Anda di halaman 1dari 32

PENGARUH IKLIM ORGANISASI TERHADAP KINERJA

KARYAWAN SMARA SEASON ORGANIZER

PROPOSAL PENELITIAN

SEVRIAN VENTAL
200501119

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
KOTA PEKANBARU
2022

i
KATA PENGANTAR

Peneliti ucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha
Esa sehingga peneliti mampu menyelesaikan proposal penelitian ini. Proposal
penelitian ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan dukungan dari beberapa pihak
kepada peneliti. Untuk itu, peneliti juga ingin menyampaikan rasa terima kasih
kepada Bapak Eka Putra, ST M.Sc selaku dosen pembimbing yang senantiasa
memberikan bimbingan di setiap proses pembuatan proposal.

Tidak lupa, peneliti juga ucapkan rasa terima kasih yang mendalam kepada
teman-teman satu bimbingan yang saling memberikan dukungan semasa proses
bimbingan dan pengerjaan proposal. Dukungan tanpa henti juga turut diberikan
oleh orang tua dan saudara, sehingga peneliti juga sangat berterima kasih atas
segala bentuk dukungan tersebut.

Penyusunan proposal penelitian yang berjudul “Pengaruh Iklim Organisasi


Terhadap Kinerja Karyawan Smara Season Organizer”tidaklah mudah untuk
dilakukan. Namun, peneliti berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan studi
di lapangan dengan tujuan untuk mengetahui betul bagaimana penerapan literasi
digital di instansi pendidikan tersebut.

Apabila dalam penulisan proposal penelitian ini terdapat beberapa kesalahan


baik dari segi teknis maupun isi, peneliti menghaturkan permohonan maaf. Besar
harapan proposal penelitian ini bisa dijadikan sebagai referensi bagi studi terkait
dan dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Pekanbaru, 26 Desember 2022

Sevrian Vental

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Istilah komunikasi mengandung makna bersama-sama (common,


commoness: Inggris), berasal dari bahasa latin, communicatio yang berarti
pemberitahuan, pemberian bagian (dalam sesuatu), pertukaran, dimana si
pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya.
Kata sifatnya adalah communis, yang artinya bersifat umum atau bersama-
sama. Kata kerjanya, adalah communicare, artinya berdialog, berunding atau
bermusyawarah (Arifin, 1998; 19). Komunikasi merupakan proses yang
secara umum digunakan manusia dalam melakukan interaksi sosialnya.
(Furqon, 2003)

Pace & Faules (2001: 28) mengemukakan bahwa komunikasi dapat


dibedakan dengan semua perilaku manusia dan organisasi lainnya karena ia
melibatkan proses mental memahami orang, objek, dan peristiwa. Dua
bentuk umum tindakan yang merupakan komunikasi menekankan pada : 1)
Penciptaan pesan atau, lebih tepatnya, penciptaan pertunjukkan (display)
dan 2) Penafsiran pesan atau penafsiran pertunjukan. (Furqon, 2003), yang
penulis lampirkan di sini hanya dua pengertian dari komunkasi, jika di lihat
berdasarkan data dari penulusuran google, banyak sekali pakar yang
mendefenisikan arti dari komunikasi tersebut.

Dalam berkehidupan manusia melakukan interaksi yang dimana di


butuhkan untuk bertahan hidup di dalam masyarakat itu sendiri, interaksi
tersebut di bagi menjadi beberapa point besar yaitu, individu kelompok dan
organisasi.

Kelompok adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan


manusia, karena melalui kelompok manusia dapat berbagi dan bertukar
informasi , pengalaman dan pengetahuan antara anggota kelompok yang
satu dengan lainnya. Kelompok merupakan suatu unit sosial yang terdiri
dari dua atau lebih individu yang mengadakan interaksi sosial yang cukup
intensif dan teratur sehingga di antara individu itu sudah terdapat pembagian

1
tugas, struktur dan norma-norma tertentu yang khas bagi kelompok itu1.
Kelompok adalah sejumlah orang yang berkomunikasi satu sama lainnya,
seringkali melewati suatu jangka waktu dan dengan jumlah orang yang
cukup kecil sehingga setiap orang dapat berkomunikasi tanpa melewati
orang ketiga, melainkan secara tatap muka2. Kelompok adalah sekumpulan
orang yang mempunyai tujuan

bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan


bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai
bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah keluarga,
kelompok pemecahan masalah, atau suatu keputusan. Komunikasi
kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan kelompok
kecil (small group communication) (Dr.Ali Nurdin, 2014)

Organisasi adalah suatu kordinasi rasional kegiatan sejumlah orang


untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan
fungsi melalui hirarki otoritas dan tanggung jawab. Selain itu Schein juga
mengungkapkan bahwa organisasi mempunyai karakteristik tertentu yang
mempunyai struktur, tujuan, saling berhubungan dengan satu bagian dengan
bagian lainnya dan sangat tergantung kepada komunikasi manusia untuk
mengkordinasikan aktivitas dalam organisasinya. (Irawan & Venus, n.d.)

Berdasarkan uraian di atas maka komunikasi organisasi dapat


didefenisikan sebagai petunjuk dan penafsiran pesan diantara unit-unit
komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Defenisi
tersebut lebih menekankan pada aspek fungsional (objektif). Sedangkan bila
dilihat dari perspektif interpretative (subjektif), komunikasi organisasi
dipandang sebagai proses penciptaan makna atas interaksi yang merupakan
organisasi. Komunikasi organisasi merupakan perilaku pengorganisasian
yang terjadi dan bagaimana mereka yang terlibat dalam proses itu
bertransaksi dan memberi makna atas apa yang terjadi. (Siregar, 2016)

Keseharian proses komunikasi pasti selalu terjadi baik komunikasi antar


individu maupun dalam kelompok atau organisasi. Dalam perusahaan atau
organisasi jika melakukan suatu proses komunikasi juga akan dipikirkan

2
mengenai dampak maupun efek yang akan terjadi nantinya. Adapun dampak
yang berhubungan dengan organisasi adalah dampak behavioral, yakni
dampak yang timbul pada komunikasi dalam bentuk perilaku, tindakan,
maupun kinerja seseorang. (Lidiawati, 2008)

Komunikasi organisasi sering pula diartikan sebagai perilaku


pengorganisasian (organizing behavior) yakni bagaimana seorang bawahan
terlibat dalam proses bertransaksi dan memberikan makna atas apa yang
sedang terjadi. Karena itu ketika organisasi dianggap sekedar sekumpulan
orang yang berinteraksi maka komunikasi hanya berfungsi sebagai
organisasi; dia adalah organisasi itu sendiri. Jadi komunikasi organisasi
akan berpusat pada simbol-simbol yang memungkinkan kehidupan
organisasi, pakah kata-kata, gagasan-gagasan dan konstruk yang mendorong
mengesahkan, mengkoordinasikan, dan mewujudkan aktivitas yang
terorganisir dalam situasi-situasi spesifik. (Siregar, 2016)

