Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Psikologi Islam dan Budaya Edisi April 2020, Vol.3, No.

1
ISSN online 2615-8183 / print 2615-8191 Hal. : 37-46
DOI : 10.15575/jpib.v3i1.6526

Konstruksi Alat Ukur Kepemimpinan Spiritual dalam Keluarga


Hasna Esa Nisrina1, Muhammad Irsyad Faruq2, Rina Masruroh3, Siti Sa’adah Nurlatifah4*, Siti Khairun Nisa5
1,2,3,4,5
Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, Indonesia
e-mail: *ssnlatifah@gmail.com

Abstract / Abstrak Keywords / Kata kunci

This study aims to examine spiritual leadership in the context of the head of the Conctruction of
family. The spiritual leadership concept is lifted from Fry (2003) which is defined psychological
as a matter that consists of values, attitudes, and behaviors needed to intrinsically measurement;
motivate oneself or others so that they have a sense of survival through spiritual Spiritual leadership;
vocation and membership. The construct approach used is the modification Head of family;
approach. The number of samples in this study amounted to 405 subjects with Modification approach
purposive sampling. The content validation used is in the form of confirmatory
factor analysis (CFA). Of the five dimensions measured, there is one falling
dimension in testing, namely the meaning dimension. The other four dimensions,
namely vision, altruistic love, hope/ faith, and membership, can be measured by 26
valid and reliable items based on the confirmatory factor analysis and cronbach
alpha test. Measuring instruments developed can be used again for further
research.
Konstruksi alat ukur
Penelitian ini bertujuan untuk membuat alat ukur kepemimpinan spiritual dalam psikologi;
konteks kepala keluarga. Konsep spiritual leadership diangkat dari Fry (2003) yang Kepemimpinan
didefinisikan sebagai suatu hal yang terdiri dari nilai-nilai, sikap, dan perilaku yang spiritual;
diperlukan agar dapat memotivasi diri sendiri atau orang lain secara intrinsik Kepala keluarga;
sehingga mereka memiliki rasa kelangsungan hidup melalui panggilan spiritual dan Pendekatan modifikasi
keanggotaan. Pendekatan alat ukur yang digunakan adalah pendekatan modifikasi.
Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 405 subjek yang dipilih
menggunakan purposive sampling. Validasi isi yang digunakan berupa
confirmatory factor analysis (CFA). Dari 5 dimensi yang diukur, terdapat satu
dimensi yang gugur dalam pengujian, yakni dimensi meaning. Empat dimensi
lainya, yaitu vision, altruistic love, hope/ faith, dan membership dapat terukur oleh
26 item yang valid dan reliabel berdasarkan uji confirmatory factor analysis dan
cronbach alpha. Alat ukur yang dikembangkan ini dapat digunakan kembali untuk
penelitian selanjutnya.

Pendahuluan (Bastaits dkk., 2018; Smith-Greenaway & Clark,


Kepala keluarga haruslah menerapkan 2017; Stokkebekk dkk., 2019). Sehingga
spiritualitas dalam memimpin suatu keluarga. menjadi penting ketika keluarga dipimpin oleh
Kepala keluarga tersebut dapat merupakan individu yang mempunyai karakter spiritualitas
seorang ayah atau seorang ibu. Peran pemimpin tinggi.
dalam keluarga yang menerapkan nilai Konsep spiritualitas sendiri sudah banyak
spiritualitas sangat penting, karena nilai-nilai dikembangkan oleh banyak ahli yang kemudian
dalam spiritualitas merupakan suatu pondasi diasumsikan sebagai suatu keadaan dimana
yang menentukan kualitas suatu keluarga individu menyadari bahwa dirinya adalah milik
(Kardinah, 2009). Seorang kepala keluarga Tuhannya (Fridayanti, 2015). Perspektif tersebut
mengarahkan dan mengajarkan setiap anggota muncul ke dalam permukaan hidup individu dan
dalam keluarga untuk menerapkan dan dimanifestasikan dalam beragam perilaku yang
menjalankan nilai dan norma yang dijunjung semuanya berfokus pada pencarian makna hidup
tinggi di masyarakat (Mediawati dkk., 2012). dan keseimbangan jiwa individu (Jaenudin &
Jika kepala keluarga tidak menjalankan Tahrir, 2019; Ramdani dkk., 2018; Royanulloh
perannya dengan baik, maka akan menimbulkan & Komari, 2019; Sumanty dkk., 2018).
beberapa permasalahan dalam keluarga, seperti Kesadaran-kesadaran tersebutlah yang
perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga kemudian menciptakan suatu motivasi intrinsik

