Anda di halaman 1dari 39

Fungsi Koordinasi dalam Sebuah Organisasi

OPINI | 10 June 2013 | 18:51 Dibaca: 4440 Komentar: 4 1

Jika berbicara tentang Organisasi (organization) berarti berbicara tentang sebuah kelompok,
dimana kelompok tersebut biasanya memiliki atasan dan juga bawahan, dimana bawahan
(karyawan/pegawai) berada di bawah pengarahan atasan (manajer/pimpinan) demi mencapai
tujuan bersama.

menurut Schein, “Organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang
untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki
otoritas dan tanggung jawab”. Dengan pengertian organisasi tersebut, sangat jelas bahwa dalam
rangkaian organisasi itu terdapat suatu hubungan erat antara atasan atau pimpinan dan bawahan,
sehingga akan terjalinlah sebuah program kerja yang efektif, dan hal itu tidak luput dari adanya
suatu pengorganisaan dari sang pemimpin organisasi.

Organisasi mempunyai karakteristik tertentu yaitu mempunyai struktur, tujuan, saling


berhubungan satu bagian dengan bagian lain dan tergantung kepada komunikasi manusia untuk
mengkoordinasikan aktivitas dalam organisasi tersebut (Schein, 1982 dalam Muhammad, 2007).
Sifat tergantung antara satu bagian dengan bagian lain menandakan bahwa organisasi yang
dimaksudkan Schein ini adalah merupakan suatu sistem. Berarti dalam sebuah organisasi
terdapat suatu sifat ketergantungan antara satu bagian dan bagian yang lainnya, sehingga jika ada
bagian yang terpecah atau ada masalah, maka akan ada misskomunikasi dan organisasi itu tidak
akan berjalan sesuai dengan tujuan awal.

Organisasi adalah suatu bentuk sistem terbuka dari aktivitas yang dikoordinasi atau diatur
oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama (Muhammad, 2007). Jika dilihat dari
definisi tersebut, saya mengartikan bahwa sangat diperlukan koordinasi dalam setiap organisasi,
agar dalam setiap organisasi tersebut menjalankan masing-masing tugasnya dengan baik tanpa
ada timpang tindih tugas atau kewajibannya, sehingga tercapailah tujuan bersama dalam
organisasi tersebut.
Dalam suatu organisasi, seorang manajer juga membuat kesalahan yang sama. Mereka
memulai kegiatan-kegiatan dan membuat keputusan-keputusan tanpa penetapan suatu kerangka
tujuan-tujuan terlebih dahulu, dimana hal ini akan mengarahkan pembuatan keputusan dalam
organisasi (Handoko, 2003). Jika keputusan itu ada pada satu pihak atau hanya di ambil dari
manajer saja, organisasi itu tidak akan mencapai tujuan awal atau tujuan bersama tadi. Karena
seperti yang sudah saya sebutkan diatas, dalam suatu organisasi itu terdapat bagian atau job-job
tersendiri yang harus mengerjakan kewajibannya dan bekerjasama untuk mencapai tujuan dari
suatu organisasi tersebut.

Seperti halnya sesorang melakukan sesuatu pasti memiliki tujuan, dan disini Organisasi
juga memiliki tujuan. Namun sebelum Organisasi itu memiliki tujuan, organisasi tersebut harus
memiliki misi atau maksud organisasi.

Dalam organisasi juga terdapat elemen organisasi, karena elemen organisasi ada yang
sederhana ada pula yang sangat kompleks, maka elemen-elemen berikut inilah yang akan
menentukan elemen dasar dari suatu organisasi. Elemen organisasi yang pertama adalah Struktur
Sosial. Struktur sosial merupakan pola atau aspek aturan hubungan yang ada antara partisipan di
dalam suatu organisasi. Kedua, Partisipan. partisipan adalah individu-individu yang memberikan
kontribusi kepada organisasi. Semua individu berpartisipasi lebih daripada suatu organisasi dan
keterlibatannya pada masing-masing organisasi tersebut sangat bervariasi. Ketiga, Tujuan.
konsep tujuan organisasi adalah hal yang paling penting dan sangat kontroversal dalam
mempelajari organisasi. Keempat, teknologi. Teknologi adalah penggunaan mesin-mesin atau
perlengkapan mesin dan juga pengetahuan teknik dan keterampilan partisipan. Tiap-tiap
organisasi mempunyai teknologi dalam melakukan pekerjaannya. Kelima, lingkungan. Setiap
organisasi berada pada keadaan fisik tertentu, teknologi, kebudayaan dan lingkungan sosial,
terhadap mana organisasi tersebut harus menyesuaikan diri. Tidak ada organisasi yang sanggup
mencukupi kepentingan dirinya sendiri. Semuanya tergantung kepada lingkungan sistem yang
lebih besar untuk terus hidup. Sudah pasti pula elemen-elemen itu saling keterkaitan antara satu
elemen dengan elemen lainnya (Muhammad, 2007).

