Abstrak
Organisasi kemahasiswaan merupakan wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan
peningkatan kecendekiawanan serta integritas kepribadian untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi. Setiap organisasi pasti
akan mengalami konflik dan pemimpin mempunyai peran untuk melakukan manajemen konflik, agar konflik yang ada
menjadi konflik yang bermanfaat bagi organisasi. Manajemen konflik dapat dilakukan dengan menggunakan gaya yang
tepat. Penggunaan gaya manajemen konflik yang tepat tentunya akan membawa kepuasan bagi anggota organisasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi pengunaan gaya manajemen konflik oleh pemimpin terhadap kepuasan
anggota di organsasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik one stage cluster random sampling. Subjek dalam
penelitian ini adalah anggota organisasi kemahasiswaan BEM dan HM di Universitas Udayana yang berjumlah 268 orang. Alat
ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Gaya Manajemen Konflik dan Skala Kepuasan Anggota yang
sudah diuji reliabilitas dan validitasnya. Hasil uji regresi menunjukkan koefisien regresi sebesar 0,423 dan koefisien
determinasi sebesar 0,176, dengan signifikasi sebesar 0,000 (p<0,05) yang berarti gaya manajemen konflik berperan
sebesar 17,6% dalam menjelaskan kepuasan anggota.
Abstract
The student organizations were a means of self-development students toward the expansion of insight and increased intellect
and integrity of personality, to achieve the goal of higher education. Every organization were bound to experience conflict
and the leader had a role to perform conflict management, so that the existing conflict becomes a conflict that is beneficial to
the organization. Conflict management could be done by using the right sytle. The right conflict management styles would
certainly bring satisfaction to the members of the organization. This study aimed to determine the perception of the use of
conflict management syles from the leader towards the satisfaction on each member of organization. Samples were done by
one stage cluster random sample technique. Subjects on this study were members from BEM and HM at Udayana
University, with the total amount of 268 person. The measuring tool on this research were the Conflict Management Style
Scale and Satisfaction Scale that have been tested for reliability and validity. Regression test results show regression
coefficient of 0.423 and coefficient of determination of 0.176, with significance of 0.000 (p <0.05) which means conflict
management style play a role of 17.6% in explain member job satisfaction.
270
G. A. R. A. PINATIH & NAOMI VEMBRIATI
LATAR BELAKANG Selain itu, Behfar, Mannix, dan Peterson (2008), juga
mengatakan bahwa cara untuk menerapkan strategi untuk
Mahasiswa merupakan seseorang yang sedang dalam proses menyelesaikan konflik (gaya manajemen konflik) yang
menimba ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang berbeda seringkali diasosiasikan dengan pola yang berbeda
menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan dari perubahan dalam kepuasan anggota.
tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah
tinggi, institut dan universitas (Hartaji, 2012). Rentang Penelitian Peterson (1997) menyatakan bahwa menjaga
umur mahasiswa mayoritas berada pada 18 hingga 25 tahun. kepuasan anggota organisasi merupakan hal yang penting
Rentang umur ini, menurut Santrock (2007), masuk ke karena anggota yang puas akan organisasi, cenderung akan
dalam tahap perkembangan remaja akhir hingga dewasa membantu organisasi dalam mewujudkan tujuan organisasi.
awal dengan tugas-tugas perkembangan yaitu, mampu Disini dapat dilihat bahwa manajemen konflik merupakan
bergaul dan bersosialisasi (Gunarsa, 2001). Oleh karena itu, hal yang perlu dilakukan untuk menjaga kepuasan anggota.
perguruan tinggi mewadahi mahasiswa dengan adanya Pemimpin dalam organisasi juga turut andil dalam kepuasan
organisasi kemahasiswaan. Dengan memasuki organisasi anggota. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian bahwa
kemahasiswaan ini, remaja diharapkan dapat memenuhi menjaga kepuasan anggota organisasi merupakan fungsi
tugas perkembangannya dalam hal mampu bergaul serta penting dari kepemimpinan, karena anggota yang merasa
mempersiapkan diri menuju tahap perkembangan puas karena pemikiran mereka dianggap akan lebih mungkin
selanjutnya (Gunarsa, 2001; Santrock, 2007). untuk mendukung organisasi dan membantu
mengimplementasikan keputusan-keputusan yang dibuat
Tidak jarang perbedaan persepsi atau pandangan di antara (Strogdill, 1948: Strogdill dan Coons, 1957; Tyler dan Lind,
individu dalam menerjemahkan misi organisasi terjadi 1988).