37
KONSTRUKSI ALAT UKUR KEPEMIMPINAN SPIRITUAL DALAM KELUARGA

bagi seseorang untuk tumbuh menjadi individu kemudian menciptakan rasa, apresiasi, dan rasa
yang baik bagi orang di sekitarnya. Hal inilah memiliki seseorang sebagai pemimpin terhadap
yang kemudian dianggap penting bahwa orang lain yang dipimpinnya (Afsar dkk., 2016;
keluarga harus menjadi teladan yang baik bagi Benefiel, 2005; Fry dkk., 2005). Penelitian
yang lainnya sebagaimana dijelaskan mengenai tentang kepemimpinan spiritualitas terjadi dalam
fungsi keluarga di dalam menciptakan berbagai konteks saat ini. Tkaczynski & Arli
kehidupan anggotanya menjadi lebih bahagia. (2018) melakukan penegasan tentang
Perkembangan konsep spiritualitas pentingnya sosok pemimpin spiritual yang
memang bisa digunakan dalam beragam konteks dibutuhkan dalam menciptakan kebijakan
dan fenomena, sehingga tidak salah kalau bersama yang memperhatikan banyak hal,
banyak penelitian yang menginformasikan terutama konsepnya tersebut dikhususkan dalam
bahwa spiritualitas ini diperlukan dalam agama Kristen. Sedangkan studi lainnya
berbagai locus, seperti dalam pekerjaan, berfokus pada kepemimpinan spiritual yang
kesehatan bersama, interaksi sosial antara dibangun oleh pihak sekolah untuk mengajarkan
individu hingga yang paling menarik saat ini bagaimana siswa di sekolah dapat memahami
adalah spiritualitas dalam konteks setiap fenomena yang terjadi sebagai bagian dari
kepemimpinan. Sejak Fry (2003) menjelaskan kehebatan Tuhan dan takdirnya (Polat, 2011).
konsep spiritual leadership sebagai transformasi Kepemimpinan yang bersifat spiritual adalah
organisasi yang berkelanjutan, semenjak itulah mereka yang cerdas dalam mempraktekkan hal-
banyak penelitian yang mencoba mendukung hal positif di sekelilingnya (Saad dkk., 2015),
asumsi tersebut. Konsep yang dikembangkan mengajak lingkungan sekitar untuk aktif
oleh Fry (2003) membagi kepemimpinan bersama membangun kesadaran positif
spiritual menjadi 5 dimensi yang meliputi vision, (Weinberg & Locander, 2014), meningkatkan
altruistic love, hope/ faith, meaning dan kepedulian dan menciptakan individu yang
membership. Vision adalah karakteristik penting bermoral (Doehring, 2019), serta mereka yang
individu yang dimanifestasikan dalam mampu menciptakan keadilan yang hakiki tanpa
kemampuan menganalisis dan memprediksi melihat perbedaan dan latar belakang pada
langkah-langkah yang dilakukan guna mencapai individu (Šilingienė & Škėrienė, 2015).
tujuan bersama. Altruistic love adalah dimensi Adapun perkembangan alat ukur spiritual
emosional yang menjadikan seorang pemimpin leadership masih difokuskan pada aspek-aspek
peduli dan empati dengan anggotanya. Dimensi yang terjadi pada tataran pekerjaan dan penilaian
hope/ faith juga dianggap sebagai dimensi yang sehingga instrumen tersebut dibuat untuk
penting karena mampu mendorong perilaku- menilai apakah seorang pegawai memiliki
perilaku yang sudah direncanakan menuju aksi- konstruk tersebut atau tidak (Chen & Li, 2013).
aksi yang nyata dan penuh keberanian. Meaning Pengembangan alat ukur lainnya juga
adalah konsep yang sangat mendalam dimana difokuskan pada konteks pendidikan dimana alat
individu menyadari bahwa mereka mempunyai ukur tersebut digunakan sebagai instrumen
kewajiban dalam mengarahkan. Sedangkan untuk melihat kekuatan dari pemimpin spiritual
dimensi lainnya yaitu membership meliputi dengan keterikatan para siswa pada sekolahnya
keterkaitan individu satu dengan yang lainnya (Kaya, 2015). Adapun yang dilakukan oleh
dalam mencapai tujuan organisasi. Ayranci dan Semercioz (2011) ialah membuat
Sejatinya konsep kepemimpinan spiritual alat ukur bersifat general untuk melihat
selalu melibatkan nilai, sikap, dan perilaku yang konsistensi dari karyawan dan produktivitas
mengarahkan pada motivasi intrinsik seseorang serta hubungan mereka dengan pegawai lainnya.
untuk terlibat dengan dirinya dan orang lain Di Indonesia sendiri, perkembangan konsep
dimana menimbulkan suatu pengalaman pemimpin spiritual hanya difokuskan pada
spiritual dan bermakna dalam hidup merela (Fry sejauhmana konsep tersebut menjadi penentu
dkk., 2005). Perasaan seperti itulah yang aspek psikologis lainnya yang masih relevan,