Dampak iklim organisasi pada perilaku individu dapat dilihat pada


stimuli yang dihadapi para anggota organisasi secara individual, kekangan
atau hambatan atas kebebasan memilih perilaku di kalangan karyawan, dan
proses pemberian sanksi dan ganjaran. Untuk penjelasan yang lebih rinci
dan lengkap dengan penjabarannya kemudian, Forehand (1968: 65-82)
menulis artikel berjudul “On the Integrations of Persons and Organizations”
yang dimuat dalam buku yang disunting oleh Renato Tagiuri dan George H.
Litwin (1968) berjudul Organizational Climate: Explorations of a Concept.
Dalam artikel itu Forehand menegaskan bahwa iklim organisasi meliput
lima ciri asasi organisasi juga terkenal dengan sebutan ‘dimensi’, yaitu: (1)
ukuran dan struktur organisasi (size and structure); (2) pola kepemimpinan
(leadership patterns); (3) kompleksitas sistem (system complexity); (4) arah
tujuan (goal direction); dan (4) jaringan komunikasi (communication
networks). (Hardjana, 2013)

‘Ukuran dan struktur’ organisasi adalah sangat penting, karena sering


menimbulkan salah pengertian di kalangan masyarakat. Di satu pihak
ukuran organisasi sering dikaitkan dengan kualitas kemapanan organisasi

3
khususnya organisasi berukuran besar berarti kokoh dan stabil. Namun di
lain pihak ukuran besar (complex organizations) juga dianggap sebagai
tidak manusiawi, karena memperlakukan karyawan sebagai alat, sumber
tenaga kerja, dan nomor hubungan fungsional yang impersonal dan
mekanistik. (Hardjana, 2013)

‘Pola-pola kepemimpian’ meliput berbagai gaya kepemimpinan


(leadership styles) yang digunakan dalam perusahaan, rumah sakit,
perguruan tinggi, atau badan pemerintah. Praktek kepemimpinan, yakni
perlakukan pimpinan atas karyawan dalam kehidupan sehari-hari,
merupakan kekuatan besar yang dapat menciptakan iklim yang
menimbulkan dampak langsung pada kepuasan dan produktivitas.
(Hardjana, 2013)

‘Kompleksitas sistem’ merupakan wujud dari jumlah dan jenis


hubungan antar bagian dari sistem. Kompleksitas sistem mengacu pada
jumlah dan jenis hubungan yang terjadi di antara bagian-bagian subsistem-
subsistem yang biasanya disebut departemen atau divisi. (Hardjana, 2013)

‘Arah tujuan’ berbeda menurut jenis organisasi. Perbedaan tujuan dapat


digunakan sebagai dasar kriteria untuk membedakan organisasi menjadi
kategori bisnis, layanan publik, dan filantropi. Bahkan di dalam kategori
bisnis, yang sangat mementingkan laba, terdapat tujuan yang berbeda-beda
dan sering tidak sejalan. (Hardjana, 2013)

‘Jaringan komunikasi’ merupakan dimensi iklim yang penting karena


menunjukkan betapa jaringan komunikasi itu ‘silang menyilang’ antara
jenjang-jenjang hierarki dan kelompok-kelompok karyawan. Dengan
melihat jaringan komunikasi, kita dapat mengetahui jaringan antarstatus,
pengaturan anta jabatan dan kewenangan, dan hubungan-hubungan antar
kelompok. (Hardjana, 2013)

Dari tinjauan maupun studi-studi yang dikutip di atas, kiranya dapat


disimpulkan bahwa iklim organisasi perlu dipahami dan diukur dengan
persepsi. Namun kekuatan pengaruh tersebut perlu dilihat sesuai jenjang-
jenjang perbedaan dalam hal variabel-variabel struktur, seperti rentang

4
kendali, dan dimensi iklim organisasi seperti persepsi tentang otonomi yang
nampak cukup jelas. Hal tersebut terjadi dan dirasakan pada subjek yang
penulis teliti.

Menurut peneliti, , persepsi dan perbedaan dalam variabel struktur yang


terjadi di lingkungan kerja Smara Season Organizer ini tentunya sangat
wajar, tetapi karyawan yang ada disana dapat mengatur kondisi emosional
yang mereka punya dengan cara saling mengerti, solidaritas, loyal, dan
saling menghargai sesama karyawan.

Smara season organizer ini juga bergerak di bidang wedding organizer


dan event organizer yang tentu nya mereka dapat memberikan ide satu sama
lain dan bekerja sama dengan tim dengan baik agar konsumen mereka dapat
menikmati hasil kerja dengan sangat baik. Maka dari itu, berdasarkan
fenomena di atas peneliti ingin melanjutkan lebih detail lagi terkait
fenomena yang terjadi di perushaan tersebut sehingga proposal ini diberikan
judul “PENGARUH IKLIM ORGANISASI TERHADAP KINERJA
KARYAWAN SMARA SEASON ORGANIZER”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti ingin melihat atau


meneliti tentang bagaimana “Pengaruh Iklim Organisasi Terhadap Kinerja
Karyawan Smara Season Organizer” ?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untu meneliti tentang “Pengaruh Iklim


Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Smara Season Organizer”

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan setelah penelitian ini antara alain :

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu menambah dan mengembangkan ilmu


bagi program ilmu komunikasi sebagai arahan peneliti selanjutnya.

2. Secara Praktis

5
Secara praktis yaitu dengan adanya hasil penelitian diharapkan dapat
menjadi bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang akan dilakukan penulis BAB demi BAB secara
ringkas di uraikan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini akan membahas secara keseluruhan mengenai latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini akan membahas secara keseluruhan mengenai
landasan teori, penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran.
BAB III : METOLOGI PENELITIAN
Bab ini akan membahas secara keseluruhan mengenai
metode penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan
sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas secara keseluruhan mengenai
gambaran umum lokasi penelitian, hasil penelitian, dan
pembahasan.
BAB V : PENUTUP
Bab ini melampirkan dari kesimpulan, keterbatasan,
penelitian, saran bagi peneliti selanjutnya, dan implikasi
penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komunikasi
Meskipun komunikasi merupakan kegiatan yang sangat dominan dalam
kehidupan sehari-hari, namun tidaklah mudah memberikan definisi yang dapat
diterima oleh semua pihak. Sebagaimana layaknya ilmu sosial lainnya,
komunikasi mempunyai banyak definisi sesuai dengan persepsi ahli-ahli
komunikasi yang memberikan batasan pengertian.
Jika membaca buku-buku komunikasi yang disusun oleh penulis
yangberbeda-beda, maka akan didapatkan komunikasi bermacam-macam. Deddy
Mulyana mengatakan bahwa pada tahun 1976 saja, seorang pemerhati ilmu
komunikasi bernama Fank Dance dan Carl Larson telah mengumpulkan 126
definisi komunikasi. Sekarang jumlah definisi yang telah dikemukakan para ahli
tentu jauh lebih banyak lagi.
Kata komunikasi berasal dari bahasa Latin Communicare yang artinya
memberitahukan. Kata tersebut kemudian berkembang dalam bahasa inggris
Communication yang artinya proses pertukaran informasi, konsep, ide, gagasan,
perasaan, dan lain-lain antara dua orang atau lebih. Secara sederhana dapat di
kemukakan pengertian komunikasi ialah proses pengiriman pesan atau sombol-
simbol yang mengandung arti dari seorang sumber atau komunikator kepada
seorang penerima atau komunikan dengan tujuan tertentu.(Wiryanto, 2015)
2.1.1 Pengertian Komunikasi
Berikut definisi Komunikasi menurut para ahli komunikasi :
1. Carl I. Hovland: Komunikasi adalah proses di mana individu
mentransmisikan stimulus untuk mengubah perilaku individu yang
lain2
2. Everett M. Rogers: Komunikasi adalah proses yang di mana suatu
ide atau gagasan dialihkan dari sumber kepada suatu penerima,
dengan maksud mengubah suatu tingkah laku mereka.
3. David K. Berlo: Komunikasi sebagai instrumen dari interaksi sosial
berguna untuk mengetahui dan memprediksi setiap orang lain, juga

