Anda di halaman 1dari 17

Kepemimpinan Spiritual oleh

Pemimpin Muslim Indonesia di Dunia


Bisnis : Diambil dari Perpektif
Keagamaan
Ditulis Oleh : Marwansyah, Dosen Senior Administrasi Bisnis di Politeknik Negri Bandung

Presentasi oleh :
Dede Ikmaludin (220114014)
Dinda Nauli Nasution (220214006)
Vera Farida (220213002)
Vidiel Tania Pratama (220114013)
INTRODUCTION

Menurut Fry, kepemimpinan spiritual (spiritual


leadership theory-SLT) adalah komponen penting dari
kepemimpinan yang efektif. Penelitian ini bertujuan
untuk mengeksplorasi fenomena kepemimpinan
spiritual khususnya untuk melihat bagaimana hal ini
terwujud dalam budaya Muslim.
LATAR BELAKANG TEORITIS

1. 2. 3.
Spirituality Religious Fry’s SLT 
Spirituality
“Kepemimpinan spiritual merupakan pembentukan values, attitude
dan behavior yang dibutuhkan untuk memotivasi (intrinsic motivation)
diri sendiri dan orang lain sehingga menimbulkan rasa kesejahteraan
spiritual (spiritual survival)”

—Fry, 2003
METODOLOGI PENELITIAN
1. Menggunakan metodologi exploratory

2. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji unsur-unsur kepemimpinan


spiritual terhadap teori SLT Fry

3. Peserta penelitian ini adalah: satu pemimpin dan sepuluh karyawan.


Pengumpulan data dilakukan melalui penilaian diri pimpinan dengan teknik
wawancara. Hasil penelitian juga dikumpulkan dengan mewawancarai
anggota staf. Wawancara berlangsung selama 80 menit untuk pimpinan dan
rata-rata 40 menit untuk karyawan.
PEMIMPIN : Misbahul Huda

1. Misbahul Huda (saat penilitian ini dilakukan) adalah


CEO PT Temprina Media Grafika (TMG), Chairman
of Indonesian Association of Pulp and Paper (2012–
2016)

2. Misbahul Huda telah menulis 2 buku tentang


kepemimpinan :
a. Mission Ini Possible: Spiritualitas Kerja  Menggapai Cita
b. Dari Langit Turun ke Bumi: Best Practices for Spiritual
Leadership
HASIL PENGAMATAN

Analisis dan interpretasi data didasarkan


pada tiga tema utama yang telah
digambarkan pada table
PERSEPSI PEMIMPIN TENTANG
SPIRITUALITAS DAN KEPEMIMPINAN
SPIRITUAL
1. Misbahul Huda meyakini bahwa seorang pemimpin harus selalu melibatkan Tuhan dalam segala aspek
kehidupan, termasuk kehidupan bisnis.

2. Misbahul Huda mengatakan bahwa dia sangat percaya bahwa seseorang yang dekat dan beriman kepada
Tuhan akan selalu menemukan solusi untuk setiap masalah dalam hidupnya.

3. Persepsi Misbahul Huda sejalan dengan peneliti kepemimpinan : Fry (2013) dan Fairholm (2011) bahwa
spiritual sebagai nilai, sikap dan perilaku pemimpin yang mengacu pada nilai-nilai agama.

4. Hasil wawancara Misbahul Huda juga sejalan dengan Hicks (2002) bahwa dalam kerangka
kepemimpinan spiritual, pemimpin yang baik adalah mereka yang mampu mempersatukan suatu
organisasi dan anggotanya di sekitar nilai-nilai spiritual
ELEMEN KEPEMIMPINAN
SPIRITUAL
VISION
Visi

HOPE / FAITH ALTRUISTIC LOVE


Harapan / Keyakinan Cinta altruistik (mendahulukan kepentingan
orang lain)

INNER LIFE OTHER ELEMENT


Spiritual practices/ Ritual OF SPIRITUAL
Keagamaan LEADERSHIP
VISION

• Persyaratan utama untuk menciptakan perubahan organisasi yang efektif adalah visi yang jelas
tentang kemana organisasi ingin berada di masa depan

• Penelitian ini menemukan bahwa, MH telah mengartikulasikan visi yang jelas dan meyakinkan.
Para peserta wawancara menjelaskan MH mampu mengkomunikasikan visi dengan jelas dan
acuannya pada nilai-nilai agama. “Dia ahli dalam memilih istilah yang mudah dipahami oleh
orang lain, sehingga visi organisasi dan visi pribadinya dapat dipahami dengan jelas.”
HOPE / FAITH

• Fry dkk. (2011) berpendapat bahwa ketika orang memiliki harapan / keyakinan, mereka
akan mengetahui dengan jelas arah tindakan mereka dan bagaimana menuju ke sana,
sangat termotivasi untuk 'melakukan apa pun', menunjukkan ketekunan dan upaya ekstra
untuk mencapai tujuan mereka.