sehingga, menimbulkan pertentangan atau konflik dalam
organisasi (Wahyudi, 2015). Kunci dari definisi konflik Hasil penelitian dari Behfar, Mannix dan Peterson (2008),
adalah bahwa pihak yang bertikai mempunyai tujuan yang menyatakan bahwa kelompok-kelompok yang secara
saling tidak sesuai antara satu sama lain, maka dari situlah konsisten menunjukkan tingkat kinerja yang tinggi disertai
konflik timbul sebagai akibat dari ketidaksesuaian tujuan dengan tingkat kepuasan anggota yang tinggi dapat
tersebut (Tjosvold dalam Riggio, 2009). memenuhi ketiga kriteria viabilitas organisasi yang
disampaikan oleh Hackman dan Morris (1975). Gaya
manajemen konflik yang digunakan pada penelitian Behfar,
Pada saat ini, sejumlah ahli beranggapan bahwa konflik
dkk., (2008) adalah accommodating, collaborating dan
dalam organisasi tidak dapat dihindarkan, dapat memperjelas
compromising.
masalah, mengetahui kekurangan organisasi, serta solusi
terhadap kelemahan yang dapat mengarahkan pada tujuan
Dipilihnya Universitas Udayana karena, penelitian ini
organisasi. Pandangan ini disebut dengan pandangan
mengacu pada hasil studi pendahuluan melalui wawancara,
interaksionis. Pandangan ini bukan berpendapat bahwa
yang dimana subjek dalam studi pendahuluan ini adalah
seluruh konflik adalah baik, namun konflik yang fungsional
anggota-anggota organisasi kemahasiswaan di Universitas
akan mendukung tujuan kelompok, meningkatkan kinerjanya
Udayana. Dalam studi pendahuluan tersebut didapatkan hasil
dan bahkan merupakan bentuk konflik yang bersifat
bahwa memang terdapat konflik antara anggota di
konstruktif (membangun). Konflik yang merintangi kinerja
organisasi-organisasi kemahasiswaan Universitas Udayana.
kelompok bersifat destruktif (menghancurkan) atau konflik
Tidak jarang konflik yang ada berpengaruh negatif terhadap
disfungsional (Robbins dan Judge, 2015). Tugas
program kerja dan organisasi, sehingga para subjek merasa
pemimpinlah untuk mengelola konflik agar dapat bermanfaat
bahwa perlu adanya manajemen konflik yang tepat dalam
guna mendorong perubahan dan inovasi dalam organisasi
menangani konflik. Hasil dari studi pendahuluan tersebut
(Wahyudi, 2015).
juga mengatakan bahwa pemimpin mempunyai peranan yang
besar dalam melakukan manajemen konflik di organisasi
Salah satu kriteria untuk dapat mencapai viabilitas
(Pinatih, 2017). Maka dari itu, tujuan dalam penelitian ini
(keberlangsungan) organisasi adalah proses yang digunakan
adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi penggunaan
oleh organisasi atau taktik dalam memanajemen konflik di
gaya manajemen konflik oleh pemimpin terhadap kepuasan
organisasi (Hackman dan Morris, 1975). Menurut Hackman
anggota di organisasi kemahasiswaan Universitas Udayana.
dan Morris (1975), tiga kriteria viabilitas organisasi adalah
kinerja, kepuasan anggota organisasi, taktik dalam
METODE PENELITIAN
memanajemen konflik di organisasi.
Variabel dan Definisi Operasional
Penelitian ini sendiri, akan mengacu pada kriteria viabilitas
Variabel dalam penelitian ini adalah persepsi gaya
organisasi yang telah dikemukakan oleh Hackman dan
manajemen konflik sebagai variabel bebas dan kepuasan
Morris (1975) diatas. Namun, akan lebih dikhususkan pada
anggota sebagai variabel tergantung. Definisi operasional
persepsi peranan gaya manajemen konflik terhadap kepuasan
dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut ini:
anggota. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Maynard,
Persepsi gaya manajemen konflik
Marsh dan Ruddy (2007), yang mencatat bahwa proses
Suatu proses menerima, memahami dan
interpersonal (manajemen konflik) terbukti berhubungan
mengintrepretasikan kesan atau informasi yang diperoleh
dengan level kepuasan anggota individu dalam organisasi.
