Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PSIKOLOGI IBADAH

PSIKOLOGI ZAKAT

Dosen Pengampu: Dr. Syahidah Rena, M. Ed

Disusun oleh:

1. Annisa Indriyani 11180700000032


2. Dean Zulmi Airlangga 11180700000030
3. Syeika Raisza Syuhda 11180700000195
4. Faradillah Anandya Selviany 11180700000088

Kelompok 2

Kelas: 5D

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2020
Kata Pengantar

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmatnya kita masih
diberikan kesehatan jasmani maupun rohani sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Psikologi Zakat” dengan baik. Penulisan makalah ini ditunjukkan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Ibadah Fakultas Psikologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu mata kuliah ini, ibu Dr. Syahidah Rena, M. Ed. yang telah memberikan bimbingan
dan arahan kepada kami dalam proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini belum sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sekiranya
dapat membangun untuk memperbaiki kesalahan dalam makalah ini. Selain itu, kami juga
berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membaca makalah
ini dan menjadi referensi yang dapat menambah wawasan serta ilmu pengetahuan pembaca.

Jakarta, 27 September 2020

Penulis

2
Daftar Isi

Kata Pengantar ………………………………………………………………………… 2

Daftar Isi ………………………………………………………………………………... 3

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah …………………………………………………….. 4


B. Rumusan Masalah …………………………………………………………... 4
C. Tujuan ……………………………………………………………………….. 4

BAB II Pembahasan

A. Pengertian Zakat …………………………………………………………… 5


B. Hukum Zakat ………………………………………………..……………. 5
C. Sedekah, Infaq, dan Wakaf ………………………………………………. 6
D. Syarat Berzakat …………………………………………………………… 7
E. Macam-Macam Zakat …………………………………………………….. 8
F. Perilaku Muzakki ………………………………………………………… 13
G. Perilaku Mustahik ……………………………………………………….. 15
H. Nilai-Nilai Psikologi Dalam Zakat ……………………………………... .16

BAB III Penutup

A. Kesimpulan ………………………………………………………………18

Daftar Pustaka ……………………………………………………………………... 19

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Zakat pada umumnya sering sekali dilaksanakan oleh umat muslim ketika bulan
ramadhan. Zakat juga ada di sebutkan dalam rukun islam ke-3. Tujuan diadakan zakat
adalah untuk menyucikan diri dari dosa-dosa dalam diri, serta membantu umat muslim
yang perkeonomiannya dibawah dari kita. Dengan zakat kita dapat membantu umat
memenuhi kebutuhannya sehari-hari untuk kehidupannya. Zakat sendiri terbagi menjadi
dua, yaitu zakat fitrah dan zakat maal. Di dalam Zakat terdapat dua perilaku yang sangat
penting untuk dibahas, yaitu Perilaku Mustahik dan Perilaku Muzakki. Kedua perilaku
tersebut ternyata memiliki keterkaitan juga dengan kepribadian-kepribadian yang positif.
Selain itu, yang lebih menarik lagi adalah ternyata Zakat mengandung nilai-nilai
psikologis didalamnya, dan seluruh hal tersebut akan dijelaskan lebih rinci lagi pada bab
pembahasan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan zakat?
2. Apa pengertian dari mustahik dan muzakir?
3. Apa saja jenis-jenis dari zakat?
4. Apa hubungan zakat dengan psikologi?
C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian zakat


2. Untuk mengetahui mustahik dan muzakir dalam zakat
3. Untuk mengetahui jenis-jenis zakat
4. Untuk mengetahui hubungan zakat dengan psikologi

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Zakat

Zakat menurut menurut asal kata, zakat yang berasal dari kata ‫ ةز‬berarti berkah, bersih,
baik dan meningkat. Sedangkan secara bahasa, berarti nama’ (kesuburan), thaharah
(kesucian), barakah (keberkahan), dan berarti juga tazkiyah (mensucikan). Penjelasan makna
secara harfiah tersebut mengerucut pada pengertian zakat sebagai proses pembersihan diri
yang didapatkan setelah pelaksanaan kewajiban membayar zakat.

Menurut Yusuf Qardawi, arti dasar dari kata zakat ditinjau dari segi bahasa adalah suci,
tumbuh, berkah, dan terpuji. Semuanya digunakan dalam Qur’an dan hadist. Tetapi yang
terkuat, kata dasar Zaka berarti bertambah dan tumbuh.Zakat merupakan nama atau sebutan
dari sesuatu hak Allah SWT yang dikeluarkan seseorang kepada fakir miskin. Dinamakan
zakat karena didalamnya terkandung harapan untuk beroleh berkat, membersihkan jiwa dan
memupuknya dengan berbagai kebajikan.