Karena suatu organisasi lebih terstruktur maka sangat banyak aspek-aspek yang saling
berkaitan antara satu dengan yang lainnya, sehingga jika terjadi sebuah kesalahan pada salah satu
bagian, maka organisasi tersebut tidak akan berjalan, dan suatu organisasi itu dijalankan harus
sesuai dengan fungsi organisasi tersebut, fungsi organisasi ini juga dapat dilihat melalui situasi
dan kondisi (waktu).

Handoko (2003, p. 110-111) mengatakan bahwa “Konsep tujuan organisasi dipandang


secara luas mempunyai beberapa fungsi penting yang pervariasi menurut waktu dan keadaan”.
Dari penjelasan mengenai organisasi diatas jika dikaitkan dengan komunikasi organisasi, tentu
sangat kuat kaitannya. Dimana komunikasi organisasi itu sendiri adalah pengiriman dan
penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu
organisasi. Maka sangat relevan jika kita mengaitkan eksistensi organisasi dengan keberadaan
komunikasi organisasi yang pada hakikatnya memang suatu organisasi itu akan sukses dengan
adanya komunikasi yang efektif didalamnya.

Jika dilihat dari fungsinya, jelas komunikasi organisasi juga berfungsi untuk
mempengaruhi khalayak. Komunikasi juga membutuhkan khalayak untuk membeli atau
mengkonsumsi berbagai produknya, disitulah letak bagaimana komunikasi berperan pentingt
dalam suatu golongan, kelompok, dan organisasi.

Maka yang harus diperhatikan dalam suatu organisasi itu adalah sebuah koordinasi,
dimana dengan adanya suatu organisasi dari pimpinan akan membuat jalan organisasi itu terarah
serta tepat pada sasaran dari organisasi itu sendiri. karena memang pada hakikatnya suatu
organisasi itu akan tetap terakui keberadaannya ketika masih terdapat koordinasi dari atasan
terhadap bawahan karena hal tersebut membuktikan bahwa organisasi itu masih hidup.

Organisasi dalam bentuk apapun esensinya terdiri dari sumber daya, proses manajemen dan
tujuan organisasi. Seluruh sumber daya yang dimiliki organisasi tersebut dimanfaatkan dalam
proses manajemen secara terintegrasi dalam pencapaian tujuan organisasi. Proses integrasi
sumber daya maupun proses manajemen untuk mencapai tujuan organisasi tersebut disebut
dengan proses koordinasi. Dengan demikian, koordinasi memiliki peran yang vital dalam
memadukan seluruh sumber daya organisasi untuk pencapaian tujuan.
Semakin kompleks organisasi dan manajemen maka semakin kompleks juga proses
koordinasi yang harus dilakukan. Bahkan, dalam konteks organisasi swasta (private institutions),
koordinasi tidak hanya dilakukan dalam ruang lingkup satu negara tetapi juga lintas negara
sebagaimana telah banyak dipraktekan oleh perusahaan-perusahaan multi-nasional (Alleen,
2011). Dapat dibayangkan, betapa sulitnya proses manajemen sumber daya yang tersebar di
berbagai negara tanpa adanya koordinasi. Tanpa koordinasi maka sumber daya yang tersebar
tersebut tidak dapat dikelola secara efektif dan efisien.
Prinsip koordinasi juga harus terefleksikan dalam organisasi public/pemerintahan
maupun organisasi kesewadayaan masyarakat (Alleen, 2011). Dalam organisasi publik, sumber
daya yang digunakan tidak sedikit. Untuk menunjang proses manajemen pembangunan di
berbagai bidang termasuk bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya maka sumber daya baik
keuangan negara maupun sumber daya manusia tidak sedikit. Bahkan, sebagian sumber daya
finansial tersebut sebagian mungkin dipenuhi melalui hutang luar negeri. Dalam kondisi tersebut,
apabila sumber daya tidak dimanfaatkan secara efektif dan efisien maka akan terjadi pemborosan
sumber daya.
Namun dalam praktek administrasi negara di Indonesia seringkali koordinasi dianggap
sebagai barang mahal. Koordinasi mudah diucapkan tetapi sulit untuk dilaksanakan. Banyak
sekali instansi yang memiliki kegiatan sejenis namun tidak terkoordinasi dengan baik. Masalah
ini juga terjadi dalam hubungan antar unit dalam organisasi. Beberapa unit dalam satu organisasi
memiliki kegiatan serupa tanpa bisa dikendalikan oleh pimpinan. Kondisi ini dapat semakin
parah apabila tidak dikoordinasikan dari semenjak perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi.
Secara umum, koordinasi merupakan tali pengikat dalam organisasi dan manajemen yang
menghubungkan peran para actor dalam organisasi dan manajemen untuk mencapai tujuan
organisasi dan manajemen. Dengan kata lain, adanya koordinasi dapat menjamin pergerakan
aktor organisasi ke arah tujuan bersama. Tanpa adanya koordinasi, semua pihak dalam organisasi
dan manajemen akan bergerak sesuai dengan kepentingannya namun terlepas dari peran aktor
lainnya dalam organisasi dan peran masing-masing aktor tersebut belum tentu untuk mencapai
tujuan bersama.

