Anda di halaman 1dari 39

KOMUNIKASI YANG EFEKTIF UNTUK MENINGKATKAN

KERJA SAMA TIM (TEAMWORK) DALAM ORGANISASI

(Disusun untuk Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah Teamwork)

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Sutarto Wijono, M.A.

Oleh:
Uvynavelia Hardysta
1521900018

MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
SURABAYA
202

i
KOMUNIKASI YANG EFEKTIF UNTUK MENINGKATKAN
KERJA SAMA TIM (TEAMWORK) DALAM ORGANISASI
(Disusun untuk Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah Teamwork)

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Sutarto Wijono, M.A.

Oleh:
Uvynavelia Hardysta
1521900018

MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
SURABAYA
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas karya tulis ilmiah yang
berjudul Komunikasi yang Efektif Untuk Meningkatkan Kerja Sama Tim
(Teamwork) dalam Organisasi ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Prof. Dr. Sutarto Wijono, M.A pada mata kuliah teamwork. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang komunikasi yang efektif bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Sutarto Wijono,


M.A selaku dosen pengampu mata kuliah teamwork yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini.

Saya menyadari, karya tulis ilmiah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 22 Juni 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 3
Manfaat 3
BAB II KAJIAN TEORI 4
Organisasi 4
Definisi Organisasi 4
Ciri-ciri Organisasi 4
Kerjasama Tim (Teamwork) 5
Definisi Kerjasama Tim (Teamwork) 5
Aspek-aspek Kerjasama Tim (Teamwork) 7
Faktor-faktor Kerjasama Tim (Teamwork) 8
Komunikasi 10
Definisi Komunikasi 10
Unsur-unsur Komunikasi11
Jenis-jenis Komunikasi 13
BAB III METODE DAN PENULISAN 15
Analisis 15
Pembahasan 18
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Komunikasi 19
Nada Bicaraa dan Bahasa Tubuh 19
Hambatan dalam Komunikasi dan Cara Mengatasinya 21
Menciptakan Komunikasi yang Efektif 23
BAB IV PENUTUP 29
Kesimpulan 29
Saran 30
Daftar Pustaka31

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Manusia adalah sumberdaya utama dalam berlangsungnya kehidupan


berorganisasi, karena manusialah yang menggerakkan suatu organisasi sehingga
terwujudnya tujuan dari dibentuknya suatu organisasi. Sumber daya manusia akan
terwujud dalam karya, bakat, kreativitas, dan efektivitas kinerja sebuah
organisasi/perusahaan. Sumber daya manusia ini mempengaruhi kinerja dalam
organisasi dimana peran sumber daya manusia yang berkualitas dalam rangka kinerja
karyawan merupakan faktor yang sangat penting. Terdapat banyak faktor yang
menyebabkan tinggi rendahnya kinerja karyawan, terutama sangat dipengaruhi oleh
komunikasi, kerjasama kelompok dan kreativitas yang diberikan oleh anggotanya
(Lakoy,2015).

Dalam suatu organisasi atau perusahaan, biasanya terdiri atas beberapa bagian
atau unit kerja, dimana masing-masing bagian atau unit kerja tersebut tidak berdiri
sendiri, tetapi saling berkaitan satu sama lain. Sedangkan yang menggerakkan
aktivitas di seluruh bagian atau unit kerja adalah sumber daya manusia. Sehingga
diperlukan pemahaman yang utuh dari sumber daya manusia yang ada tentang
hakekat organisasi atau perusahaan, supaya bisa tercipta suatu kerja sama tim atau
team work yang baik yang bisa meningkatkan produktivitas kerja dan kinerja
organisasi atau perusahaan (Setiyanti,2012).

Thomas Juli (2011:36) dalam bukunya “Leadership Principles for Project


Success” menjelaskan mengenai kerjasama tim sebagai berikut:

”Teamwork is more than the sum of individual contributions on the team.


Teamwork is the symbiosis among all individual teammembers. It can
thus take the team as a whole, as one unit, to a higher level of performance.

1
This is why team building is so valuable and has to be on the map of every
leader”.

Kerjasama tim adalah lebih dari sekedar jumlah kontribusi dari setiap anggota tim.
Kerjasama tim merupakan simbiosis antara seluruh anggota tim. Hal tersebut dapat
menjadikan tim secara utuh, sebagai sebuah unit, menuju level kinerja yang tinggi.
Hal ini kenapa perkembangan tim begitu sangat berarti dan menjadi peta bagi setiap
pemimpin.

Semakin pentingnya kerja tim dalam organisasi merespons lingkungan yang


semakin kompetitif dan terus berubah. Kompleksitas ini menuntut kelompok kerja
interdisipliner yang anggotanya memiliki profil profesional yang baik. Suatu
kelompok memilki kerja tim yang baik jika memeliki beberapa kompetensi-
kompetensi dasar yang dapat meningkatkan kefektivitasan suatu kerja tim.
Kompetensi-kompetensi tersebut berupa komunikasi interpersonal, kemampuan
perencanaan dan pengorganisasian, pemikiran kritis, manajemen waktu dan belajar
mandiri (Barberá, Estellés, Dema, & Devece, 2011).

Dari semua kompetensi ini, keterampilan komunikasi sangat relevan karena


beberapa alasan. Pertama, keterampilan kerja tim dan komunikasi berhubungan
dengan kemampuan manajemen orang dan keterampilan interpersonal. Bekerja dalam
tim berarti bergabung dengan anggota kelompok lain untuk berbagi ide dan
pengetahuan untuk mencapai tujuan bersama. Selain itu, tuntutan dalam mencapai
tujuan menghasilkan situasi tegang yang membutuhkan empati dan pemahaman
tentang kebutuhan dan perasaan anggota kelompok lain agar tim menjadi sukses.
Setiap anggota tim harus tahu cara mengevaluasi dampak komentar mereka pada ide
dan pendapat orang lain. Untuk berempati dan menghormati pendapat orang lain
membutuhkan keterampilan mendengarkan juga. Oleh sebab itu kerja tim dibangun di
atas keterampilan komunikasi dan interaksi dengan orang lain; kemampuan
mendengarkan secara aktif; bergiliran; berbagi, bertukar, dan mensintesis gagasan;
berpikir dan mengekspresikan pikiran dan perasaan; dan mendukung dan menerima
ide (Devece dkk, 2015).

2
Berdasarkan dari uraian diatas, untuk meningkatkan kinerja organisiasi kita
harius memahami komunikasi seperti apa yang dapat meningkatkan kemampuan
kerjasama tim di dalam organisasi. Karena komunikasi yang efektif, merupakan salah
satu kompetensi dasar untuk dapat mewujudkan tujuan dari suatu organisasi dapat di
capai. Dengan memahami cara berkomunikasi yang efektif, kerjasama tim kan lebih
efektif dan peningkatkan kinerja suatu organisasi.

2. Tujuan

Tujuan dari karya tulis ini adalah memahami pentingnya komunikasi dalam
kerjasama tim (teamwork), memahai hambatan-hambatan yang sering terjadi pada
proses komunikasi serta memahami cara komunikasi yang efektif untuk
meningkatkan kerja sama tim

3. Manfaat
Manfaat praktis yang di harapkan dari karya tulis ini adalah dapat menjadi
referensi untuk meningkatkan kempuan komuniasi yang dapat meningkatkan
kerjasama tim (teamwork) dalam organisasi.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Organisasi

1.1. Definisi Organisasi

Menurut Robbins (1985), organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang


dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi,
yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan
bersama atau sekelompok tujuan. Selanjutnya Hasibuan (2011) memberikan
pengertian organisasi adalah suatu sistem perserikatan formal, berstruktur, dan
terkoordinasi dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan
tertentu.

Sedangkan Syamsi (1994) menyatakan bahwa organisasi dapat diartikan


kedalam dua macam, yaitu: (1) Dalam arti statis, organisasi sebagai wadah kerja sama
sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu; (2) Dalam arti
dinamis, organisasi sebagai suatu sistem atau kegiatan sekelompok orang untuk
mencapai tujuan tertentu. Hal ini sejalan denngan pendapat Hardjito (1997) bahwa
organisasi adalah kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar, yang
memungkinkan anggota mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai melalui tindakan
individu secara terpisah.

1.2. Ciri-ciri Organisasi

Ciri-ciri organisasi menurut Hardjito (1997) diantaranya adalah bahwa sebuah


organi sasi harus terdiri dari adanya sekelompok orang, terdapat hubungan hantar
perorangan, serta kerja sama yang didasarkan atas hak, kewajiban, dan tanggung
jawab masing-masing orang untuk mencapai tujuan.