38 JPIB : Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, April 2020, Vol.3 No.1
KONSTRUKSI ALAT UKUR KEPEMIMPINAN SPIRITUAL DALAM KELUARGA

namun tidak ada yang secara komprehensif penentu kualitas anggota keluarga tersebut.
melakukan spesifikasi ilmiah tentang gambaran Dengan demikian, apabila seorang kepala
konsep tersebut. Penelitian lainnya menekankan keluarga memiliki tingkat spiritual leadership
bahwa konsep pemimpin yang spiritual itu yang baik maka keluarga tersebut akan terhindar
sejalan dengan konsep agama yang dianutnya dari masalah seperti perceraian dan kekerasan
atau yang lebih mengedepankan kepentingan dalam keluarga, sehingga akan memengaruhi
bersama di dalamnya (Krisharyuli dkk., 2020). hal-hal ke depannya baik dalam dunia
Hal ini tentu sangat terkait dengan apa yang pendidikan, dunia pekerjaan dan lain
diajarkan dalam keluarga yaitu pola asuh yang sebagainya. Segala sesuatu yang terjadi bermula
agamis, senantiasa memberikan pengasuhan dari bagaimana sikap dan tindakan seorang
yang multiperspektif terhadap anak, sehingga kepala keluarga terhadap keluarganya, apabila
mereka mendampingi anak-anaknya dengan kepala keluarga mampu menerapkan apa yang
penuh kebahagiaan dan kesejahteraan (Wita seharusnya dilakukan oleh seorang kepala
dkk., 2018). keluarga maka kehidupan keluarga tersebut akan
Berdasarkan hasil wawancara tidak lebih baik daripada seorang kepala keluarga
terstruktur yang peneliti lakukan terhadap yang memiliki tingkat spiritual leadership
beberapa responden awal yang terlibat dalam rendah. Penelitian ini dilakukan untuk membuat
penelitian, spiritual leadership sangat penting sebuah model pengukuran kepemimpinan
dimiliki oleh kepala keluarga. Pernyataan spiritual dalam konteks keluarga.
tersebut didasarkan pada beberapa alasan.
Pertama, kepala keluarga diibaratkan sebagai Metode
nakhoda dalam kapal. Artinya, laju rumah
Pengembangan alat ukur yang dilakukan
tangga akan selamat sampai tujuan atau tidak,
dalam penelitian ini menggunakan teori spiritual
hal itu tergantung pada kepala keluarga. Kedua,
leadership dari Fry (2003), yang terdiri dari lima
membimbing keluarga dengan menerapkan
dimensi yaitu vision, altruistic love, hope/ faith,
nilai-nilai ajaran agama (nilai spiritual) dan
meaning dan membership. Dimensi meaning
menjalankannya dengan konsisten merupakan
merupakan turunan dari vision, begitu pula
modal keselamatan serta kebahagiaan di dunia
dengan dimensi membership merupakan turunan
dan akhirat. Ketiga, kehidupan keluarga akan
dari dimensi altruistic love (Fry, 2003). Peneliti
damai (sakinah) dan penuh rasa cinta kasih
mengembangkan sebuah alat ukur spiritual
(warahmah) apabila agama mewarnai kehidupan
leadership yang diturunkan dari teori tersebut
berkeluarga. Keempat, keyakinan dan
dengan jumlah item final sebanyak 26 item yang
kepercayaan pada Allah Swt. akan menjadi
dimodifikasi dan dibuat berdasarkan
benteng keutuhan rumah tangga. Terakhir,
pengembangan modifikasi alat ukur psikologis
permasalahan dalam rumah tangga akan
dan memenuhi properti psikometris yang ada
diselesaikan melalui pendekatan agama. Sebab,
(Ramdani, 2018). Enam item mewakili dimensi
apabila seseorang memiliki nilai spiritual maka
vision, sepuluh item mewakili dimensi altruistic
ketika ia menghadapi masalah, ia tahu bahwa
love, lima item mewakili dimensi hope, dua item
permasalahan tersebut harus dikembalikan pada
mewakili dimensi meaning dan tiga item
Allah dan Rasul-Nya atau mencari solusinya
mewakili dimensi membership.
dengan Alquran.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam
Beberapa penelitian sebelumnya lebih
pembuatan alat ukur spiritual leadership yang
banyak membahas spiritual leadership yang
dilakukan oleh peneliti adalah mengungkap
berkaitan dengan beragam konteks, namun
fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-
belum ada penelitian yang secara khusus
hari, menentukan grand theory, menentukan
melakukan eksplorasi spiritual leadership dalam
dimensi dan indikator, membuat item-item,
konteks kehidupan berkeluarga. Hal ini
meminta pendapat rater, melakukan fiksasi
berkaitan dengan kepala keluarga yang menjadi