271
PERSEPSI PENGGUNAAN GAYA MANAJEMEN KONFLIK OLEH PEMIMPIN TERHADAP KEPUASAN ANGGOTA
oleh anggota organisasi mengenai gaya yang digunakan Pengambilan data dilakukan pada 14 hingga 30 Mei 2018.
dalam mengatur, mengelola atau mengakhiri berbagai Penelitian dilakukan dengan melakukan briefing kepada
konflik atau pertentangan yang dihadapi dalam mencapai seluruh koordinator masing-masing organisasi tentang tujuan
tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Penelitian ini akan penelitian dan tata cara penelitian. Kemudian, koordinator
menggunakan tiga gaya manajemen konflik dari Thomas masing-masing kelas mendistribusikan kuesioner kepada
dan Kilmann (1977) yaitu, gaya collaborating, anggota lain dalam organisasinya dan mengumpulkan
compromising dan accommodating. Hal ini mengacu pada kembali kuesioner yang telah diisi. Kuesioner dalam
hasil dari penelitian oleh Behfar, dkk. (2008). Hasil skor penelitian ini terdiri dari informed consent, identitas subjek,
nantinya akan menunjukkan tinggi rendahnya persepsi petunjuk pengisian Skala I, Skala I (Gaya Manajemen
anggota pada penggunaan tiga gaya manajemen konflik Konflik), petunjuk pengisian Skala II, dan Skala II
diatas. (Kepuasan Anggota).
Kepuasan anggota
Menurut Peterson (dalam Behfar dkk., 2008) kepuasan Alat Ukur
anggota adalah kepuasan bekerja dalam organisasi, Terdapat dua skala yang digunakan dalam penelitian ini
menyukai anggota lain dalam organisasi, persepsi keramahan yaitu, skala gaya manajemen konflik dan skala kepuasan
pada anggota organisasi, kesediaan untuk bekerjasama lagi anggota. Kedua skala tersebut menggunakan jenis skala
dengan organisasi di masa yang akan datang, persepsi Likert yang terdiri dari empat pilihan jawaban, yaitu sangat
mengenai kepuasan anggota organisasi lain dalam kelompok. sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak
Organisasi kemahasiswaan sesuai (STS). Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,
Kepmendikbud (Keputusan Menteri Pendidikan dan pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang
Kebudayaan) RI. No. 155/U/1998 Tentang Pedoman Umum tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2011). Skala gaya
Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi menyatakan manajemen konflik disusun berdasarkan Thomas-Kilmann
bahwa organisasi kemahasiswaan intra-perguruan tinggi Conflict Mode Instrument (Thomas dan Kilmann, 2002).
adalah wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa ke Skala kepuasan anggota disusun berdasarkan aspek dan
arah perluasan wawasan dan peningkatan kecendikiaan serta aitem menurut Peterson (dalam Behfar, dkk., 2008).
integritas kepribadian untuk mencapai tujuan pendidikan
tinggi. Menurut Azwar (2015) alat ukur yang valid dan reliabel
adalah syarat untuk mampu memberikan informasi dan hasil
Penelitian ini akan lebih memfokuskan pada organisasi data yang akurat. Pengukuran terhadap validitas isi dalam
kemahasiswaan BEM dan HM di fakultas. Penelitian ini penelitian ini dapat dilakukan dengan teknik professional
memilih untuk menggunakan BEM dan HM karena pada judgement. Proses pengujian validitas konstruk dilakukan
setiap fakultas pasti terdapat kedua organisasi tersebut. Jadi, dengan melakukan seleksi pada aitem-aitem skala
BEM dan HM dianggap dapat mewakili organisasi berdasarkan korelasi aitem-total. Menurut Cronbach (dalam
kemahasiswaan. Azwar, 2015) koefisien korelasi aitem-total sama dengan
atau lebih besar daripada 0.30 dianggap sudah
Subjek memuaskan.
Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah 268
orang anggota organisasi kemahasiswaan Badan Eksekutif Hasil uji validitas skala gaya manajemen konflik memiliki
mahasiswa (BEM) dan Himpunan Mahasiswa (HM) yang koefisien korelasi aitem-total berkisar antara 0,300 sampai
ada di Universtas Udayana. Subjek dalam penelitian ini 0,780. Hasil uji reliabilitas skala gaya manajemen konflik
memiliki karakteristik antara lain periode kepemimpinan dengan menggunakan teknik Cronbach Alpha menunjukkan
dalam organisasi telah berlangsung selama enam bulan atau koefisian alpha (α) adalah 0,919 memiliki arti bahwa skala
lebih, subjek merupakan mahasiswa aktif di Universitas gaya manajemen konflik mampu mencerminkan 91,9%
Udayana, dan subjek merupakan anggota di dalam variasi skor murni subjek. Hasil uji validitas skala
organisasi kemahasiswaan masing-masing. kepuasan anggota memiliki koefisien korelasi aitem-total
berkisar antara 0,566 sampai 0,724. Hasil uji reliabilitas
Pada penelitian ini yang akan digunakan Probability skala kepuasan anggota dengan menggunakan teknik
Sampling dengan cluster random sampling lalu one stage Cronbach Alpha menunjukkan koefisian alpha (α) adalah
sampling (Sugiyono, 2012). Jumlah sampel minimum dalam 0,845 memiliki arti bahwa skala pola asuh autoritatif mampu
penelitian ini adalah 95 orang yang didapat dengan mencerminkan 84,5% variasi skor murni subjek.
menggunakan formula dari Slovin.
Teknik Analisis Data
Tempat dan Waktu Penelitian Sebelum melakukan uji hipotesis data penelitian maka perlu
Berdasarkan hasil pengundian, organisasi yang dijadikan dilakukan uji asumsi terlebih dahulu seperti uji normalitas
sampel adalah BEM Fakultas Kedokteran, BEM Fakultas dan uji linearitas. Uji normalitas data penelitian dilakukan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, BEM Fakultas dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji linearitas data
Ilmu Budaya, BEM Fakultas Teknik, BEM Fakultas penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis compare
Ekonomi, BEM Fakultas Hukum, BEM Fakultas Ilmu mean, lalu menggunakan test of linearity. Uji hipotesis pada
Politik dan Sosial, HM Hubungan Internasional, HM Teknologi penelitian ini menggunakan teknik uji regresi sederhana.
Informatika, HM Teknik Elektro, dan HM Teknik Sipil. Analisis data penelitian ini dilakukan dengan bantuan
272
G. A. R. A. PINATIH & NAOMI VEMBRIATI
perangkat lunak SPSS 17. bersifat linier atau tidak. Uji linieritas dalam penelitian ini
menggunakan uji compare means, kemudian test for
HASIL PENELITIAN linearity. Pembuktian untuk mengetahui apakah terdapat
hubungan yang linier atau tidak antara variabel bebas dengan
Karakteristik Subjek variabel tergantung pada penelitian ini didasarkan pada taraf
Total subjek dalam penelitian ini berjumlah 268 orang, yang signifikansi pada Linearity. Apabila taraf signifikansi pada
terdiri dari 135 orang laki-laki dan 133 orang perempuan. Linearity lebih kecil dari 0,05 (p<0,05), maka dikatakan
Mayoritas subjek yang mengikuti penelitian ini berada terdapat hubungan yang linier antara kedua variabel.
pada organisasi BEM dengan persentase sebesar 64,55% (Santoso, 2014). Hasil pengujian linieritas dapat dilihat
serta sebanyak 40,67% mayoritas subjek berada pada dirangkum dalam Tabel 3 (terlampir).
semester empat.
Hasil uji linieritas pada tabel 3 menunjukkan taraf
Deskripsi Data Penelitian signifikansi Linearity pada variabel kepuasan anggota dan
Hasil deskripsi data penelitian yaitu gaya manajemen gaya manajemen konflik sebesar 0,000. Berdasarkan hasil
konflik dan kepuasan anggota dapat dilihat pada Tabel 1 tersebut, maka disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
(terlampir). Dari hasil deskripsi statistik pada tabel 1 linier antara variabel kepuasan anggota dengan gaya
dapat dilihat bahwa gaya manajemen konflik memiliki manajemen konflik. Hal ini, karena taraf signifikansi
mean teoritis sebesar 57,5 dan mean empiris sebesar 73,19. Linearity yang diperoleh lebih kecil dari 0,05 (p<0,05).