http://politik.kompasiana.com/2013/06/10/fungsi-koordinasi-dalam-sebuah-organisasi-567462.html
KOORDINASI
Semenjak organisasi dibentuk, orang-orang yang ada di dalam organisasi melakukan kegiatan
sesuai dengan pembagian tugasnya masing-masing untuk mencapai tujuan organisasi. Usaha
mereka untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif memerlukan koordinasi.
Dengan adanya koordinasi ini, diharapkan tidak terjadi pekerjaan yang tumpang tindih. Tanpa
koordinasi sulit diharapkan tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien. Fungsi
koordinasi dalam organisasi dapat diibaratkan seperti orkes simpfoni yang menghasilkan suatu
melodi yang merdu. Masing-masing anggota orkes memainkan alat musiknya sesuai dengan
fungsinya.
Dalam berkoordinasi tentu terjadi negosiasi-negosiasi untuk mendapatkan kesepakatan. Salah
satu tugas manajer adalah mengkoordinasikan pekerjaan individu, kelompok, dan organisasi
melalui fungsi-fungsi manajemen lainnya. Koordinasi dalam kenyataannya mudah diucapkan
tetapi sulit dilakukan. Modul ini menyajikan pengertian koordinasi, manfaat koordinasi, prinsip
koordinasi, dan ciri-ciri koordinasi yang efektif.

Pengertian Kordinasi
Koordinasi menurut Chung & Megginson (1981) dapat didefinisikan sebagai proses motivasi,
memimpin, dan mengkomunikasikan bawahan untuk mencapai tujuan organisasi. Sutisna (1989)
mendefinisikan koordinasi ialah proses mempersatukan sumbanga-sumbangan dari orang-orang,
bahan, dan sumber-sumber lain ke arah tercapainya maksud-maksud yang telah ditetapkan.
Anonim (2003) mendefinisikan koordinasi ialah suatu sistem dan proses interaksi untuk
mewujudkan keterpaduan, keserasian, dan kesederhanaan berbagai kegiatan inter dan antar
institusi-institusi di masyarakat melalui komunikasi dan dialog-dialog antar berbagai individu
dengan menggunakan sistem informasi manajemen, dan teknologi informasi.
Berdasarkan pendapat para pakar dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan koordinasi
ialah proses mengintegrasikan (memadukan), mensinkronisasikan, dan menyederhanakan
pelaksanaan tugas yang terpisah-pisah secara terus-menerus untuk mencapai tujuan secara efektif
dan efisien. Tanpa adanya koordinasi, individu-individu dan bagian-bagian akan tidak dapat
melihat peran mereka dalam suatu organisasi. Mereka akan terbawa untuk mengikuti
kepentingan-kepentingan sendiri (ego sektoral) dan bahkan sampai mengorbankan sasaran-
sararan organisasi yang lebih luas.
Koordinasi adalah bagian penting di antara anggota-anggota atau unit-unit organisasi yang
pekerjaannya saling bergantung. Semakin banyak pekerjaan individu-individu atau unit-unit
yang berlainan yang erat hubungannya, semakin besar pula kemungkinan terjadinya masalah-
masalah koordinasi.
Pendekatan yang digunakan dalam koordinasi adalah pendekatan sistem. Dengan pendekatan
sistem memandang koordinasi sebagai pengintegrasian, pensinkronisasian, dan penyederhanaan
pelaksanaan tugas yang terpisah-pisah secara terus-menerus oleh sejumlah individu atau unit
sehingga semuanya bersatu dalam jumlah yang tepat, mutu yang tepat, tempat yang tepat, dan
waKepala Sekolah yang tepat dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Dengan
koordinasi terjadi keseimbangan sejumlah bagian yang berlainan dengan menyelaraskan
interaksinya sehingga keseluruhan organisasi bergerak ke suatu tujuan yang sudah ditentukan
secara efektif dan efisien sebagai suatu sistem.
Hakekat pekerjaan seorang manajer menurut Gibson, et.al. (2003) adalah mengkoordinasikan
tugas individu, kelompok, dan organisasi dengan empat fungsi manajemen yaitu planning,
organizing, leading, and controlling untuk mencapai tujuan individu, kelompok, dan organisasi
secara efektif. Untuk memperjelas pernyataan di atas, Gibson, et.al. (2003)

