Padahal, zakat itu sendiri
diwajibkan di Madinah pada tahun ke-2 Hijriah. Fakta ini menunjukkan bahwa kewajiban zakat
pertama kali diturunkan saat Nabi SAW menetap di Makkah, sedangkan ketentuan nisabnya
mulai ditetapkan setelah Beliau hijrah ke Madinah.

Setelah hijrah ke Madinah, Nabi SAW menerima wahyu berikut ini, ''Dan dirikanlah shalat
serta tunaikanlah zakat. Dan apa-apa yang kamu usahakan dari kebaikan bagi dirimu, tentu
kamu akan mendapat pahalanya di sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang
kamu kerjakan'' (QS Al-Baqarah: 110). Berbeda dengan ayat sebelumnya, kewajiban zakat
dalam ayat ini diungkapkan sebagai sebuah perintah, dan bukan sekedar anjuran.

Mengenai kewajiban zakat ini ilmuwan Muslim ternama, Ibnu Katsir, mengungkapkan,
''Zakat ditetapkan di Madinah pada abad kedua hijriyah. Tampaknya, zakat yang ditetapkan di
Madinah merupakan zakat dengan nilai dan jumlah kewajiban yang khusus, sedangkan zakat
yang ada sebelum periode ini, yang dibicarakan di Makkah, merupakan kewajiban
perseorangan semata''.

Sayid Sabiq menerangkan bahwa zakat pada permulaan Islam diwajibkan secara mutlak.
Kewajiban zakat ini tidak dibatasi harta yang diwajibkan untuk dizakati dan ketentuan kadar
zakatnya. Semua itu diserahkan pada kesadaran dan kemurahan kaum Muslimin. Akan tetapi,
mulai tahun kedua setelah hijrah -- menurut keterangan yang masyhur -- ditetapkan besar dan
jumlah setiap jenis harta serta dijelaskan secara teperinci.

Menjelang tahun ke-2 Hijriah, Rasulullah SAW telah memberi batasan mengenai aturan-
aturan dasar, bentuk-bentuk harta yang wajib dizakati, siapa yang harus membayar zakat, dan
siapa yang berhak menerima zakat. Dan, sejak saat itu zakat telah berkembang dari sebuah
praktik sukarela menjadi kewajiban sosial keagamaan yang dilembagakan yang diharapkan
dipenuhi oleh setiap Muslim yang hartanya telah mencapai nisab, jumlah minimum kekayaan
yang wajib dizakati.

C. Dasar hukum zakat

4
Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya
syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah
memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah (seperti shalat, haji,
dan puasa) yang telah diatur secara rinci berdasarkan Al-Quran dan As Sunnah. Hukum zakat
ini didasarkan pada dalil-dalil dari Al-Quran dan Hadits, di antaranya adalah:

1. Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 43: “Dan dirikanlah shalat,
tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’”
2. Firman Allah SWT dalam surat At-Taubah ayat 103: “Ambillah zakat dari sebagian
harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan
mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa
bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
3. Hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim: “Islam dibangun di
atas lima perkara: bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah
utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan haji ke
Baitullah bagi yang mampu.”
4. Hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim: “Barangsiapa yang
diberi harta oleh Allah lalu ia tidak menunaikan zakatnya, maka pada hari kiamat
hartanya itu akan dijadikan seekor ular besar yang berbisa yang akan melilit lehernya,
kemudian ular itu akan menggigit kedua pipinya sambil berkata: Aku hartamu, aku
simpananmu.”
D. Tujuan zakat
1. Zakat menjaga dan memelihara harta dari incaran mata dantangan para pendosadan
pencuri. Nabi saw. bersabda: Peliharalah harta-harta kalian dengan zakat.obatilah
orang-orang sakit kalian dengan sedekah. Dan persiapkanlah doauntuk menghadapi
malapetaka (HR. Abu Dawud).
2. Zakat merupakan pertolongan bagi orang-orang fakir dan orang-orang yangsangat
memerlukan bantuan. Zakat bisa membantu orang-orang yang lemahdan memberikan
kekuatan serta kemampuan untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban kepada Allah
seperti ibadah, dan memperkokoh iman serta sebagaisarana untuk menuaikan
kewajiban- kewajiban yang lain.
3. Zakat bertujuan menyucikan jiwa dari penyakit kikir dan bakhil. Ia jugamelatih seorang
muslim untuk bersifat pemberi dan dermawan. Mereka dilatihuntuk tidak menahan diri
dari pengeluaran zakat, melainkan mereka dilatihuntuk ikut andil dalam menunaikan