Perbedaan mean empiris dan mean teoritis variabel gaya
manajemen konflik adalah sebesar 15,69 dengan nilai t Uji Hipotesis
sebesar 26,916 (p=0,000). Mean empiris yang diperoleh Uji hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini
lebih tinggi dari mean teoritis (mean empiris < mean menggunakan teknik analisis regresi sederhana. Uji regresi
teoritis) sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek memiliki sederhana memiliki tujuan untuk melihat suatu hubungan
persepsi bahwa pemimpin dalam organisasinya antara satu variabel bebas dengan variabel tergantung. Pada
menggunakan gaya manajemen konflik collaborating, penelitian ini, uji regresi sederhana dilakukan untuk
compromising dan accommodating yang tinggi. Tabel 1 mengetahui apakah variabel bebas gaya manajemen konflik
menunjukkan sebaran teoritis berada pada rentang 23-92. collaborating, compromising dan accommodating dapat
Kepuasan anggota pada tabel 1 memiliki mean teoritis memprediksi munculnya variabel kepuasan anggota pada
sebesar 12,5 dan mean empiris sebesar 15,94. Perbedaan anggota organisasi. Variabel bebas dikatakan berpengaruh
mean empiris dan mean teoritis variabel kepuasan anggota secara signfikan terhadap variabel tergantung jika pada uji
adalah sebesar 3,44 dengan nilai t sebesar 23,994 (p=0,000). regresi, taraf signifikansinya lebih kecil dari 0,05 (p<0,05)
Mean empiris yang diperoleh lebih tinggi dari mean teoritis (Santoso, 2014). Hasil pengujian regresi sederhana dapat
(mean empiris < mean teoritis) sehingga dapat disimpulkan dilihat pada Tabel 4(terlampir).
bahwa subjek memiliki kepuasan yang tinggi. Tabel 1 Tabel 4 menunjukkan hasil uji regresi sederhana dengan
menunjukkan sebaran teoritis kepuasan anggota berada pada diperolehnya taraf signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Taraf
rentang 5-20. signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) menunjukkan
bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Diterimanya hipotesis
Uji Asumsi memiliki arti bahwa model regresi dalam penelitian ini dapat
Uji Normalitas digunakan untuk memprediksi kepuasan anggota organisasi
Uji normalitas dalam penelitian yang digunakan untuk atau dapat dikatakan bahwa gaya manajemen konflik
mengetahui apakah data dapat berdistribusi normal collaborating, compromising dan accommodating berperan
(Sugiyono, 2016). Uji normalitas dalam model regresi terhadap kepuasan anggota organisasi.
dilakukan untuk mengetahui apakah nilai residual prediktor
memiliki distribusi normal atau tidak. Nilai normalitas dalam Selanjutnya dalam penelitian ini hasil uji regresi sederhana
model regresi, tidak dilihat dari normalitas masing-masing juga digunakan untuk melihat besarnya peran gaya
variabel yang akan diteliti, namun dilihat dari normalitas manajemen konflik collaborating, compromising dan
residu seluruh variabel yang akan diteliti (Ghozali, 2016). accommodating terhadap kepuasan anggota organisasi.
Data dari masing-masing variabel akan dicari nilai Besarnya peran dari gaya manajemen konflik collaborating,
unstandardized residualnya. Nilai unstandardized residual compromising dan accommodating terhadap kepuasan
ini yang kemudian dimasukkan dalam pengujian anggota organisasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 5
Kolmogorov Smirnov (Ghozali, 2005). Nilai residual dapat (terlampir).
disimpulkan berdistribusi normal jika nilai signifikansi lebih
besar dari 0.05 (p>0.05) (Riadi, 2016). Berdasarkan tabel 2 Tabel 5 menunjukkan diperoleh koefisien regresi (R) sebesar
(terlampir), didapatkan hasil p sebesar 0,059 sehingga 0,423 dan koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,179.
penelitian ini memiliki data yang berdistribusi normal Perolehan koefisien regresi (R) sebesar 0,423 menunjukkan
(p>0,05). bahwa terdapat hubungan positif antara variabel bebas yaitu
gaya manajemen konflik terhadap kepuasan anggota
Uji Linearitas organisasi. Perolehan koefisien determinasi (R Square)
Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan sebesar 0,179 menunjukkan bahwa gaya manajemen konflik
antara variabel bebas dan variabel tergantung yang diteliti memberikan peran sebesar 17,9% terhadap kepuasan anggota
273
PERSEPSI PENGGUNAAN GAYA MANAJEMEN KONFLIK OLEH PEMIMPIN TERHADAP KEPUASAN ANGGOTA
organisasi, sedangkan sisanya sebesar 82,1% ditentukan oleh kepuasan anggota organisasi, seperti pada hasil penelitian
faktor-faktor lain yang tidak diteliti. ini, didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Behfar,
dkk. (2008) yang menjadi acuan dalam penelitian ini.