7
untuk mengetahui keberadaan diri sendiri dalam memciptakan
keseimbangan dengan masyarakat.
4. Prof. Dr. Alo Liliweri: Komunikasi adalah pengalihan suatu pesan
dari satu sumber kepada penerima agar dapat dipahami.
5. Edward Depari: Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan,
harapan, pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu yang
mengandung arti yang dilakukan oleh penyampaian pesan
ditujukan kepada penerima pesan.
6. Everett M. Rogers: Komunikasi adalah suatu proses di mana dua
orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi
antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian
yang mendalam.
7. Lasswell: Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan
efek tertentu
2.1.2 Fungsi Komunikasi
Berdasarkan defenisi komunikasi di atas tentunya kita menyadari
bahwasannya komunikasi adalah ilmu yang sangat luas yang dimana banyak
para pakar yang mengemukakan teori tentang komunikasi tersebut,
meskipun adakalanya terdapat kesamaan dan tumpang tindih di antara
berbagai pendapat tersebut.
Fungsi Pertama :
1. Komunikasi Sosial
sebagai komunikasi sosial mengisyaratkan bahwa komunikasi itu
penting untuk membangun konsep-diri, aktualisasi-diri, untuk
kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar
clad tekanan dan ketegangan.
2. Pembentukan konsep-diri
Konsep-diri adalah pandangan kita mengenai siapa did kita, dan itu
hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain
kepada kita. Aspek-aspek konsep did seperti jenis kelamin, agama,
kesukuan, pendidikan, pengalaman, rupa fisik, kita tanam kepada

8
diri kita lewat pernyataan (umpan balik) orang lain dalam
masyarakat yang menegaskan aspek-aspek tersebut - dan ini
dilakukan lewat komunikasi.
3. Pernyataan eksistensi-diri
Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Bila kita
berdiam did , orang lain akan memperlakukan kita seolah-olah kita
tidak ada. Pengamatan juga menunjukkan bahwa bila seorang
anggota diskusi tidak berbicara sama sekali dan memilih tetap
diam, orang lain akan segera menganggap bahwa si pendiam itu
tidak ada sama sekali. Mereka tidak meminta si pendiam itu untuk
memberi komentar atau berbicara kepadanya. Dan bila kemudian si
pendiam memutuskan berbicara, anggota lainnya sering bereaksi
seolah-olah si pendiam itu mengganggu saja. Mereka
memperhatikannya sedikit saja. Mereka mengharapkan si pendiam
itu tidak berbicara. Respon kelompok yang demikian mungkin
tidak akan terjadi bila sejak awal si pendiam membuat komentar
dalam diskusi dan kemudian menunggu giliran untuk berbicara
lagi. Dengan bersikap pasif si pendiam gagal menggunakan
pembicaraan untuk menyatakan eksistensi-dirinya.

Fungsi kedua : Komunikasi Ekspresif

Erat kaitannya dengan komunikasi sosial adalah komunikasi


ekspresif yang dapat dilakukan sendirian ataupun dalam kelompok.
Komunikasi eskpresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi
orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut
instrumen untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita.
Perasaan-perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui
pesan-pesan nonverbal. Perasaan sayang, peduli,rindu, simpati,
gembira, sedih, takut, prihatin, marah dan benci dapat disampaikan
lewat kata-kata, namun terutama lewat perilaku nonverbal. Emosi
juga dapat disalurkan lewat puisi,lagu, tarian,lukisan dan
pemberian bunga maupun drama.

9
Fungsi Ketiga : Komunikasi Ritual

Erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif adalah komunikasi


ritual yang biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas
sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan
sepanjang hidup yang disebut para antropolog sebagai rites of
passage, mulai dan upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun (nyanyi
Happy Birthday dan pemotongn kue), pertunangan (melamar, tukar
icin), siraman, pernikahan (ijab-qabul, sungkem kepada orang-tua,
sawer dsb.), ulang tahun perkawinan hingga upacara kematian.
Kini kegiatan olahragapun sudah menjadi komunikasi ritual,
misalnya Fungsi Keempat : Komunikasi Instrumental

Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum:


menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan
keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan dan
juga untuk menghibur. Bila diringkas kesemua tujuan tersebut dapat
disebut membujuk (bersifat persuasive). Komunikasi yang berfungsi
memberitahukan atau menerangkan (to inform) mengandung muatan
persuasive dalam arti pembicara menginginkan pendengamya
mempercayai bahwa fakta atau informasi yang disampaikan akurat
dan layak untuk diketahui. Bahkan komunikasi yang menghibur (to
entertain) pun secara tidak langsung membujuk khalayak untuk
melupakan.(ningsih, 2018)

2.1.3 Tujuan Komunikasi

Pada dasarnya, tujuan komunikasi adalah untuk memberikan


pengetahuan atau informasi kepada orang lain sehingga dapat memengaruhi
pemikiran, mengubah sikap, dan mendorong orang lain untuk melakukan
hal tertentu.
Tujuan komunikasi mengarah pada suatu harapan atau keinginan yang
ingin di tuju oleh manusia. Secara umum Harold D Laswell menyebutkan
bahwa tujuan komunikasi ada empat, yaitu :

10
1. Social Change (Perubahan Sosial). Seseorang mengadakan
komunikasi dengan orang lain, diharapkan adanya perubahan sosial
dalam kehidupannya, seperti halnya kehidupannya akan lebih baik
dari sebelum berkomunikasi.
2. Attitude Change (Perubahan Sikap). Seseorang berkomunikasi juga
ingin mengadakan perubahan sikap.
3. Opinion Change (Perubahan Pendapat). Seseorang dalam
berkomunikasi mempunyai harapan untuk mengadakan perubahan
pendapat.
4. Behavior Change (Perubahan Perilaku). Seseorang berkomunikasi
juga ingin mengadakan perubahan perilaku.
2.2. Organisasi
Kata organisasi berasal dari bahasa Yunani, yakni organon atau “alat”.
Dalam lingkup ilmu-ilmu sosial, organisasi dipelajari sebagai objek penelitian
oleh antara lain ilmu sosiologi, ekonomi, politik, psikologi, antropologi, sejarah,
dan manajemen. Secara konseptual terdapat dua pengertian yang berbeda untuk
istilah organisasi (organization) sebagai kata benda, yakni wadah sekelompok
orang untuk mencapai tujuan bersama dan pengorganisasian (organizing) sebagai
kata kerja, yakni suatu proses dan serangkaian aktivitas yang dilakukan secara
sistematis sebagai bagian dari upaya membangun dan mengembangkan organisasi
atau sebagai salah satu fondasi manajemen. (Effendhie, 2011)
Secara sederhana organisasi dapat diartikan sebagai suatu kesatuan yang
merupakan wadah atau sarana untuk mencapai berbagai tujuan atau sasaran
organisasi memiliki banyak komponen yang melandasi diantaranya terdapat
banyak orang, tata hubungan kerja, spesialis pekerjaan dan kesadaran rasional dari
anggota sesuai dengan kemampuan dan spesialisasi mereka masing-masing.
(Aprianti, 2016)
Secara filosofis, terdapat tiga pendapat tentang pengertian organisasi yaitu:
1. Organisasi adalah sistem dimana manusia saling tergantung atau
terkait satu sama lain dan membentuk jejaring yang saling
memberikan kemanfaatan satu dengan yang lain

