Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ORGANISASI DAN MANAJEMEN

HUBUNGAN KOMUNIKASI DENGAN ORGANISASI SERTA


KOORDINASI

DI SUSUN OLEH :

NAMA : SINTA

NIM : 23021700

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GRIYA HUSADA SURABAYA

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

TAHUN 2024/2025

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan yang maha Esa, atas segaala
limpah rahmat dan karunia nya. Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas mata kuliah ORGANISASI DAN MANAJEMEN dengan
judul “HUNUNGAN KOMUNIKASI DENGAN OGANISASI SERTA
KOORDINASI”.

Saya harap makalah ini dapat menambah wawasan pembaca tentang hubungan
komunikasi dengan organisasi serta koordinasi. Semoga makalah ini dapat di
pahami oleh siapa pun yang membacanya.

Demikian yang dapat saya sampaikan, saya menyadari makalah ini belum
sepenuh nya sempurna dan masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu saya
mohon maaf, dan saya harap adanya kritik, saran, serta usulan pembaca untuk
perbaikan makalah ini di masa mendatang.

Surabaya 14 April 2024

penyusun

2
DAFTAR ISI

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi adalah instrumen yang digunakan manusia dalam berinteraksi


dengan sesama, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kehidupan
berorganisasi. Dalam organisasi komunikasi merupakan alat yang berfungsi
sebagai penghubung serta pembangkit motivasi antar setiap anggota sehingga
sebuah organisasi dapat berjalan maju. Proses komunikasi yang efektif merupakan
syarat terbinanya kerja sama yang baik untuk mencapai tujuan organisasi.

Banyak definisi komunikasi organisasi menurut para ahli, salah satunya Wayne
Pace dan Don F Faules, menurut mereka Komunikasi organisasi dapat
didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit komunikasi
yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu (Wayne, Pace dan Faules
Don F, 2002 : hal 31). Suatu organisasi terdiri dari unit komunikasi dalam
hubungan hirarkis antara yang satu dengan yang lainnya. Komunikasi organisasi
terjadi kapan pun setidak-tidaknya satu orang yang menduduki suatu jabatan
dalam suatu organisasi menafsirkan suatu pertunjukan. Fokus komunikasi
organisasi adalah anggota dalam organisasi. Proses penciptaan makna atas
interaksi yang menciptakan, memelihara dan mengubah organisasi.

Komunikasi lebih dari sekedar alat, ia adalah cara berpikir. Tujuan komunikasi
dalam proses organisasi tidak lain dalam rangka membentuk saling pengertian
(mutual understanding). Barry Cushway dan Dereck Lodge dalam Redi Panuju
(Panuju, 1999: 2) menggambarkan bahwa fungsi komunikasi dalam organisasi
sebagai pembentuk Organization Climate, yaitu iklim organisasi yang
menggambarkan suasana kerja organisasi atau sejumlah keseluruhan perasaan dan
sikap orang yang bekerja di dalam organisasi. Menurut Redding dan Sanborn:
“Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam
organisasi yang kompleks.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dan proses komunikasi organisasi ?

4
2. Apa pengertian organisasi ?
3. Apa mekanisme koordinasi pemangku kepentingan dalam kawasan
angropologi ?
4. Apa itu koordinasi kerja ?
5. Apa hubungan organisatoris dalam penyelenggara dan pengelola
pendidikan ?
6. Apa itu komunikasi organisasi ?
7. Apa pengaaruh koordinasi terhadap kinerja pegawai ?
8. Apa itu internalisasi budaya organisasi ?

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dan proses komunikasi organisasi

2. Untuk mengetahui pengertian organisasi

3. Untuk mengetahui mekanisme koordinasi pemangku kepentingan dalam


kawasan angropologi

4. Untuk mengetahui koordinasi kerja

5. Untuk mengetahui hubungan organisatoris dalam penyelenggara dan


pengelola pendidikan

6. Untuk mengetahui komunikasi organisasi

7. Untuk mengetahui koordinasi terhadap kinerja pegawi

8. Untuk mengetagui internalisasi budaya organisasi

5
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dan Proses Komunikasi Organisasi