Uji analisis regresi sederhana pada penelitian ini juga dapat Penelitian Behfar, dkk. sendiri menyatakan bahwa
digunakan untuk mengetahui peran variabel bebas terhadap kelompok-kelompok secara konsisten menunjukkan tingkat
variabel tergantung dan untuk menemukan garis regresi. Uji kinerja yang tinggi disertai dengan tingkat kepuasan anggota
hipotesis minor dan garis regresi sederhana dapat dilihat yang tinggi dengan penggunaan gaya manajemen
pada Tabel 6 (terlampir). collaborating, compromising dan accommodating, maka
ketiga gaya manajemen konflik itulah yang kemudian
Penelitian ini menggunakan satu variabel bebas, sehingga digunakan dalam penelitian ini. Tiga dari lima gaya ini,
diperoleh persamaan garis regresi yaitu: Y= 8,328 + 0,104X merupakan hasil pengembangan oleh Thomas dan Kilmann
Keterangan: (1977). Dua gaya lain yang tak digunakan dalam penelitian
Y : Kepuasan anggota organisasi ini adalah competing dan avodiding.
X : Gaya manajemen konflik
Persamaan garis regresi tersebut memiliki arti sebagai Manajemen konflik sendiri adalah penggunaan dari resolusi
berikut: dan teknik stimulasi untuk mencapai level konflik yang
a. Konstanta sebesar 8,328 menyatakan bahwa jika diinginkan (Robbins, 2015). Tugas pemimpinlah untuk
tidak ada penambahan atau peningkatan skor pada melakukan manajemen konflik agar dapat bermanfaat guna
variabel gaya manajemen konflik, maka taraf mendorong perubahan dan inovasi dalam organisasi
kepuasan anggota organisasi sebesar 8,328. (Wahyudi, 2015). Manajemen konflik, merupakan hal yang
b. Koefisien regresi X sebesar 0,104 menyatakan sangat penting untuk memperkirakan hubungan kinerja
bahwa setiap penambahan atau peningkatan satuan dengan konflik antar dua orang (Jehn & Bendersky; Marks,
nilai subjek pada variabel gaya manajemen konflik, Mathieu, & Zaccaro; Mathieu & Schulze; Tinsley; Weingart;
maka akan terjadi kenaikan taraf kepuasan anggota Williams & O’Reilly dalam Behfar, dkk., 2008).
organisasi sebesar 0,104.
Ringkasan hasil uji hipotesis dalam penelitian ini, dapat Gaya manajemen konflik yang tepat, merupakan salah satu
dilihat pada Tabel 7 (terlampir). dari tiga kriteria viabilitas (keberlangsungan) organisasi
(Hackman dan Morris, 1975). Oleh karena itu, penting bagi
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN suatu organisasi untuk memperhatikan gaya manajemen
konflik apa yang akan digunakan dalam melakukan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, sebanyak 134 manejemen konflik, terutama bagi pemimpin, seperti yang
subjek dari total 268 subjek, berada pada kisaran skor telah dikatakan Wahyudi (2015) diatas.
total diatas 75 (sangat tinggi), dan sebanyak 104 subjek
berada pada kisaran skor total 59 hingga 75 (tinggi), Selain gaya manajemen konflik yang merupakan satu dari
yang dimana mempunyai dapat disimpulkan bahwa 238 tiga faktor viabilitas organisasi menurut Hackman dan
subjek atau 88,8% subjek, mempunyai persepsi bahwa Morris (1975), faktor lainnya adalah kepuasan anggota
pemimpin dalam organisasinya menggunakan gaya organisasi. Hal ini juga dikuatkan oleh Barrick, dkk. (2007);
manajemen konflik collaborating, compromising dan Balkundi dan Harrison (2006) bahwa, viabilitas organisasi,
accommodating. Sebanyak 100 subjek berada pada skor seringkali dikombinasikan dengan afeksi atau sikap.
total di atas 16 (kategori sangat tinggi) dan sebanyak 140 Contohnya seperti kepuasan anggota, komitmen anggota dan
subjek berada pada skor total 13 hingga 16 (kategori tinggi). kohesivitas organisasi sebagai indikator dari viabilitas
Totalnya, 140 dari 268 subjek atau sekitar 89,5% subjek organisasi (Barrick, dkk. 2007; Balkundi dan Harrison,
menyatakan puas sebagai anggota dalam organisasinya saat 2006). Bushe dan Coetzer (2007) membagi viabilitas
ini. Kesimpulan yang dapat diambil bahwa sebagian besar kelompok kedalam dua dimensi yaitu, kepuasan anggota
subjek mempunyai persepsi pemimpin dalam organisasinya dengan keanggotaan dan kepuasan anggota dengan keluaran
menggunakan gaya manajemen konflik collaborating, yang dihasilkan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian,
compromising dan accommodating, dan merasa puas dimana mayoritas subjek merasa puas dengan organisasinya.