Sedangkan pengertian zakat menurut istilah atau syara’ yaitu: memberikan sebagian harta
tertentu kepada yang berhak menerimanya dengan beberapa syarat. Jadi kalau kita tilik pula
zakat menurut istilah agama islam adalah kadar harta yang tertentu diberikan kepada yang
berhak menerimanya dengan beberapa syarat yang tertentu.9 Meskipun para ulama didalam
menafsirkannya berbeda-beda akan tetapi semuanya mengarah pada satu arti yaitu
mengeluarkan sebagian harta benda untuk diberikan kepada fakir miskin sesuai dengan
aturan-aturan yang telah ditentukan dalam al-Qur’an, sebagai pembersih serta penghapus
kesalahan-kesalahan manusia.

B. Hukum Zakat

Zakat termasuk salah satu rukun Islam, Zakat mulai disyari’atkan pada bulan Syawal
tahun ke 2 Hijriah sesudah pada bulan Ramadhannya diwajibkan zakat fitrah. Jadi mula-mula
diwajibkan zakat fitrah, baru kemudian diwajibkan zakat mal atau kekayaan.

Zakat diwajibkan atas orang Islam yang mempunyai kekayaan yang cukup nishab, yaitu
jumlah minimal harta yang wajib dikeluarkan zakatnya. Jika kurang dari itu kekayaan belum

5
dikenai zakat. Adapun saat haul ialah waktu wajib mengeluarkan zakat yang telah memenuhi
nishabnya (dimiliki cukup dalam waktu setahun).

Di dalam al-Qur’an, Allah SWT telah menyebutkan tentang zakat dan shalat sejumlah 82
ayat. Dari sini dapat disimpulkan secara deduktif bahwa setelah shalat, zakat merupakan
rukun islam terpenting. Zakat dan shalat dalam al-Qur’an dan al-Hadist dijadikan sebagai
perlambang keseluruhan ajaran islam. Pelaksanaan shalat melambangkan baiknya hubungan
seorang dengan Tuhannya, sedang zakat adalah lambang harmonisnya hubungan antara
sesama manusia. Oleh karena itu zakat dan shalat merupakan pilar-pilar berdirinya bangunan
Islam. Jika keduanya hancur, Islam sulit untuk bertahan

C. Sedekah, Infaq dan Wakaf

Selain menggunakan istilah ”zakat”, terdapat beberapa istilah lain yang berbeda redaksi
namun memiliki kesamaan pengertian dengan zakat yang disebutkan dalam al-Qur’an.
Beberapa istilah tersebut di antaranya adalah:

1. Shodaqoh (sedekah)

Penjelasan zakat soal sedekah menyebut wujudnya bisa harta atau nonharta. Tujuannya
juga untuk kemaslahatan umum. Tidak diatur pula soal kriteria khusus pihak yang berhak
menerima sedekah. “Sedekah dikeluarkan rutin oleh seseorang karena kewajiban sosialnya.
Melekat kewajiban dia menjamin eksistensi kelangsungan hidup orang lain di bawah
tanggung jawabnya,” Muta’ali menjelaskan. Contohnya pengeluaran untuk istri, anak,
orangtua, atau pihak keluarga.

2. Infak

Zakat menjelaskan infak sebagai pengeluaran berupa harta selain zakat oleh seseorang
atau badan usaha. Tujuannya untuk kemaslahatan umum. Selain itu tidak diatur kriteria
khusus soal pihak yang berhak menerima infak.

“Infak itu pengeluaran di luar sedekah. Di luar kewajiban dia sebagai penjamin eksistensi
kelangsungan hidup orang lain. Namun orang yang menerimanya memang membutuhkan,”
kata Muta’ali menjelaskan. Ia mencontohkan pemberian kepada orang miskin yang bukan
dari kalangan keluarga sebagai bentuk infak. Contohnya: meberikan makanan kepada fakir
miskin atau mengisi kotak amal di masjid pada hari juma’at

3. Wakaf

6
Wakaf Unsurnya meliputi penyerahan harta benda milik sendiri untuk dimanfaatkan bagi
kesejahteraan umum. Jangka waktunya bisa selamanya atau untuk waktu tertentu. Selain itu
pemanfaatannya harus sesuai kriteria syariah Islam.

Wakaf ini bisa disebut pengembangan makna dari infak. Infak hanya untuk
menyelesaikan masalah sesaat. Kalau wakaf membantu berkelanjutan,” kata Muta’ali. Oleh
karena itu, konsep wakaf pada dasarnya produktif. Harta benda yang diwakafkan harus
dikembangkan manfaatnya untuk mewujudkan kesejahteraan seluas-luasnya. Contohnya:
memberikan bangunan warisan yang maish layak pakai untuk di pergunakan sebagai
pesantren tahfiz.