Manfaat Koordinasi
Koordinasi bermanfaat bagi KEPALA SEKOLAH:
1. untuk mewujudkan KISS (koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi) agar tujuan
organisasi tercapai secara efektif dan efisien;
2. memecahkan berbagai konflik kepentingan berbagai pihak yang terkait;
3. agar manajer pendidikan mampu mengintegrasikan dan mensinkronkan pelaksanaan tugas-
tugasnya dengan stakeholders pendidikan yang saling bergantungan, semakin besar
ketergantungan dari unit-unit, semakin besar pula kebutuhan akan pengkoordinasian;
4. agar manajer pendidikan mampu mengkoordinasikan pembangunan sektor pendidikan dengan
pengembangan sektor-sektor lainnya;
5. agar manajer pendidikan mampu mengintegrasikan kegiatan fungsional dinas pendidikan dan
tujuan-tujuan dari unit organisasi yang terpisah-pisah untuk mencapai tujuan bersama dengan
sumberdaya yang terbatas secara efektif dan efisien;
6. adanya pembagian kerja di mana semakin besar pembagian kerja, semakin diperlukan
pengkordinasian/penyerasian sehingga tidak terjadi duplikasi atau tumpang tindih pekerjaan
yang menyebabkan pemborosan;
7. untuk mengembangkan dan memelihara hubungan yang baik dan harmonis di antara kegiatan-
kegiatan baik fisik maupun nonfisik dengan stakeholders;
8. untuk memperlancar pelaksanaan tugas dalam rangka mencapai tujuan pendidikan dengan
sumberdaya pendidikan yang terbatas;
9. mencegah terjadinya konflik internal dan eksternal sekolah yang kontra produktif;
10. mencegah terjadinya kekosongan ruang dan waKepala Sekolah; dan
11. mencegah terjadinya persaingan yang tidak seha.

Prinsip-prinsip Koordinasi
Prinsip-prinsip koordinasi disingkat KOORDINASI.

Karakteristik Koordinasi yang Efektif


1) Tujuan berkoordinasi tercapai dengan memuaskan semua pihak terkait.
2) Koordinator sangat proaktif dan stakeholders kooperatif.
3) Tidak ada yang mementingkan diri sendiri atau kelompoknya (egosektoral).
4) Tidak terjadi tumpang tindih tugas.
5) Komitmen semua pihak tinggi.
6) Informasi keputusan mengalir cepat ke semua pihak yang ada dalam sistem jaringan
koordinasi.
7) Tidak merugikan pihak-pihak yang berkoordinasi.
8) Pelaksanaan tepat waKepala Sekolah.
9) Semua masalah terpecahkan.
10)Tersedianya laporan tertulis yang lengkap dan rinci oleh masing-masing stakeholder.
Contoh:
Koordinasi Penggunaan kelas, laboratorium, bengkel, sarana dan prasarana lainnya secara
bersama-sama.
Ringkasan
Salah satu tugas manajer adalah mengkoordinasikan. Koordinasi ialah proses mengintegrasikan,
mensinkronisasikan, dan menyederhanakan pelaksanaan tugas yang terpisah-pisah secara terus-
menerus untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Pendekatan yang digunakan dalam
koordinasi adalah pendekatan sistem. Koordinasi bermanfaat bagi KEPALA SEKOLAH untuk
mewujudkan KISS (koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi) agar tujuan organisasi
tercapai secara efektif dan efisien. Prinsip-prinsip koordinasi disingkat KOORDINASI. Ada 10
karakteristik kodinasi yang efektif.

Daftar Pustaka

Chung, K.H. & Megginson, L.C. 1981. Organizational Behavior Developing Managerial Skills.
New York: Harper & Row, Publishers.
Gibson, J.L., Ivancevich, J.M., Donnelly, J.H., & Konopaske, R. 2003.
Organizations: Behavior, Structure, Processes. 11th Edition. New York: McGraw-Hill Irwin.

http://sumberbelajarsmkn10.wordpress.com/kompetensi-guru/kompetensi-kepribadian/koordinasi/

Apa dan Mengapa Harus Koordinasi? (Bagian 1)


Dibuat: Rabu, 01 Oktober 2014 17:30

Ditulis oleh Pusdiklat PSDM

Oleh: Budi Susilo (Widyaiswara Muda Balai Diklat Keuangan Medan)

Abstrak
Koordinasi merupakan salah salah satu fungsi manajemen yang memegang peranan sama penting dan setara dengan
fungsi-fungsi manajemen lainnya, kesuksesan koordinasi akan menjamin keberhasilan pelaksanaan pekerjaan atau
pencapaian tujuan organisasi. Untuk itu perlu pemahaman yang mendalam tentang konsep koordinasi yang meliputi
pengertian koordinasi, tujuan koordinasi, tipe koordinasi dan prinsip-prinsip koordinasi. Pemahaman yang baik atas
koordinasi memungkinkan kita mampu dapat merencanakan dan melaksanakan koordinasi dengan baik

