PROPOSAL PENELITIAN
SEVRIAN VENTAL
200501119
i
KATA PENGANTAR
Peneliti ucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha
Esa sehingga peneliti mampu menyelesaikan proposal penelitian ini. Proposal
penelitian ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan dukungan dari beberapa pihak
kepada peneliti. Untuk itu, peneliti juga ingin menyampaikan rasa terima kasih
kepada Bapak Eka Putra, ST M.Sc selaku dosen pembimbing yang senantiasa
memberikan bimbingan di setiap proses pembuatan proposal.
Tidak lupa, peneliti juga ucapkan rasa terima kasih yang mendalam kepada
teman-teman satu bimbingan yang saling memberikan dukungan semasa proses
bimbingan dan pengerjaan proposal. Dukungan tanpa henti juga turut diberikan
oleh orang tua dan saudara, sehingga peneliti juga sangat berterima kasih atas
segala bentuk dukungan tersebut.
Sevrian Vental
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1
tugas, struktur dan norma-norma tertentu yang khas bagi kelompok itu1.
Kelompok adalah sejumlah orang yang berkomunikasi satu sama lainnya,
seringkali melewati suatu jangka waktu dan dengan jumlah orang yang
cukup kecil sehingga setiap orang dapat berkomunikasi tanpa melewati
orang ketiga, melainkan secara tatap muka2. Kelompok adalah sekumpulan
orang yang mempunyai tujuan
2
mengenai dampak maupun efek yang akan terjadi nantinya. Adapun dampak
yang berhubungan dengan organisasi adalah dampak behavioral, yakni
dampak yang timbul pada komunikasi dalam bentuk perilaku, tindakan,
maupun kinerja seseorang. (Lidiawati, 2008)
3
khususnya organisasi berukuran besar berarti kokoh dan stabil. Namun di
lain pihak ukuran besar (complex organizations) juga dianggap sebagai
tidak manusiawi, karena memperlakukan karyawan sebagai alat, sumber
tenaga kerja, dan nomor hubungan fungsional yang impersonal dan
mekanistik. (Hardjana, 2013)
4
kendali, dan dimensi iklim organisasi seperti persepsi tentang otonomi yang
nampak cukup jelas. Hal tersebut terjadi dan dirasakan pada subjek yang
penulis teliti.
1. Secara Teoritis
2. Secara Praktis
5
Secara praktis yaitu dengan adanya hasil penelitian diharapkan dapat
menjadi bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.
Sistematika penulisan yang akan dilakukan penulis BAB demi BAB secara
ringkas di uraikan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini akan membahas secara keseluruhan mengenai latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini akan membahas secara keseluruhan mengenai
landasan teori, penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran.
BAB III : METOLOGI PENELITIAN
Bab ini akan membahas secara keseluruhan mengenai
metode penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan
sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas secara keseluruhan mengenai
gambaran umum lokasi penelitian, hasil penelitian, dan
pembahasan.
BAB V : PENUTUP
Bab ini melampirkan dari kesimpulan, keterbatasan,
penelitian, saran bagi peneliti selanjutnya, dan implikasi
penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komunikasi
Meskipun komunikasi merupakan kegiatan yang sangat dominan dalam
kehidupan sehari-hari, namun tidaklah mudah memberikan definisi yang dapat
diterima oleh semua pihak. Sebagaimana layaknya ilmu sosial lainnya,
komunikasi mempunyai banyak definisi sesuai dengan persepsi ahli-ahli
komunikasi yang memberikan batasan pengertian.
Jika membaca buku-buku komunikasi yang disusun oleh penulis
yangberbeda-beda, maka akan didapatkan komunikasi bermacam-macam. Deddy
Mulyana mengatakan bahwa pada tahun 1976 saja, seorang pemerhati ilmu
komunikasi bernama Fank Dance dan Carl Larson telah mengumpulkan 126
definisi komunikasi. Sekarang jumlah definisi yang telah dikemukakan para ahli
tentu jauh lebih banyak lagi.
Kata komunikasi berasal dari bahasa Latin Communicare yang artinya
memberitahukan. Kata tersebut kemudian berkembang dalam bahasa inggris
Communication yang artinya proses pertukaran informasi, konsep, ide, gagasan,
perasaan, dan lain-lain antara dua orang atau lebih. Secara sederhana dapat di
kemukakan pengertian komunikasi ialah proses pengiriman pesan atau sombol-
simbol yang mengandung arti dari seorang sumber atau komunikator kepada
seorang penerima atau komunikan dengan tujuan tertentu.(Wiryanto, 2015)
2.1.1 Pengertian Komunikasi
Berikut definisi Komunikasi menurut para ahli komunikasi :
1. Carl I. Hovland: Komunikasi adalah proses di mana individu
mentransmisikan stimulus untuk mengubah perilaku individu yang
lain2
2. Everett M. Rogers: Komunikasi adalah proses yang di mana suatu
ide atau gagasan dialihkan dari sumber kepada suatu penerima,
dengan maksud mengubah suatu tingkah laku mereka.