D. Syarat Berzakat

Seorang muslim wajib menunaikan zakat apabila ia sudah punya harta satu nishab
(ukuran/jumlah tertentu menurut ketentuan syara’), bebas dari tanggungan hutang, baik
kepada Allah maupun kepada sesama manusia, sudah bisa mencukupi kebutuhan-kebutuhan
primer seperti tempat tinggal, sarana-sarana pendidikan bagi keluarganya, perkakas rumah
tangga, dan tersedia fasilitas dana untuk berjuang di jalan Allah (Nurjannah, 2018). Menolak
mengeluarkan zakat disamakan dengan membekukan satu dari rukun Islam, melanggar sistem
masyarakat Islam, dan memusuhi kaum muslimin. Perbuatan tersebut dianggap sebagai
kezaliman yang keji terhadap fakir miskin, kedurhakaan kepada Allah, bukti kemunafikan,
tidak jujur terhadap agama meskipun rajin shalat dan dzikir. Ini terjadi sebagai akibat sifat
kikir yang bersemayam di hati, yang merupakan bentuk kemunafikan. Oleh karenanya, Al-
Qur’an memberi peringatan keras bagi yang enggan mengeluarkan zakat dengan siksa pedih
sebagaimana tertuang dalam Qs. At-Taubah (9): 34-35. Terdapat 6 syarat untuk suatu
kekayaan terkena wajib zakat (Baga, 1997):

1. Milik penuh
2. Berkembang
3. Cukup senisab
4. Lebih dari kebutuhan biasa
5. Bebas dari hutang
6. Berlalu setahun

Hukum terhadap orang yang enggan berzakat dibedakan menjadi tiga golongan meliputi:

7
1. Orang yang tidak mau menunaikan zakat dan tidak mengakui zakat itu wajib,
dihukumi keluar dari Islam dan diperlakukan sebagai orang kafir.
2. Orang yang enggan berzakat tetapi masih meyakini kewajiban zakat, dihukumi
berdosa tetapi tidak murtad. Yang berwenang berkewajiban memungut zakat dengan
paksa sesuai jumlah yang harus ditanggung.
3. Orang yang enggan berzakat dan masih meyakini kewajiban zakat tetapi membela
diri, dia berhak diperingatkan dengan keras sampai mau menunaikannya.

Zakat wajib dilaksanakan oleh setiap pemeluk agama Islam, karena mengandung
makna, tujuan dan fungsi yang sangat penting berikut:

1. Hubungan manusia dengan Allah: sebagai sarana ibadah dan mendapat pertolongan
Allah, sehingga hanya mencari dan membelanjakan harta yang halal, karena jika tidak
halal tidak akan diterima Allah.
2. Hubungan manusia dengan dirinya: mendorong pengamalnya mencari dan
memberlanjakan harta dalam rangka pengabdian kepada Allah, sehingga mencegah
cara hidup materialistik dan sekuler, hidup untuk harta menghalalkan segala cara.
3. Hubungan manusia dengan masyarakat: mengatasi kesenjangan sosial.
4. Hubungan manusia dengan harta benda: mendidik cara pandang bahwa harta adalah
amanah Allah untuk dikelola demi kemaslahatan diri, keluarga dan masyarakat,
kepentingan umum, serta perjuangan agama.

Sementara dalam perspektif konseling terapi, mengeluarkan zakat untuk fakir miskin
dan orang yang membutuhkan merupakan latihan bagi muslim agar ia bisa bersikap baik dan
membantu mereka. Zakat juga dapat memperkuat persatuan kedua belah pihak, memunculkan
tanggung jawab membantu orang yang kekurangan, memotivasinya untuk bekerja keras,
belajar mencintai sesama serta melepaskan sikap egois, tamak, kikir dan membangga-
banggakan diri.

E. Macam-Macam Zakat

1. Zakat Fitrah

Zakat fitrah adalah zakat yang harus dikeluarkan oleh setiap muslim dibulan
ramadhan sampai menjelang shalat idul fitri, setiap tahun dengan memberikan 1 sha’ (setara

8
dengan 2,5-3 kg) makanan pokok seperti gandum, jagung, beras, anggur kering, keju, kurma,
atau lainnya kepada yang berhak menerimanya (Nurjannah, 2018). Sebagaimana tercantum
pada hadits Rasulullah SAW mengatakan, “Barangsiapa yang menunaikan zakat fitri sebelum
shalat Id maka zakatnya diterima dan barangsiapa yang menunaikannya setelah shalat Id
maka itu hanya dianggap sebagai sedekah di antara berbagai sedekah.” (HR. Abu Daud).

Kualitas beras atau makanan pokok harus sesuai dengan kualitas beras atau makanan
pokok yang dikonsumsi kita sehari-hari. Namun, beras atau makanan pokok tersebut dapat
diganti dalam bentuk uang senilai 2,5 kg atau 3,5 liter beras.

Zakat diwajibkan bagi setiap muslim berdasarkan perintah Allah dalam Al-Qur’an
antara lain surat Ar-Rum (30): 30. Di dalam zakat fitrah terkandung hikmah yang besar,
meliputi:

1) Bagi muzakki (orang yang mengeluarkan zakat): dapat membersihkan jiwanya dari
segala penyakit dan pengaruh-pengaruhnya seperti dosa, kekerasan sosial, acuh tak
acuh terhadap penderitaan masyarakat.
2) Bagi masyarakat: menumbuhkan kasih sayang antar anggota masyarakat, terutama
antara si kaya dan si miskin, di mana di hari raya idul fitri setiap orang mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya.
3) Manfaat bagi harta: harta tersebut menjadi kebajikan bagi yang berzakat dan
keluarganya, memberi berkah bagi harta serta ridha Allah.