JPIB : Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, April 2020, Vol.3 No.1 39
KONSTRUKSI ALAT UKUR KEPEMIMPINAN SPIRITUAL DALAM KELUARGA

item, pengambilan data, serta menguji data memiliki kemampuan daya beda yang baik dan
dengan program statistik (Salsabila dkk., 2019). 1 item yang perlu diwaspadai karena memiliki
Partisipan dalam penelitian ini adalah 405 kemampuan daya beda < .3, yaitu item 19. Akan
kepala keluarga yang berada di daerah Jawa tetapi, karena penelitian ini merupakan
Barat, khususnya Bandung. Jumlah kepala pengembangan alat ukur yang baru. Item 19
keluarga berjenis kelamin laki-laki sebanyak 261 dianggap sebagai item yang perlu diwaspadai
orang (64.4%) dan perempuan sebanyak 144 saja, bukan termasuk item yang tidak valid
orang (35.6%). Kepala keluarga yang (Salsabila dkk., 2019).
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah Selanjutnya pada penelitian ini dilakukan
seorang ayah, seorang ibu (jika ayah telah uji CFA menggunakan program Lisrel dengan
meninggal), bahkan bisa juga seorang anak model unidimensional. Pemilihan model
tertua dalam suatu keluarga (jika ayah dan ibu unidimensional disebabkan ada dimensi yang
telah meninggal). Sebagian besar usia partisipan tidak terwakili, dalam arti apabila suatu dimensi
penelitian adalah 40 tahun. memiliki kurang dari tiga item dalam
Teknik pengambilan sampel menggunakan pengukurannya, maka program tidak dapat di-
non-probability sampling yaitu dengan metode running (Salsabila dkk., 2019). Salah satu
purposive sampling, dimana kepala keluarga dimensi yang hilang dari lima dimensi dalam
yang terjangkau dan bersedia menjadi partisipan penelitian ini adalah dimensi meaning, karena
penelitian ini akan mengisi kuesioner secara hanya diwakili oleh dua item. Hasil pengujian
online. Alat ukur yang diisi oleh partisipan model unidimensional pertama dapat dilihat
penelitian dalam bentuk google form atau pada gambar 1 (dimensi vision).
kuesioner online. Data yang didapatkan Tabel 1
dianalisis menggunakan model unidimensional Daya Beda Item Spiritual Leadership
confirmatory factor analysis (CFA) No. Corrected Item-
menggunakan program Lisrel. Item Total Correlation Hasil
1 .511 Item Baik
2 .494 Item Baik
Hasil
3 .529 Item Baik
Penelitian ini dimulai dari peneliti 4 .450 Item Baik
5 .610 Item Baik
mengembangkan 126 item untuk mengukur 6 .542 Item Baik
spiritual leadership. Sebanyak 126 item yang 7 .509 Item Baik
dikembangkan, diujicobakan kevalidannya 8 .573 Item Baik
kepada sepuluh orang rater yang merupakan 9 .564 Item Baik
pakar dari spiritual leadership (Aiken, 1985). 10 .606 Item Baik
11 .615 Item Baik
Dari 126 item tersebut, dilakukan pengujian
12 .549 Item Baik
validitas Aiken/ validitas oleh rater, dimana 70
13 .591 Item Baik
item digugurkan oleh rater. Tersisa 56 item yang
14 .576 Item Baik
akan dilakukan pengujian oleh program statistik.
15 .605 Item Baik
Dari 56 item yang tersisa, peneliti melakukan uji 16 .575 Item Baik
reliabilitas menggunakan cronbach alpha, hasil 17 .483 Item Baik
yang didapatkan adalah tersisa 26 item dari 56 18 .609 Item Baik
item. Hasil uji reliabilitas yang didapatkan 19 .290 Item Perlu diwaspadai
sangat baik, yakni α = .914 dengan nilai yang 20 .537 Item Baik
cukup baik > .3 (Azwar, 2015), maka item yang 21 .540 Item Baik
lolos dan perlu diwaspadai bisa dilihat pada tabel 22 .613 Item Baik
1. 23 .479 Item Baik
24 .543 Item Baik
Hasil analisis daya beda pada item alat ukur
25 .416 Item Baik
maka didapati bahwa terdapat 25 item yang Item Baik
26 .601

40 JPIB : Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, April 2020, Vol.3 No.1
KONSTRUKSI ALAT UKUR KEPEMIMPINAN SPIRITUAL DALAM KELUARGA