4
Sedangkan unsur-unsur organisasi menurut Wursanto (2003) terdiri dari:
a. Man (orang-orang), dalam kehidupan organisasi sering disebut dengan istilah
pegawai atau anggota.
b. Kerja sama, maksudnya adalah suatu perbuatan bantu membantu atau suatu
perbuatan yang dilakukan bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama.
c. Tujuan bersama, merupakan arah atau sasaran yang ingin dicapai dan juga
menggambarkan apa yang harus dicapai melalui prosedur, program, pola
(network), kebijaksanaan (policy), strategi, anggaran (budgeting), dan
peraturan-peraturan (regulation) yang telah ditetapkan.
d. Peralatan (equipment), terdiri dari semua sarana yang berupa materi, mesin-
mesin, uang, dan barang modal lainnya (tanah, gedung/ bangunan/kantor).
e. Lingkungan (environment)
f. Kekayaan alam, misalnya keadaan iklim, udara, air, cuaca, flora, dan fauna.
g. Kerangka atau konstruksi mental organisasi, berupa prinsip-prinsip organisasi

Selain itu ciri-ciri organisasi menurut Handayaningrat (1985) yaitu adanya


suatu kelompok orang yang dapat dikenal, adanya kegiatan yang berbeda-beda tetapi
satu sama lain saling berkaitan (interdependent part) yang merupakan kesatuan
usaha/kegiatan, tiap-tiap anggota memberikan sumbangan usahanya/tenaganya,
adanya kewenangan, koordinasi, dan pengawasan, serta adanya suatu tujuan (the idea
of goals).

2. Kerjasama Tim (Teamwork)

2.1. Definisi Kerjasama Tim

Fancies and Young (2003) menjelaskan sebuah tim sebagai sekelompok orang
yang bekerja untuk meraih tujuan bersama, di mana bekerja bersama dengan baik dan
menikmatinya, dan menghasilkan suatu hasil (barang ataupun jasa). Menurut Wayne
tim adalah sebuah kelompok kerja lengkap atau satu tujuan kerja yang para
anggotanya paling sedikit memiliki satu tujuan kerjasama dari seluruh anggotanya
(dalam Purnomo 2006). Sementara itu Henderson (2002) mengartikan sebuah tim
sebagai sekelompok orang yang bekerja bersama dimana kesuksesan dari setiap
5
individu bergantung pada kesuksesan dari keseluruhan kelompok. Unsur dari definisi
tersebut didukung oleh Johnson (2000) siapa yang melihat sebuah tim sebagai
beberapa individu yang harus bekerja sama untuk memenuhi suatu misi.

Penggunan kata tim dengan kelompok sering disamakan. Beberapa ahli


mencoba untuk membahas perbedaan dari kedua kata tersebut. Levi (2001) berusaha
untuk menunjukkan perbedaan di antara karakterisitik kelompok dan tim. Kelompok
berfungsi seperti tim yang secara khas memiliki sebuah tujuan yang murni dan
umum. Anggota tim mengerti dimana mereka saling membutuhkan satu dengan yang
lain. selain itu, Hitt (2002) mendiskusikan definisi dari Dyer bahwa tim adalah
koleksi dari orang yang harus mempercayakan pada kerjasama kelompok jika setiap
anggota mampu melakasanakan tuga sengan baik dalam mencapai prestasi maupun
tujuan yang telah diteapkan, sedangkan kelompok tidak memiliki poin tersebut.

Tjiptono (2000) menawarkan sebuah definisi praktis dari tim dengan


memfokuskan dalam aktivitas khas dari teamwork. Teamwork memiliki arti bahwa
kita mengenali nilai dari para anggota dari tim di luar hanya mengerjakan pekerjaan
mereka, bahwa kita ingin mereka menjadi terlibat dalam strategi kita. Ini berarti
mendorong level kreativitas dan membuat keputusan lebih lanjut (dalam Aziz dkk,
2018).

Sarwono (2011) juga menjelaskan bahwa kerjasama merupakan bentuk


kelompok yang terdiri dari lebih dari seseorang yang melakukan tugas dengan
sejumlah peraturan dan prosedur. Bowo dan Andy (2007) menjelaskan bahwa dalam
pelaksanaan kerjasama harus tercapai keuntungan bersama. Pelaksanaan kerjasama
hanya dapat tercapai apabila diperoleh manfaat bersama bagi semua pihak yang
terlibat di dalamnya (win-win). Apabila satu pihak dirugikan dalam proses kerjasama,
maka kerjasama tidak lagi terpenuhi. Dalam upaya mencapai keuntungan atau
manfaat bersama dari kerjasama, perlu komunikasi yang baik antara semua pihak dan
pemahaman sama terhadap tujuan bersama

Menurut Tenner dan Detoro (1992) Team works is a group of individuals


working together to reacha common goal. Definisi kerjasama tim tersebut
6
menjelaskan bahwa kerjasama tim merupakan sekelompok orang-orang yang bekerja
bersama untuk mencapai tujuan yang sama dan tujuan tersebut akan lebih mudah
diperoleh dengan melakukan kerjasama tim daripada dilakukan sendiri (dalam Lakoy,
2015). Sedangkan Johlke (2002) yang menyatakan bahwa teamwork merupakan
perbuatan dua orang atau lebih yang bekerja sama ke arah tujuan umum, saling
membagi waktu, bakat, dan pengetahuan dan menggunakan metode yang cocok untuk
semua anggota tim.

2.2. Aspek-aspek Kerjasama Tim

Dejanaz (2006) mengemukakan beberapa aspek untuk meningkatkan


kemampuan teamwork yaitu (dalam Aziz dkk, 2018) yaitu sebuta tim harus memiliki
tujuan yang jelas, memahami tugas dan peran di dalam tim, saling percaya dan
mendukung, mampu berpartisipasi di dalam tim, bertanggungjawab terhadap tim.

Sedangkan Hitt (2002) mengutarakan karakteristik teamwork adalah sebagai


berikut:

a. Persetujuan umum dalam harapan tinggi untuk tim.


b. Suatu komitmen untuk tujuan umum.
c. Tanggung jawab diasumsikan untuk kerja yang harus dilakukan.
d. Jujur dan komunikasi terbuka.
e. Akses untuk informasi.
f. Iklim kepercayaan.
g. Perasaan umum bahwa seseorang dapat mempengaruhi apa yang terjadi.
h. Dukungan untuk keputusan yang telah dibuat.
i. Suatu pendekatan yang sama-sama untung untuk pengendalian konflik.
j. Suatu fokus pada proses seperti hasil.

Huszczo (dalam Aziz 2918), seperti Hitt sebelumnya, memberikan daftar


karakteristik yang lebih luas dan memiliki penjelasan yang lebih kritis yang dapat
membentuk dasar dari penilaian tim yang sistematis, yaitu:

7
a. Tujuan. Arah harus jelas dan berhubungan dengan organisasi paling luas.
Hal ini juga harus menjadi komitmen dari para anggota.
b. Bakat. Tim harus memiliki bakat dan keterampilan yang melengkapi untuk
tugas. Hal ini harus menjadi dorongan anggota untuk perkembangan
selanjutnya.
c. Tugas. Para anggota harus mengerti tugas mereka dalam keikutsertaan
untuk kesuksesan tim. Mereka harus memiliki komitmen terhadap tugas-
tugas tersebut dan kejelasan tentang kontribusi individu.
d. Pelaksanaan. Menjalankan pelaksanaan yang efektif dan berguna harus ada
di dalam tim. Pertemuan dan perencanaan harus efektif, dan para anggota
harus mengetahui bagaimana membuat keputusan, mengatasi masalah, dan
membagi serta menerima informasi sebagai sebuah tim.
e. Hubungan Interpersonal. Para anggota tim perlu untuk berhubungan baik
satu dengan yang lainnya, komunikasi dan memecahkan konflik. Mereka
harus saling mendukung satu sama lain. Mereka harus menunjukkan
perhatian sehingga level keterampilan semakin tinggi.
f. Penguatan. Sistem penguatan yang efektif dibutuhkan untuk peningkatan
teamwork. Pada level personal, apresiasi harus tegas, dan ini sangat penting
untuk pembentukan perilaku tim. Organisasi juga bertanggungjawab untuk
penguatan ini.
g. Hubungan external. Pembentukan hubungan external dengan lingkungan
external harus ada, dan ini harus juga harus menjadi hubungan yang sehat
dengan unit lain dalam organisasi itu sendiri. Tim juga perlu untuk
meninjau lingkungan tersebut untuk mengenali yang menyangkut ancaman
dan kesempatan.