Ada sekelompok orang yang berhak menerima zakat dengan kriteria tertentu,
meliputi:
a) Orang fakir: orang papa, tidak punya harta dan tenaga untuk berkarya;
b) Orang miskin: orang yang memiliki kekurangan dalam memenuhi kehidupannya, tapi
tidak separah orang fakir;
c) Pengurus zakat: orang yang bertugas mengumpulkan dan mengelola zakat, yang
diangkat oleh pemerintah atau organisasi Islam;
d) Muallaf: orang fakir yang baru masuk Islam, dan orang-orang lain yang diharapkan
bisa bergabung membantu usaha-usaha Islam;
e) Riqab: untuk memerdekakan budak/tawanan;
f)Orang yang banyak hutang (ghaimin): orang yang banyak berhutang dan tidak sanggup
membayar hutang-hutangnya.

9
g) Sabilillah: untuk kebesaran Islam dan kaum muslimin;
h) Ibnu sabil: orang kesusahan dalam perjalanan di jalan Allah

2. Zakat Maal

Dalam QS. At-Taubah ayat 60, Allah memberikan ketentua ada golongan orang yang
menerima zakat yaitu sebagai berikut:

1. Dapat dimiliki, disimpan, dihimpun, dikuasai


2. Dapat diambil manfaatnya sesuai dengan ghalibnya. Misalnya rumah, mobil,
ternak, hasil pertanian, uang, emas, perak, dll.

Syarat harta yang wajib dizakati yaitu milik penuh, bertambah atau berkembang,
cukup nisab, lebih dari kebutuhan pokok, bebas dari hutang, dan sudah berlalu satu tahun
(haul). Berikut ialah macam-macam zakat maal (BAZNAS);

3. Zakat Profesi

Zakat profesi adalah zakat atas penghasilan, diperoleh dari pengembangan potensi diri
seseorang dengan cara yang sesuai syariat, seperti upah kerja rutin, profesi dokter, pengacara,
arsitek, guru dll.

Dari berbagai pendapat, dinyatakan bahwa landasan zakat profesi dianalogikan


kepada zakat hasil pertanian, yaitu dibayarkan ketika memperoleh hasilnya. Menurut PMA
no.52 tahun 2014, zakat profesi ditunaikan pada saat pendapatan dan jasa diterima dan
dibayarkan melalui amil zakat resmi.

Nisab zakat profesi: 653 kg gabah / 524 kg beras (makanan pokok) Kadar zakat maal:
2,5% (dianalogikan kepada zakat emas dan perak yaitu sebesar 2,5 %, atas dasar kaidah
“Qias Asysyabah”)

Cara menghitung zakat maal: 2,5% x Jumlah pendapatan bruto

4. Zakat Perdagangan

10
Zakat perdagangan adalah zakat yang dikeluarkan dari harta niaga, sedangkan harta
niaga adalah harta atau aset yang diperjualbelikan dengan maksud untuk mendapatkan
keuntungan. Dengan demikian maka dalam harta niaga harus ada 2 motivasi: Motivasi untuk
berbisnis (diperjualbelikan) dan motivasi mendapatkan keuntungan.

Harta perdagangan yang dikenakan zakat dihitung dari asset lancar usaha dikurangi
hutang yang berjangka pendek (hutang yang jatuh tempo hanya satu tahun). Jika selisih dari
asset lancar dan hutang tersebut sudah mencapai nisab, maka wajib dibayarkan zakatnya.

Nisab zakat profesi: 653 kg gabah / 524 kg beras (makanan pokok) Kadar zakat maal:
2,5% (dianalogikan kepada zakat emas dan perak yaitu sebesar 2,5 %, atas dasar kaidah
“Qias Asysyabah”)

Cara menghitung zakat maal:

Nisab zakat maal: 85 gram emas


Kadar zakat maal: 2,5%
Cara menghitung zakat perdagangan: 2,5% x (aset lancar – hutang jangka pendek)

5. Zakat Perusahaan

Sebuah perusahaan biasanya memiliki harta yang tidak akan terlepas dari tiga bentuk:
Pertama, harta dalam bentuk barang, baik yang berupa sarana dan prasarana, maupun yang
merupakan komoditas perdagangan. Kedua, harta dalam bentuk uang tunai, yang biasanya
disimpan di bank-bank. Ketiga, harta dalam bentuk piutang.

Harta perdagangan yang dikenakan zakat dihitung dari asset lancar usaha dikurangi
hutang yang berjangka pendek (hutang yang jatuh tempo hanya satu tahun). Jika selisih dari
asset lancar dan hutang tersebut sudah mencapai nisab, maka wajib dibayarkan zakatnya.