3. David K. Berlo: Komunikasi sebagai instrumen dari interaksi sosial
berguna untuk mengetahui dan memprediksi setiap orang lain, juga
7
untuk mengetahui keberadaan diri sendiri dalam memciptakan
keseimbangan dengan masyarakat.
4. Prof. Dr. Alo Liliweri: Komunikasi adalah pengalihan suatu pesan
dari satu sumber kepada penerima agar dapat dipahami.
5. Edward Depari: Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan,
harapan, pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu yang
mengandung arti yang dilakukan oleh penyampaian pesan
ditujukan kepada penerima pesan.
6. Everett M. Rogers: Komunikasi adalah suatu proses di mana dua
orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi
antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian
yang mendalam.
7. Lasswell: Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan
efek tertentu
2.1.2 Fungsi Komunikasi
Berdasarkan defenisi komunikasi di atas tentunya kita menyadari
bahwasannya komunikasi adalah ilmu yang sangat luas yang dimana banyak
para pakar yang mengemukakan teori tentang komunikasi tersebut,
meskipun adakalanya terdapat kesamaan dan tumpang tindih di antara
berbagai pendapat tersebut.
Fungsi Pertama :
1. Komunikasi Sosial
sebagai komunikasi sosial mengisyaratkan bahwa komunikasi itu
penting untuk membangun konsep-diri, aktualisasi-diri, untuk
kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar
clad tekanan dan ketegangan.
2. Pembentukan konsep-diri
Konsep-diri adalah pandangan kita mengenai siapa did kita, dan itu
hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain
kepada kita. Aspek-aspek konsep did seperti jenis kelamin, agama,
kesukuan, pendidikan, pengalaman, rupa fisik, kita tanam kepada
8
diri kita lewat pernyataan (umpan balik) orang lain dalam
masyarakat yang menegaskan aspek-aspek tersebut - dan ini
dilakukan lewat komunikasi.
3. Pernyataan eksistensi-diri
Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Bila kita
berdiam did , orang lain akan memperlakukan kita seolah-olah kita
tidak ada. Pengamatan juga menunjukkan bahwa bila seorang
anggota diskusi tidak berbicara sama sekali dan memilih tetap
diam, orang lain akan segera menganggap bahwa si pendiam itu
tidak ada sama sekali. Mereka tidak meminta si pendiam itu untuk
memberi komentar atau berbicara kepadanya. Dan bila kemudian si
pendiam memutuskan berbicara, anggota lainnya sering bereaksi
seolah-olah si pendiam itu mengganggu saja. Mereka
memperhatikannya sedikit saja. Mereka mengharapkan si pendiam
itu tidak berbicara. Respon kelompok yang demikian mungkin
tidak akan terjadi bila sejak awal si pendiam membuat komentar
dalam diskusi dan kemudian menunggu giliran untuk berbicara
lagi. Dengan bersikap pasif si pendiam gagal menggunakan
pembicaraan untuk menyatakan eksistensi-dirinya.
9
Fungsi Ketiga : Komunikasi Ritual
10
1. Social Change (Perubahan Sosial). Seseorang mengadakan
komunikasi dengan orang lain, diharapkan adanya perubahan sosial
dalam kehidupannya, seperti halnya kehidupannya akan lebih baik
dari sebelum berkomunikasi.
2. Attitude Change (Perubahan Sikap). Seseorang berkomunikasi juga
ingin mengadakan perubahan sikap.
3. Opinion Change (Perubahan Pendapat). Seseorang dalam
berkomunikasi mempunyai harapan untuk mengadakan perubahan
pendapat.
4. Behavior Change (Perubahan Perilaku). Seseorang berkomunikasi
juga ingin mengadakan perubahan perilaku.
2.2. Organisasi
Kata organisasi berasal dari bahasa Yunani, yakni organon atau “alat”.