5
kewajiban sosial, yakni kewajiban untukmengangkat (kemakmuran) negara dengan
cara memberikan harta kepadafakir miskin, ketika dibutuhkan atau dengan
mempersiapkan tentaramembendung musuh, atau menolong fakir miskin dengan kadar
yang cukup.
4. Zakat sebagai pensucian jiwa dan sifat kikir, Ahmad al-Jurjawy menjelaskandengan
panjang lebar. Ia mengatakan bahwa jiwa seseorang cenderung kepadaketamakan atau
punya sifat ingin memonopoli (menguasai) sesuatu secara sendirian.
E. Macam-macam zakat
1. Zakat Fitrah

Pengertian fitrah ialah sifat asal, bakat, perasaan keagamaan dan perangai. Sedangkan zakat
fitrah adalah zakat yang berfungsi mengembalikan manusia muslim dalam keadaan fitrahnya,
dengan menyucikan jiwa mereka dari kotoran-kotoran (dosa-dosa) yang disebabkan oleh
pengaruh pergaulan dan sebagainya.

Adapun dalil zakat fitrah dalam QS. al-A’la/87 : 14 ‫دۡ ف ۡ ل ق ىٰ ك ز ت من ح‬


‫أ‬

Terjemahnya: “Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan


beriman)”6

Zakat fitrah adalah sejumlah harta yang wajib ditunaikan oleh setiap mukallaf dan setiap
orang yang nafkahnya ditanggung olehnya dengan syarat-syarat tertentu. Zakat fitrah
dikeluarkan oleh setiap umat Islam yang hidup sebagian bulan Ramadhan dan sebagian bulan
Syawal. Hukum Zakat fitrah wajib bagi umat islam baik laki-laki maupun perempuan, besar
kecil, merdeka maupun hamba. 7 Yang dikeluarkan dalam zakat fitrah adalah makanan pokok
(yang mengenyangkan) menurut tiap-tiap tempat negeri) sebanyak 3,1 liter atau 2,5 kg, atau
bisa diganti dengan uang senilai 3,1 liter atau 2,5 kg makanan pokok yang harus dibayarkan.

2. Zakat Mal (Harta)

Dalam bahasa Arab, Mal berarti harta. Jadi, zakat mal adalah zakat kekayaan yang harus
dikeluarkan dalam jangka satu tahun sekali yang sudah memenuhi nishab mencakup hasil

6
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Sahifa,2014), h. 591.
7
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah (bandung: Al- Ma’arif, 1997), h. 126.

6
perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak
serta hasil kerja (profesi). Masing-masing tipe memiliki perhitungannya sendiri-sendiri. 8

Oleh karena itu dalam pengertiannya, zakat maal berarti zakat yang dikenakan atas segala
jenis harta, yang secara zat maupun substansi perolehannya tidak bertentangan dengan
ketentuan agama.

Sebagai contoh, zakat maal terdiri atas simpanan kekayaan seperti uang, emas, surat
berharga, penghasilan profesi, aset perdagangan, hasil barang tambang atau hasil laut, hasil
sewa aset dan lain sebagainya.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikh Dr. Yusuf Al-Qardhawi dalam kitabnya Fiqh uz-
Zakah, zakat maal meliputi:

1. Zakat simpanan emas, perak, dan barang berharga lainnya;


2. Zakat atas aset perdagangan;
3. Zakat atas hewan ternak;
4. Zakat atas hasil pertanian;
5. Zakat atas hasil olahan tanaman dan hewan;
6. Zakat atas hasil tambang dan tangkapan laut;
7. Zakat atas hasil penyewaan asset;
8. Zakat atas hasil jasa profesi;
9. Zakat atas hasil saham dan obligasi.

Begitupun dengan yang dijelaskan di dalam UU No. 23 Tahun 2011, zakat maal meliputi;

1. Emas, perak, dan logam mulia lainnya;


2. Uang dan surat berharga lainnya;
3. Perniagaan
4. Pertanian, perkebunan, dan kehutanan;
5. Peternakan dan perikanan
6. Pertambangan
7. Perindustrian
8. Pendapatan dan jasa; dan
9. Rikaz

8
Dr. Abdul Al-Hamid Mahmud Al-Ba’ly, Ekonomi Zakat : Sebuah Kajian Moneter dan Keuangan Syariah
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 3.