Maka yang dimaksud dengan harta perusahaan yang harus dizakati adalah ketiga
bentuk harta tersebut, dikurangi harta dalam bentuk sarana dan prasarana dan kewajiban
mendesak lainnya, seperti utang yang jatuh tempo atau yang harus dibayar saat itu juga. Abu
Ubaid (wafat tahun 224 H) di dalam Al-Amwaal menyatakan bahwa "Apabila engkau telah
sampai batas waktu membayar zakat (yaitu usaha engkau telah berlangsung selama satu
tahun, misalnya usaha dimulai pada bulan Zulhijjah 1421 H dan telah sampai pada Zulhijjah

11
1422 H), perhatikanlah apa yang engkau miliki, baik berupa uang (kas) ataupun barang yang
siap diperdagangkan (persediaan), kemudian nilailah dengan nilai uang, dan hitunglah utang-
utang engkau atas apa yang engkau miliki".

Dari penjelasan di atas, maka dapatlah diketahui bahwa pola perhitungan zakat
perusahaan, didasarkan pada laporan keuangan (neraca) dengan mengurangkan kewajiban
atas aktiva lancar. Atau seluruh harta (di luar sarana dan prasarana) ditambah keuntungan,
dikurangi pembayaran utang dan kewajiban lainnya, lalu dikeluarkan 2,5 persen sebagai
zakatnya. Sementara pendapat lain menyatakan bahwa yang wajib dikeluarkan zakatnya itu
hanyalah keuntungannya saja.

Nisab zakat maal: 85 gram emas


Kadar zakat maal: 2,5%
Cara menghitung zakat perusahaan: 2,5% x (aset lancar – hutang jangka pendek)

6. Zakat Emas dan Perak

Emas dan Perak sebagai Uang

E&P telah sejak lama juga pada zaman Rasulullah digunakan sebagai alat tukar
(uang), yaitu uang emas (dinar) dan uang perak (dirham). Kedua mata uang ini mereka
peroleh dari kerajaan-kerajaan tetanggan yang besar, dinar banyak digunakan penduduk
kerajaan Romawi Bizantinum sedangkan dirham pada kerajaan Persia. Adapun ayat 34-35
surat At Taubah : ..."Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya pada jalan Allah,....", ayat ini condong pada maksud e&p dalam artian uang
karena ia merupakan sesuatu yang dapat diinfakkan dan alat yang dipakai langsung untuk itu.
Ancaman Allah dijumpai dalam dua hal yaitu; penyimpanannya, dan tidak diinfakkannya
pada jalan Allah. Ini dianggap tidak "tidak berzakat". Beberapa hadits juga menjelaskan
dengan makna yang sama.

a) Hikmah Wajib Zakat Uang

Sesungguhnya, kepentingan uang adalah untuk bergerak dan beredar, maka


dimanfaatkanlah oleh orang-orangyang mengedarkannya. Sebaliknya penyimpanan dan
pemendamannya akan menyebabkan tidak lakunya pekerjaan, merajalelanya pengangguran,
matinya pasar-pasar, dan mundurnya kegiatan perekonomian secara umum. Oleh karenanya

12
pewajiban zakat bagi pemilik uang (yang sudah sampai nisab) baik yang dikembangkan
maupun tidak adalah merupakan langkah kongkrit yang patut diteladani.

Tidak terdapat perbedaan pendapat ulama dalam hal besarnya zakat uang ini yaitu 2.5
persen.

b) Zakat Emas dan Perak Non-Uang

Perhiasan yang tidak wajib dizakati adalah perhiasan yang dipakai dan dimanfaatkan.
Adapun yang dijadikan sebagai benda simpanan, maka hal itu wajib dizakati. Berikut
ketentuan zakat emas dan perak non-uang [ CITATION Bag97 \l 1057 ];

1) Kekayaan dari E&P yang digunakan sebagai simpanan adalah wajib dikeluarkan
zakatnya.
2) Jika kekayaan E&P tersebut untuk dipakai seseorang, maka hukumnya dilihat
pada macam penggunaannya; jika penggunaannya bersifat haram seperti untuk
bejana-bejana emas atau perak, patung-patung maka wajib dikeluarkan zakatnya.
3) Diantara pemakaian perhiasan yang diharamkan adalah yang ada unsur berlebih-
lebihan dan mencolok oleh seorang perempuan.
4) Jika perhiasan tersebut digunakan untuk hal yang mubah seperti perhiasan
perempuan yang tidak berlebih-lebihan, serta cincin perak untuk laki-laki, maka
tidak wajib dikeluarkan zakatnya, karena perhiasan tsb merupakan harta yang
tidak berkembang (tidak memenuhi syarat harta yang wajib zakat), dan juga
merupakan salah satu di antara kebutuhan-kebutuhan manusia.
5) Tidak ada perbedaan antara perhiasan mubah tersebut dimiliki oleh seseorang
untuk dipakainya sendiri atau dipinjamkan kepada orang lain.
6) Yang wajib dizakati dari perhiasan yang tidak dibenarkan syara' (bejana, patung
dll) adalah sebesar ukuran mata uang dan dikeluarkan zakatnya sebanyak 2.5 %
setiap tahun dengan hartanya yang lain jika memiliki.
7) Hal ini dengan syarat telah mencapai nisab atau bersama dengan hartanya yang
lain memenuhi nisab, yaitu 85 gram emas, yaitu nilainya dan bukan ukurannya
(Perhatian : Nilai dan Ukuran itu berbeda, sekedar contoh
8) nih, sebuah patung emas atau perak bisa mempunyai nilai jual berlipat-lipat dari
harga emas/perak bahan baku pembuatannya).