Komunikasi merupakan proses komunikator mengirimkan makna baik dalam


bentuk simbol maupun kata yang dimaksudkan untuk merubah perilaku orang
lain. Komunikasi juga dapat diartikan sebagai upaya untuk memunculkan
persamaan persepsi diantara yang memberikan pesan dengan yang menerima
pesan (Furqon, 2005). Komunikasi adalah proses perpindahan dan pemahaman
makna yang memiliki efek langsung terhadap komitmen seseorang dalam
organisasi, memiliki pengaruh positif kepercayaan terhadap komitmen dan
berpengaruh terhadap kepercayaan (Ayuningtyas, 2017). Pada konsep ini,
menunjukkan betapa pentingnya komunikasi bagi peningkatan komitmen,
produktivitas dan kinerja individu yang ada pada organisasi.

Memahami organisasi dapat dilakukan dengan dua macam pendekatan, yaitu


secara objektif dan subjektif, secara objektif suatu organisasi dipandang pasti
memiliki struktur sedangkan secara subjektif berarti proses dalam
pengorganisasian prilaku. Perilaku individu yang efektif berperan dalam
menciptakan kultur kerja yang positif yang secara korelatif menjadikan kinerja
organisasi unggul (Siregar, 2018). Organisasi juga dapat diartikan sebagai suatu
kesatuan sosial yang terdiri lebih dari satu individu dan diarahkan dengan sadar
untuk secara terus menerus bergerak menuju tercapainya tujuan bersama (Furqon,
2005). Struktur dan proses dalam organisasi tentunya perlu diatur dengan baik
melalui komunikasi yang dikelola secara efektif dan efisien (Suzuki & Hur, 2020).

Komunikasi organisasi merupakan proses mengirim dan meneriama pesan yang


terjadi dalam suatu organisasi yang di dalamnya terdiri dari keberagaman yang
saling tergantung antara satu dengan yang lain (Gutama, 2010). Dalam
keberlangsungan organisasi diibaratkan seperti sebuah system yang bertugas
untuk menghubungkan seluruh bagian yang ada pada struktur organisasi agar

6
dapat saling mengisi dan berkontribusi pada tercapainya tujuan organisasi.
Komunikasi berperan dalam membangun alur informasi serta kesamaan
pemahaman yang tercipta antara komunikator (pengirim) dengan komunikan
(penerima) informasi dalam berbagai tingkatan yang ada di dalam organisasi
(Rakhmat, 2019; Ruliana, 2014).

Sebagai proses administrasi, komunikasi mengandung proses yang berupa


kegiatan, pemikiran, pengaturan sejak dari penentuan tujuan sampai
penyelenggaraan sehingga tercapainya suatu tujuan. Hasil penelitian
mengidentifikasi hambatan dalam komunikasi yaitu hambatan proses, hambatan
fisik, hambatan semantik, dan hambatan psikososial (Prasetyo & Anwar, 2021).
Untuk meningkatkan efektivitas komunikasi, pesantren harus mengembangkan
kesadaran akan pentingnya tanggung jawab pengirim dan penerima dan mematuhi
keterampilan mendengarkan aktif. Selain itu aspek perhatian juga tertuju pada
pembentukan kerangka organisasi dengan unsur komunikasi mencangkup
penyanjian, pesan, perantara, (Frymier, 2005).

Komunikasi adalah suatu proses sosial, yang terdiri dari beberapa unit dan
tindakan komunikasi. Dari pemikiran tersebut, West & Turner, (2007) Wood,
(2010) dan Mukhtar, (2020) menjelaskan lima elemen komunikasi efektif, yaitu
sosial, proses, symbol, makna, dan sumber daya. Manajemen pendidikan
berkenaan dengan pengelolaan berbagai sumber daya pendidikan yang ada, yang
meliputi orang, kurikulum, sarana-prasarana, keuangan, dan lain sebagainya yang
terarah pada pencapaian tujuan pendidikan. Untuk menacapai tujuan pendidikan
tersebut, maka kordinasi antar orang yang menangani berbagai bagian dari
organisasi pendidikan (misalnya, kepala sekolah, wakil kepala sekolah,
bendahara, para pembantu kepala sekolah, wali kelas, guru, konselor, dan yang
lainnya) perlu terjalin dengan rapi (Arikunto & Yuliana, 2008; Fattah, 2013;
Siregar, 2018).