7
3. Zakat Penghasilan (Usaha)

Selain zakat mal, ada juga zakat penghasilan atau zakat usaha. Zakat ini dikenakan pada
penghasilan atau pendapatan yang diperoleh dari usaha, bisnis, atau profesi. Besar zakat usaha
dapat bervariasi tergantung pada jenis usaha dan jumlah pendapatannya, tetapi umumnya
berkisar antara 2, 5% hingga 10%. Zakat penghasilan bertujuan untuk mendorong
pemberdayaan ekonomi umat Muslim dan membantu dalam menciptakan keseimbangan
ekonomi di masyarakat.

4. Zakat Emas dan Perak

Zakat emas dan perak dikenakan khusus pada kepemilikan emas dan perak yang telah
mencapai nisab atau batas tertentu. Besaran zakat emas dan perak adalah 2, 5% dari jumlah
kepemilikan emas dan perak tersebut. Tujuan dari zakat emas dan perak adalah untuk
mengurangi penimbunan emas dan perak yang tidak produktif dan mendistribusikannya kepada
yang membutuhkan.

5. Zakat Pertanian dan Peternakan

Zakat pertanian dan peternakan dikenakan pada hasil pertanian dan peternakan, seperti
tanaman, buah-buahan, ternak, dan ikan. Besaran zakat pertanian dan pertanian bervariasi
tergantung pada jenis hasil dan lingkungan tempat hasil tersebut tumbuh atau berkembang.

F. Mustahiq zakat

Mustahiq zakat adalah Orang yang berhak menerima Zakat, berjumlah delapan asnaf atau
golongan, seperti dijelaskan dalam firman Allah SWT :

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,


pengurus pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak,
orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi
Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah:60)

Berdasarkan firman Allah di atas ada delapan golongan yang berhak menerima zakat adalah:

a. Fakir adalah orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga
untuk memenuhi penghidupannya.

8
b. Miskin adalah orang yang mempunyai pekerjaan tetapi hasil yang diperoleh tidak dapat
mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.
c. Amil (panitia zakat) adalah orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan
membagikan zakat.
d. Muallaf adalah orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah.
e. Hamba sahaya yaitu orang yang mempunyai pejanjian akan dimerdekakan oleh tuannya
dengan jalan menebus dirinya.
f. Riqab (hamba sahaya) adalah hamba sahaya yang dijanjikan oleh tuannya untuk
dimerdekakan dengan tebusan atau bayaran.
g. Gharim (orang berhutang) adalah orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang
bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya.
h. Sabilillah (pada jalan Allah) adalah orang yang berjuang atau usaha menegakkan agama
Allah. Misalnya: mendirikan masjid,madrasah/sekolah, penyebar agama Islam.
i. Ibnu Sabil (Musafir) adalah orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat
mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya karena kehabisan bekal ( Syarafuddin.
dkk. 2012).
G. Hikmah zakat

Adapun hikmah zakat dari segi agama,segi akhlak, segi perorangan maupun masyarakat.

Yang pertama dari segi agama:


1. Dengan berzakat berarti telah menjalankan salah satu dari Rukun Islam yang
mengantarkan seorang hamba kepada kebahagiaan dan keselamatan dunia dan akhirat.
2. Merupakan sarana bagi hamba untuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Rabb-nya,
akan menambah keimanan karena keberadaannya yang memuat beberapa macam ketaatan.
3. Pembayar zakat akan mendapatkan pahala besar yang berlipat ganda, sebagaimana
firman Allah, yang artinya: "Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah" (QS: Al
Baqarah: 276). Dalam sebuah hadits yang muttafaq "alaih Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam"
juga menjelaskan bahwa sedekah dari harta yang baik akan ditumbuhkan kembangkan oleh
Allah berlipat ganda.
4. Zakat merupakan sarana penghapus dosa, seperti yang pernah disabdakan Rasulullah
Muhammad SAW.
Adapun yang kedua dari segi akhlak:
1. Menanamkan sifat kemuliaan, rasa toleran dan kelapangan dada kepada pribadi
pembayar zakat.
2. Pembayar zakat biasanya identik dengan sifat rahmah (belas kasih) dan lembut kepada
saudaranya yang tidak punya.

9
3. Merupakan realita bahwa menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat baik berupa harta
maupun raga bagi kaum Muslimin akan melapangkan dada dan meluaskan jiwa. Sebab
sudah pasti ia akan menjadi orang yang dicintai dan dihormati sesuai tingkat
pengorbanannya.
4. Di dalam zakat terdapat penyucian terhadap akhlak.