13
F. Perilaku Muzakki

Didalam zakat selain Mustahik, adapula yang dimaksud dengan Muzakki. Muzakki
adalah sebutan bagi orang-orang tertentu yang berkewajiban untuk mengeluarkan sebagian
hartanya (membayar zakat). Mayoritas ulama menyatakan kriteria orang yang wajib
mengeluarkan zakat adalah orang yang merdeka dalam arti tidak sengsara hidupnya, orang
yang berakal, orang yang telah mencapai nishab secara sempurna, dan orang yang hartanya
dimiliki secara sempurna [ CITATION Sam15 \l 1057 ].

Perilaku muzakki merupakan kepribadian individu yang didapat setelah membayar


zakat dengan penuh keikhlasan, sehingga ia mendapatkan hikmah dari apa yang dilakukan.
Pengertian tersebut berdasar atas asumsi bahwa orang yang membayar zakat memiliki
kepribadian yang pandai bersosialisasi, dermawan, terbuka, berani berkorban, tidak arogan,
memiliki rasa empati dan kepekaan sosial serta mudah menyesuaikan diri dengan orang lain,
sekalipun pada orang yang berbeda statusnya. Zakat selain untuk pembersihan harta, seperti
yang disebutkan dalam Al-Qur’an Surah At-Taubah ayat 103,

‫ك َس[[[[[ َك ٌن لَّهُ ْم ۗ َوٱهَّلل ُ َس[[[[[ ِمي ٌع َعلِي ٌم‬


َ َ‫ص[[[[[لَ ٰوت‬ َ ‫[[[[[ذ ِم ْن أَ ْم[[[[[ ٰ َولِ ِه ْم‬
َ ‫ص[[[[[ َدقَةً تُطَهِّ ُرهُ ْم َوتُ[[[[[زَ ِّكي ِهم بِهَ[[[[[ا َو‬
َ ‫ص[[[[[ ِّل َعلَ ْي ِه ْم ۖ إِ َّن‬ ْ ‫ُخ‬
Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu
(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.
Zakat ternyata juga sebagai media interaksi antara kaum yang kuat (kaya) dengan
kaum yang lemah (fakir-miskin) yang nantinya akan berdampak pada kehidupan
bermasyarakat yang seimbang, merata serta sejahtera. Karena harta adalah amanah (titipan)
yang harus difungsikan sebagaimana yang diperintahkan oleh yang memberinya, yaitu Allah
SWT [ CITATION DrH06 \l 1057 ].

1 Bentuk-Bentuk Perilaku Muzakki

Terdapat lima bentuk dari perilaku muzakki. Pertama, berkepribadian suci dan
menjadikan muzakki pada citra awal manusia yang tanpa dosa (kembali ke fitrah). Kesucian
yang dimaksud disini bersifat material dan spiritual. Bersifat material (madiyyah)
dikarenakan harta benda yang dimiliki tidak tercampur dengan hak miliki orang lain sebab
telah dikeluarkan saat zakat. Bersifat spiritual (ma’nawiyyah) dikarenakan jiwanya telah
diampuni oleh Allah SWT dari perilaku dosa, seperti pelit, materialis, hedonis dan
membangga-banggakan harta. Kepribadian yang suci ini diperoleh setelah muzakki

14
menunaikan zakat dengan menggunakan sebagian harta yang bukan miliknya atau hak orang
lain karena memakai harta yang bukan milik kita itu termasuk hal yang tidak diberkahi Allah
SWT. Kedua, perilaku yang seimbang dalam berhubungan vertikal (hubungan dengan Allah
SWT) dan hubungan horizontal (hubungan dengan sesama manusia). Zakat merupakan
simbolisasi dari hubungan horizontal atau hubungan kemanusiaan. Orang yang telah
menunaikan zakat pasti memiliki kedekatan dengan Allah SWT sebagai bentuk rasa syukur
atas pemberian-Nya. Ketiga, perilaku yang penuh empati terhadap kesulitan, perasaan, dan
kebutuhan pribadi orang lain, sehingga menimbulkan kepekaan sosial (social sensitivity).
Jiwa seorang muzakki dapat merasakan keresahan orang yang hidup serba kekurangan, serta
kebingungan mereka yang tidak memiliki uang untuk menghidupi diri mereka sendiri bahkan
keluarga mereka. Dengan perilaku empati ini, seorang muzakki dapat menghindarkan
seseorang dari penyakit keterasingan diri (alienation) dimana orang tersebut akan merasa
terasing, terlepas dan terpisah dari lingkungannya. Dan akan berujung pada tidak memiliki
relasi serta kebersamaan dengan orang-orang sekitarnya. Keempat, perilaku selamat dari
petaka dan fitnah, karena zakat, infaq, juga sedekah dapat menolak bala. Seperti sabda
Rasulullah SAW yang berbunyi, “Seseorang terkena fitnah dari keluarga, harta, dan
tetangganya, dan fitnah itu dapat dihilangkan dengan dengan melakukan shalat, puasa, dan
sedekah (HR. Bukhari dari Khudaifah). Kelima, perilaku kreatif dan produktif. Kreatif dan
produktif yang dimaksud disini adalah dalam hal memperoleh harta benda yang halal serta
cara kita menyalurkan harta tersebut. Seorang muzakki diharuskan kreatif dan produktif
dalam memperoleh harta benda dan membagikannya kepada orang lain yang berhak.
[ CITATION DrH06 \l 1057 ]