Dalam lingkup ilmu-ilmu sosial, organisasi dipelajari sebagai objek penelitian
oleh antara lain ilmu sosiologi, ekonomi, politik, psikologi, antropologi, sejarah,
dan manajemen. Secara konseptual terdapat dua pengertian yang berbeda untuk
istilah organisasi (organization) sebagai kata benda, yakni wadah sekelompok
orang untuk mencapai tujuan bersama dan pengorganisasian (organizing) sebagai
kata kerja, yakni suatu proses dan serangkaian aktivitas yang dilakukan secara
sistematis sebagai bagian dari upaya membangun dan mengembangkan organisasi
atau sebagai salah satu fondasi manajemen. (Effendhie, 2011)
Secara sederhana organisasi dapat diartikan sebagai suatu kesatuan yang
merupakan wadah atau sarana untuk mencapai berbagai tujuan atau sasaran
organisasi memiliki banyak komponen yang melandasi diantaranya terdapat
banyak orang, tata hubungan kerja, spesialis pekerjaan dan kesadaran rasional dari
anggota sesuai dengan kemampuan dan spesialisasi mereka masing-masing.
(Aprianti, 2016)
Secara filosofis, terdapat tiga pendapat tentang pengertian organisasi yaitu:
1. Organisasi adalah sistem dimana manusia saling tergantung atau
terkait satu sama lain dan membentuk jejaring yang saling
memberikan kemanfaatan satu dengan yang lain
11
2. Organisasi adalah kerangka kerja bagi manajemen dalam bekerja.
Artinya organisasi merupakan wadah, lembaga, atau kelompok
fungsional ketika proses manajemen berlangsung. Organisasi
semacam peta jalan (road-map) bagi manajemen dan anggotanya
untuk mencapai tujuan.
3. Organisasi adalah strategi komplek yang melibatkan manusia yang
didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sehingga
organisasi merupakan wadah dimana sekumpulan orang diarahkan
untuk tujuan-tujuan spesifik dari organisasi. Semakin lama
organisasi berdiri, maka semakin kompleks hubungan antar
manusia dan peralatan kerja yang ada di dalamnya.
Sebuah organisasi terdiri dari 3 unsur pokok yakni orang-orang, tujuan, dan
struktur. Sehingga fungsi utama organisasi adalah: a) sebagai wadah bagi orang-
orang dalam bekerja sama mencapai satu tujuan; b) sebagai wadah bagi orang-
orang dalam membentuk perilaku dan budaya organisasi; dan c) sebagai wadah
untuk mencapai sasaran yang sulit dicapai seorang diri. Orang-orang dalam
organisasi pada akhirnya membentuk struktur yang menunjang pencapaian tujuan.
(Ambarwati, 2018)
Organisasi menurut Robbins (2001:4) diartikan sebagai suatu unit (satuan)
sosial yang dikoordinasikan dengan sadar, yang terdiri dari dua orang atau lebih,
yang berfungsi atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan
atau serangkaian tujuan bersama.(Sudarsono, 2019)
Terdapat dua pendekatan dalam memahami organisasi, yaitu pendekatan
objektif dan pendekatan subjektif. Makna “objektif” dalam konteks ini merujuk
kepada pandangan bahwa objek-objek, perilaku-perilaku, dan peristiwa-peristiwa
eksis di dunia nyata dan terlepas dari pengamatnya, sedangkan “subjektif”
menunjukkan bahwa relalitas itu sendiri adalah konstruksi sosial, realitas sebagai
suatu proses kreatif yang memungkinkan orang menciptakan apa yang ada “di luar
sana” (Pace & Faules, 2001: 11).
Menurut pendekatan objektif, organisasi merupakan sesuatu yang bersifat
fisik dan kongkret, dan merupakan sebuah struktur dengan batas-batas yang pasti,
sesuatu yang stabil. Istilah “organisasi” mengisyaratkan bahwa sesuatu yang nyata
12
merangkum orang-orang, hubungan-hubungan, dan tujuan-tujuan. Pendekatan
subjektif memandang organisasi sebagai kegiatan yang dilakukan orang-orang,
terdiri dari tindakan-tindakan, interaksi, dan transaksi yang melibatkan orang-
orang. Organisasi diciptakan dan dipupuk melalui kontak-kontak yang terus
menerus berubah yang dilakukan orang-orang antara yang satu dengan lainnya
dan tidak eksis secara terpisah dari orang-orang yang perilakunya membentuk
organisasi tersebut.