Chi-Square=8.61, df=5, P-value=0.12570, RMSEA=0.042


Gambar 1. Model unidimensional untuk dimensi vision

Pada gambar 1, informasi statistik yang bisa yang diujikan valid mengukur altruistic love.
diperoleh adalah nilai Chi-Square = 8.61, p- Nilai factor loading untuk seluruh item lebih
value > .05, df = 5 dan RMSEA < .05. Hasil besar dari .3 artinya item 7 sampai item 16 valid.
tersebut menunjukkan model pengukuran yang Berdasarkan hasil analisis dimensi hope/
dilakukan untuk mengukur dimensi vision faith, pada gambar 3, diketahui nilai Chi-Square
adalah cocok atau sesuai mengukur hal apa yang = .52, df = 2, p-value > .05 dan RMSEA < .05
diukur. Enam item yang mengukur vision artinya model pengukuran dimensi hope/ faith
memiliki nilai factor loading > .3, artinya yang diujikan fit. Lima item yang diujikan pada
seluruh item valid mengukur vision. Bila dilihat model ini pun memiliki nilai factor loading lebih
pada gambar 1, diketahui terdapat empat bentuk besar dari .3, artinya kelima item yang diujikan
modifikasi model atau kesalahan pengukuran. valid mengukur dimensi hope. Terdapat tiga
Namun menjadi hal yang wajar dalam suatu kesalahan pengukuran dalam model ini, yaitu
penganalisisan memiliki empat kesalahan item 17 dan item 19, item 18 dan item 21, item
pengukuran. Item 1 sampai dengan item 6 18 dan item 19. Kesalahan pengukuran yang
merupakan item yang valid. terjadi merupakan hal yang wajar terjadi.
Berdasarkan gambar 2 diketahui nilai Chi- Terkecuali, apabila ada item yang melakukan
Square = 42.96, p-value < .05, df = 24, dan kesalahan pengukuran lebih dari tiga kali, maka
RMSEA < .05. Pada model pengukuran item tersebut harus dibuang dalam pengukuran.
altruistic love nilai p-value yang dihasilkan Item 17 sampai dengan 21 valid.
kurang dari .05, seharusnya lebih besar dari .05. Pengujian model fit pada dimensi
Namun untuk mengambil keputusan bahwa membership (gambar 4) pun menghasilkan nilai
model fit, tidak hanya berdasarkan satu kriteria Chi-Square = .00, p-value > 1, df = 0 dan
p-value saja, dapat juga dilihat dari kriteria RMSEA < .05. Artinya model yang diujikan
lainnya, yakni RMSEA < .05. Model dimensi sesuai dengan dimensi yang diukur, yakni ketiga
altruistic love memiliki nilai RMSEA < .05, item yang diujikan mengukur dimensi
dapat diartikan bahwa model pengukuran membership. Item 24 sampai dengan item 26
altruistic love adalah fit, yang mana sepuluh item merupakan item yang valid. Dapat disimpulkan

JPIB : Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, April 2020, Vol.3 No.1 41
KONSTRUKSI ALAT UKUR KEPEMIMPINAN SPIRITUAL DALAM KELUARGA

Chi-Square=42.96, df=24, P-value=0.01007, RMSEA=0.044


Gambar 2. Model unidimensional untuk dimensi altruistic love

bahwa 26 item yang diujikan valid mengukur didapatkan nilai reliabilitas setiap dimensi,
dimensi yang ingin diukur. untuk dimensi vision didapatkan nilai α = .722,
Setelah pengujian alat ukur dilakukan, dimensi altruistic love α = .854, dimensi hope/
peneliti mencoba melakukan kategorisasi faith α = .636, dan dimensi membership α = .567.
partisipan penelitian menjadi tiga kelompok,
yakni spiritual leadership yang tinggi, sedang Diskusi
dan rendah. Untuk kelompok rendah dihitung
Alat ukur kepemimpinan spiritual yang
dengan formula (X < (M - 1*SD), untuk
dimodifikasi dalam penelitian ini didasarkan
kelompok sedang (M – 1*SD) < X < (M + 1*SD)
pada konsep teoretis yang sudah komprehensif
dan kelompok tinggi (X > (M + 1*SD). Hasil
sejak dikembangkan oleh Fry (2003) pada
kategorisasi didapatkan 54 orang kepala
beberapa dekade yang lalu. Asumsi tersebut
keluarga yang memiliki nilai spiritual leadership
menekankan peneliti saat ini bahwa alat ukur
tinggi, 296 orang kepala keluarga yang memiliki
yang dibuat harus mempertimbangkan aspek-
nilai spiritual leadership sedang, dan 55 orang
aspek spesifik yang tidak dijelaskan secara garis
kepala keluarga dengan nilai spiritual leadership
besar dalam penelitian sebelumnya. Hal ini
rendah.
membuat peneliti melakukan telaah mendalam
Sebagai analisis pembanding, peneliti
supaya setiap item yang dibuat tidak menyalahi
melakukan uji confirmatory factor analysis
konstruk dan konteks penelitian terdahulu.
dengan menggunakan 100 partisipan
Bukti empiris kesesuaian antara teori yang
menggunakan program Partial Least Square
ditegaskan oleh Fry (2003) dengan hasil
(PLS) pada 26 item yang diujikan. Program PLS
modifikasi peneliti tersebut kemudian bisa
yang digunakan peneliti adalah program free
dilihat pada hasil uji validasi rater yang
download, dengan kapasitas menganalisis 100
responden. Dari hasil analisis menggunakan PLS