2.3. Faktor-faktor Kerjasama Tim

Hackman (2000), mengemukakan beberapa faktor mempengaruhi teamwork


yaitu (dalam Aziz dkk, 2018):
a. Tujuan dan arah yang jelas

8
Tim butuh tujuan untuk memusatkan tujuan mereka dan mengevaluasi
kinerja mereka.

b. Pemimpin yang baik


Pemimpin dibutuhkan untuk mengatur hubugan internal dan eksternal dari
anggota tim dan untuk menghadapkan tim ke tujuan bersama.
c. Tugas yang sesuai
Tugas harus sesuai dan kompleks sehingga anggota tim memerlukan usaha
untuk mencapai target yang telah ditentukan tim.
d. Lingkungan yang saling mendukung
Lingkungan di dalam tim harus saling mendukung, dan anggota harus cukup
kuat dan berwibawa untuk mengizinkan anggota tim untuk membuat dan
melaksanakan keputusan bersama.
e. Bertanggung jawab
Setiap tim harus mampu menghadapi tantangan yang diberikan tim, sehingga
menjadikan semangat, kebanggaan bagi anggota tim dalam menyelesaikan
tugasnya.
f. Mampu berkomunikasi dengan baik
Setiap anggota tim harus mampu bekerjasama dengan anggota lainnya,
sehingga tidak terjadi munculnya miss komunikasi dengan anggota tim yang
lainnya.
g. Hubungan interpersonal
Para anggota tim perlu untuk berhubungan baik dengan satu dengan yang
lainnya, komunikasi dan memecahkan konflik. Mereka harus saling
mendukung, menunjukkan perhatian sehingga merasa menjadi satu keluarga
Dejanaz (2006) Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan sebuah tim atau
kelompok kerja merupakan (dalam Aziz dkk, 2018):
a. Tujuan yang jelas Kurang jelasnya
Tujuan dari suatu kumpulan kerja biasanya menjadi penyebab utama
kegagalan kelompok. Saat Tujuan kelompok dikatakan dengan jelas pada
masing-masing anggota, maka ada semangat untuk bergerak maju dan
9
keinginan untuk bertahan di waktu sulit, serta bagaimana menanggulangi
halangan-halangan.

b. Struktur tim atau kelompok kerja yang saling mendukung


Untuk menjangkau suatu struktur yang saling mendukung, orang yang
bertanggung jawab dalam menyusun tim/kelompok mesti membubuhkan
perhatian kepada faedah kelompok, peran anggota tim, tanggung jawab dan
tingkat keterampilan anggota, stabilitas dan besar kecilnya suatu kumpulan
serta peran kepemimpinan dalam tim/kelompok.
c. Dukungan yang kuat
Salah satu urusan yang dapat mengakibatkan kegagalan ialah kurangnya
dukungan secara organisasi terhadap anggota. Dukungan dalam format
pelatihan, pemantauan kerja dan diskusi secara rutin ialah bentuk dukungan
yang dibutuhkan dalam kondisi kerja kelompok. Dukungan laksana ini
memastikan bahwa masing-masing anggota bisa dengan bebas
mengeksplorasi kemampuannya dalam memajukan kumpulan secara
terkoordinasi, tanpa mengakibatkan hambatan-hambatan yang terlampau
berarti.
d. Hubungan internal yang positif
Banyak kendala serta kelemahan anggota dalam tim yang dapat
mengakibatkan ketegangan dalam hubungan dan hadir ke permukaan
sebagai perilaku yang buruk, kekurangpercayaan dan perebutan kekuasaan.
maka hubungan internal yang positif sangat mempengaruhi kefektifan suatu
tim
Berdasarkan factor-faktor yang memepengaruhi teamwork dari para ahli
diatas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi faktor dalam efektifitas teamwork
adalah tujan yang jelas, adanya hubungan saling mendukung antar anggota,
kemapuan komunikasi yang baik, serta tanggung jawab antar anggota.

3. Komunikasi

3.1. Definisi Komunikasi


10
Dalam Riswandi (2009), istilah komunikasi (bahasa inggris communication)
berasal dari Bahasa Latin communicatus atau communicatio atau communicare yang
memiliki arti berbagi atau menjadi milik bersama. Menurut Hovland dkk yang dikutip
oleh Djuarsa (2014) definisi komunikasi adalah: Suatu proses melalui seseorang
(komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan
tujuan mengubah atau membentuk prilaku orang lain.

Dalam buku karangannya yang berjudul “Dinamika Komunikasi”, Onong


Uchjana Effendy berpendapat bahwa pengertian komunikasi harus dilihat dari dua
sudut pandang, yaitu pengertian secara umum dan pengertian secara paradigmatik.
Pengertian komunikasi secara umum itupun harus juga dilihat dari dua segi, yaitu
pengertian komunikasi secara etimologis dan pengertian komunikasi secara
terminologis. Secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa Latin communicatio
yang bersumber dari kata communis yang berarti sama. Kata sama yang dimaksudkan
adalah sama makna. Jadi dalam pengertian ini, komunikasi berlangsung manakala
orang-orang yang terlibat di dalamnya memiliki kesamaan makna mengenai suatu hal
yang tengah dikomunikasikannya itu. Dengan kata lain, jika orang-orang yang terlibat
di dalamnya saling memahami apa yang dikomunikasikannya itu, maka hubungan
antara mereka bersifat komunikatif (dalam Nurhadi dan Kurniawan, 2017)

Sebaliknya, jika ada pihak yang tidak mengerti tentang suatu hal yang sedang
dikomunikasikan, berarti komunikasi tidak berjalan, dan hubungan antara orang-
orang tersebut tidak komunikatif. Pengertian secara terminologis, komunikasi adalah
proses penyampaian suatu pernyataan seseorang kepada orang lain. Pengertian ini
memberikan pemahaman kepada kita bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang
atau manusia, sehingga komunikasi seperti ini disebut sebagai Human
Communication atau komunikasi manusia (dalam Nurhadi dan Kurniawan, 2017).

3.2. Unsur-unsur Komunikasi

Menurut Riswandi (2009) dalam bukunya “Ilmu Komunikasi” menjelaskan


bahwa definisi komunikasi menurut Lasswell dapat diturunkan lima unsur
komunikasi yang saling bergantung satu sama lain, yaitu:
11
a. Sumber (source) Sering disebut sebagai pengirim (sender), penyandi (encoding),
komunikator, pembicara (speaker). Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau
mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi.
b. Pesan Yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan
merupakan seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang mewakili
perasaan, nilai, gagasan, atau maksud sumber tersebut. Pesan sebenarnya adalah
suatu hal yang sifatnya abstrak (konseptual, ideologis, dan idealistik).
c. Saluran atau media Yaitu alat yang digunakan sumber untuk menyampaikan
pesannya kepada penerima. Saluran dibagi menjadi dua yaitu langsung (tatap
muka) atau melalui media (cetak dan elektronik).
d. Penerima (receiver) Sering juga disebut sasaran/tujuan (destination), komunikan,
penyandi balik (decoder) atau khalayak, pendengar, penafsir, yaitu orang yang
menerima sumber.
e. Efek yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut.
Efek komunikasi ini berupa efek psikologis yang terdiri dari tiga hal:
1. Pengaruh kognitif
Dengan komunikasi, seseorang menjadi tahu tentang sesuatu. Komunikasi
berfungsi untuk memberikan informasi.
2. Pengaruh afektif
Dengan pesan yang disampaikan terjadi perubahan perasaan atau sikap.
3. Pengaruh konatif
Pengaruh yang berupa tingkah laku atau tindakan. Karena menerima pesan
dari komunikator atau penyampai pesan, komunikan bisa bertindak untuk
melakukan sesuatu

Mulyana (2010) mengatakan untuk terjadi proses komunikasi, minimal terdiri


dari tiga unsur utama menururt Model Aristoteles, yaitu:

a. Pengirim pesan / komunikator


b. Pesan
c. Penerima pesan / komunikan Tidak hanya tiga unsur diatas, proses
komunikasi membutuhkan lebih dari tiga unsur itu.
12
3.3. Jenis-jenis Komunikasi