Jadi berdasarkan pendekatan objektif, organisasi berarti struktur; sedangkan
berdasarkan pandangan subjektif, organisasi berarti proses (mengorganisasikan
perilaku). Implikasinya, menurut pendekatan objektif, mempelajari organisasi
adalah mempelajari keseluruhan, bagaimana organisasi dapat beradaptasi dengan
cara terbaik terhadap lingkungan untuk mengembangkan diri dan berlangsung
hidup, sedangkan menurut pendekatan subjektif pengetahuan mengenai organisasi
diperoleh dengan melihat perilaku-perilaku dan apa makna perilaku-perilaku itu
bagi mereka yang melakukannya, struktur diakui tapi tekanannya pada perilaku
manusia dalam arti tidak independen dari tindakan-tindakan manusia. Kedua
pendekatan tersebut, baik objektif maupun subjektif tidak hanya mempengaruhi
cara pandang terhadap budaya organisasi, tapi juga dalam memahami aspek-aspek
lainnya yang terkait dengan perilaku organisasi. (Sudarsono, 2019)
Definisi organisasi seringkali dirumuskan sesuai kepentingan dan tujuan
penelitian serta tergantung pada konteks dan perspektif keilmuan dari seseorang
yang merumuskannya. Terdapat puluhan atau bahkan mungkin lebih mengenai
definisi organisasi. Sebagai contoh, berikut beberapa definisi organisasi yang
dikutip dari beberapa tulisan. Dalam buku Erni Rernawan (2011: 15), dikutip
pengertian organisasi dari Mathis and Jackson sebagai berikut: “Organisasi
merupakan suatu kesatuan sosial dari sekelompok manusia yang saling
berinteraksi menurut suatu pola tertentu sehingga setiap anggota organisasi
memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing, sebagai suatu kesatuan yang
memiliki tujuan tertentu dan mempunyai batas-batas yang jelas, sehingga bisa
dipisahkan”. Dalam buku Malayu S.P. Hasibuan, (2014: 24-25), terdapat kutipan
pengertian organisasi sebagai berikut. Louis A. Allen: “Organisasi sebagai proses
penentuan dan pengelompokkan pekerjaan yang akan dikerjakan, menetapkan dan
13
melimpahkan wewenang dan tanggung jawab dengan maksud untuk
memungkinkan orang-orang bekerja sama secara efektif dalam mencapai tujuan”.
(Effendhie, 2011)
Organisasi selain dipandang sebagai wadah kegiatan orang juga dipandang
sebagai proses, yaitu menyoroti interaksi diantara orang-orang yang menjadi
anggota organisasi. Keberhasilan suatu organisasi ditentukan oleh kualitas
sumberdaya manusia yang saling berinteraksi dan mengembangkan organisasi
yang bersangkutan. Organisasi dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia dalam
rangka mengoptimalkan kinerja pegawai tidak terlepas dari pemberdayaan potensi
yang ada. (Aprianti, 2016)
14
kinerja karyawan dapat tercipta apabila variabel-variabel yang mempengaruhinya
seperti komunikasi organisasi dan motivasi dapat diakomodasikan dengan baik
dan diterima oleh semua karyawan di dalam suatu perusahaan. (Ernika, 2016)
Komunikasi organisasi dalam prespektif subjektif adalah perilaku
pengorganisasian yang terjadi dan bagaimana mereka yang terlibat dalam proses
itu bertransaksi dan memberi makna atas apa yang terjadi. Pada prespektif ini
yang ditekankan adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang
menciptakaan, memelihara, dan mengubah organisasi. Sedangkan dalam definsi
objektif adalah kegiatan penangan pesan yang terkandung dalam suatu batas
organisasi. Pada prespektif ini yang lebih ditekankan adalah pada komunikasi
sebagai suatu alat yang memungkinkan orang beradaptasi dengan lingkungan
mereka.
Jika R wayne memandang komunikasi organisasi dalam dua prespektif, lain
halnya dengan Redding dan Sanborn yang dikutip oleh Arni Muhammad
(2007:23) dalam buku Komunikasi Organisasi, menurut mereka “komunikasi
organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang
kompleks. (Ernika, 2016)
Komunikasi dapat bersifat formal dan informal. Komunikasi formal adalah
komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi
kepentingan organisasi. isinya berupa cara kerja di dalam organisasi,
produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi.
misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi.
Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial.
Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotannya secara
individual.
Bermacam-macam persepsi dari para ahli mengenai komunikasi organisasi
ini tapi dari semuanya itu ada beberapa hal yang umum yang dapat disimpulkan
yaitu:
a. Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang kompleks
yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun
eksternal.