dengan organisasinya. Dapat kita kaitkan kepuasan anggota dalam organisasi
sebagai terpenuhinya viabilitas organisasi seperti yang telah
Berdasarkan hasil hipotesis dengan menggunakan uji analisis disebutkan di atas.
regresi sederhana, diperoleh hasil bahwa hipotesis diterima
(R= 0,423, p<0,05). Hipotesis yang diterima berbunyi bahwa Hackman (1987) membagi definisi viabiltas organisasi
gaya manajemen konflik yang digunakan pemimpin berperan kedalam dua konstruk. Kemampuan dari anggota organisasi
terhadap kepuasan anggota dalam organisasi kemahasiswaan untuk bekerjasama lagi di kemudian hari dan kebutuhan
BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) dan HM (Himpunan kepuasan anggota kelompok. Kedua konstruk ini sudah
Mahasiswa) di Universitas Udayana. Dapat diterimanya terpenuhi di dalam penelitian, yang dimanisfestasikan dalam
hipotesis tersebut dilihat dari hasil analisis statistik yang bentuk aitem-aitem skala kepuasan dengan hasil mayoritas
menggunakan teknik analisis regresi sederhana. subjek merasa puas.
Adanya peran dari gaya manajemen konflik terhadap Para peneliti menemukan bahwa kepuasan anggota
274
G. A. R. A. PINATIH & NAOMI VEMBRIATI
organisasi dan viabilitas (keberlangsungan) organisasi 2. Mayoritas subjek penelitian mempunyai persepsi
merupakan komponen penting dari efektivitas organisasi bahwa pemimpin organisasinya telah
(Taeklab, dkk. 20019; Sundstrom, dkk. 1990; Campion, dkk. menggunakan gaya manajemen konflik
1993; Bushed an Coetzer, 2007; McGrath, 1984). Hackman collaborating, compromising dan accommodating.
dan Morris (1975) sendiri, juga mengutarakan bahwa 3. Mayoritas subjek penelitian, merasa puas dengan
viabilitas organisasi dan kepuasan anggota organisasi organisasinya saat ini.
merupakan faktor penting dari efektivitas organisasi. Saran
Menurut mereka lebih lanjut, viabilitas organisasi merupakan Beberapa saran yang dapat peneliti ajukan terkait penelitian
kapasitas organisasi untuk melanjutkan kinerjanya secara ini adalah:
efektif di masa depan.
Saran Praktis
a. Agar pemimpin-pemimpin organisasi
Dalam penelitiannya, Peterson (1997) menyatakan bahwa
kemahasiswaan di Universitas Udayana
menjaga kepuasan anggota organisasi merupakan hal yang
menggunakan gaya manajemen konflik
penting karena anggota yang puas akan organisasinya,
collaborating, compromising dan accommodating
cenderung akan membantu organisasi dalam mewujudkan
tujuan organisasi. Selanjutnya, terdapat lima aspek menurut dalam menangani konflik yang ada di organisasi
Peterson (dalam Behfar dkk., 2008) dalam menentukan dikarenakan telah terbukti berperan meningkatkan
kepuasan anggota.
kepuasan anggota, yaitu, kepuasan anggota bekerja dalam
b. Gaya manajemen konflik tidak berperan
organisasi, menyukai anggota lain dalam organisasi, persepsi
sepenuhnya dalam menentukan kepuasan anggota,
keramahan dalam anggota organisasi, kesediaan untuk
sebaiknya, pemimpin organisasi juga
bekerjasama lagi dengan organisasi di masa yang akan
datang, serta persepsi mengenai kepuasan anggota organisasi memperhatikan faktor-faktor lainnya.
lain dalam kelompok. Saran Bagi Penelitian Selanjutnya
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa kepuasan a. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan,
anggota organisasi dipengaruhi oleh gaya manajemen konflik terdapat banyak variabel lain yang mempengaruhi
yang digunakan. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian variabel kepuasan anggota, penelitian selanjutnya
Maynard, Marsh dan Rudy (2007) yang mencatat bahwa dapat meneliti variabel lainnya yang tidak
proses interpersonal (manajemen konflik) terbukti disebutkan dalam penelitian ini.