42 JPIB : Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, April 2020, Vol.3 No.1
KONSTRUKSI ALAT UKUR KEPEMIMPINAN SPIRITUAL DALAM KELUARGA

Chi-Square=0.52, df=2, P-value=0.76641, RMSEA=0.000


Gambar 3. Model unidimensional untuk dimensi hope/ faith

Chi-Square=0.00, df=0, P-value=1.00000, RMSEA=0.000


Gambar 4. Model unidimensional untuk dimensi membership

menghasilkan sebanyak 56 item yang telah kan item-item yang baik dan bisa digunakan
melalui proses pengujian validasi isi. Secara efektif dalam penelitian (Ramdani dkk., 2018).
proporsi jumlah item yang bisa lolos dalam tahap Uji daya beda merupakan tahapan
tersebut masih dalam jumlah yang banyak selanjutnya yang harus dilakukan dalam
artinya masih mewakili 50% dari total item yang memperkuat item yang sudah dibuat pada tahap
dibuat sehingga jumlah ini cukup untuk modifikasi ini. Mengacu pada asumsi yang
dilanjutkan pada pengujian selanjutnya. Hasil disampaikan oleh Azwar (2015) mengenai
pada uji rater tersebut dikuatkan oleh beberapa kualitas daya beda item. Mayoritas item yang
penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa dibuat dalam studi ini mempunyai kriteria item
koherensi yang baik antara teori dan item yang yang baik, dimana mereka mampu membedakan
dibuat memungkinkan peneliti akan mendapat- mana individu yang mempunyai kepemimpinan

JPIB : Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, April 2020, Vol.3 No.1 43
KONSTRUKSI ALAT UKUR KEPEMIMPINAN SPIRITUAL DALAM KELUARGA

spiritual tinggi dan mana yang rendah. Dengan Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini
demikian, pada tahap daya beda, item-item diantaranya, waktu penelitian yang relatif
berhak untuk dilanjutkan pada pengujian singkat, kurang tajamnya pemahaman peneliti
konstruk untuk melihat model yang dibangun terhadap konstruk psikologi yang diteliti, serta
apakah sesuai atau tidak. kurang spesifiknya dalam menetapkan kriteria
Uji model yang dilakukan peneliti mengacu partisipan. Sebaiknya dilakukan penelitian yang
pada pengujian model yang mengikuti prosedur berfokus pada satu status yaitu kepala keluarga
ilmiah yang dikembangkan dalam produk Lisrel. yang merupakan seorang ayah.
Berdasarkan pada hasil yang disampaikan pada
model di bagian sebelumnya, ada 4 model Simpulan
dimensi yang menghasilkan pengukuran fit
Berdasarkan hasil penelitian pengembang-
dalam penelitian yaitu vision, altruistic love,
an alat ukur spiritual leadership dapat
hope/ faith, dan membership. Hanya ada satu
disimpulkan bahwa dari lima dimensi yang
dimensi yang gugur dalam penelitian yaitu
diukur, terdapat satu dimensi yang gugur dalam
dimensi meaning yang dalam penelitian ini tidak
pengujian, yakni dimensi meaning. Empat
layak untuk digabungkan dengan dimensi
dimensi lainnya, yaitu vision, altruistic love,
lainnya.
hope/ faith, dan membership dapat terukur oleh
Kurangnya dimensi meaning menghasilkan
26 item yang valid dan reliabel berdasarkan uji
model yang fit disebabkan oleh beberapa faktor
confirmatory factor analysis dan cronbach
yang pada dasarnya secara psikometris
alpha. Alat ukur yang dikembangkan ini dapat
seharusnya bisa diantisipasi oleh peneliti sejak
digunakan kembali untuk penelitian selanjutnya.
awal. Secara teoretis dimensi meaning
mempunyai asumsi yang hampir sama dengan
Referensi
dimensi altruistic love, dimana menurut Fry
(2003), orang bisa saja menjadi sangat Afsar, B., Badir, Y., & Kiani, U. S. (2016).
memahami apa yang terjadi di lingkungannya Linking spiritual leadership and employee
dan dirinya (meaning), karena mereka sudah pro-environmental behavior: The influence
mempunyai karakteristik altruistic love dalam of workplace spirituality, intrinsic
kepribadiannya, sehingga dua dimensi ini motivation, and environmental passion.
dianggap saling overlap dalam manifestasinya. Journal of Environmental Psychology, 45,
Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah sifat 79-88.
overlap dari item-item yang dibuat dalam https://doi.org/10.1016/j.jenvp.2015.11.01
dimensi tersebut sehingga tidak cukup kuat 1
untuk menjelaskan independensi dimensi Aiken, L. (1985). Three coefficients for
dengan item secara linier (Salsabila dkk., 2019). analysing reliability and validity of rating.
Faktor lainnya juga didasarkan pada pengalaman Educational and Psychological
konstruksi alat ukur lainnya yang menyebutkan Measurement, 45, 131-142.
bahwa ketidak-fit-an model dalam dimensi https://doi.org/10.1177/073998638700920
tersebut karena variasi jawaban dalam item-item 05
tersebut tidak serta merta cukup kuat Augustiya, T., Nurislamiaty, Q., Al-fatoni, M.
merepresentasikan jawaban responden yang D., & Rachma, L. N. (2019). Hubungan
sesungguhnya (Augustiya dkk., 2019; Salsabila orientasi karier dengan optimisme pada
dkk., 2019). mahasiswa jurusan keagamaan UIN Sunan
Untuk penelitian lebih lanjut, hasil studi ini Gunung Djati Bandung. Jurnal Psikologi
menyarankan penggunaan alat ukur yang Islam dan Budaya, 2(1), 31-42.
dikembangkan oleh peneliti dengan lebih https://doi.org/10.15575/jpib.v2i1.4014
memperbanyak jumlah partisipan serta Ayranci, E., & Semercioz, F. (2011). The
memperluas jangkauan wilayah partisipan. relationship between spiritual leadership