Key Word : Koordinasi, penyelaras, integrasi, sinkronisasi, ketergantungan, vertikal, horisontal,


diagonal, komunikasi, mutual respect, Clarity of Objective, Scalar Chain

Koordinasi dan kolaborasi merupakan salah satu materi yang diajarkan dalam diklat
kepemimpinan tingkat IV kurikulum baru, dengan maksud agar peserta mempunyai pemahaman
dan mampu mempraktekan koordinasi dan berkolaborasi dalam lingkungan kerja khususnya
dalam upaya melaksanakan proyek perubahan. Tulisan ini sebagai sumbangan untuk menambah
wawasan tentang koordinasi bagi pembaca untuk dapat dipraktekan dilingkungan kerja, dan
khususnya bagi peserta diklat pimpinan IV agar saat melaksanakan proyek perubahan tidak
terjadi permasalahan-permasalahan karena disebabkan oleh lemahnya koordinasi.
Koordinasi kata yang sering terucap, gampang diucapkan tapi tidak mudah dilakukan. Tidak
sedikit permasalah yang terjadi disebabkan oleh koordinasi, ketika kegiatan tidak berjalan
dengan baik atau hasil dari pekerjaan tidak sesuai dengan harapan, sering kita dengar seseorang
mengucapkan “bagaimana sih koordinasinya?”, “kurang koordinasi ni!”, atau terucap kalimat
lain yang menggambarkan masalah yang terjadi disebabkan karena koordinasi yang tidak baik.
Bagi penulis yang bertugas di pendidikan dan pelatihan seringkali menemui peristiwa-peristiwa
yang disebabkan oleh koordinasi yang tidak baik, misalnya ruang kelas yang masih berantakan
padahal kelas akan digunakan, pengajar yang tidak datang dikelas, pengajar yang masuk kelas
saat ada pengajar lain sedang mengajar, modul atau bahan ajar yang diterima peserta saat diklat
akan berakhir, dan masih banyak kejadian lainnya yang terlalu banyak untuk diceritakan. Penulis
yakin jika koordinasi dilakukan dengan baik, peristiwa-peristiwa tersebut tidak akan terjadi.
Untuk dapat melaksanakan koordinasi dengan baik, kita harus memahami beberapa hal yang
terkait dengan koordinasi antara lain pengertian, pedoman, tipe, halangan-halangan, prinsip-
prinsip, dan cara mengatasi masalah koordinasi. Karena cukup banyak hal yang harus dipahami
maka tulisan tentang koordinasi ini akan penulis buat terdiri dari 2 (dua) tulisan sedangkan
tulisan tentang kolaborasi akan penulis buat setelah tulisan tentang koordinasi ini selesai. Pada
tulisan bagian pertama ini penulis akan membahas tentang pengertian, tujuan, tipe, dan prinsip
koordinasi.

Pengertian Koordinasi
Cukup banyak para ahli manajemen yang mendifinikan tentang koordinasi, berikut ini pengertian
koordinasi menurut beberapa ahli
1. G.R Terry : Koordinasi adalah suatu usaha yang sikron dan teratur untuk menyediakan jumlah
dan waktu yang tepat dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang
seragam dan harmonis pada sasaran yng telah ditentukan
2. E.F.L Brech: Koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakkan tim dengan memberikan
lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok kepada masing-masing dan menjaga agar kegiatan tersebut
dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di antara para anggota itu sendiri.
3. M.c Farland : Koordinasi adalah suatu proses dimana pimpinan mengembangkan pola usaha
kelompok secara teratur di antara bawahannya dan menjamin kesatuan tindakan didalam
mencapai tujuan bersama.
4. Dr. Awaluddin Djamin M.P.A : Koordinasi adalah suatu usaha kerja sama antara badan,
instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu sehingga terdapat saling mengisi,
membantu dan melengkapi.
5. Drs. H Malayu S.P Hasibuan: Koordinasi adalah kegiatan mengarahkan, mengintegrasikan,
dan mengkoordinasikan unsur-unsur manajemen dan pekerjaan-pekerjaan para bawahan dalam
mencapai tujuan oganisasi.
6. Handoko : Koordinasi adalah proses pengitegrasian tujuan-tujuan kegiatan-kegiatan pada
satuan-satuan yang terpisah (departemen atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi secara efisien.
Dari pengertian yang dimaksud oleh para ahli seperti tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
Koordinasi merupakan suatu ”pengaturan/penataan” beragam elemen ke dalam suatu
pengoperasian yang terpadu dan harmonis. Kesuksesan koordinasi akan menciptakan
keharmonisan dan keselarasan seluruh kegiatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan,
sehingga beban tiap bagian menjadi serasi, selaras dan seimbang. Sebagai salah satu fungsi
manajemen koordinasi merupakan fungsi pengikat, penyeimbang dan penyelaras semua aktifitas
dan usaha, maka dapat disimpulkan bahwa setiap fungsi manajemen pasti memerlukan fungsi
koordinasi. Disamping itu koordinasi sangat dibutuhkan pada saat pekerjaan yang insidentil dan
tidak rutin serta kegiatan yang tidak direncanaka . Kebutuhan akan koordinasi tidak dapat
dihindarkan karena setiap organisasi pasti mempunyai unit-unit atau satuan-satuan organisasi
yang mempunyai fungsi berbeda-beda tetapi mempunyai hubungan yang saling ketergantungan.