2.2 Pengertian Organisasi

Organisasi adalah suatu sistem perserikatan formal dari dua orang atau lebih,
yang bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Hasibuan, 2006:5).
Organisasi tidak sekedar sebagai kumpulan orang, juga sebagai sistem

7
kerjasama,merupakan suatu sistem pekerjaan yang dirumuskan dengan baik, dan
masing pekerjaan itu mengandung wewenang, tugas dan tanggung jawab tertentu.
Wewenang tugas dan tanggung jawab memungkinkan orang dari suatu organisasi
dapat bekerja sama secara efektif dalam usaha mencapai tujuan bersama. Suatu
manajemen yang sehat dan produktif dalam mengelola segala sumber daya yang
dimiliki organisasi, termasuk sumber daya manusia, yang mempunyai peranan
penting dalam menjalankan segala aktivitas organisasi. Manajemen dalam
organisasi harus meliputi seluruh kegiatan organisasi, mulai merencanakan,
mengorganisir, mengarahkan, mengoordinir, serta mengawasi kegiatan dalam
suatu organisasi, agar tercapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif
(Siagian, 2008: 4).

Walaupun sangat penting bagi organisasi, manajemen hanya merupakan alat


untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Manajemen yang baik akan memudahkan
terwujudnya tujuan organisasi, karyawan, dan masyarakat, dengan manajemen,
daya guna dan hasil guna setiap unsur manajemen akan dapat ditingkatkan.
Menjadikan diri lebih baik adalah terobosan yang merupakan tujuan secara umum
bagi seluruh organisasi Wang dan Lo, 2004). Banyak hal yang mempengaruhi
kesuksesan dari suatu organisasi, namun terdapat 3 (tiga) unsur penting dalam
organisasi yang sangat vital mempengaruhi terwujudnya tujuan organisasi, yaitu
koordinasi (KOR), komunikasi (NI) dan kinerja (JA), kemudian penulis
menyebutnya sebagai KORNIJA. Tulisan ini bertujuan menggambarkan
penyelenggaraan kornija sebagai strategi mencapai keberhasilan dalam suatu
organisasi. Manfaat yang dapat diperoleh adalah pemahaman perilaku organisasi
yang optimal untuk mencapai keberhasilan, terutama bagi penulis sendiri.

2.3 Mekanisme Koordinasi Pemamngku Kepentingan Dalam Kawasan


Angropologi

Terdapat dua jenis koordinasi dalam pelaksanaan koordinasi antara


stakeholder pendukung program pengembangan kawasan angropolitan di
kabupaten nganjuk, yaitu:Koordinasi intern, yang terdiri atas koordinasi vertikal
Dan koordinasi horisontal,

8
a) Koordinasi vertikal terjadi antara kepala SKPD ( Satuan Kerja
Perangkat Daerah ) dengan bidang atau sub bidang di bawahnya,
atau dengan lembaga di artas nya yang secara stuktual terdapat
hubungan hirarkis. Jadi, dalam pelaksanaan program ini adalah
koordinasi antara kepala Bappeda kabupaten nganjuk dengan
bidang sosial ekonimi Bappeda, dan dengan bidang fisik prasarana
Bappeda. Atau melakukan koordinasi ke hirarki yang lebih tinggi
yaitu antara Kepala Bappeda dengan Sekretaris Daerah Kabupaten
Nganjuk. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan
Handayaningrat (1984) bahwa koordinasi vertikal merupakan
koordinasi yang bersifat herarkhis karena satu dengan yang lainnya
berada pada satu garis komando (line of command).
b) Koordinasi horisontal terjadi antara bidang perencanaan sosial
ekonomi Bappeda dengan bidang fisik dan prasarana Bappeda,
bidang sosek Bappeda dengan bidang pendataan dan pelaporan
Bappeda, bidang sosek Bappeda dengan bidang pemerintahan
Bappeda. Koordinasi horisontal ini juga dilaksanakan oleh SKPD
pendukung yang lain, misal bidang hortikultura Dinas Pertanian
yang berkoordinasi dengan bidang tanaman pangan Dinas
Pertanian, bidang perdagangan.
Disperindag tamben yang selalu melakukan koordinasi dengan
bidang koperasi dan UKM ( Usaha Kecil Dan Menengah )
Disperindang tamben. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan
Handayaningrat (1984) bahwa koordinasi horisontal merupakan
koordinasi dimana kedudukan antara yang mengkoordinasikan
dengan yang dikoordinasikan mempunyai kedudukan setingkat
eselonnya. Menurut tugas dan fungsinya, keduanya mempunyai
kaitan satu dengan yang lain sehingga perlu dilakukan koordinasi.