15
b. Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah dan
media.
c. Komunikasi organisasi organisasi meliputi orang dan sikapnya,
perasaannya, hubungdannya dan keterampilan/skilnya. (Ummah, 2017)
2.3.1. Tujuan Komunikasi Organisasi
Ada empat tujuan komunikasi organisasi, yaitu:
1. Menyatakan pikiran, pandangan dan pendapat. Memberi peluang
bagi para pemimpin organisasi dan anggotannya untuk menyatakan
pikiran, pandangan, dan pendapat sehubungan dengan tugas dan
fungsi yang mereka lakukan.
2. Membagi informasi (information sharing). Memberi peluang
kepada seluruh aparatur orgaisasi untuk membagi informasi dan
memberi makna yang sama atas visi, misi, tugas pokok, fungsi
organisasi, sub organisasi, individu, maupun kelompok kerja dalam
organisasi
3. Menyatakan perasaan dan emosi. Memberi peluang bagi para
pemimpin dan anggota organisasi untuk bertukar informasi yang
berkaitan dengan perasaan dan emosi.
4. Tindakan koordinasi. Bertujuan mengkoordinasi sebagai atau
seluruh tindakan yang berkaitan dengan tugas dan fungsi organisasi
yang telah dibagi habis ke dalam bagian atau subbagian organisasi.
Organisasi tanpa koordinasi dan organisasi tanpa komunikasi sama
dengan organisasi yang menampilkan aspek individual dan bukan
menggambarkan aspek kerja sama. (Ummah, 2017)
2.3.2. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi
Ada dua fungsi komunikasi organisasi, yaitu organisasi yakni fungsi
umum dan fungsi khusus.
1) Fungsi Umum
a. Komunikasi berfungsi untuk menceritakan informasi terkini
mengenai sebagai atau keseluruhan hal yang berkaitannya dngan
pekerjaan. terkadang komunikasimerupakan proses pemberian
informasi mengenai bagaimana seorang atau sekelompok orang
16
harus mengerjakan satu tugas tertentu. Contohnya: job
description.
b. Komunikasi berfungsi untuk “menjual” gagasan dan ide,
pendapat, fakta, termasuk menjual sikap organisasi dan sikap
tentang sesuatu yang merupakan subyek layanan. Contohnnya:
public relations (humas), pameran, ekspo, dll.
c. Komunikasi berfungsi untuk meningkatkan kemampuan para
karyawan agar mereka bisa belajar dari orang lain (internal),
belajar tentang apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dikerjakan
orang lain, tentang apa, yang “dijual” atau yang diceritakan oleh
orang lain tentang organisasi.
d. Komunikasi berfungsi untuk menentukan apa dan bagaimana
organisasi membagi pekerjaan, atau siapa yang menjadi atasan
dan siapa yang menjadi bawahan, besaran kekuasaan dan
kewenagan, menentukan bagaimana menangani sejumlah orang,
bagaimana memanfaatkan sumber daya, serta mengalokasikan
manusia, mesin,metode dan teknik dalam organisasi.
2) Fungsi khusus
a. Membuat para karyawan melibatkan diri ke dalam isu-isu
organisasi, lalu menerjemahkannya ke dalam tindakan tertentu
dibawah sebuah komando.
b. Membuat para karyawan menciptakan dan menangani relasi
antarsesama bagi peningkatan produk organisasi.
c. Membuat para karyawan memiliki kemampuan untuk
menangani atau mengambil keputusan-keputusan dalam suasana
yang ambigu dan tidak pasti.
Menurut Charles Condrad (1985) yang dikutip oleh Alo Liliweri
dalam bukunya sosiologi & komunikasi organisasi menyatakan bahwa ada
dua fungsi makro komunikasi organisasi, yaitu fungsi komando dan fungsi
relasi bermuara pada fungsi komuniksiyang mendukung organisasi dalam
pengambilan keputusan, terutama ketika organisasi menghadapi situasi yang
tidak menentu. (Ummah, 2017)
17
2.3.3. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi
18
fundamental dimana pengungkapan yang menunjukkan ekspresi
kecewa maupun puas.
d. Informasi
Hal ini berhubungan dengan pengambilan keputusan. Kegiatan
komunikasi yang dilakukan dapat memberi informasi yang berguna
dalam langkah pengambilan keputusan.
(Dewi, 2007), apapun bentuk organisasinya, komunikasi akan
berfungsi:
a. Informatif
Pemimpin dan karyawan memerlukan informasi yang banyak
dalam penyelesaian berbagai tugasnya. Informasi tersebut
berhubungan dengan upaya organisasi dalam meraih tujuannya.
b. Regulatory (Pengendalian)
Komunikasi berfungsi sebagai pengatur dan pengendali organisasi.