44 JPIB : Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, April 2020, Vol.3 No.1
KONSTRUKSI ALAT UKUR KEPEMIMPINAN SPIRITUAL DALAM KELUARGA

and issues of spirituality and religiosity: a transformation: Theory, measurement, and


study of top Turkish managers. establishing a baseline. Leadership
International Journal of Business and Quarterly, 16(5), 835-862.
Management, 6(4). https://doi.org/10.1016/j.leaqua.2005.07.01
https://doi.org/10.5539/ijbm.v6n4p136 2
Azwar, S. (2015). Validitas dan reliabilitas. Jaenudin, U., & Tahrir, T. (2019). Studi
Pustaka Belajar. religiusitas, budaya sunda, dan perilaku
Bastaits, K., Pasteels, I., & Mortelmans, D. moral pada masyarakat kabupaten
(2018). How do post-divorce paternal and Bandung. Jurnal Psikologi Islam dan
maternal family trajectories relate to Budaya, 2(1), 1-8.
adolescents’ subjective well-being? Journal https://doi.org/10.15575/jpib.v2i1.3445
of Adolescence, 64(December 2016), 98– Kardinah, N. (2009). Keluarga dan
108. problematikanya menuju keluarga sakinah
https://doi.org/10.1016/j.adolescence.2018. (Tinjauan dalam perspektif marrital
02.005 psikologi). Psympathic : Jurnal Ilmiah
Benefiel, M. (2005). The second half of the Psikologi, 1(1), 109-120.
journey: Spiritual leadership for https://doi.org/10.15575/psy.v1i1.2171
organizational transformation. Leadership Kaya, A. (2015). The relationship between
Quarterly, 16(5), 723-747. spiritual leadership and organizational
https://doi.org/10.1016/j.leaqua.2005.07.00 citizenship behaviors: A research on school
5 principals’ behaviors. Educational
Chen, C. Y., & Li, C. I. (2013). Assessing the Sciences: Theory & Practice, 15(3), 597-
spiritual leadership effectiveness: The 606.
contribution of follower’s self-concept and https://doi.org/10.12738/estp.2015.3.1988
preliminary tests for moderation of culture Krisharyuli, M., Himam, F., & Ramdani, Z.
and managerial position. Leadership (2020). Ethical leadership:
Quarterly, 24(1), 240–255. Conceptualization and measurement.
https://doi.org/10.1016/j.leaqua.2012.11.00 Journal of Leadership in Organizations, 2.
4 https://jurnal.ugm.ac.id/leadership
Doehring, C. (2019). Using spiritual care to Mediawati, D., Arifin, B. S., & Supriyatin, T.
alleviate religious, spiritual, and moral (2012). Hubungan dukungan keluarga
struggles arising from acute health crises. terhadap penyesuaian diri pada pasien
Ethics, Medicine and Public Health, 9, 68- psikotik resosialisasi di panti sosial bina
74. laras phala martha Sukabumi. Psympathic :
https://doi.org/10.1016/j.jemep.2019.05.00 Jurnal Ilmiah Psikologi, 5(2), 602-615.
3 Polat, S. (2011). The level of faculty members’
Fridayanti. (2015). Religiusitas, spritualitas spiritual leadership (SL) qualities display
dalam kajian psikologi dan urgensi according to students in faculty of
perumusan religiusitas islam. Psympathic : education. Procedia - Social and
Jurnal Ilmiah Psikologi, Behavioral Sciences, 15, 2033-2041.
2(2). https://doi.org/10.15575/psy.v2i2.460 https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2011.04.04
Fry, L. W. (2003). Toward a theory of spiritual 9
leadership. Leadership Quarterly, 14(6), Ramdani, Z. (2018). Construction of academic
693-727. integrity scale. International Journal of
https://doi.org/10.1016/j.leaqua.2003.09.00 Research Studies in Psychology, 7(1), 87-
1 97. https://doi.org/10.5861/ijrsp.2018.3003
Fry, L. W., Vitucci, S., & Cedillo, M. (2005). Ramdani, Z., Supriyatin, T., & Susanti, S.
Spiritual leadership and army (2018). Perumusan dan pengujian