11
2. Organisasi adalah kerangka kerja bagi manajemen dalam bekerja.
Artinya organisasi merupakan wadah, lembaga, atau kelompok
fungsional ketika proses manajemen berlangsung. Organisasi
semacam peta jalan (road-map) bagi manajemen dan anggotanya
untuk mencapai tujuan.
3. Organisasi adalah strategi komplek yang melibatkan manusia yang
didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sehingga
organisasi merupakan wadah dimana sekumpulan orang diarahkan
untuk tujuan-tujuan spesifik dari organisasi. Semakin lama
organisasi berdiri, maka semakin kompleks hubungan antar
manusia dan peralatan kerja yang ada di dalamnya.
Sebuah organisasi terdiri dari 3 unsur pokok yakni orang-orang, tujuan, dan
struktur. Sehingga fungsi utama organisasi adalah: a) sebagai wadah bagi orang-
orang dalam bekerja sama mencapai satu tujuan; b) sebagai wadah bagi orang-
orang dalam membentuk perilaku dan budaya organisasi; dan c) sebagai wadah
untuk mencapai sasaran yang sulit dicapai seorang diri. Orang-orang dalam
organisasi pada akhirnya membentuk struktur yang menunjang pencapaian tujuan.
(Ambarwati, 2018)
Organisasi menurut Robbins (2001:4) diartikan sebagai suatu unit (satuan)
sosial yang dikoordinasikan dengan sadar, yang terdiri dari dua orang atau lebih,
yang berfungsi atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan
atau serangkaian tujuan bersama.(Sudarsono, 2019)
Terdapat dua pendekatan dalam memahami organisasi, yaitu pendekatan
objektif dan pendekatan subjektif. Makna “objektif” dalam konteks ini merujuk
kepada pandangan bahwa objek-objek, perilaku-perilaku, dan peristiwa-peristiwa
eksis di dunia nyata dan terlepas dari pengamatnya, sedangkan “subjektif”
menunjukkan bahwa relalitas itu sendiri adalah konstruksi sosial, realitas sebagai
suatu proses kreatif yang memungkinkan orang menciptakan apa yang ada “di luar
sana” (Pace & Faules, 2001: 11).
Menurut pendekatan objektif, organisasi merupakan sesuatu yang bersifat
fisik dan kongkret, dan merupakan sebuah struktur dengan batas-batas yang pasti,
sesuatu yang stabil. Istilah “organisasi” mengisyaratkan bahwa sesuatu yang nyata

12
merangkum orang-orang, hubungan-hubungan, dan tujuan-tujuan. Pendekatan
subjektif memandang organisasi sebagai kegiatan yang dilakukan orang-orang,
terdiri dari tindakan-tindakan, interaksi, dan transaksi yang melibatkan orang-
orang. Organisasi diciptakan dan dipupuk melalui kontak-kontak yang terus
menerus berubah yang dilakukan orang-orang antara yang satu dengan lainnya
dan tidak eksis secara terpisah dari orang-orang yang perilakunya membentuk
organisasi tersebut.
Jadi berdasarkan pendekatan objektif, organisasi berarti struktur; sedangkan
berdasarkan pandangan subjektif, organisasi berarti proses (mengorganisasikan
perilaku). Implikasinya, menurut pendekatan objektif, mempelajari organisasi
adalah mempelajari keseluruhan, bagaimana organisasi dapat beradaptasi dengan
cara terbaik terhadap lingkungan untuk mengembangkan diri dan berlangsung
hidup, sedangkan menurut pendekatan subjektif pengetahuan mengenai organisasi
diperoleh dengan melihat perilaku-perilaku dan apa makna perilaku-perilaku itu
bagi mereka yang melakukannya, struktur diakui tapi tekanannya pada perilaku
manusia dalam arti tidak independen dari tindakan-tindakan manusia. Kedua
pendekatan tersebut, baik objektif maupun subjektif tidak hanya mempengaruhi
cara pandang terhadap budaya organisasi, tapi juga dalam memahami aspek-aspek
lainnya yang terkait dengan perilaku organisasi. (Sudarsono, 2019)
Definisi organisasi seringkali dirumuskan sesuai kepentingan dan tujuan
penelitian serta tergantung pada konteks dan perspektif keilmuan dari seseorang
yang merumuskannya. Terdapat puluhan atau bahkan mungkin lebih mengenai
definisi organisasi. Sebagai contoh, berikut beberapa definisi organisasi yang
dikutip dari beberapa tulisan. Dalam buku Erni Rernawan (2011: 15), dikutip
pengertian organisasi dari Mathis and Jackson sebagai berikut: “Organisasi
merupakan suatu kesatuan sosial dari sekelompok manusia yang saling
berinteraksi menurut suatu pola tertentu sehingga setiap anggota organisasi
memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing, sebagai suatu kesatuan yang
memiliki tujuan tertentu dan mempunyai batas-batas yang jelas, sehingga bisa
dipisahkan”. Dalam buku Malayu S.P. Hasibuan, (2014: 24-25), terdapat kutipan
pengertian organisasi sebagai berikut. Louis A. Allen: “Organisasi sebagai proses
penentuan dan pengelompokkan pekerjaan yang akan dikerjakan, menetapkan dan

13
melimpahkan wewenang dan tanggung jawab dengan maksud untuk
memungkinkan orang-orang bekerja sama secara efektif dalam mencapai tujuan”.
(Effendhie, 2011)
Organisasi selain dipandang sebagai wadah kegiatan orang juga dipandang
sebagai proses, yaitu menyoroti interaksi diantara orang-orang yang menjadi
anggota organisasi. Keberhasilan suatu organisasi ditentukan oleh kualitas
sumberdaya manusia yang saling berinteraksi dan mengembangkan organisasi
yang bersangkutan. Organisasi dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia dalam
rangka mengoptimalkan kinerja pegawai tidak terlepas dari pemberdayaan potensi
yang ada. (Aprianti, 2016)