Dalam buku Deddy Mulyana (2007) yang berjudul “Ilmu Komunikasi Suatu
Pengantar” menjelaskan empat macam komunikasi berdasarkan fungsi dari
komunikasi, yaitu:

1. Komunikasi sosial
Komunikasi sosial penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri,
untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari
tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang menghibur, dan
memupuk hubungan dengan orang lain.
2. Komunikasi ekspresif
Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun
dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk
menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan tersebut
terutama dikomunikasin melalui komunikasi nonverbal.
3. Komunikasi ritual
Komunikasi ritual dilakukan secara kolektif dan dalam bentuk yang menegaskan
kembali komitmen kepada tradisi keluarga, komunitas, suku, bangsa, negara,
ideologi, dan agama.
4. Komunikasi instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum, yaitu:
menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan,
mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan, dan menghibur.
Menurut Dedy Mulyana pada buku ”Ilmu komunikasi Suatu Pengantar “
terdapat beberapa tipe komunikasi yang disepakati oleh para pakar yaitu:
1. Komunikasi Intrapribadi yaitu komunikasi dengan diri sendiri, baik kita sadari
atau tidak.
2. Komunikasi Antarpribadi yaitu komunikasi antara orang-orang secara tatap
muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain
secara langsung, baik secara verbal atau nonverbal.
13
3. Komunikasi Kelompok yaitu sekumpulan orang yang mempunyai tujuan
bersama, yang berinteraksi satu sama lainnya untuk mencapai tujuan bersama,
mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari
kelompok tersebut.
4. Komunikasi Publik yaitu komunikasi antara seorang pembicara dengan
sejumlah besar orang (khalayak) yang tidak bisa dikenal satu persatu.
5. Komunikasi Organisasi yaitu kominikasi yang terjadi dalam suatu organisasi,
bersifat formal dan juga informal, dan berlangsung dalam suatu jaringan yang
lebih besar daripada komunikasi kelompok.
6. Komunikasi Massa (Mass Communication) yaitu komunikasi yang
menggunakan media massa, baik cetak atau elektronik.

14
BAB III
METODE DAN PENULISAN

1. Analisis

Kerja tim merupakan elemen penting dari setiap organisasi yang sukses dalam
industri yang sangat kompetitif. Tim yang dianggap sebagai unit, menjadi cara utama
untuk bekerja di dalam organisasi. Mereka dapat menghasilkan lebih banyak
keuntungan bagi organisasi daripada pekerja soliter (Rousseau, Aube, & Savoie,
2006). Fakta ini dicatat dengan baik, dan para profesional serta cendekiawan telah
mempelajari subjek secara luas dari berbagai perspektif (dalam Devece, 2015).

Devece (2015) menyebutkan ada beberapa kriteria untuk mengklasifikasikan


kemapuan kerja tim. Misalnya, Leggat (2007) membagi kompetensi kerja tim
menjadi empat dimensi: pengetahuan, keterampilan, motif dan sifat. Pengetahuan
adalah aspek penting dalam kerja tim dan tidak dapat dibatasi pada pengetahuan
teknis. Beberapa penulis telah melaporkan bahwa dasar untuk pengetahuan dibentuk
oleh pengetahuan tentang pengembangan proses tim, kesadaran diri, peran organisasi
anggota tim dan pengetahuan manajemen (Devine, 2002). Dimensi keterampilan
mencakup kepemimpinan, kemampuan untuk memengaruhi, pengambilan keputusan,
manajemen konflik, analisis data, negosiasi, perencanaan, manajemen waktu,
pemantauan dan evaluasi, dan berbagai bentuk komunikasi (misal komunikasi lisan
dan tertulis). Dimensi motif memperhitungkan motivasi pribadi untuk bekerja dengan
tim. Ini termasuk dukungan dari tujuan tim, berjuang untuk kinerja terbaik, berjuang
untuk pengakuan, komitmen terhadap profesi dan hasil yang berkualitas, komitmen
dengan kerja kolaboratif dan komitmen untuk proses interdisipliner. Sedangkan
dimensi sifat mencakup kepribadian, kepercayaan diri, pengalaman kerja tim,
toleransi stres, rasa hormat terhadap orang lain, sikap kooperatif dan perilaku asertif.

Kerja tim memiliki komponen sosial yang cukup besar, keterampilan


komunikasi memainkan peran yang cukup besar dalam rapat tim. Fitur dasar kerja tim
seperti penetapan tujuan, pemecahan masalah, resolusi konflik, dan sejenisnya tidak
15
dapat dicapai tanpa keterampilan komunikasi individu yang terlatih dengan baik
(Device, 2015).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Devece (2015) mengenai hubungan


antara kemapuan komunikasi dengan kompetensi-kompetensi dalam kerja tim
menghasilkan temuan yang menunjukkan bahwa keterampilan komunikasi,
didefinisikan secara luas, merupakan faktor penentu untuk pertemuan kerja tim yang
sukses. Selain itu, keterampilan komunikasi sangat berkorelasi dengan keterampilan
kerja tim individu. Keterampilan kerja tim individu adalah keterampilan dasar untuk
pertemuan kerja tim yang sukses.

Selain itu hasil penelitian yang dilakukan oleh Mohanty dkk (2018)
menyatakan bahwa komunikasi sangat penting untuk keberhasilan dan efektivitas
organisasi. Komunikasi bukan hanya salah satu bagian terpenting dalam kehidupan
orang, tetapi dalam konteks kelompok khususnya sangat terkait dengan dinamika
kelompok yang memengaruhi cara kerja kelompok. Komunikasi bersama dengan
dinamika kelompok memainkan peran penting dalam efektivitas kerja tim terkait
organisasi. Pemimpin perlu mengenali komunikasi anggota dan dinamika kelompok
sebagai strategi dan harus belajar memanfaatkan kemampuannya dalam
memaksimalkan usaha tim. Dengan demikian, komunikasi anggota harus memainkan
peran strategis dalam suatu organisasi agar dapat bekerja secara efektif.

Leterenza dkk (2018) mengatakan bahwa kerja tim yang efektif


memungkinkan tim untuk menghasilkan hasil yang lebih besar daripada jumlah
kontribusi anggota individu (Stagl, Shawn Burke, & Pierce, 2006) dan didorong oleh
proses tim (yaitu, “tindakan saling tergantung yang mengubah input menjadi hasil
melalui kognitif, verbal, dan kegiatan perilaku yang diarahkan pada pengorganisasian
tugas kerja untuk mencapai tujuan kolektif "; Marks, Mathieu, & Zaccaro, 2001) dan
keadaan yang muncul (yaitu sifat dinamis tim yang bervariasi tergantung pada
berbagai faktor), yang keduanya membutuhkan tugas dan kompetensi tim. Sementara
kompetensi tugas kerja adalah KSA yaitu knowledge (pengetahuan), Skill
(keterampilan), dan attitude (sikap) yang diperlukan untuk mencapai kinerja tugas

16
individu, kompetensi tim adalah KSA yang penting bagi anggota tim untuk saling
berhubungan secara efektif satu sama lain secara efektif dan sedemikian rupa
sehingga mengarah ke hasil positif berbasis tim (Salas, Rosen, Burke, & Goodwin,
2009). Dengan demikian, selain menunjukkan keahlian tingkat individu (missal
Kompetensi tugas kerja), anggota tim juga harus menampilkan keahlian dalam kerja
tim (yaitu, kompetensi tim). Terdapat domain kompetensi tim yang luas. Sementara
Salas dan rekan (2009) memberikan daftar umum kompetensi yang relevan untuk tim
di seluruh domain (lihat Gambar 1 untuk subset kompetensi ini), yang dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga kategori besar (yaitu, sikap, perilaku, dan kognisi).

Komunikasi adalah faktor penting dalam pencapaian semua tujuan organisasi.


Seperti yang dijesakan oleh Blom (2000) biasanya percakapan memiliki lebih banyak
singkatan dan menganggap bahwa siapa pun dapat memahami dan mengikutinya
dengan tepat. Organisasi-organisasi yang mebuat mereka berbeda adalah ketika
mereka sangat menyadari struktur mereka dan mereka tahu tentang efektivitas
komunikasi (Muller, Bezuidenhout & Jooste 2006: 299; Trenholm 2011).