Komunikasi dalam hal ini berupa peraturan, prosedur, perintah dan
laporan.
c. Persuasif
yaitu mengajak orang lain dalam hal mengikuti atau melaksanakan
ide/gagasan atau tugas.
d. Integratif
organisasi yang terbagi menjadi berbagai bagian atau divisi akan
tetap merupakan satu kesatuan yang utuh dan terpadu dengan
adanya komunikasi. (ambar sri lestari, 2021)
2.4. Karyawan
19
• Hadari Nawawi, sumberdaya manusia adalah potensi yang menjadi
motor penggerak organisasi/perusahaan.
• Wirawan, sumberdaya manusia merupakan sumberdaya yang digunakan
untuk menggerakkan dan mensinergikan sumberdaya lainnya untuk
mencapai tujuan organisasi. Tanpa SDM sumberdaya lainnya
menganggur (idle) dan kurang bermanfaat dalam mencapai tujuan
organisasi.
Dari beberapa rumusan tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa
karyawan atau SDM itu mempunyai potensi yang luar biasa yang
menggalahkan sumberdaya organisasi lainnya, karena ia mempunyai :
a) Kemampuan fisik, yang dapat digunakannya untuk menggerakan,
mengerjakan, atau menyelesaikan sesuatu pekerjaan yang tidak dapat
dilakukan oleh sumberdaya atau faktor produksi lainnya.
b) Kemampuan psikis, yang dapat membangkitkan spirit, motivasi,
semangat dan etos kerja, kreativitas, inovasi dan profesionalisme dalam
bekerja.
c) Kemampuan karakteristik, yang dapat membangkitkan kecerdasan
(intelektual, emosional, spiritual, dan sosial) yang membawanya untuk
berkembang menjadi lebih mampu dalam menghadapi segala macam
tantangan.
d) Kemampuan pengetahuan dan keterampilan, yang mengantarkannya
untuk memiliki kompetensi yang diperlukannya dalam melaksanakan
pekerjaannya.
e) Pengalaman hidupnya, yang dapat menyempurnakan pertimbangan
dalam menyelesaikan persoalan yang menyangkut pekerjaannya.
Dengan bahasa yang lebih ringkas karyawan atau sumberdaya
manusia (SDM) itu, di satu sisi berfungsi sebagai sumberdaya organisasi
disamping sumberdaya-sumberdaya organisasi lainnya [uang (money),
mesin (mechine), bahan baku (material), dan metode (method)] dengan
kemampuannya yang leading (berada dimuka) untuk berperan
melaksanakan fungsi manajerial (menggerakan) sumberdaya-sumberdaya
20
organisasi lainnya (uang, mesin, bahan baku, dan metode).(Abdullah Maruf,
2014)
21
secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada karyawan
dan pekerjaannya dimana tempat mereka bekerja dengan asumsi akan
berpengaruh padadan motivasi perilaku karyawan.
Menurut Lussier (2005: 486) mengatakan bahwa iklim
organisasi adalah persepsi pegawai mengenai kualitas lingkungan
internal organisasi yang secara relatif dirasakan oleh anggota
organisasi kemudian akan mempengaruhi perilaku mereka berikutnya.
Stinger (Wirawan, 2007) mendefinisikan bahwa iklim organisasi
sebagai koleksi dan pola lingkungan yang menentukan munculnya
motivasi serta berfokus pada persepsi-persepsi yang masuk akal atau
dapat dinilai, sehingga mempunyai pengaruh langsung terhadap
kinerja anggota organisasi. Tagiuri dan Litwin mengatakan bahwa
iklim organisasi merupakan kualitas lingkungan internal organisasi
yang secara relatif terus berlangsung, dialami oleh anggota organisasi
dan mempengaruhi perilaku mereka serta dapat dilukiskan dalam satu
set karateristik atau sifat organisasi.