2.4 Koordinasi Kerja

Koordinasi kerja adalah suatu usaha yang singkron untuk menyediakan jumlah
dan waktu yang tepat dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu
tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah di tentukan

9
( Handayanigrat, 2002). Handoko (2013) mendefinisikan koordinasi sebagai
proses pengintegrasian tujuan dan kegiatan pada satuan yang terpisah
( departemen atau bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi secara efisien. Syafrudin (2003) bahwa koordinasi memang peranan
penting untuk meningkatkan efektivitas kerja yaitu melalui kesempatan yang di
berikan oleh pimpinan kepada karyawan untuk mengembangkan dan
meningkatkan kemampuan serta keterampilannya merupakan unsur yang
membentuk produktivitas karyawan yang pada akhirnya dapat menunjukan
efektivitas kerja di organisasi.

Sasaran utama koordinasi adalah untuk menciptakan “unity action” yang pada
gilirannya akan menjamin keterpaduan pelaksanaan dan sekaligus meningkatkan
efesiensi, efektivitas, dan produktivitas kerjasama komponen yang terlibat.
Hasibuan (2013) menyatakan bahwa ada dua tipe koordinasi dalam suatu vertikal
adalah kegiatan penyatuan, pengatahan yang di lakukan oleh atasan terhadap
kegiatan unit, kesatuan kerja yang ada di bawah wewenang dan tanggung
jawabnya. Koordinasi horizontal adalah mengkoordinasikan tindakan atau kegiata
penyatuan pengarahan yang di lakukan terhadap kegiatan dalam tingkat organisasi
yang setingkat.

2.5 Hubungan Organisatoris Dalam Penyelenggara Dan Pengelola


Pendidikan

Dalam pengembangan model hubungan organisatori antara penyelenggara dan


pengelola pendidikan bertujuan unruk meningkatkan mutu pendidikan, hal ini
perlu di gunakan pendekatan analisis sistem. Pendekatan analisis sistem
memandang bahwa peningkatan mutu pendidikan di tentukan oleh siklus input
proces output. Input pendidikan merupakan faktor penting yang menentukan
kualitas proses dan hasil pendidikan di sekolah yaitu

1. Input sumber daya manusia


2. Input sumber daya lain ( fasilitas dan biaya )
3. Input perangkat lunak ( struktur organisasi, deskripsi tugas, peraturan dan
perundangan
4. Input harapan ( visi, misi, tujuan, dan sasaran )

10
Proses pada umumnya berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan di kelola
oleh yayasan pendidikan namun dalam penerapan nya terdapat beberapa nama
yang berbeda misal perkumpulan Cendekiawan Katolik tidak menggunakan istilah
yayasan, hal ini di sebabkan belum di mengertinya badan hukum pendidikan
(BHP) dan undang-undang keyayasan yaitu Undang-Undang Republik Indonesia
nomor 16 tahun 2001 dan Undaang-Undang Republik Indinesia nomor 24 tahun
2004. Bagi yayasan yang memiliki organisasi lokal sampai nasional seperti
Muhammadiyah dan PGRI perundangannya menganut perundangan organisasi
induknya yaitu Pengurus Besar PGRI dan Pengurus Pusat Muhammadiyah,
menggunakan nama PPLP Dasmen PGRI bagi yayasan pendidikan PGRI dan
Majelis Pendidikan Muhammadiyah bagi Yayasan Pendidikan Muhammadiyah.