Sedangkan dari segi perorangan dan masyarakat


1. Mendidik jiwa manusia suka berkorban dan membersihkan jiwa dari sifat-sifat kikir
dan bakhil
2. Zakat mengandung arti rasa persamaan yang memikirkan nasib manusia dalam suasana
persaudaraan.
3. Zakat memberi arti bahwa manusia itu bukan hidup untuk dirinya sendiri;sifat
mementingkan diri sendiri harus disingkirkan dari masyarakat Islam.
4. Seorang muslim harus mempunyai sifat-sifat baik dalam hidup perseorangan yaitu
murah hati,penderma, dan penyayang.
5. Zakat dapat menjaga timbulnya rasa dengki,irihati, dan menghilangkan jurang pemisah
antara si miskin dan si kaya.
6. Zakat bersifat sosialistis karena meringankan beban fakir miskin dan meratakan nikmat
Allah.

10
BAB 111

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Zakat adalah salah satu ibadah pokok dan termasuk salah satu rukun Islam. Dan secara
arti kata zakat berasal dari bahasa Arab dari akar kata zaka mengandung beberapa arti
seperti membersihkan, bertumbuh dan berkah. Dalam terminologi hukum (syara’) zakat
diartikan: “pemberian tertentu dari harta tertentu kepada orang tertentu menurut syarat-
syarat yang ditentukan”.
2. Zakat dibagi menjadi 2, yaitu zakat fitrah dan zakat maal. Zakat fitrah merupakan zakat
yang dikeluarkan umat Islam pada sebagian bulan Ramadhan dan sebagian bulan
Syawal untuk mensucikan jiwa. Sedangkan zakat maal adalah zakat harta yang dimiliki
seseorang karena sudah mencapai nisabnya.
3. Orang-orang yang berhak menerima zakat yaitu orang fakir, orang miskin, amil,
muallaf, hamba sahaya, orang yang berhutang, fi sabilillah, dan ibnu sabil. Sedangkan
yang tidak berhak menerima zakat yaitu orang kafir, orang kaya, keturunan Rasulullah,
orang yang dalam tanggungan yang berzakat.
4. Hikmah berzakat adalah sebagai berikut: Mendidik jiwa manusia suka berkorban dan
membersihkan jiwa dari sifat-sifat kikir dan bakhil, Zakat mengandung arti rasa
persamaan yang memikirkan nasib manusia dalam suasana persaudaraan, Zakat
memberi arti bahwa manusia itu bukan hidup untuk dirinya sendiri;sifat mementingkan
diri sendiri harus disingkirkan dari masyarakat Islam, Seorang muslim harus
mempunyai sifat-sifat baik dalam hidup perseorangan yaitu murah hati,penderma, dan
penyayang, Zakat dapat menjaga timbulnya rasa dengki,irihati, dan menghilangkan
jurang pemisah antara si miskin dan si kaya, Zakat bersifat sosialistis karena
meringankan beban fakir miskin dan meratakan nikmat Allah yang diberikan kepada
manusia.
B. Saran

Penyusun makalah ini manusia biasa banyak kelemahan dan kekhilafan. Maka dari itu
penyusun menyarankan pada pembaca yang ingin mendalami masalah zakat, setelah membaca
makalah ini membaca sumber lain yang lebih lengkap. Dan marilah kita realisasikan zakat

11
dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan kewajiban umat muslim dengan penuh rasa
ikhlas.

12
DAFTAR PUSTAKA
Aunullah, Indi. Ensiklopedi Fikih untuk Remaja. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008.
Bahreisj, Hussein. 450 Masalah Agama Islam. Surabaya: Al Ikhlas, 1980. Departemen
Agama RI. Al Qur’an dan Terjemahnya . Jakarta: Sahifa,2014.
Masud, Ibnu. Fiqhi Madzhab Syafi’I. Bandung: CV Pustaka Setia, 2007.
Misbahuddin. E-Commerce dan Hukum Islam. Cet. I: Makassar: Alauddin University Press.
2012.
Sabiq, Sayyid. Fiqh As-Sunnah. Libanon: Darul Fikri, 1983.
Sabiq, Sayyid. Fiqh Sunnah. Bandung: Al- Ma’arif, 1997.
Syarifuddin, Amir. Garis-garis Besar Fiqh. Bogor: Kencana, 2003.

13

Anda mungkin juga menyukai