Menurut (Communicationtheory.org, 2010), komunikasi dalam organisasi


terjadi pada tiga tingkat yaitu antarpribadi (internal), antara kelompok dan pada

17
tingkat organisasi dan juga terjadi dalam tiga bentuk utama, verbal, non-verbal dan
tertulis (Ober, 2001). Demikian pula, arah dan aliran komunikasi mungkin top-down,
bottom-up dan horizontal atau lateral tergantung pada struktur hierarkis dalam
organisasi (Postmes, 2003). Komunikasi ke bawah adalah tentang komunikasi
pengawas ke bawahan sedangkan komunikasi ke atas melibatkan komunikasi dari
bawahan ke pengawas dan komunikasi horizontal atau lateral adalah tentang
komunikasi antara kelompok teman sebaya. Komunikasi antara departemen yang
berbeda disebut sebagai komunikasi cross-channel (Ober, 2001).

Komunikasi internal biasanya tergantung pada perilaku organisasi. Menurut


Thomson & Hecker (2000) organisasi mampu memaksimalkan keterampilan mereka
untuk mencapai kemajuan melalui anggota mereka, tetapi mereka umumnya gagal
karena kurangnya komunikasi yang efektif. Di sisi lain Croft & Dalton (2003) juga
menyebutkan bahwa organisasi dapat mencapai tujuannya dengan bantuan
komunikasi internal yang efektif. Untuk membangun ikatan yang kuat antar
anggotanya diperlukan untuk mendengarkan kemudian dan berkomunikasi dengan
benar. Artinya untuk komunikasi yang efektif diperlukan komunikasi dengan cara
direct, bukan sebagai komunikasi satu arah yang vertical (dalam Sadiah dkk, 2016).

2. Pembahasan

Griffith (2002) mengatakan kemampuan dalam berkomunikasi merupakan


salah satu faktor yang dapat menentukan baik-buruknya kerjasama tim didalam
organisasi. Kemampuan komunikasi seseorang dalam organisasi diperlukan dalam
setiap kondisi misalnya pada saat mempersiapkan sebuah presentasi bisnis,
menyampaikan ide-ide atau gagasan dalam suatu rapat, negosiasi bisnis, melatih tim,
membangun sebuah tim kerja, dan dalam setiap aktivitas organisasi. Melihat
pentingnya komunikasi dalam tim, efektivitas komunikasi akan sangat menentukan
kesuksesan organisasi baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Proses terjadinya komunikasi diawali oleh komunikator yang ingin


menyampaikan informasi, ide maupun gagasannya kepada komunikan. Komunikator
dapat menyampaikan informasi, ide maupun gaga san tersebun secara langsung
18
maupun dengan mengguakan media. Penggunaan media ini harus diperhatikan karena
penggunaan media dalam menyampaikan pesan tersebut dapat megalami gangguan
yang dapat menghambat tersampaikannya pesan tersebut. Nurrohim dan Anantan
(2009) menyebutkan bahwa gangguan dalam komunikasi ini dapat berupa factor
pribadi (prasangka, lamunan, perasaan tidak cakap) dan pengacau indra (suara yang
terlalu keras atau lemah, bau menyengat, udara panas). Situasi juga dapat
mempengaruhi jalannya komunikasi karena situasi dapat mempengaruhi perilaku
pihak yang berkomunikasi sehingga pada waktu berkomunikasi dengan pihak lain
tidak hanya harus mempertimbangkan isi dan cara penyampaian, tetapi juga situasi
ketika komunikasi akan disampaikan.

Setelah itu pihak yang menerima pesan (receiver) harus dapat menafsirkan
dan menerjemahkan pesan yang diterima. Penafsiran pesan mengkin akan sama atau
berbeda dengan pengirim pesan. Jika penafsiran sama, maka penafsiran dan
penerjemahan penerima benar dan maksud pengirim tercapai. Jika penafsiran berbeda
maka penafsiran dan penerjemahan salah dan maksud tidak tercapai. Penafsiran pesan
ini sangat dipengaruhi oleh ingatan dan mutu serta kedekatan hubungan antara
pengirim dan penerima (Nurrohim dan Anantan, 2009). Oleh sebab itu kita perlu
memeperhatikan beebrahal yang dapat menghambat proses komunikasi.

2.1. Hal-hal yang Perlu Dierhatikan Dalam Komunikasi

2.1.1. Nada Bicara dan Bahasa Tubuh

Dalam berbicara, kita harus memperhatikan nada bicara kita. Nada yang kita
gunakan dalam menyampaikan pesan memengaruhi maknanya. Sebagai contoh, saat
kita bertanya dengan kata-kata, "Saya pikir saya sudah bilang ..." mungkin tidak
berbahaya jika kata-kata itu diucapkan dengan nada santai atau infleksi suara yang
netral, dan disampaikan dengan jarak atau waktu yang sama pada setiap kata. Di
sisilain ketika kata-kata tersebut diucapkan menggunakan nada tidak sabar, marah,
atau dingin, dengan penekanan pada kata tertentu, atau dengan variasi jarak waktu,
dapat sangat mengubah makna dan implikasi dari kata-kata yang harus diikuti.

19
Sementara itu, dalam Patel (2014) menjelaskan berbagai penelitian yang
dilakukan pada peran bahasa tubuh dan telah dijelaskan bahwa selama komunikasi
hanya 7% dari informasi yang disampaikan manusia kepada orang lain adalah dalam
bahasa yang digunakan, 38% dalam cara orang berbicara — kualitas suara, aksen,
proyeksi suara, penekanan, ekspresi, kecepatan, volume, nada, dll dan 55% melalui
bahasa tubuh — postur, posisi, kontak mata, ekspresi wajah, gerakan kepala dan
tubuh, gerakan, sentuhan, dll.

Berikut merupakan gambar yang menjelaskan apa saja yang menajdi bagian
dari bahasa tubuh (dalam Patel, 2014):

Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa, gerakan atau posisi tubuh, gerakan
tangan, ekspresi wajah, dan kontak mata (atau kurangnya kontak mata), cara
berbicara, kontak tubuh, kedekatan dengan lawan bicara menjadi tanda baca manusia
yang darinya orang yang menerima pesan mengumpulkan informasi penting. Dalam
banyak kasus, orang itu akan mengingat bagaimana, kapan, di mana, mengapa, dan

20
dari siapa pesan itu disampaikan dengan kejelasan yang lebih besar daripada konten
yang sebenarnya.

2.1.2. Hambatan Dalam Komunikasi dan Cara Mengatasinya

Dalam berbicara, kita sering melakukan beberapa hal yang tanpa kita sadari
bahwa hal tersebut merupakan hambatan yang nyata untuk kita dalam berkomunikasi
dengan orang laian. Hal-hal tersebut antara lain:

1. Membaca pikiran. Jangan pernah berasumsi Anda tahu apa yang dipikirkan
orang lain. Meminta. Lebih spesifik. Orang-orang yang sering bekerja sama
sering dapat menebak dengan akurat sebanyak 90%, tetapi kesalahpahaman
bahkan 10% sudah cukup untuk menghancurkan tim.
2. Menyimpan gangguan dan keluhan. Lebih baik mengungkapkan gangguan
atau kekhawatiran kecil karena itu terjadi daripada menyimpan dan
"membuang atau mengungkapkan" semuanya sekaligus. Meskipun insiden
awal mungkin kecil, membiarkan frustrasi menumpuk dapat menyebabkan
argumen besar, dan bahkan menggagalkan proyek atau merusak kemitraan.
3. Menahan informasi negatif yang relevan. Kadang-kadang orang tidak
berbicara tentang topik penting karena mereka takut membuat gelombang atau
mengecewakan karyawan atau manajer. Ini seringkali secara tidak sengaja
mengarah pada penipuan dan manipulasi, yang pada gilirannya memperbesar
situasi yang sudah tidak stabil. Manajer yang baik memecahkan masalah
dengan cara tercepat dan paling tidak mengganggu. Semakin cepat masalah
ada "di atas meja," semakin cepat itu dapat diselesaikan, dan semakin cepat
setiap orang dapat kembali menjadi produktif.
4. Menggunakan celaan, jenis humor tertentu dan perilaku tidak sopan lainnya.
Dalam argumen atau ketidaksepakatan, tetap pada intinya. Berfokuslah pada
situasi saat ini dan jangan pernah "melewati batas." Dalam setiap interaksi,
ada dua pesan. Pesan pertama dan paling jelas adalah isinya sendiri. Ini adalah
fakta, tujuan, dan topik yang dihadapi. Pesan kedua dan lebih kuat adalah cara
di mana konten dikirimkan. Di sinilah bahaya mengintai. Gaya komunikasi

21
seseorang dapat menyebabkan lebih banyak kerusakan pada anggota tim dan
organisasi daripada isi pesan yang sebenarnya. Anda tidak ragu mendengar
perkataan seperti, "Bukan apa yang Anda katakan, tetapi bagaimana Anda
mengatakannya," atau "Berpikirlah sebelum berbicara." Ini mungkin ucapan
lama, tetapi tetap digunakan untuk alasan yang baik: mereka relevan.