Menurut Suharsaputra (2013: 82) mendefinisikan bahwa iklim
organisasi merupakan hal yang amat penting bagi keberhasilan suatu
organisasi dan iklim suatu organisasi akan sangat berbeda dengan
iklim organisasi lainnya, karena hal tersebut berkaitan dengan kondisi
lingkungan kerja masing- masing organisasi. Iklim organisasi juga
merupakan konsep deskriptif yang berdasarkan pada persepsi
lingkungan sosial anggota organisasi
Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa iklim
organisasi adalah serangkaian deskripsi dari karakteristik organisasi
yang bertahan dalam jangka waktu lama dapat diukur pada lingkungan
kerja baik secara langsung maupun tidak langsung yang akan
mempengaruhi pada karyawan dan pekerjaanya dimana tempat
mereka bekerja dengan asumsi akan berpengaruh pada motivasi dan
perilaku karyawan. (Fabiana Meijon Fadul, 2019)
22
2.5.2 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Iklim Organisasi
23
iklim organisasi akan semakin baik. Ukuran besar kecilnya
organisasi akanmemberikan pengaruh yang besar terhadap tingkat
kualitas iklim organisasi. Organisasiyang kecil biasanya lebih
terbuka, hubungan antar anggota lebih dekat dan
tergantung,sedangkan pada organisasi yang besar adalah
sebaliknya.
b. Teknologi kerja (Teknologi yang digunakan dalam organisasi)
Teknologi yang bersifat rutin sering menimbulkan suatu iklim
yang selalu berorientasipada peraturan yang kaku. Teknologi kerja
yang dinamis (bergerak maju) biasanya akanmenimbulkan suatu
bentuk komunikasi yang terbuka dengan disertai oleh kreativitas
yangbaik.
c. Kebijakan dan praktek manajemen
Para manajer yang memberikan lebih banyak umpan balik,
autonomi, dan idenitas tugas pada bawahannya ternyata sangat
membantu terciptanya suatu iklim organisasi yang baik dan
berorientasi pada prestasi, dimana karyawan lebih bertanggung
jawab pada sasaran organisasi.
2.5.3 Teori Iklim Organisasi
24
1. Teori Steers
Steers (1977) mengemukakan hubunganantara sebagian
faktor penentu iklim, hasil individu dengan efektivitas
organisasi dimana faktor penentu iklim organisasi adalah
kebijakan dan praktek manajemen, sturktur organisasi,
teknologi dan lingkungan luar.
2. Teori Miles
Sergiovanni (1983) mengemukakanbahwa terdapat sepuluh
indikator untuk mengetahui sehat atau kurang sehatnya iklim
organisasi, yaitu: tujuan (goal focus),
komunikasi(communication adequacy),optimalisasi
kekuasaan (optimal power equalization), pemanfaatan
sumber daya (resource utilization), kohesifitas
(cohesiveness), moril (moral), inovatif (innovativeness),
otonomi (autonomy), adaptasi (adaptation), pemecahan
masalah (problem solving adequacy)Teori Likert.
3. Likert (1967)
mengembangkan sebuahinstrumen yang memuaskan pada
kondisi- kondisi perilaku dan gaya-gaya manajemen yang
digunakan. Karakteristik yang dicakup oleh skala Likert
adalah perilaku pemimpin, motivasi, komunikasi, proses
pengaruh interaksi, pengambilan keputusan, penentuan
tujuan, dan control.
4. Teori Litwin dan Stringer
Litwin dan Stringer (1968) menggunakanteori tiga kebutuhan
(berprestasi, berafiliasi, dan berkuasa) dari McClelland
sebagai tipe utama motivasi, ditemukan bahwa ketiga
kebutuhan tersebut dipengaruhi oleh iklim organisasi. Juga
terdapat sembilan dimensi iklim organisasi, yaitu struktur,
tanggung jawab, imbalan, resiko, keramahan, kehangatan
hati, dukungan, standar, konflik, dan identifikasi.
25
Dari beberapa teori yang telah dikemukakan di atas, dimana
para ahli memiliki konsep iklim organisasi yang berbeda-beda.
Namun ada beberapa kata kunci dalam definisi iklim organisasi yang
perlu mendapat penjelasan yakni ;
1. Persepsi. Dimana iklim organisasi merupakan persepsi
anggota organisasi yakni sebagai individual dan kelompok
serta berhubungan dengan organisasi. Persepsi orang
mengenai apa yang ada di dalam lingkungannya berbeda
antara sejumlah individu dengan individu lainnya.
2. Hal yang ada atau terjadi dalam lingkungan internal
organisasi. Persepsi orang mengenai apa yang ada atau apa
yang terjadi dalam lingkungan internal organisasi.
3. Praktik rutin. Persepsi anggota organisasi dalam pengertian
persepsi rutin anggota organisasi mengenai apa yang terjadi
secara rutin dalam organisasi.
4. Sikap dan perilaku organisasi. Persepsi orang mengenai
lingkungan organisasi mempengaruhi sikap orang.
5. Mempengaruhi kinerja organisasi. Iklim organisasi
mempengaruhi produktivitas anggota dan selanjutnya
mempengaruhi efektivitas dan efisiensi organisasi.