2.3. Komunikasi Organisasi

Dalam sebuah organisasi yang di dalamnya terdiri atas orang-orang yang


memiliki tugas masing-masing serta saling berhubungan satu sama lain sebagai
suatu sistem tentu memerlukan komunikasi yang baik agar kinerja organisasi
berjalan dengan baik pula. Sehingga apa yang menjadi tujuan organisasi dapat
tercapai. Keberlangsungan hidup sebuah organisasi salah satunya adalah dengan
komunikasi. Suatu organisasi tidak akan berjalan tanpa adanya komunikasi. Hal
inilah yang melatarbelakangi studi mengenai komunikasi organisasi.
Komunikasi menjadi instrumen yang sangat berguna untuk menyampaikan
atau menerima informasi dan pesan dari dan kepada orang lain. Kelalaian dalam
melakukan kegiatan komunikasi dapat memberi dampak buruk yang cukup parah.
Bayangkan saja jika anda seorang pilot pesawat salah mencerna pesan dari
pengatur lalu lintas kemudian menimbulkan masalah yang berakibat pada
kematian para penumpang pesawat. (ambar sri lestari, 2021)
Komunikasi organisasi suatu proses komunikasi di dalam organisasi formal
maupun informal dalam bentuk komunikasi yang kompleks, komunikasi tersebut
dapat menimbulkan pengertian yang sama sehingga dapat mewujudkan tujuan
organisasi tersebut. Selain dengan komunikasi organisasi pemberian dorongan
juga termasuk sebagai salah satu bentuk motivasi, penting dilakukan untuk
meningkatkan gairah kerja karyawan sehingga dapat mencapai hasil yang
dikehendaki oleh manajemen. Dengan komunikasi organisasi dan motivasi
sehingga menciptakan kinerja karyawan yang baik adalah tidak mudah karena

14
kinerja karyawan dapat tercipta apabila variabel-variabel yang mempengaruhinya
seperti komunikasi organisasi dan motivasi dapat diakomodasikan dengan baik
dan diterima oleh semua karyawan di dalam suatu perusahaan. (Ernika, 2016)
Komunikasi organisasi dalam prespektif subjektif adalah perilaku
pengorganisasian yang terjadi dan bagaimana mereka yang terlibat dalam proses
itu bertransaksi dan memberi makna atas apa yang terjadi. Pada prespektif ini
yang ditekankan adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang
menciptakaan, memelihara, dan mengubah organisasi. Sedangkan dalam definsi
objektif adalah kegiatan penangan pesan yang terkandung dalam suatu batas
organisasi. Pada prespektif ini yang lebih ditekankan adalah pada komunikasi
sebagai suatu alat yang memungkinkan orang beradaptasi dengan lingkungan
mereka.
Jika R wayne memandang komunikasi organisasi dalam dua prespektif, lain
halnya dengan Redding dan Sanborn yang dikutip oleh Arni Muhammad
(2007:23) dalam buku Komunikasi Organisasi, menurut mereka “komunikasi
organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang
kompleks. (Ernika, 2016)
Komunikasi dapat bersifat formal dan informal. Komunikasi formal adalah
komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi
kepentingan organisasi. isinya berupa cara kerja di dalam organisasi,
produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi.
misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi.
Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial.
Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotannya secara
individual.
Bermacam-macam persepsi dari para ahli mengenai komunikasi organisasi
ini tapi dari semuanya itu ada beberapa hal yang umum yang dapat disimpulkan
yaitu:
a. Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang kompleks
yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun
eksternal.

15
b. Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah dan
media.
c. Komunikasi organisasi organisasi meliputi orang dan sikapnya,
perasaannya, hubungdannya dan keterampilan/skilnya. (Ummah, 2017)
2.3.1. Tujuan Komunikasi Organisasi
Ada empat tujuan komunikasi organisasi, yaitu:
1. Menyatakan pikiran, pandangan dan pendapat. Memberi peluang
bagi para pemimpin organisasi dan anggotannya untuk menyatakan
pikiran, pandangan, dan pendapat sehubungan dengan tugas dan
fungsi yang mereka lakukan.
2. Membagi informasi (information sharing). Memberi peluang
kepada seluruh aparatur orgaisasi untuk membagi informasi dan
memberi makna yang sama atas visi, misi, tugas pokok, fungsi
organisasi, sub organisasi, individu, maupun kelompok kerja dalam
organisasi
3. Menyatakan perasaan dan emosi. Memberi peluang bagi para
pemimpin dan anggota organisasi untuk bertukar informasi yang
berkaitan dengan perasaan dan emosi.
4. Tindakan koordinasi. Bertujuan mengkoordinasi sebagai atau
seluruh tindakan yang berkaitan dengan tugas dan fungsi organisasi
yang telah dibagi habis ke dalam bagian atau subbagian organisasi.
Organisasi tanpa koordinasi dan organisasi tanpa komunikasi sama
dengan organisasi yang menampilkan aspek individual dan bukan
menggambarkan aspek kerja sama. (Ummah, 2017)
2.3.2. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi
Ada dua fungsi komunikasi organisasi, yaitu organisasi yakni fungsi
umum dan fungsi khusus.
1) Fungsi Umum
a. Komunikasi berfungsi untuk menceritakan informasi terkini
mengenai sebagai atau keseluruhan hal yang berkaitannya dngan
pekerjaan. terkadang komunikasimerupakan proses pemberian
informasi mengenai bagaimana seorang atau sekelompok orang

16
harus mengerjakan satu tugas tertentu. Contohnya: job
description.
b. Komunikasi berfungsi untuk “menjual” gagasan dan ide,
pendapat, fakta, termasuk menjual sikap organisasi dan sikap
tentang sesuatu yang merupakan subyek layanan. Contohnnya:
public relations (humas), pameran, ekspo, dll.
c. Komunikasi berfungsi untuk meningkatkan kemampuan para
karyawan agar mereka bisa belajar dari orang lain (internal),
belajar tentang apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dikerjakan
orang lain, tentang apa, yang “dijual” atau yang diceritakan oleh
orang lain tentang organisasi.
d. Komunikasi berfungsi untuk menentukan apa dan bagaimana
organisasi membagi pekerjaan, atau siapa yang menjadi atasan
dan siapa yang menjadi bawahan, besaran kekuasaan dan
kewenagan, menentukan bagaimana menangani sejumlah orang,
bagaimana memanfaatkan sumber daya, serta mengalokasikan
manusia, mesin,metode dan teknik dalam organisasi.
2) Fungsi khusus
a. Membuat para karyawan melibatkan diri ke dalam isu-isu
organisasi, lalu menerjemahkannya ke dalam tindakan tertentu
dibawah sebuah komando.
b. Membuat para karyawan menciptakan dan menangani relasi
antarsesama bagi peningkatan produk organisasi.
c. Membuat para karyawan memiliki kemampuan untuk
menangani atau mengambil keputusan-keputusan dalam suasana
yang ambigu dan tidak pasti.
Menurut Charles Condrad (1985) yang dikutip oleh Alo Liliweri
dalam bukunya sosiologi & komunikasi organisasi menyatakan bahwa ada
dua fungsi makro komunikasi organisasi, yaitu fungsi komando dan fungsi
relasi bermuara pada fungsi komuniksiyang mendukung organisasi dalam
pengambilan keputusan, terutama ketika organisasi menghadapi situasi yang
tidak menentu. (Ummah, 2017)

