SDM yang ada akan menjadi terkotak kotak dan akan sulit untuk
menyamakan visi antara pemimpin dengan yang dipimpin. Pemimpin yang luar
biasa tak selalu ada di posisi yang paling atas. Dia juga akan ada di belakang
menjadi orang yang mau dipimpin oleh orang lain. Apabila perpaduan SDM ini
antara pemimpin dengan yang dipimpin memiliki sifat kepemimpinan yang
luar biasa, akan menjadi sebuah team yang luar biasa pula. Team yang akan
sama sama mengerti apa yang harus saya lakukan, apa yang harus dia
lakukan.
Lalu bagaimana bisa mewujudkan team yang luar biasa seperti itu apabila
pemimpin yang luar biasa tidak bisa kita ciptakan. Akan menjadi sebuah hal
yang percuma juga upaya kaderisasi yang ada. Pengalaman berorganisasi
yang saya lihat, ada perbedaan kepengurusan di masing masing organisasi
yang berkaitan dengan usia ataupun angkatan. Di berbagai universitas, ada
yang menjabat sebagai seorang pengurus di tahun ketiga, namun ada pula
yang ditahun kedua (termasuk organisasi kampus saya). Menurut saya pribadi,
akan lebih ideal untuk memimpin sebuah organisasi utamanya organisasi
kemahasiswaan, pada saat kita berada pada tingkat ketiga. Mengapa? Karena
pada saat kita menginjak tahun ketiga, saat itu kita akan benar benar cukup
matang untuk menjadi seorang pemimpin. Sifat kepemimpinan kita akan
tercipta dengan refleksi pengalaman yang kita hadapi pada saat tahun kedua
sebagai pelaku. Juga pada saat tingkat pertama yang menurut saya hanya
sebagai observer. Pada saat kia berada pada tingkat pertama, menurut saya
saat itu sifat kepemimpinan kita belum benar benar tercipta secara nyata.
Karena pada saat itu kita masih menjadi observer. Kita masih menjadi seorang
yang baru yang masih meraba raba mana yang cocok mana yang tidak.
Akan sangat berbahaya apabila dengan pengalaman itu saja kita sudah harus
memegang sistem pada tahun kedua.
Bagaimana dengan organisasi saya sendiri yang menganut sistem bahwa
tingkat kedua yang harus sudah memegang sistem? Ini lah yang menjadi
kekhawatiran saya. Apabila sistem ini terus berlanjut, secara tidak langsung
kita akan menganut faham bahwa pemimpin yang luar biasa, dilahirkan
tidak diciptakan. Bukti yang nyata adalah paradigma adanya kutukan
tahun genap dan tahun ganjil. Seperti sebuah perjudian menunggu setiap
tahun akankah ada orang yang dilahirkan sebagai pemimpin luar biasa yang
akan masuk di organisasi saya.
Namun, tahun ini saya optimis kutukan itu akan menghilang pada organisasi
saya, karena dengan bantuan kurikulum kaderisasi sebagai salah satu upaya
nya, saya yakin adik adik saya di organisasi saya akan menjadi lebih luar
biasa dari kepengurusan saya. Akan lebih sukses. Dan akan menghilangkan
kutukan itu. Saya bersama dengan teman teman kepengurusan saya
berusaha se optimal mungkin untuk menciptakan pemimpin pemimpin yang
luar biasa pula di kepengurusan selanjutnya.
Leaders dont create followers, they create more leaders