Aksektabel dan Ankuntabel (diterima bawahannya dan dapat


mempertanggungjawabkan kepemimpinannya) Terampil secara konseptual
(memiliki Ipteks), social (mampu bergaul dan memiliki jaringan kerj ayang luas
atau networking), dan teknikal (agar lebih berwibawa dan tidak muda dikelabuhi
bawahannya. Peningkatan mutu pendidikan layanan pendidikan diperlukan
budaya mutu dalam organisasi pendidikan. Budaya mutu dapat diterjemahkan
sebagai suatu cara berpikir, bertindak dan berkarya dalam memenuhi kebutuhan
pelanggan. Budaya mutu merupakan sistem nilaiyang menghasilkan lingkungan
yang kondusif bagi pembentukan dan penyempurnaan kualitas secara terus
menerus. Budaya kualitas terdiri dari filosofi, keyakinan, sikap, norma, nilai,
tradisi, prosedur dan harapan yang meningkatkan kualitas. Berdasarkan temuan
penelitian yang telah diuraikan, budaya kualitas sudah nampak meski dalam
kualitas yang bervariasi pada tiap yayasan pendidikan. untuk itu masih perlu
dikembangkan upaya-upaya yang mengarah pada pembentukan budaya yayasan
pendidikan yang bermutu.

2.6 Komunikasi Organisasi

Komunikasi dalam organisasi Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa


bertujuan untuk menciptakan kesesuaian, kesamaan dan pemahaman yang sama
terhadap petugas administrasi tentang informasi, ide, pemikiran dan sikap yang
berkaitan dengan proses refungsionalisasi administrasi dalam pelayanan.

11
Komunikasi pula mampu menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi pegawai
internal melainkan pula permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Sesuai
dengan pandangan di atas, salah satu informan memberikan gambaran komunikasi
dalam organisasi adalah:

“Sebuah kebutuhan yang mampu menghindari setiap persoalan yang dihadapi


oleh pimpinan (camat) dan antar pegawai. Apa yang diinginkan pimpinan dalam
operasionalisasi pelayanan harus diketahui oleh staf, demikian sebaliknya. Antar
pimpinan (camat) dan antar staf membagi berbagai data dan informasi yang
dimilikinya dalam rangka kelancaran tugas-tugas pelayanan”. Mendeskripsikan
komunikasi sebagai faktor esensial bagi manajemen perubahan, krusial dalam
mengembangkan kesiapan dan antusiasme perubahan, dalam memodifikasi cara
orang berpikir dan berperilaku, dalam pendidikan dan pelatihan dan dalam
memastikan perubahan berlanjut untuk dipertahankan setelah implementasi
(Riandini, 2015; Saputra et al., 2020).

2.7 Pengaruh Koordinasi Terhadap Kinerja Pegawai

Koordinasi sebagai kegiatan yang dilakukan untuk saling memberi informasi dan
mengatur bersama yang secara normatif dipandang dalam bentuk keseimbangan,
kesamaan arah, dan pengendalian diantara Bagian pada Sekretariat Kota
Administrasi Jakarta Selatan. Berdasarkan pengujian hipotesis statistik teruji dan
terbukti bahwa terdapat pengaruh Koordinasi terhadap Kinerja Sekretariat Kota
Administrasi Jakarta Selatan. Hasil pengukuran koefisien korelasi diantara
variabel bebas Koordinasi dengan variabel terikat Kinerja Pegawai Sekretariat
Kota Administrasi Jakarta Selatan masuk ke dalam kategori tingkat hubungan
yang kuat.

Koefisien korelasi ini terbilang positif dan signifikan, dimana variabel bebas
Koordinasi dengan variabel terikat Kinerja Pegawai Sekretariat Kota Administrasi
Jakarta Selatan terjalin suatu mekanisme hubungan kausalitas. Bersifat positif,
artinya apabila variabel bebas Koordinasi mengalami peningkatan, maka
peningkatan tersebut akan diimbangi dengan peningkatan pada variabel terikat
Kinerja Pegawai Sekretariat Kota Administrasi Jakarta Selatan. Kontribusi
pengaruh Koordinasi terhadap peningkatan Kinerja Pegawai Sekretariat Kota

12
Administrasi Jakarta Selatan mencapai 56,7%, Hal ini perlu adanya upaya
meningkatkan jalinan Koordinasi pada Sekretariat Kota Administrasi Jakarta
Selatan. Menurut Ndraha (2003:290) bahwa koordinasi diartikan sebagai
kewenangan untuk menggerakkan, menyerasikan, menyelaraskan, dan
menyeimbangkan kegiatan-kegiatan yang spesifik atau berbeda-beda agar
semuanya terarah pada tujuan tertentu.