Menurut James D.Thompson, ada tiga macam saling ketergantungan di antara satuan-satuan
organisasi, yaitu:
1. Saling ketergantungan yang menyatu (pooled interdependent), bila satuan-satuan organisasi
tidak saling tergantung satu dengan yang lain dalam melaksanakan kegiatan harian tetapi
tergantung kepada pelaksanaan kerja setiap satuan yang memuaskan untuk suatu hasil akhir.
2. Saling ketergantungan yang berurutan (sequential interdependent), dimana suatu satuan
organisasi harus melakukan pekerjaan terlebih dahulu sebelum satuan yang lain bekerja.
3. Saling ketergantungan timbal balik (reciporal interdependent) merupakan hubungan memberi
dan menerima antar satuan organisasi.
Adanya saling ketergantungan ini menyebabkan koordinasi sangat diperlukan dalam
mengintegrasi kinerja setiap unit. Peran koordinasi dalam hal ini adalah berupaya membuat
struktur dan memfasilitasi transaksi antar bagian yang saling bergantung. Terciptanya koordinasi
yang baik antar unit atau departemen dapat meminimalisir terjadinya kesalahan dan konflik
sehingga proses kegiatan dapat berjalan dengan efektif. Sehingga dapat disimpulkan koordinasi
bertujuan meliputi:
1. Menghindari kekacauan dan penyimpangan tugas dari sasaran
2. Mengarahkan dan menyatukan semua tindakan serta pemikiran ke arah tercapainya sasaran
organisasi
3. Menghindari kekosongan dan tumpang tindih pekerjaan
4. Menghindari keterampilan overlanding dari sasaran organisasi
5. Menjuruskan keterampilan spesialis ke arah sasaran oraganisasi
6. Mengintegrasikan tindakan dan pemanfaatan unsur manajemen ke arah sasaran organisasi

Jenis Koordinasi
Menurut Drs. Soewarno Handayaningrat (1991) jenis koordinasi ada 2 (dua) yaitu : Koordinasi
intern dan Koordinasi ekstern.
1. Koordinasi intern terdiri atas : koordinasi vertikal, koordinasi horizontal, dan koordinasi
diagonal.

o Koordinasi vertikal atau koordinasi struktural, dimana antara yang mengkoordinasikan


secara struktural terdapat hubungan hierarchies. Hal ini juga dapat dikatakan koordinasi
yang bersifat hierarkhis, karena satu dengan lainnya berada pada satu garis komando ( line
of command ). Misalnya koordinasi yang dilakukan oleh seorang kepela direktorat terhadap
para kepala sub direktorat yang berada dalam lingkungan direktoratnya.
o Koordinasi horizontal yaitu koordinasi fungsional, dimana kedudukan antara yang
mengkooordinasikan dan yang dikoordinasikan mempunyai kedudukan setingkatnya
eselonnya. Menurut tugas dan fungsinya kedua mempunyai kaitan satu dengan yang lain
sehingga perlu dilakukan koordinasi. Misalnya koordinasi yang dilakukan oleh Sekretaris
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan dengan para kepala pusdiklat dilingkungan
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK).
o Koordinasi diagonal yaitu koordinasi fungsional, dimana yang mengkoordinasikan
mempunyai kedudukan yang lebih tinggi tingkat eselonnya dibandingkan yang
dikoordinasikan, tetapi satu dengan yang lainnya tidak berada pada suatu garis komando
(line of command). Misalnya koordinasi yang dilakukan oleh kepala pusdiklat
pengembangan sumberdaya manusia dengan para kepala balai diklat keuangan BPPK.