Selain 4 hambatan yang sudah dijelaskan diatas, terdapat banyak hambatan


lain, misalnya budaya dan latar belakang (dalam Kumbakonam, 2016). Menjelaskan
komunikasi dengan orang-orang dari budaya dan latar belakang yang berbeda berarti
menjadi sadar akan perbedaan dalam nilai, kepercayaan, dan sikap yang dipegang
orang. Simpati penting untuk mengatasi hambatan komunikasi yang didasarkan pada
budaya. Empati berarti merasakan perasaan dan sikap orang lain seolah-olah kita
telah mengalaminya secara pribadi.

Kumbakonam (2016) juga menjelaskan tidak semua hambatan komunikasi


disebabkan oleh individu. Ada banyak faktor lingkungan yang mempengaruhi proses
komunikasi yang efektif. Pesan dapat diblokir oleh faktor lingkungan, seperti
pengaturan fisik atau situasi di mana komunikasi terjadi.

Dalam Mittal (2018), dijelaskan lima langkah mengatasi hambatan


komunikasi, yaitu:

1. Komunikator harus merencanakan pesannya dengan mengingat latar


belakang budaya, sosial, geografis dan pendidikan dari penerima.
2. Komunikator harus menciptakan suasana persahabatan dan rasa saling
percaya melalui penggunaan bahasa yang sopan dan gerakan yang baik.
3. Komunikator harus mempertimbangkan ‘apa yang harus disampaikan’,
‘tempat menyampaikan’ dan ‘kapan harus menyampaikan’.
4. Komunikatorharus memperhatikan interaksi tatap muka serta memperkuat
kata-katanya dengan tindakan.
5. Pesan yang akan dikomunikasikan harus jelas. Kesederhanaan bahasa
akan memastikan kejelasan pesan. Pengirim hanya boleh menggunakan

22
kata denotatif. Konotasi menyarankan beberapa makna tambahan dan
dapat membuat kebingungan dalam pikiran penerima.
2.2. Menciptakan Komunikasi Yang Ffektif

Terdapat beberapa cara yang apat kita gunakan dalam menciptakan


komunikasi yang efektif. Grave (2017) dalam bukunya The Management
and Employee Development Review: Competitive Advantage through Transformative
Teamwork and  Evolved Mindsets menyebutkan tujuh cara dalam melakukan
komunikasi yang efektif, yaitu:

1. Jagalah agar pesan Anda tetap jelas dan konsisten. Waspadai perasaan yang
sesuai dengan isi perkataan Anda. Pastikan bahwa apa yang Anda katakan,
bagaimana Anda mengatakannya, dan bahasa tubuh Anda semua
menyampaikan pesan yang sama. Kata-kata Anda mungkin bohong, tetapi
bahasa tubuh Anda akan selalu mengatakan yang sebenarnya.
2. Gunakan kata-kata, metafora, dan analogi orang lain. Seperti halnya perilaku,
bahasa mengikuti pola redundansi, dan orang cenderung menggunakan kata-
kata yang sama berulang kali. Dengarkan penggunaan kata-kata mereka
seolah-olah itu bahasa asing, karena memang sering. Selain itu, orang sering
menggunakan metafora dan analogi untuk menggambarkan peristiwa
(misalnya, "itu home run" atau "kami menjatuhkan bola pada yang itu").
Dengarkan pergantian frasa ini, dan begitu Anda telah menemukan tema
umum, ingatlah. Kemudian, cukup terjemahkan pesan Anda dalam bahasa
metafora penerima dan kirimkan kembali kepada mereka. Misalnya, Anda
mungkin bertanya, "Pelajaran spesifik apa yang dapat kita pelajari dari 'home
run' ini yang dapat kita terapkan pada klien atau pelanggan lain?" atau
"Langkah apa yang mungkin kita ambil selanjutnya sehingga kita tidak
'jatuhkan bola' dengan klien itu?" Dengan memanfaatkan teknik ini, penerima
tidak perlu menguraikan metafora Anda, hanya satu informasi baru yang
tersimpan di dalamnya.
3. Perhatikan dan dengarkan baik-baik. Fokus pada orang lain dan luangkan
waktu untuk memahami apa yang dia katakan. Ketika berbicara tentang
23
mendengarkan, lakukan dengan lambat dan Anda akan mencapai lebih banyak
— yaitu, Anda akan berhasil lebih cepat. Ajukan pertanyaan, dengarkan
dengan cermat, dan amati orang yang Anda ajak berkomunikasi. Kedua pihak
dalam percakapan harus sangat spesifik. Jika Anda tidak mengerti satu kata
pun, minta orang lain untuk mendefinisikannya. Jika seseorang menggunakan
frasa yang tidak jelas, tanyakan secara spesifik. Misalnya, jika pengawas
(supervisor) Anda mengatakan, "Saya ingin Anda menjadi lebih profesional,"
minta klarifikasi kata "profesional." Minta contoh. Di sisi lain, ketika
memberikan contoh, berbicara kepada perilaku atau tindakan tertentu yang
telah Anda lihat, dan / atau pernyataan yang telah Anda dengar sendiri. Ini
bisa diukur dan tepat.
4. Kembangkan kepercayaan. Selama diskusi, kedua pihak harus memiliki motif
konstruktif. Saat Anda mengirim pesan, Anda harus terlebih dahulu
berkomunikasi dengan penerima bahwa Anda dapat dipercaya dan benar-
benar tertarik untuk membantu. Di sisi lain, ketika Anda berada di pihak
penerima, Anda harus menunjukkan bahwa Anda hadir dan secara aktif
mendengarkan. Hindari multitasking.
5. Biarkan orang tahu bahwa Anda memahami sudut pandang mereka. Namun,
sadari bahwa memahami sudut pandang tertentu tidak harus berarti Anda
menyetujuinya. Banyak argumen terdiri dari dua orang yang merasa
disalahpahami mencoba menyampaikan pendapat mereka kepada orang lain
berulang kali. Ini dapat dengan cepat berubah menjadi argumen melingkar.
6. Bicaralah untuk diri sendiri. Anda dapat melakukan ini dengan menggunakan
pernyataan "Saya" daripada pernyataan "Anda". Lebih mudah untuk
berkomunikasi dengan orang yang mengatakan, "Saya merasa benar-benar
kesal dengan bagaimana pertemuan ini berlangsung" daripada dengan orang
yang mengatakan, "Anda selalu lepas kendali dan berteriak pada saya setiap
kali saya mencoba untuk memberi tahu Anda sesuatu yang bertentangan
dengan Anda sudut pandang." Pernyataan "Anda" seperti menunjuk dengan
jari, dan sering kali mendorong orang untuk merespons dengan sikap defensif
dan bermusuhan. Akibatnya, penerima kemungkinan akan mati, menjadi
24
defensif sebagai imbalan, dan tidak berkontribusi di masa depan. Atau lebih
buruk lagi, mereka akan secara terbuka atau diam-diam pergi ke bawah tanah
dan menyabotase rencana terbaik tim.
7. Jangan memonopoli. Biarkan orang lain mengatakannya. Saya akan
melangkah lebih jauh dan menyarankan Anda untuk mendorong orang lain
untuk mengekspresikan pendapat atau ide mereka. Seringkali orang-orang
berhenti mendengarkan apa yang dikatakan, dan direduksi menjadi bergumam
"uh-huh", atau, di ujung lain spektrum, sering menyela untuk menyampaikan
maksud mereka. Manajer yang secara teratur memamerkan pengetahuan
superior dengan karyawan mereka akan mendapatkan hasil jangka pendek,
tetapi akan dibenci dan, pada akhirnya, akan memiliki tim yang lebih lemah
dan terlalu tergantung. Jika Anda mendengar diri Anda berkata, "Tidak
bisakah orang di sekitar sini, membuat keputusan selain saya?" hasil itu
kemungkinan karena Anda telah melatih mereka untuk tutup mulut dan
mengikuti perintah. Jika Anda ingin meningkatkan organisasi dan karier
Anda, Anda sebaiknya mendorong mereka untuk membuka dan membagikan
ide-ide mereka. Mereka mungkin awalnya tidak mempercayai Anda, tetapi
jika Anda konsisten dan jujur dengan mereka tentang kecenderungan masa
lalu Anda untuk "memonopoli", mereka perlahan-lahan akan menjadi aset
yang Anda “pekerjakan”.