G. Perilaku Mustahik

Mustahik dalam zakat merupakan orang-orang yang berhak menerima zakat. Di dalam
mustahik ini terdapat beberapa golongan, seperti fakir, miskin, amil, muallaf, fi riqab
(memerdekakan budak), gharim, fisabilillah, ibnu sabil. Zakat yang diberikan kepada
mustahik berperan sebagai pendukung ekonomi bagi mustahik.

1. Fakir
Menurut Imam abu Hanifah dalam [ CITATION Sur18 \l 1033 ] berpendapat bahwa orang fakir
adalah orang yang tidak memiliki penghasilan tetap untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-
hari.

15
2. Miskin
Miskin merupakan golongan yang tidak mampu mencukupi kebutuhan akan keluarganya
maupun dirinya sendiri, seperti tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan, pakaian, dan
tempat tinggal

3. Amil
Amil adalah orang yang bekerja dalam mengurusi zakat, seperti mengumpulkan, mencatat
dan membagikan zakat.

4. Muallaf
Muallaf merupakan golongan yang telah mengukuhkan hatinya untuk memeluk ajaran islam.

5. Fi Riqab (memerdekakan budak)


Budak yang dibebaskan dengan cara membelinya dengan uang zakat dan kemudian di
bebaskan di jalan allah.

6. gharim (Orang yang berhutang)


Orang yang memiliki hutan namun, hutang tersebut bukan hutang untuk berbuat dosa.

7. fisabilillah
Orang-orang yang berperang di jalan Allah secara suka rela. Mereka diberi bagian zakat yang
dapat dipergunakan untuk memenuhi keperluan perang,

8. Ibnu Sabil
Ibnu Sabil merupakan musafir yang tidak dapat melanjutkan perjalanannya di negeri lain.
Mereka diberi zakat agar memiliki bekal untuk kembali ke negerinya.

Selain terdapat golongan-golongan orang yang berhak menjadi mustahik, terdapat


juga jenis mustahik yang memanfaatkan zakat. Ada dua tipe pemanfaatan zakat, yaitu
produktif dan konsumtif. Tipe konsumtif adalah orang yang memanfaatkan zakat umtuk
kebutuhan sehari-hari dan digunakan untuk kebutuhan hidup. Sedangkan untuk tipe
produktif, zakat digunakan untuk usaha atau dikatakan juga sebagai modal yang akan
menghasilkan rezeki untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

H. NILAI-NILAI PSIKOLOGI DALAM ZAKAT

1. Berderma dan Motif Pendorong

16
Dalam melakukan zakat tentunya terdapat faktor-faktor pendorong yang
menyebabkan kita melakukan hal tersebut. Pendorong dari perilaku tersebut merupakan
balasan dari Allah SWT, yang di dalam psikologi biasa dikatakan sebagai motif. Tindakan
tersebut di dalam psikologi dinamakan prososial. Perilaku prososial atau yang biasa dikenal
juga sebagai altruism adalah hasrat untuk menolong orang lain tanpa memikirkan diri sendiri.

Dalam perilaku prososial terdapat beberapa aspek, meliputi berbagi perasaan


(sharing), kerjasama (cooperative), menyumbang (donating), menolong (helping), kejujuran
(honesty), dan kedermawanan (generosity) [ CITATION Nur18 \l 1033 ] . Maka dalam pandangan
psikologi zakat atau sedekah merupakan tindakan prososial yang didorong oleh tiga aspek,
biogenesis,sosiogenesis, dan teogenesis. Biogenesis merupakan tindakan seseorang untuk
pemenuhan rasa lapar, haus, dan seksualitas. Sosiogenesis merupakan tindakan seseorang
yang muncul dari hasil interaksi sosial dengan lingkungan sekitarnya. Teogenesis merujuk
pada dorongan pemenuhan rasa tanggung jawab terhadap Tuhan.