17
2.3.3. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi

Komunikasi berguna sebagai mengendalikan sikap anggota dengan


beberapa cara. Organisasi memiliki hierarki kekuasaan serta acuan formal
yang harus di lakukan para anggota. Bila sekumpulan karyawan
mempengaruhi karyawan lain agar lalai dalam ketentuan organisasi dengan
bekerja sangat giat, orang-orang tersebut secara informal mengendalikan
perilaku orang lain. Lalu, komunikasi memberi dorongan melalui cara
menyampaikan kepada para anggota apa yang mesti dilakukan, bagaimana
hasil mereka dalam melakukan pekerjaannya, dan apa yang harus dilakukan
agar kinerja dapat lebih baik sehingga sesuai standar organisasi.
Sebagai alat melakukan ekspresi secara emosional yang mana banyak
para anggota kerja mereka merupakan asal inti dari interaksi sosial.
Komunikasi yang ada pada organisasi tersebut adalah mekanisme dasar
dimana para anggota saling berbagi perasaan kesal dan senang dalam
menjalankan kegiatan di organisasi tersebut (Robbins & Coulter, 2010).
Komunikasi berperan penting dalam organisasi, salah satunya sebagai
sarana memadukan tugas-tugas yang telah tersusun dan sistematis. Fungsi
komunikasi dibagi menjadi empat fungsi (Bangun, 2012), yaitu:
a. Fungsi Pengawasan.
Organisasi umumnya mempunyai struktur dan perintah.
Komunikasi membantu karyawan tentang bagaimana dan apa yang
seharusnya mereka lakukan guna bekerja sesuai standar yang telah
ditentukan.
b. Sebagai Motivasi.
Dengan menyampaikan informasi yang jelas dan bagaimana
prestasi serta pencapaian anggota organisasi, serta bagaimana cara
memotivasi anggota organisasi supaya mempunyai kemauan
melaksanakan tugasnya dengan baik.
c. Pengungkapan Emosi.
Komunikasi yang terjadi dalam organisasi kerja mereka merupakan
sumber utama dalam komunikasi sosial dan merupakan komunikasi

18
fundamental dimana pengungkapan yang menunjukkan ekspresi
kecewa maupun puas.
d. Informasi
Hal ini berhubungan dengan pengambilan keputusan. Kegiatan
komunikasi yang dilakukan dapat memberi informasi yang berguna
dalam langkah pengambilan keputusan.
(Dewi, 2007), apapun bentuk organisasinya, komunikasi akan
berfungsi:
a. Informatif
Pemimpin dan karyawan memerlukan informasi yang banyak
dalam penyelesaian berbagai tugasnya. Informasi tersebut
berhubungan dengan upaya organisasi dalam meraih tujuannya.
b. Regulatory (Pengendalian)
Komunikasi berfungsi sebagai pengatur dan pengendali organisasi.
Komunikasi dalam hal ini berupa peraturan, prosedur, perintah dan
laporan.
c. Persuasif
yaitu mengajak orang lain dalam hal mengikuti atau melaksanakan
ide/gagasan atau tugas.
d. Integratif
organisasi yang terbagi menjadi berbagai bagian atau divisi akan
tetap merupakan satu kesatuan yang utuh dan terpadu dengan
adanya komunikasi. (ambar sri lestari, 2021)
2.4. Karyawan

Karyawan itu adalah sumberdaya manusia atau penduduk yang


bekerja di suatu institusi baik pemerintah maupun maupun swasta (bisnis).
Ada beberapa rumusan mengenai siapa karyawan itu sebenarnya. Diantara
rumusan itu, antara lain :
• Ndraha (1999), sumberdaya manusia (human resaouces) adalah
penduduk yang siap, mau dan mampu memberikan sumbangan terhadap
pencapaian tujuan organisasi atau the people who are ready, willing, and
able to contribute to organizational goal.19

19
• Hadari Nawawi, sumberdaya manusia adalah potensi yang menjadi
motor penggerak organisasi/perusahaan.
• Wirawan, sumberdaya manusia merupakan sumberdaya yang digunakan
untuk menggerakkan dan mensinergikan sumberdaya lainnya untuk
mencapai tujuan organisasi. Tanpa SDM sumberdaya lainnya
menganggur (idle) dan kurang bermanfaat dalam mencapai tujuan
organisasi.
Dari beberapa rumusan tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa
karyawan atau SDM itu mempunyai potensi yang luar biasa yang
menggalahkan sumberdaya organisasi lainnya, karena ia mempunyai :
a) Kemampuan fisik, yang dapat digunakannya untuk menggerakan,
mengerjakan, atau menyelesaikan sesuatu pekerjaan yang tidak dapat
dilakukan oleh sumberdaya atau faktor produksi lainnya.
b) Kemampuan psikis, yang dapat membangkitkan spirit, motivasi,
semangat dan etos kerja, kreativitas, inovasi dan profesionalisme dalam
bekerja.
c) Kemampuan karakteristik, yang dapat membangkitkan kecerdasan
(intelektual, emosional, spiritual, dan sosial) yang membawanya untuk
berkembang menjadi lebih mampu dalam menghadapi segala macam
tantangan.
d) Kemampuan pengetahuan dan keterampilan, yang mengantarkannya
untuk memiliki kompetensi yang diperlukannya dalam melaksanakan
pekerjaannya.
e) Pengalaman hidupnya, yang dapat menyempurnakan pertimbangan
dalam menyelesaikan persoalan yang menyangkut pekerjaannya.
Dengan bahasa yang lebih ringkas karyawan atau sumberdaya
manusia (SDM) itu, di satu sisi berfungsi sebagai sumberdaya organisasi
disamping sumberdaya-sumberdaya organisasi lainnya [uang (money),
mesin (mechine), bahan baku (material), dan metode (method)] dengan
kemampuannya yang leading (berada dimuka) untuk berperan
melaksanakan fungsi manajerial (menggerakan) sumberdaya-sumberdaya

20
organisasi lainnya (uang, mesin, bahan baku, dan metode).(Abdullah Maruf,
2014)

2.5. Iklim Organisasi

Istilah iklim yang biasanya dipergunakan dalam konteks meteorology


dan diartikan sebagai hawa, suhu atau cuaca suatu daerah, juga
dipergunakan dalam konteks organisasi. Dalam konteks organisasi, makna
iklim adalah keadaan atau suasana yang terdapat dalam suatu organisasi.
Iklim berhubungan dengan persepsi. Hal ini berarti gambaran kondisi
iklim berkaitan dengan bagaimana individu-individu menginterpretasikan
peristiwa- peristiwa atau karakteristik yang dihadapi atau terjadi di
lingkungan kerja organisasinya. Adanya perbedaan individual tentunya
mempengaruhi persepsi, sehingga persepsi ini bersifat subyektif, dimana
interpretasi tentang kondisi iklim bisa saja terjadi. Perbedaan ini jelas
tampak antara pihak pimpinan dengan karyawan atau pimpinan dengan para
karyawan dan staf administrasi lainnya. Pimpinan sebagai pelaku yang
dominan dalam membentuk dan mempengaruhi iklim organisasi secara
keseluruhan (baik melalui kepemimpinan maupun cara-cara yang diterapkan
di dalam mengelola organisasinya), tentunya secara subyektif akan
memberikan persepsi tertentu tentang iklim organisasi yang dipimpinnya.
Misalnya, pimpinan akan mengatakan iklim organisasinya terbuka dengan
demokratisasi kehidupan organisasi. Dilain pihak para karyawan dan staf
administrasi mungkin saja menganggap iklimnya kurang terbuka.(Nurlidia
& -, 2018)

2.5.1 Defenisi Iklim Organisasi

Iklim organisasi memiliki banyak definisi. Definisi pertama


dikemukakan oleh Forehand and Gilmers pada tahun 1964 yang
menyatakan bahwa iklim organisasi adalah serangkaian deskripsi dari
karakteristik organisasi yang bertahan dalam jangka waktu lama
(Toulson & Smith, 2004: 455). Pada tulisan Litwin dan Stringer,
seperti dikutip Toulson dan Smith (2004: 457), mendefinisikan iklim
organisasi sebagai suatu yang dapat diukur pada lingkungan kerja baik