• Sementara SLT Fry mengacu pada keyakinan sebagai keyakinan yang kuat pada sesuatu
yang tidak ada bukti empiris, MH dan peserta lainnya secara eksplisit dan konsisten
mengacu pada keyakinan yang kuat kepada Tuhan (Allah). Mereka percaya bahwa Tuhan
akan memberi penghargaan kepada orang-orang selama mereka berusaha melakukan yang
terbaik.
ALTRUISTIC LOVE

• (Fry, 2013) Selain visi dan harapan / keyakinan, kepemimpinan spiritual juga menuntut
budaya organisasi yang didasarkan pada nilai-nilai cinta altruistik

• Dari penelitian ini menunjukkan sejumlah nilai cinta altruistik yang digambarkan sebagai
ciri pemimpin adalah integritas / kejujuran, kepercayaan, kesetiaan, keberanian,
kebaikan / kasih sayang, pengampunan, rasa syukur, kerendahan hati dan kekeluargaan.
INNER LIFE

• MH dan peserta wawancara memandang praktik spiritual atau ritual keagamaan sebagai
aspek yang sangat penting dalam kehidupan mereka dan Itu tidak lepas dari kehidupan
kerja mereka. Sebagai orang yang beragama, mereka secara intens menjalankan ritual
keagamaan, khususnya shalat.. Semua aktivitas seseorang, termasuk pekerjaan, dianggap
sebagai ibadah. Peserta wawancara percaya bahwa suasana yang diciptakan oleh pimpinan
mereka tersebut telah mempengaruhi mereka untuk menjadi orang yang spiritual.
OTHER ELEMENT OF
SPIRITUAL LEADERSHIP
• Di penelitian ini menemukan element baru yang tidak disebutkan dalam SLT Fry dan dianggap sebagai bagian dari
nilai-nilai spiritual.Tema-tema ini adalah

1. Pemimpin sebagai panutan


2. Keikhlasan

• MH menegaskan pentingnya keikhlasan. Konsisten dengan definisi umum keikhlasan, mereka memahaminya sebagai
niat untuk bekerja hanya karena Tuhan dan hanya mengharapkan pahala-Nya.

"Ketulusan berarti melakukan sesuatu tanpa meminta imbalan apa pun."

Semua aktivitas manusia harus diarahkan untuk mencari keridhaan Tuhan. Dalam konteks pekerjaan, salah satu wujud
keikhlasan adalah dengan menganggap pahala yang diperoleh sebagai bagian dari rezeki yang diberikan Tuhan sebagai
imbalan atas ibadah seseorang. Pekerjaan tidak ditujukan untuk mengejar tujuan materialistik tetapi untuk mencari ridha
Tuhan.
“Dampak yang diharapkan dari perwujudan kepemimpinan spiritual
adalah kesejahteraan spiritual, yang ditunjukkan oleh setidaknya dua
aspek, yaitu ‘calling' dan ‘membership‘ ”

—Fry, 2003
KESEJAHTERAAN SPIRITUAL

CALLING MEMBERSHIP
Penelitian ini menemukan bahwa visi MH telah Penelitian ini menemukan bahwa membership diidentifikasi
menciptakan sense of calling, di mana baik pemimpin dalam bagaimana pemimpin dan organisasi memberikan
maupun pengikutnya percaya bahwa pekerjaan mereka penghargaan kepada orang-orang dan pekerjaan mereka,
memiliki tujuan atau makna dan memiliki arti penting bagi menunjukkan rasa hormat kepada karyawan atau menghargai
mereka. Dalam hal ini, mereka menganggap bekerja sebagai setiap individu, dan bagaimana mereka merasa sangat
penyembahan kepada Tuhan. Karenanya, pekerjaan dihormati oleh para pemimpin. Selain imbalan materi, banyak
dipandang memiliki tujuan yang lebih tinggi daripada kesempatan untuk belajar, pengembangan diri dan untuk
sekadar menghasilkan uang, gaji, atau tujuan materialistis mengekspresikan ide secara bebas, dianggap sebagai apresiasi
lainnya. Bekerja juga dilihat sebagai sarana untuk memberi yang luar biasa. Pengakuan atas kontribusi karyawan
manfaat kepada orang lain. ditunjukkan misalnya dalam bentuk keterlibatan karyawan
dalam pengambilan keputusan.
KESIMPULAN
1. Penelitian ini menunjukkan bahwa SLT Fry secara umum dapat diterapkan pada budaya Muslim Indonesia.

2. Inner life/spiritual practices merupakan elemen penting dalam membentuk seorang Muslim menjadi pemimpin
spiritual.

3. Penelitian ini menegaskan bahwa perilaku kepemimpinan yang bersumber dari praktik spiritual Islam yang secara
positif mempengaruhi perkembangan harapan / keyakinan dalam visi yang transenden dan nilai-nilai cinta altruistik,
yang pada akhirnya menghasilkan kesejahteraan spiritual pemimpin dan pengikutnya.

4. Nilai-nilai spiritual adalah nilai yang paling efektif, kuat, dan paling etis yang dapat digunakan oleh pemimpin dalam
praktik kepemimpinan mereka. Sejalan dengan konsep kunci dalam Islam, seorang pemimpin spiritual akan selalu
melihat status kepemimpinannya sebagai amanah dari Tuhan. Pengabdian kepada Tuhan dianggap sebagai motivasi
utama kepemimpinan mereka.
5. Pada penelitian ini ditemukan dua element baru, yakni pemimpin sebagai panutan dan keikhlasan. Dalam konteks
kepemimpinan seorang Muslim, kedua nilai tersebut menjadi bagian integral dari kepemimpinan spiritual, Kedua
element baru ini menawarkan kemajuan lebih lanjut dari pengetahuan ilmiah tentang model kepemimpinan spiritual.

Anda mungkin juga menyukai