Ruben dan Kealey (1979) juga menjelasakan tujuh cara dalam melakukan
komunikasi yang efektif, yaitu:

1. Tampilkan Rasa Hormat. Kemampuan untuk mengungkapkan rasa hormat dan


penghargaan positif terhadap orang lain telah disarankan sebagai komponen
penting dalam reiasi interpersonal dan antar budaya yang efektif oleh
sejumlah orang (misal, Carkhuff, 1969; Arensberg & Niehoff, 1971). Ekspresi
rasa hormat diharapkan dapat memberikan suasana kepada penerima,
berkontribusi pada harga dirinya, dan dengan demikian menumbuhkan
penghargaan positif terhadap sumber rasa hormat yang dikomunikasikan,
meningkatkan kemungkinan hubungan lintas budaya yang menguntungkan.
25
2. Sikap dalam berinteraksi. Kemampuan untuk menanggapi orang lain dengan
cara deskriptif, tidak memaksakan nilai, tidak menghakimi, dan tidak
argumentatif sering dicatat berhubungan positif dengan fungsi antarpribadi
lintas budaya yang efektif (Arensberg & Niehoff, 197 1; Barna, 1972; Brislin
& Pederson, 1976; Gudykunst et al., 1977). Gaya respons yang tidak
menghakimi, memperhatikan, dipahami berkontribusi dalam menunjukkan
kepedulian terhadap orang lain. Selain meningkatkan rasa hormat penerima
terhadap sumber pesan yang tidak bernilai, orientasi semacam itu juga dapat
meningkatkan kesetiaan dalam transmisi informasi.
3. Orientasi ke Pengetahuan. Orang yang berbeda menjelaskan diri mereka
sendiri dan dunia di sekitar mereka dalam istilah yang berbeda. Beberapa
orang cenderung berasumsi bahwa pengetahuan, nilai, dan persepsi mereka
sendiri berlaku untuk semua orang. Agaknya, semakin sedikit seseorang
memahami dan mengakui bahwa pengetahuan itu sifatnya individual, semakin
sulit dia menyesuaikan diri dengan orang lain dalam budaya lain, yang
pandangannya tentang apa yang "sebenarnya (true)" atau "benar (right)"
cenderung sangat berbeda dari miliknya sendiri. Sehingga kita harus
menyadari adanya perbedaan persepsi dan memnimalisir terjadinya perbedaan
persepsi tersebut. Pentingnya dimensi ini diakui dalam tulisan sejumlah
penulis (misal., Adler, 1974; Bama, 1972, Bochner, 1974; dan Gudykunst et
al., 1977).
4. Empati. Kapasitas untuk "menempatkan diri pada posisi orang lain" - atau
untuk berperilaku seolah-olah orang bisa” -sering disarankan sebagai hal
penting untuk pengembangan dan pemeliharaan hubungan manusia yang
positif (misalnya, CIeveiand dkk., 1960; Gudykunst et al., 1977).
5. Peran perilaku individu dalam berbagai peran dalam ranah antarpersona.
Perilaku yang melibatkan harmonisasi, mediasi, mengontrol situasi, upaya
untuk tidak memihak, kompromi, dll., Berfungsi dalam hal aktivitas sosio-
emosional atau membangun hubungan dalam suatu kelompok. Perlawanan
ekstrem terhadap gagasan orang lain; kembali ke masalah dan sudut pandang
yang sebelumnya ditindaklanjuti / atau diberhentikan oleh kelompok yang
26
berusaha menarik perhatian pada diri sendiri; berusaha untuk
memproyeksikan citra pribadi yang sangat positif dengan menunjukkan
prestasi, kualifikasi profesional, dll.; dan mencoba memanipulasi kelompok
yang menegaskan otoritas, merupakan tindakan yang dapat menghambat
hubungan yang positif. Kapasitas untuk melakukan fleksibilitas baik dalam
tugas maupun peran sosioemosional - sambil menghindari perilaku
disfungsional - juga telah disarankan untuk efektivitas komunikasi
(Gudykunst et al., 1977; Guthrie & Zetrick, 1967; Samovar & Porter, 1976).
6. Manajemen interaksi. Penelitian menunjukkan bahwa orang berbeda dalam
cara mereka "mengelola" (atau gagal mengelola) interaksi di mana mereka
menjadi bagian, dan perbedaan ini memiliki konsekuensi sosial yang penting
(Wiernan, 1976). Manajemen interaksi yang efektif ditampilkan melalui
bergiliran dalam diskusi, dan memulai dan mengakhiri interaksi berdasarkan
penilaian yang akurat atas kebutuhan dan keinginan orang lain.
7. Toleransi pada ambiguitas. Kemampuan untuk bereaksi terhadap situasi baru
dan ambigu dengan ketidaknyamanan telah lama dianggap sebagai aset
penting ketika menyesuaikan diri (misal., Aitken, 1973; Guthrie & Zetrick,
1967). Ketidaknyamanan yang berlebihan akibat ditempatkan di lingkungan
baru atau berbeda - atau dari lingkungan yang akrab menyebabkan
kebingungan, frustrasi dan permusuhan antarpribadi. Beberapa orang tampak
lebih mampu daripada yang lain untuk beradaptasi dengan baik di lingkungan
baru dan cepat menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan lingkungan.
Agaknya keterampilan semacam itu bisa menjadi sangat penting untuk
keberhasilan adaptasi lintas budaya, di mana perubahan dan hal baru mungkin
satu-satunya konstanta.

Saifullah (2007) menjelasankan bahwa hal yang perlu dipahami dalam


melakukan proses komunikasi yang paling penting adalah:

1. Pesan atau informasi itu disampaikan apa adanya, jujur, dan terbuka agar
komunikan dapat memberikan respons yang lengkap, sehingga komunikator

27
akan mengambil keputusan untuk memberikan respons yang tepat dan
lengkap pula.
2. Berikan waktu seluas-luasnya kepada komunikan untuk menyampaikan
pendapatnya. Jangan sekali-kali memotong pembicaraan seseorang sebelum ia
selesai mengungkapkan pendapatnya.
3. Fokuskan perhatian dan perasaan pada tema pembicaraan. Hindarkan sikap
acuh tak acuh, menyepelekan orang, dan menganggap rendah komunikan.
4. Tumbuhkan saling percaya dan saling bergantung, bahwa kita orang baik dan
dia juga orang baik.
5. Perhatikan perilaku nonverbal, seperti tatapan mata yang menyenangkan,
senyuman, mimik muka yang bersahabat

28
BAB IV

PENUTUP

1. Keimpulan

Dalam organisasi kerja tim merupakan elemen penting dalam industri yang
sangat kompetitif. Tim yang dianggap sebagai unit, menjadi cara utama untuk bekerja
di dalam organisasi. Mereka dapat menghasilkan lebih banyak keuntungan bagi
organisasi daripada pekerja soliter (Rousseau, Aube, & Savoie, 2006).

Kerjasama tim yang efektif memerlukan beberapa kompetensi yaitu yang


berdasarkan sikap (attitude), keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge).
Kompetensi berdasarkan sikap terdiri dari keterpaduan, komitmen, kepercayaan, dan
rasa aman. Kompetensi berdasarkan keterapilan terdiri dari koordinasi, komunikasi,
penyelesaian konflik dan kepemimpinan. Sedangankan kompetensi berdasarkan
penegtahuan meliputi kesadaran terhadap situasi, system memori transaktif dan
model mental bersama. Kumunikasi merupakan salah saatu faktor yang
mempengaruhi keefektifan sebuah kerja tim. Dalam mencapai tujuannya, jerjatim
memerlukan bantuan komunikasi internal yang efektif. Dalam membangun ikatan
yang kuat antar anggotanya diperlukan untuk mendengarkan kemudian dan
berkomunikasi dengan benar.