Dari definisi dan teori yangdikemukakan tersebut jelas bahwa
iklim organisasi berhubungan erat dengan persepsi individu terhadap
lingkungan internal organisasi yang mempengaruhi organisasi dan
perilaku anggota organisasi.(Susanty, 2013)
26
Teori merupakan seperangkat atau serangkaian proposisi yang
menggambarkan sesuatu gejala seperti itu. Proposisi – proposisi yang
terkandung dan membentuk teori terdiri atas bebrapa konsep yang terjalin
dalam bentuk hubungan sebab akibat. Namun karena di dalam teori juga
terkandung konsep teoritis yang berfungsi menggambarkan realitas dunia
sebagaimana yang dapat dilakukan obsevasi.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas secara umum dapat ditarik
kesimpulan bahwa suatu teori adalah suatu konseptualitas antara asumsi,
konstruk, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena yang diperoleh
melalui proses sistematis, dan harus dapat diuji kebenarannya, bila tidak
maka itu bukan teori.(Skripsi & Humaira, 2022)
2.6.1. Teori Litwin & Stringer
Dalam penelitian pada variabel iklim organisasi yang akan
dilakukan, peneliti akan mengkaji menggunakan konsep teori yang
dikemukakan oleh Litwin & Stringer (1968) dimana iklim dalam
organisasi dapat diperoleh dengan cara mengumpulkan persepsi dan
respons subyektif anggota organisasi terhadap lingkungan organisasi
itu melalui dimensi-dimensi iklim organisasi. Dimensi-dimensi ini
merupakan aspek-aspek yang secara langsung dapat mengukur
determinan iklim organisasi sehingga dapat memberikan gambaran
tentang situasi organisasi dengan lebih spesifik. Iklim organisasi yang
dirasakan oleh individu memiliki beberapa dimensi yang membuatnya
menjadi suatu kondisi yang utuh. Dimensi- dimensi ini dipersepsi dan
dialami oleh individu dan dapat tergambarkan melalui suatu
kuesioner. Menurut penelitian Litwin dan Stringer (1968: 81) terdapat
beberapa dimensi dalam iklim organisasi, yaitu :
1) Structure (struktur)
Dimensi ini membuat gambaran mengenai kejelasan tugas,
prosedur kerja, wewenang dan aturan-aturan pekerjaan.
27
2) Responsibility (tanggung jawab)
Tanggung jawab individu ini meliputi tanggung jawab dalam
tingkah laku kerja maupun konsekuensi atas hasil kerja yang
dilakukan.
3) Reward (penghargaan)
Hal ini menyangkut penghargaan yang diterima atas pekerjaan
yang telah dilakukan dengan baik; lingkungan organisasi lebih
menekankan pada pemberian imbalan (rewards) yang positif
atau pemberian hukuman (punishment) dan mengenai keadilan
atau kesesuaian mengenai gaji dan kebijakan promosi.
4) Risk (risiko)
Hal ini mengenai risiko dan tantangan dalam pekerjaan dan
dalam organisasi, apakah penekanannya pada berani
mengambil risiko dengan perhitungan yang matang,
mengambil risiko yang sangat besar bahkan di luar
kemampuan, atau tidak berani mengambil risiko dalam arti
mencari jalan “ aman ” saja.
5) Warmth (kehangatan)
Dimensi ini menunjukan tentang hubungan interpersonal
dalam organisasi yang menciptakan suasana kerja tersendiri.
Apakah suasana kerja tergambar dengan ada atau tidaknya
persahabatan dan keakraban antar anggota organisasi.
6) Support (dukungan)
Hal ini antara lain menggambarkan ada atau tidaknya
dukungan emosional dari para manajer atau pekerja-pekerja
lain dalam kelompok.
7) Standards (standar kinerja)
Hal ini merupakan persepsi atau penghayatan karyawan
mengenai standar kinerja atau derajat tantangan dari tujuan
yang ditentukan bagi karyawan serta penekanannya pada
pencapaian hasil kerja yang baik.
28
8) Conflict (konflik)
Definisi ini pada dasarnya mengulas tentang bagaimana
pemecahan terhadap konflik yang terjadi (conflik resolution) di
organisasi.
9) Identity (identitas diri)
Dimensi ini merupakan gambaran mengenai identifikasi
individu dengan tujuan atau norma kelompok atau organisasi.
(Kiki Cayaha Setiawan, 2015)
2.7. Penelitian Terdahulu
KARYAWAN
IKLIM ORGANISASI
WAWANCARA
29