JPIB : Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, April 2020, Vol.3 No.1 45
KONSTRUKSI ALAT UKUR KEPEMIMPINAN SPIRITUAL DALAM KELUARGA

instrumen alat ukur kesabaran sebagai Stokkebekk, J., Iversen, A. C., Hollekim, R., &
bentuk coping strategy. Jurnal Psikologi Ness, O. (2019). “Keeping balance”,
Islam dan Budaya, 1(2), 97-106. “Keeping distance” and “Keeping on with
Royanulloh, R., & Komari, K. (2019). Bulan life”: Child positions in divorced families
ramadan dan kebahagiaan seorang muslim. with prolonged conflicts. Children and
Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, 2(2), Youth Services Review, 102(January), 108-
51-62. 119.
https://doi.org/10.15575/jpib.v2i2.5587 https://doi.org/10.1016/j.childyouth.2019.0
Saad, M., See, T. P., Adil, M. A. M., & Kassim, 4.021
N. M. (2015). Spiritual intelligence on Sumanty, D., Sudirman, D., & Puspasari, D.
leadership effectiveness and food-hygiene (2018). Hubungan religiusitas dengan citra
practices in public institutions. Procedia - tubuh pada wanita dewasa awal. Jurnal
Social and Behavioral Sciences, Psikologi Islam dan Budaya, 1(1), 9-28.
201(February), 146-155. https://doi.org/10.15575/jpib.v1i1.2076
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.08.16 Tkaczynski, A., & Arli, D. (2018). Religious
1 tourism and spiritual leadership
Salsabila, D. F., Rofifah, R., Natanael, Y., & development: Christian leadership
Ramdani, Z. (2019). Uji validitas konstruk conferences. Journal of Hospitality and
indonesian-psychological measurement of Tourism Management, 35, 75-84.
islamic religiousness (I-PMIR). Jurnal https://doi.org/10.1016/j.jhtm.2018.03.004
Psikologi Islam dan Budaya, 2(2), 1-10. Weinberg, F. J., & Locander, W. B. (2014).
https://doi.org/10.15575/jpib.v2i2.5494 Advancing workplace spiritual
Šilingienė, V., & Škėrienė, S. (2015). development: A dyadic mentoring
Expression of leaders’ spiritual intelligence approach. Leadership Quarterly, 25(2),
in a context of service organizations: A 391-408.
gender approach. Procedia - Social and https://doi.org/10.1016/j.leaqua.2013.10.00
Behavioral Sciences, 213, 758-763. 9
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.11.46 Wita, M. M. N. A., Khasanah, A. N., & Rahayu,
7 M. S. (2018). Tipe parental mediation dan
Smith-Greenaway, E., & Clark, S. (2017). adiksi internet siswa kelas V SD X
Variation in the link between parental Bandung. Psympathic : Jurnal Ilmiah
divorce and children’s health disadvantage Psikologi, 5(2), 221-230.
in low and high divorce settings. SSM - https://doi.org/10.15575/psy.v5i2.3310
Population Health, 3, 473-486.
https://doi.org/10.1016/j.ssmph.2017.04.00
4

46 JPIB : Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, April 2020, Vol.3 No.1

Anda mungkin juga menyukai