Dalam berkomunikasi kita harus memperhatikan nada bicara karena dengan


kalimat yang sama namun denga nada bicara yang berbeda, dapat menghasilkan
pesan yang berbeda pula. Beberapa kendala yang sering kita dahadapi dalam
berkomunikasi adalah merasa memehami pikiran orang lain, tidak berani
mengungkapkan apa yang dirasakan, enggan mengungkapkan informasi yang
negative serta menggunkan celaan, humor yang tidak sesuai dengan konteks dan
perilaku tidak sopan lainnya.
29
Cara komunikasi yang efektif adalah konsisten dalam menyampaikan pesana,
memilih kata-kata yang tepat, perhatian lawan bicara anda, menunjukkan sikap saling
percaya, memahami sudut pandang orang lain, berorientasi pada diri sendiri, tidak
memonopoli, empati, menunjukkan sikap saling menghormati tidak memaksakan
kehendak serta memperhatikan perilaku-perilaku nonverbal.

2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan yaitu saran praktis dan saran bagi
menelitian selanjutnya. Saran praktis yang dimaksud yaitu komunikasi dilakukan oleh
seseorang kepada orang lain tidak hanya komunikator yang harus mengatur cara
bicaranya sedemikian pula, namun komunikan juga harus dapat mnghormati
komunikator agar terciptanya hubungan interpersonal yang efektif sehingga dapat
meminimalisir terjadinya kesalahan dalam proses penyampaian informasi.
Sedangkan saran untuk peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti
mengani komunikasi efektif dapat menyempurnakan penelitian ini dengan
menambahkan hasil penelitian empiris untuk semakin menyempurnakan teori yang
sudah ada.

30
DAFTAR PUSTAKA

Anselm Strauss,Juliet Corbin. 2009. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, Pustaka


Pelajar: Yogyakarta

Aziz, Abdul dkk. (2018). Pelatihan Komunikasi Interpersonal Untuk Meningkatkan


Teamwork Karyawanpada Pt.X. Al-Qalb: JIlid 10, Edisi 1

Devence, C dkk. (2015). Linking the Development of Teamwork and Communication


Skills in Higher Education. Springer Internationa Publishing: Manchester

Dyer, W.G. (2001). Teamwork: Curent Issues and New Alternative, New York:
Addison-Wesley Series on Organization Develovement.

Embun, B. (2012). Banjir Embun. Retrieved from Penelitian Kepustakaan:


http://banjirembun.blogspot.co.id/2012/04/penelitian-kepustakaan.html diakses
pada 12 Juni 2020.

Faisal, Sanapiah. (2008). Format – format Penelitian Sosial. Rajawali Pers: Jakarta

Fencies, Young. (2003). Employeeorganization linkages: The psychology of


Teamwork, absenteeism, and turnover. AcademicPress: New York

Graves, K. (2017). The Management and Employee Development review. CRC


Press: U.S.

Griffith, D.A., 2002. The role of communicayion competencies in international


business relationship development. Journal of World Business, 37 (4), 256-
265.

Hameed, A., & Wahee, A. (2011). Employee Development and Its Affect on
Employee Performance A Conceptual Framework. International Journal of
31
Business and Social Science. Vol. 2, 224-229.

Handayaningrat, Soewarno. (1994). Azas-azas Organisasi Manajemen. Mas Agung:


Jakarta

Hardjati, S., & Febrianita, R. (2019). The Power of Interpersonal Communication


Skill in Enhancing Service Provision. Journal of Social Science Research. Vol
14, ISSN: 2321-1091

Hardjito, Dydiet. (1997). Teori Organisasi dan Teknik Pengorganisasian Edisi: I.


RajaGrafindo: Jakarta

Hasibuan, Malayu S.P. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara:
Jakarta.

Henderson, Molloy. (2001). Implementation of the Teamwork Skills Inventory


Among Adolescens, Tesistidak diterbitkan, Arizona State University, 2010

Hit. (1998). An introduction to industrial and organizational psychology (6th ed). Mc.
Millan Publishing Company: New York

Jhonsons. (2000). The measurement of organizationalTeamwork.Journal of


Vocational Beahvior, Vol.14: 224 247

Johlke & Duhan. (2002). Antecendent to boundary-spanner. Perceived organizational


support. Journal of Managerial Psychology, 166-128.

Juli, Thomas. (2011). Leadership Principles for Project Success. Boca Raton: CRC
Press

Kumbakonam, U. R. (2016). Communication Barriers. Journal of English Language


and Literature. Vol. 3, Spl.Issue 2, 74-76.

Lakoy, A. C. (2015). The Effect Of Communication, Teamwork, And Creativity On


The Employees Performance In Hotel Aryaduta Manado. EMBA: Vol.3 No.2,
981-991
32
Leterenza, C.N., dkk. (2018). Team Development Interventions: Evidence-Based
Approaches for Improving Teamwork. American Psychological Association
Vol. 73, No. 4, 517–531

Levi. (2001). Komunikasi & public relations. Pustaka Setia: Bandung

Mittal, S. (2018). Barriers to Communication. International Journal of Advanced


Research and Development. Vol. 3, Issue 1, 243-245

Mohanty, Ashish dkk (2018). The Impact of Communication and Group Dynamics
on Teamwork Effectiveness: The Case of Service Sector Organisations.
Academy of Strategic Management Journal Vol 17 No 4, 1-14

Mueller, BH & Lee, J. (2002). Leader-member exchange and organizational


communication satisfaction in multiple contexts. Journal of Business
Communication 39(2):220-244.

Mulyana, Deddy. (2007). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Remaja Rosdakarya:


Bandung

Nurhadi, Zikri F. & Kurnawan, Achmad W. (2017). Kajian Tentang Efektivitas Pesan
Dalam Komunikasi. Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian Vol.3
No.1

Nurrohim, Hassa. & Anatan, Lina. (2009). Efektivitas Komunikasi Dalam Organisasi.
Jurnal Manajemen 7(4): 1-9

Okoro, E., Washington, M., & Thomas, O. (2017). The Impact of Interpersonal
Communication Skills on Organizational Effectiveness and Social Self-
Efficacy: A Synthesis. International Journal of Language and Linguistics. Vol
4,(3), ISSN 2374-8850.

Patel, D. S. (2014). Body Language: An Effective Communication Tool. The IUP


Journal of English Studies. Vol. IX, No. 2, 90-95.

33
Ponomo, Eddy (2006). Pengaruh Kreativitas Dan Kerjasama Tim Terhadap Kinerja
Manajer Pada Pt. Jesslyn K Cakes Indonesia Cabang Surabaya. Jurnal Ilmu-
ilmu Ekonomi: Vol.6 No.2, 102-108

Rifa’i, H.M., & Fadli, M. (2013). Menejemen Organisasi. Cipta pustaka: Bandung

Riswandi, 2009 : Ilmu komunikasi. Graha Ilmu: Jakarta

Robbins, Stephen P. (1985). Organization Theory: Structure, Design and


Applications. Prentice Hall: New Jersey

Ruben, Brent D., & Kealey, Daniel J. (1979). Behavioral Assessment Of


Communication Competency And The Prediction Of Cross-Cultural
Adaptation. Intenationd Journal of Intercultural Relation, Vol. 3, 15-47

Sadiah, Aysha dkk. (2016). The Relationship between Organizational


Communication and Employees Productivity with New Dimensions of
Effective Communication Flow. Journal of Business and Social Review in
Emerging Economies Vol. 2, No 2, 93-99

Saefullah. (2007). Kapita Selekta Komunikasi. Simbiosa Rekatama Media: Bandung

Sarwono. S. W. (2011). Psikologi Remaja. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta

Sendjaja, S. D. (2014). Pengantar Ilmu Komunikasi. In: Komunikasi: Signifikansi,


Konsep, dan Sejarah. Universitas Terbuka, Jakarta, pp. 1-41. ISBN 9796899442

Setiyanti, S. W. (2012). Membangun Kerja Sama Tim (Kelompok). Jurnal STIE


SEMARANG: Vol.4 No.3, 59-65

Syamsi, Ibnu. (1994). Pokok-pokok Organisasi dan Manajemen. Jakarta. Rineka


Cipta

Vosloban, R. I. (2012). The Influence of the Employee's Performance on the


company's growth -a managerial perspective. Procedia economic and finance.
Vol. 3, 660 – 665
34
Wibowo. (2010). Manajemen Kinerja Edisi Ketiga. PT Raja Grafindo Persada:
Jakarta

Wursanto, Drs. Ig. (2003). Dasar-Dasar Ilmu Organisasi, Andi Offset: Yogyakarta.

35

Anda mungkin juga menyukai