Sedangkan secara fungsional, koordinasi dilakukan guna untuk mengurangi


dampak negatif spesialisasi dan mengefektifkan pembagian kerja. Maka diperoleh
definisi konseptual bahwa Koordinasi merupakan kewenangan untuk
menggerakkan, menyerasikan, menyelaraskan, dan menyeimbangkan kegiatan-
kegiatan diantara bagian-bagian atau unit kerja yang dilaksanakan oleh pegawai
Sekretariat Kota Administrasi Jakarta Selatan. Dengan demikian, berdasarkan
rujukan teori Koordinasi yang dikemukakan, dan mengacu pada hasil penelitian
terbukti bahwa Koordinasi berpengaruh kuat terhadap Kinerja Pegawai Sekretariat
Kota Administrasi Jakarta Selatan. Untuk peningkatan Kinerja Pegawai
Sekretariat Kota Administrasi Jakarta Selatan dapat dilakukan melalui upaya
memberi perhatian terhadap keempat karakteristik Koordinasi yaitu
menggerakkan, menyerasikan, menyelaraskan dan menyeimbangkan. Dengan
meningkatkan keempat dimensi Koordinasi ini maka diprediksi akan
meningkatkan Kinerja Pegawai Sekretariat Kota Administrasi Jakarta Selatan.

2.8 Internalisasi Budaya Organisasi

Dalam pengertian sehari-hari, budaya sering diartikan sebagai tradisi.


Indrafachrudi mendefinisikan tradisi sebagai ide-ide umum, sikap, dan kebiasaan
yang tampak dari perilaku sehari-hari dan telah menjadi kebiasaan dari suatu
kelompok atau masyarakat tertentu (Musfah, 2012, p. 46-47). Budaya organisasi
mengacu pada keyakinan bersama, sikap, dan tata hubungan serta asumsi-asumsi
yang secara eksplisit atau implisit diterima dan digunakan oleh seluruh aggota
organisasi untuk menghadapi lingkungan luar dalam mencapai tujuan-tujuan
organisasi (Musfah, 2012, p. 48-49). Budaya yang kuat mempunyai dampak besar
pada perilaku anggota-anggotanya, sehingga dapat diwujudkan dalam pola
perilaku sehari-hari.

13
Dhara menjelaskan, agar suatu budaya dapat menjadi nilai-nilai yang tahan
lama, maka harus ada proses internalisasi budaya (internalized berarti to
incorporate in oneself). Internalisasi berarti proses menanamkan dan
menumbuhkembangkan suatu nilai atau budaya menjadi bagian diri orang yang
bersangkutan (Musfah, 2012, p. 47). Internalisasi memiliki hubungan yang erat
dengan komunikasi. Dalam internalisasi budaya di dalam suatu organisasi,
dibutuhkan suatu komunikasi yang baik agar pesan-pesan yang disampaikan dari
tingkat teratas dapat diterima dengan baik oleh seluruh anggota organisasi.
Komunikasi dapat mempermudah dalam melakukan internalisasi budaya
organisasi, karena dengan adanya komunikasi yang optimal, maka anggota akan
memiliki kesadaran yang tinggi terhadap budaya yang ada di dalam organisasi.
Sehingga jika anggota menerapkan budaya organisasi tersebut, maka kinerja
anggota dapat menjadi lebih baik.

Kinerja organisasi mempengaruhi keberhasilan suatu organisasi dalam


mencapai tujuannya. Kinerja seorang anggota dalam suatu organisasi dapat
dipengaruhi oleh kecerdasan dan ketrampilan yang dimiliki, kondisi karyawan
tersebut, kondisi organisasi tersebut, dan juga peraturan dan nilai-nilai (budaya) di
dalam organisasi itu. Menurut Prawiro Suntoro, kinerja adalah hasil kerja yang
dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi tersebut dalam kurun waktu tertentu. Itulah sebabnya
mengapa internalisasi budaya organisasi penting untuk dilaksanakan (Fadillah,
2014, p. 6- 7).

14

Anda mungkin juga menyukai