2. Empati Sebagai Sumber Semangat Berzakat

Empati merupakan perasaan yang berorientasi pada perhatian, kasih sayang,


kelembutan, yang terjadi akibat menyaksikan penderitaan orang lain yang kemudian
mendorong seseorang tergerak menunjukkan perilaku altruisme. Dalam hal ini terdapat juga
kecerdasan spiritual yang merupakan kecerdasan yang bertumpu pada diri manusia yang
berhubungan dengan kearifan di luar ego atau jiwa sadar. Terdapat hasil penelitian juga yang
menyatakan terdapat korelasi positif antara kecerdasan spiritual dan perilaku prososial,
semakin tinggi keceerdasan spiritual semakin tinggi pula perilaku prososial.

3. Kecerdasan emosi sebagai sikap psikologis berderma

Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengendalikan emosional, membaca


perasaan orang lain, dan membina hubungan yang baik dengan orang lain. Kecerdasan emosi
memiliki lima aspek utama, yaitu mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri
sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan. Terdapat hasil penelitian yang
mengatakan bahwa kecerdasan emosi berhubungan positif dengan perilaku alkuristik dan
perilaku prososial.

4. Kesejahteraan Psikologis

Dengan memberikan pertolongan kepada orang yang membutuhkan, akan membuat


tercapainya kesejahteraan psikologis (Psychological Well-Being). Kesejahteraan psikologis

17
digambarkan sebagai suatu kondisi yang bebas dari tekanan dan masalah mental, baik kondisi
seseorang itu sendiri maupun kehidupannya di masa lalu (self-acceptance), pengembangan
diri (personal growth), keyakinan bahwa hidupnya bermakna dan memiliki tujuan (purpose in
life), memiliki kualitas hubungan positif dengan orang lain (positive relationship with others),
kapasitas untuk mengatur kehidupannya dan lingkungannya secara efektif (environmental
mastery), dan kemampuan untuk menentukan tindakan sendiri (autonomy).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Zakat menurut istilah atau syara’ yaitu: memberikan sebagian harta tertentu kepada yang
berhak menerimanya dengan beberapa syarat. Zakat merupakan nama atau sebutan dari
sesuatu hak Allah SWT yang dikeluarkan seseorang kepada fakir miskin. Dinamakan zakat
karena didalamnya terkandung harapan untuk beroleh berkat, membersihkan jiwa dan
memupuknya dengan berbagai kebajikan. Zakat terbagi menjadi dua jenis, yaitu zakat maal,
zakat fitrah, zakat peusahaan, profesi, perdagangan, dan zakat emas dan perak.

Orang yang memberikan zakat dinamakan muzakir, sedangkan orang yang menerima
zakat dinamakan mustahik. Mustahik dibagi menjadi dua yaitu konsumtif dan produktif.
Perilaku memberi zakat memiliki sikap-sikap psikologi. Sikap-sikap psikologi tersebut antara
lain, sikap prososial, mencapainya sikap well-being, meningkatkan empati. Sikap psikologi
ini muncul karena adanya sikap tolong menolong yang membuat kepuasan pada diri dan
meningkatkan iman dan takwa kepada allah swt.

18
Daftar Pustaka

Dr. H. Abdul Mujib, M. A. (2006). Kepribadian Dalam Psikologi Islam. Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada.
Samheri. (2015). Zakat Produktif Sebagai Titik Tolak Kebangkitan Peradaban Islam. El-
Furqonia, 140-144.
Ash-Shidiqy, Teuku Muhammad Hasbi, Pedoman Zakat, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra,
Cet. ke-10, 2006

Basyir, Ahmad Azhar, Hukum Zakat, Yogyakarta: Lukman Offset, Cet. ke-1, 1997

Komariah, O., & Damayanti, N. (2015). Zakat Produktif dan Kemandirian Mustahik. Journal
of Islamic Economics, Business and Finance, 6(2), 79-95.
Nurjannah. (2018). PSIKOLOGI SPIRITUAL ZAKAT DAN SEDEKAH. Jurnal of Islamic
Law/Jurnal Hukum Islam, 17(1), 179-197.
Suryadi, A. (2018). MUSTAHIQ DAN HARTA YANG WAJIB DIZAKATI MENURUT
KAJIAN PARA ULAMA. Jurnal Keislaman, Kemasyarakatan dan Kebudayaan,
19(1), 1-12.
Urif, U. Z., Herwanti, T., & Huzaini, M. (2018). Zakat Produktif dan Kemandirian Mustahik
Zakat Produktif dan Kemandirian Mustahik. Zakat Produktif dan Kemandirian
Mustahik, 5(1), 84-109.
Baga, L. M. (1997). Fiqih Zakat. In Y. Al-Qaradhawy, Sari Penting Kitab Fiqih Zakat.
Bogor.
BAZNAS. (n.d.). Panduan Zakat. Retrieved September 27, 2020, from baznas.go.id:
https://baznas.go.id/panduanzakat
Nurjannah. (2018). PSIKOLOGI SPIRITUAL ZAKAT DAN SEDEKAH. Jurnal Hukum
Islam Istinbath , 179-197.

19
20

Anda mungkin juga menyukai