21
secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada karyawan
dan pekerjaannya dimana tempat mereka bekerja dengan asumsi akan
berpengaruh padadan motivasi perilaku karyawan.
Menurut Lussier (2005: 486) mengatakan bahwa iklim
organisasi adalah persepsi pegawai mengenai kualitas lingkungan
internal organisasi yang secara relatif dirasakan oleh anggota
organisasi kemudian akan mempengaruhi perilaku mereka berikutnya.
Stinger (Wirawan, 2007) mendefinisikan bahwa iklim organisasi
sebagai koleksi dan pola lingkungan yang menentukan munculnya
motivasi serta berfokus pada persepsi-persepsi yang masuk akal atau
dapat dinilai, sehingga mempunyai pengaruh langsung terhadap
kinerja anggota organisasi. Tagiuri dan Litwin mengatakan bahwa
iklim organisasi merupakan kualitas lingkungan internal organisasi
yang secara relatif terus berlangsung, dialami oleh anggota organisasi
dan mempengaruhi perilaku mereka serta dapat dilukiskan dalam satu
set karateristik atau sifat organisasi.
Menurut Suharsaputra (2013: 82) mendefinisikan bahwa iklim
organisasi merupakan hal yang amat penting bagi keberhasilan suatu
organisasi dan iklim suatu organisasi akan sangat berbeda dengan
iklim organisasi lainnya, karena hal tersebut berkaitan dengan kondisi
lingkungan kerja masing- masing organisasi. Iklim organisasi juga
merupakan konsep deskriptif yang berdasarkan pada persepsi
lingkungan sosial anggota organisasi
Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa iklim
organisasi adalah serangkaian deskripsi dari karakteristik organisasi
yang bertahan dalam jangka waktu lama dapat diukur pada lingkungan
kerja baik secara langsung maupun tidak langsung yang akan
mempengaruhi pada karyawan dan pekerjaanya dimana tempat
mereka bekerja dengan asumsi akan berpengaruh pada motivasi dan
perilaku karyawan. (Fabiana Meijon Fadul, 2019)

22
2.5.2 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Iklim Organisasi

Menurut Steers (dalam Sumantono, 2001: 28 ) ada empat


perangkat faktor-faktor yang mempengaruhi iklim organisasi, yaitu :
a. Struktur organisasi
Bukti-bukti yang ada bahwa makin tinggi penstrukturan suatu
organisasi, lingkungannya akan terasa penuh ancaman.
b. Ukuran (besarnya) dan posisi kerja seseorang dalam organisasi.
Organisasi yang kecil selalu mempunyai iklim yang terbuka, saling
mempercayai dan saling bergantungan.Sedangkan organisasi yang
besar dianggap sebaliknya.
c. Teknologi kerja
Teknologi cenderung menciptakan iklim yang berorientasi pada
peraturan dengan tingkatkepercayaan dan kreativitas rendah.
Teknologi yang lebih dinamis atau berubah-ubah sebaliknya akan
menjurus pada komunikasi yang lebih terbuka, kepercayaan,
kreatifitas, dan penerimaan tanggung jawab pribadi untuk
penyelesaian tugas.
d. Kebijakan dan praktek kerja
Para manajer yang memberikan lebih banyak umpan balik,
otonomi, dan identitas tugas pada bawahannya ternyata sangat
membantu terciptanya iklim yang berorientasi pada prestasi,
dimana para pekerja merasa lebih bertanggung jawab atas
pencapaian sasaran organisasi dan kelompok.
Menurut Rasimin (dalam Legowo, 1998: 18) mengemukakan
bahwa dalam usaha menciptakan suatu iklim organisasi yang baik dan
sehat, terdapat sejumlah faktor yang besar pengaruhnya bagi usaha
pencapaian ini. Adapun faktor-faktor tersebut adalah :
a. Struktur organisasi
Semakin besar otonomi serta kebebasan yang dimiliki karyawan,
akan semakin banyakperhatian manajemen terhadap karyawan dan
semakin besar kesempatan yang diberikanoleh manajemen untuk
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian,

23
iklim organisasi akan semakin baik. Ukuran besar kecilnya
organisasi akanmemberikan pengaruh yang besar terhadap tingkat
kualitas iklim organisasi. Organisasiyang kecil biasanya lebih
terbuka, hubungan antar anggota lebih dekat dan
tergantung,sedangkan pada organisasi yang besar adalah
sebaliknya.
b. Teknologi kerja (Teknologi yang digunakan dalam organisasi)
Teknologi yang bersifat rutin sering menimbulkan suatu iklim
yang selalu berorientasipada peraturan yang kaku. Teknologi kerja
yang dinamis (bergerak maju) biasanya akanmenimbulkan suatu
bentuk komunikasi yang terbuka dengan disertai oleh kreativitas
yangbaik.
c. Kebijakan dan praktek manajemen
Para manajer yang memberikan lebih banyak umpan balik,
autonomi, dan idenitas tugas pada bawahannya ternyata sangat
membantu terciptanya suatu iklim organisasi yang baik dan
berorientasi pada prestasi, dimana karyawan lebih bertanggung
jawab pada sasaran organisasi.
2.5.3 Teori Iklim Organisasi

Banyak definisi iklim organisasi yang muncul dari para ahli


iklim organisasi seperti Taguiri dan Litwin (1968) mendefinisikasn
iklim organisasi adalah kualitas lingkungan internal organisasi yang
secara relatif terus berlangsung, dialami oleh anggota organisasi,
mempengaruhi perilaku mereka dan dapat dilukiskan dalam
pengertian satu set karakteristik atau sifat organisasi. Sementara
menurut Gibson dkk (1975) bahwa iklim merupakan satu set
perlengkapan dari suatu lingkungan kerja yang dirasakan secara
langsung atau tidak langsung oleh karyawan yang bekerja di
lingkungan ini dan beranggapan akan menjadi kekuatan utamayang
mempengaruhi tingkah laku mereka dalam bekerja.
Selain definisi iklim organisasi ada beberapa teori iklim
organisasi yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

24
1. Teori Steers
Steers (1977) mengemukakan hubunganantara sebagian
faktor penentu iklim, hasil individu dengan efektivitas
organisasi dimana faktor penentu iklim organisasi adalah
kebijakan dan praktek manajemen, sturktur organisasi,
teknologi dan lingkungan luar.
2. Teori Miles
Sergiovanni (1983) mengemukakanbahwa terdapat sepuluh
indikator untuk mengetahui sehat atau kurang sehatnya iklim
organisasi, yaitu: tujuan (goal focus),
komunikasi(communication adequacy),optimalisasi
kekuasaan (optimal power equalization), pemanfaatan
sumber daya (resource utilization), kohesifitas
(cohesiveness), moril (moral), inovatif (innovativeness),
otonomi (autonomy), adaptasi (adaptation), pemecahan
masalah (problem solving adequacy)Teori Likert.
3. Likert (1967)
mengembangkan sebuahinstrumen yang memuaskan pada
kondisi- kondisi perilaku dan gaya-gaya manajemen yang
digunakan. Karakteristik yang dicakup oleh skala Likert
adalah perilaku pemimpin, motivasi, komunikasi, proses
pengaruh interaksi, pengambilan keputusan, penentuan
tujuan, dan control.
4. Teori Litwin dan Stringer
Litwin dan Stringer (1968) menggunakanteori tiga kebutuhan
(berprestasi, berafiliasi, dan berkuasa) dari McClelland
sebagai tipe utama motivasi, ditemukan bahwa ketiga
kebutuhan tersebut dipengaruhi oleh iklim organisasi. Juga
terdapat sembilan dimensi iklim organisasi, yaitu struktur,
tanggung jawab, imbalan, resiko, keramahan, kehangatan
hati, dukungan, standar, konflik, dan identifikasi.