2. Koordinasi ekstern, termasuk koordinasi fungsional. Dalam koordinasi ekstern yang bersifat
fungsional, koordinasi itu hanya bersifat horizontal dan diagonal.

o Koordinasi ekstern yang bersifat horizontal, misalnya koordinasi yang dilakukan oleh
kepala pusdiklat pengembangan sumberdaya manusia BPPK dengan Direktur Kepatuhan
Internal dan Transformasi Sumber Daya Aparatur (KITSDA) Direktorat Jenderal Pajak
Kementerian Keuangan dalam rangka pelaksanaan Leadership Development Program
o Koordinasi ekstern yang bersifat diagonal, misalnya koordinasi yang dilakukan oleh
kepala Pusdiklat Pengembangan Sumberdaya Manusia dengan kepala kantor pelayanan Bea
dan Cukai dalam rangka pelaksanaan in house training.

Prinsip Koordinasi
Dalam pelaksanaan proyek perubahan pasti membutuhkan koordinasi, untuk itu kita perlu
memahami terlebih dahulu prinsip koordinasi yang merupakan acuan atau dasar dalam
melaksanakan koordinasi. Penerapan prinsip koordinasi secara tepat dapat mendukung
terwujudnya proyek perubahan. Menurut para ahli terdapat beberapa prinsip koordinasi, Prinsip-
prinsip tersebut antara lain:
1. Komunikasi
Komunikasi yang terjalin dalam rangka koordinasi harus menciptakan hubungan yang
produktif. Komunikasi dilakukan secara formal dan informal, komunikasi organisasi dan
individu, komunikasi eksternal dan internal. Hubungan yang produktif hasil komunikasi yang
efektif akan sangat membantu keberhasilan proyek perubahan.
2. Integrasi
Integrasi merupakan suatu usaha untuk menyatukan tindakan-tindakan berbagai badan,
instansi, unit, sehingga merupakan suatu kebulatan pemikiran dan kesatuan tindakan yang
terarah pada suatu sasaran yang telah ditentukan dan disepakati bersama. Dengan adanya
integrasi, koordinasi dapat berjalan secara terarah di semua level.
3. Sinkronisasi
Sinkronisasi adalah suatu usaha untuk menyesuaikan, menyelaraskan kegiatan, tindakan, dan
unit sehingga diperoleh keserasian dalam pelaksanaan tugas atau kerja. Keserasian dalam
pelaksanaan tugas mampu mempermudah penerapan koordinasi di suatu organisasi.
4. Simplifikasi
Simplifikasi dimaksudkan adalah bahwa perumusan organisasi yang ada harus mampu
dijabarkan secara sederhana, mudah dipahami oleh masing-masing unit organisasi. Masing-
masing unit akan mengkoordinasikan tentang tugas dan pelaksanaanya kepada masing-masing
bagian yang ada.

Prinsip koordinasi lain menurut Mary Follet dalam studi manajemen klasik terdapat empat
prinsip, yaitu:
1. Early Stage
Berdasarkan prinsip tahap awal, proses koordinasi harus dilakukan pada tahap awal proses
manajerial. Koordinasi harus dimulai sejak proses perencanaan sehingga dapat menghasilkan
perencanaan dan implementasi yang baik. Jika koordinasi selalu dilakukan di awal maka semua
fungsi manajemen yaitu planning, organizing, actuating, dan controlling dapat terlaksana dengan
baik. Selain itu dengan proses koordinasi yang baik, tujuan organisasi dapat dicapai dengan lebih
mudah dan cepat.
2. Continuity
Berdasarkan prinsip kesinambungan, koordinasi merupakan sebuah proses yang berkelanjutan
atau berkesinambungan. Proses koordinasi dimulai sejak membentuk organisasi sampai
organisasi tersebut berjalan. Koordinasi selalu dilakukan secara berkesinambungan dalam setiap
proses planning, organizing, actuating, dan controlling.
3. Direct contact
Berdasarkan prinsip kontak langsung, proses koordinasi dapat berjalan dengan baik karena
adanya komunikasi langsung antara anggota organisasi. Seluruh manajer harus mampu
berkomunikasi langsung dengan baik dengan bawahannya sehingga tercipta hubungan yang baik.
Kontak langsung ini sangat penting untuk menghindari kesalahpahaman, salah penafsiran, dan
perselisihan antara manajer dan anggota organisasi lainnya. Dengan demikian manajer dapat
mengkoordinasi berbagai aktivitas anggotanya secara efektif dan efisien.
4. Reciprocal relation
Prinsip timbal baik menyatakan bahwa semua faktor dalam organisasi saling bergantung dan
berhubungan. Setiap keputusan dan tindakan seseorang di dalam organisasi akan mempengaruhi
situasi keseluruhan organisasi. Oleh karena itu, sebelum mengambil keputusan atau melakukan
tindakan harus mempertimbangkan efek yang muncul pada orang lain atau departemen lain
apabila keputusan atau tindakan tersebut diterapkan. Dengan diterapkannya prinsip ini
diharapkan manajer atau anggota lainnya mengambil keputusan atau tindakan sepihak, sehingga
koordinasi dapat dilakukan dengan lebih mudah.