berhubungan dengan level kepuasan anggota individu dalam b. Penelitian selanjutnya dapat lebih mengkhususkan
organisasi. Selain itu, Behfar, dkk. (2008), juga mengatakan karakteristik subjek penelitian kepada pengurus
bahwa cara untuk menerapkan strategi untuk menyelesaikan organisasi saja, untuk mendapat gambaran yang
konflik (gaya manajemen konflik) yang berbeda seringkali lebih konkret mengenai gaya manajemen konflik
diasosiasikan dengan pola yang berbeda dari perubahan yang digunakan oleh pemimpin.
dalam kepuasan anggota. c. Peneliti selanjutnya dapat lebih memperhatikan
kelengkapan subjek dalam mengisi kuisioner, agar
Sedangkan, berdasarkan hasil analisis uji regresi sederhana tidak banyak kuisioner yang gugur dalam
yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa gaya penelitian.
manajemen konflik yang digunakan pemimpin
mempunyai peran yang signifikan terhadap kepuasan DAFTAR PUSTAKA
anggota pada organisasi kemahasiswaan BEM dan HM
di Universitas Udayana. Hal ini dibuktikan dengan Aamodt, G. M. (2010). Industrial/Organizational Psychology: An
koefisien regresi sebesar 0,423 dan nilai F sebesar Applier Approach (Sixth Edition). Canada:Wordsworth,
57,923 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000. Koefisien Cengage Learning.
determinasi dalam penelitian ini adalah sebesar 0,179 yang Azwar, S. (2010). Penyusunan Skala Psikologi. Jogjakarta: Pustaka
Pelajar.
berarti gaya manajemen konflik memberikan peran
Azwar, S. (2010). Reliabilitas dan Validitas. Jogjakarta: Pustaka
sebanyak 17,9% terhadap kepuasan anggota. Sisanya Pelajar.
terdapat 82,1% peran yang diberikan faktor-faktor lain Azwar, S. (2015). Realiabilitas dan Validitas (Edisi IV).
terhadap kepuasan anggota pada organisasi Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
kemahasiswaan BEM dan HM di Universitas Udayana. Balkundi, P., Harrison, D. A. (2006). Ties, Leaders, and Time in
Teams: Strong Inference about Network Structure’s Effects
Kesimpulan on Team Viability and Performance. Academy of
Berdasarkan penelitian dan analisis data yang telah Management Journal, 49, 49-68.
Barrick, M. B., Bradley, B. H., Kristof-Brown, A.L., Colbert, A. E.
dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
(2007). The Moderating Role of Top Management Team
1. Gaya manajemen konflik collaborating, Interpendence: Implications for Real Teams and Working
compromising, dan accomodating yang digunakan Groups. Academy of Management Journal, 50, 544-557.
oleh pemimpin dipersepsikan mempunyai peran Behfar, J. K., Mannix, E. A., Peterson, R. S. (2008). The Critical
terhadap kepuasan anggota pada organisasi Role of Conflict Resolution in Terms: A Close Look at the
kemahasiswaan di Universitas Udayana. Links Between Conflict Type, Conflict Management
Strategies, and Terms Outcomes. Journal of Applied
275
PERSEPSI PENGGUNAAN GAYA MANAJEMEN KONFLIK OLEH PEMIMPIN TERHADAP KEPUASAN ANGGOTA
276
G. A. R. A. PINATIH & NAOMI VEMBRIATI
277
PERSEPSI PENGGUNAAN GAYA MANAJEMEN KONFLIK OLEH PEMIMPIN TERHADAP KEPUASAN ANGGOTA
LAMPIRAN
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
F Sig.
Kepuasan anggota*Gaya (Combined)
Between
Manajemen Konflik Linearity 62,779 0,000
Group
Tabel 4.
Tabel 5.
278
G. A. R. A. PINATIH & NAOMI VEMBRIATI
Tabel 6.
Tabel 7.
Hipotesis Hasil
Hipotesis: Diterima
Persepsi penggunaan gaya manajemen konflik oleh
pemimpin berperan terhadap kepuasan anggota dalam
organisasi kemahasiswaan BEM (Badan Eksekutif
Mahasiswa) dan HM (Himpunan Mahasiswa) di
Universitas Udayana.
279