25
Dari beberapa teori yang telah dikemukakan di atas, dimana
para ahli memiliki konsep iklim organisasi yang berbeda-beda.
Namun ada beberapa kata kunci dalam definisi iklim organisasi yang
perlu mendapat penjelasan yakni ;
1. Persepsi. Dimana iklim organisasi merupakan persepsi
anggota organisasi yakni sebagai individual dan kelompok
serta berhubungan dengan organisasi. Persepsi orang
mengenai apa yang ada di dalam lingkungannya berbeda
antara sejumlah individu dengan individu lainnya.
2. Hal yang ada atau terjadi dalam lingkungan internal
organisasi. Persepsi orang mengenai apa yang ada atau apa
yang terjadi dalam lingkungan internal organisasi.
3. Praktik rutin. Persepsi anggota organisasi dalam pengertian
persepsi rutin anggota organisasi mengenai apa yang terjadi
secara rutin dalam organisasi.
4. Sikap dan perilaku organisasi. Persepsi orang mengenai
lingkungan organisasi mempengaruhi sikap orang.
5. Mempengaruhi kinerja organisasi. Iklim organisasi
mempengaruhi produktivitas anggota dan selanjutnya
mempengaruhi efektivitas dan efisiensi organisasi.
Dari definisi dan teori yangdikemukakan tersebut jelas bahwa
iklim organisasi berhubungan erat dengan persepsi individu terhadap
lingkungan internal organisasi yang mempengaruhi organisasi dan
perilaku anggota organisasi.(Susanty, 2013)

2.6. Teori Penelitian

Teori adalah seperangkat bagian-bagian atau variable, definisi, dalil,


dan proposisi yang saling berhubungan dengan menyajikan sebuah
pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan
antara variable, dengan tujuan menjelaskan fenomena alamiah. Secara
umum, teori adalah sebuah system konsep abstrak yang mengindikasikan
adanya hubungan diantara konsep-konsep tersebut yang membantu kita
memahami sebuah fenomena.

26
Teori merupakan seperangkat atau serangkaian proposisi yang
menggambarkan sesuatu gejala seperti itu. Proposisi – proposisi yang
terkandung dan membentuk teori terdiri atas bebrapa konsep yang terjalin
dalam bentuk hubungan sebab akibat. Namun karena di dalam teori juga
terkandung konsep teoritis yang berfungsi menggambarkan realitas dunia
sebagaimana yang dapat dilakukan obsevasi.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas secara umum dapat ditarik
kesimpulan bahwa suatu teori adalah suatu konseptualitas antara asumsi,
konstruk, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena yang diperoleh
melalui proses sistematis, dan harus dapat diuji kebenarannya, bila tidak
maka itu bukan teori.(Skripsi & Humaira, 2022)
2.6.1. Teori Litwin & Stringer
Dalam penelitian pada variabel iklim organisasi yang akan
dilakukan, peneliti akan mengkaji menggunakan konsep teori yang
dikemukakan oleh Litwin & Stringer (1968) dimana iklim dalam
organisasi dapat diperoleh dengan cara mengumpulkan persepsi dan
respons subyektif anggota organisasi terhadap lingkungan organisasi
itu melalui dimensi-dimensi iklim organisasi. Dimensi-dimensi ini
merupakan aspek-aspek yang secara langsung dapat mengukur
determinan iklim organisasi sehingga dapat memberikan gambaran
tentang situasi organisasi dengan lebih spesifik. Iklim organisasi yang
dirasakan oleh individu memiliki beberapa dimensi yang membuatnya
menjadi suatu kondisi yang utuh. Dimensi- dimensi ini dipersepsi dan
dialami oleh individu dan dapat tergambarkan melalui suatu
kuesioner. Menurut penelitian Litwin dan Stringer (1968: 81) terdapat
beberapa dimensi dalam iklim organisasi, yaitu :
1) Structure (struktur)
Dimensi ini membuat gambaran mengenai kejelasan tugas,
prosedur kerja, wewenang dan aturan-aturan pekerjaan.

27
2) Responsibility (tanggung jawab)
Tanggung jawab individu ini meliputi tanggung jawab dalam
tingkah laku kerja maupun konsekuensi atas hasil kerja yang
dilakukan.
3) Reward (penghargaan)
Hal ini menyangkut penghargaan yang diterima atas pekerjaan
yang telah dilakukan dengan baik; lingkungan organisasi lebih
menekankan pada pemberian imbalan (rewards) yang positif
atau pemberian hukuman (punishment) dan mengenai keadilan
atau kesesuaian mengenai gaji dan kebijakan promosi.
4) Risk (risiko)
Hal ini mengenai risiko dan tantangan dalam pekerjaan dan
dalam organisasi, apakah penekanannya pada berani
mengambil risiko dengan perhitungan yang matang,
mengambil risiko yang sangat besar bahkan di luar
kemampuan, atau tidak berani mengambil risiko dalam arti
mencari jalan “ aman ” saja.
5) Warmth (kehangatan)
Dimensi ini menunjukan tentang hubungan interpersonal
dalam organisasi yang menciptakan suasana kerja tersendiri.
Apakah suasana kerja tergambar dengan ada atau tidaknya
persahabatan dan keakraban antar anggota organisasi.
6) Support (dukungan)
Hal ini antara lain menggambarkan ada atau tidaknya
dukungan emosional dari para manajer atau pekerja-pekerja
lain dalam kelompok.
7) Standards (standar kinerja)
Hal ini merupakan persepsi atau penghayatan karyawan
mengenai standar kinerja atau derajat tantangan dari tujuan
yang ditentukan bagi karyawan serta penekanannya pada
pencapaian hasil kerja yang baik.

28
8) Conflict (konflik)
Definisi ini pada dasarnya mengulas tentang bagaimana
pemecahan terhadap konflik yang terjadi (conflik resolution) di
organisasi.
9) Identity (identitas diri)
Dimensi ini merupakan gambaran mengenai identifikasi
individu dengan tujuan atau norma kelompok atau organisasi.
(Kiki Cayaha Setiawan, 2015)
2.7. Penelitian Terdahulu

2.8. Kerangka Pemikiran

KARYAWAN

SMARA SEASON ORGANIZER

IKLIM ORGANISASI

TEORI LITWIN DAN STRINGER

Structure, responsibility, reward, risk, warmth, support,


standards, conflict, identity

WAWANCARA

PENGARUH IKLIM ORGANISASI TERDAHDAP KINERJA


KARYAWAN SMARA SEASON ORGANIZER

29

Anda mungkin juga menyukai