Selanjutnya para ahli manajemen modern menambahkan beberapa prinsip koordinasi untuk
melengkapi prinsip koordinasi yang diungkapkan oleh Mary Follet, yaitu:
1. Efective Communication
Koordinasi dapat dilakukan dengan baik dengan adanya komunikasi yang efektif. Komunikasi
yang baik harus diterapkan pada semua departemen dalam organisasi, antara para pekerja,
maupun manajer dengan bawahannya. Semua penghalang dan jarak dalam berkomunikasi sebisa
mungkin harus dihindari dan dibenahi. Komunikasi yang baik membantu mengurangi
kesalahpahaman sehingga koordinasi dapat berlangsung dengan baik.
2. Mutual Respect
Koordinasi dapat dilakukan dengan baik apabila ada rasa saling menghargai terhadap
keseluruhan organisasi. Semua manajer yang bekerja pada level yang berbeda harus menghargai
satu sama lain, begitu juga pekerja harus menunjukkan sikap yang baik dan menghargai pekerja
lain. Sikap saling menghargai juga harus diterapkan pada hubungan antara manajer dan pekerja.
Manajer harus menghargai ide, perasaan, dan emosi para pekerjanya, sebaliknya pekerja harus
menghargai dan mematuhi keputusan manajer.
3. Clarity of Objective
Koordinasi dapat diterapkan dengan baik apabila seluruh anggota organisasi mengetahui dengan
jelas tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi tersebut. Pemahaman yang baik akan tujuan
membuat anggota organisasi menyadari pentingnya koordinasi sehingga koordinasi dapat
berjalan secara efektif.
4. Scalar Chain
Koordinasi dapat dilakukan dengan baik apabila terdapat garis kewenangan yang tersusun dari
tingkat atas sampai tingkat terendah dalam sturktur organisasi. Kewenangan paling besar dimiliki
oleh top manager dan kewenangan paling berada di first line manager. First line manager harus
melaporkan setiap aktivitas mereka kepada manager, dengan begitu proses koordinasi dapat
berjalan dengan baik.
Demikian tulisan ini membahas tentang pengertian, tujuan, jenis dan prinsip koordinasi dengan
memahaminya diharapkan kita dapat menjawab pertanyaan pokok dari “Apa dan Mengapa harus
Berkoordinasi?” Pada tulisan berikutnya penulis akan membahas pokok-pokok pikiran yang
dapat menjawab pertanyaan pokok “Bagaimana Koordinasi Dilakukan”

Daftar Pustaka
Harold Koontz/Cyril O’Donnell/Heinz Weihrich, Mangement, Edisi Kedelapan, PT Gelora Aksa
Pratama, Jakarta
Handoko, T. Hani. 2003. Manajemen. Cetakan Kedelapanbelas. BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.
James A.F. Stoner dan R. Edward Freeman, Management, Edisi Kelima, Intermedia, Prentice
Hall, Jakarta

KooRdinasi Yang Efektif dalam Organisasi


MAKALAH TEORI ORGANISASI UMUM

“KOORDINASI YANG EFEKTIF”

SHINTA AMBARWATY 11108820

SITI ANDINI 1108842

SRI WAHYUNI 1108866

TITIK RAHAYU MARIANI 1108942

TRI HARDIYANTI 11108964

UNIVERSITAS GUNADARMA

TAHUN 2009/2010

2 KA01

Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berjudul KOORDINASI YANG
EFEKTIF di susun dalam rangka melengkapi tugas mata kuliah Teori Organisasi Umum 1.

Koordinasi yang efektif sangat diperlukan dalam organisasi. Karena tanpa adanya koordinasi
yang efektif maka pelaksanaan tugas-tugas dalam organisasi tidak dapat berjalan dengan lancar
dan akhirnya dapat merugikan organisasi itu sendiri. Dengan makalah ini kami akan
memaparkan tentang koordinasi yang efektif dalam organisasi.

Tiada gading yang tak retak, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kami mohon maaf yang setulus-tulusnya dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangannya. Sehinnga kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca

Akhir kata kami berharap agar makalah ini berguna bagi semua pihak dalam memberi informasi
tentang koordinasi yang efektif sehingga tercapai segala tujuan organisasi yang hendak dicapai.

Depok, November 2009

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

I.2 Perumusan Masalah

I.3 Tujuan

II PEMBAHASAN

II.1 Pengertian koordinasi

II.2 Kebutuhan akan koordinasi

II.3 Masalah-masalah Pencapaian Koordinasi yang Efektif

II.4 Pendekatan – Pendekatan untuk mencapai Koordinasi yang Efektif

1. Teknik – Teknik Manajemen Dasar


2. Meningkatkan Potensial Koordinasi
3. Pengurangan Kebutuhan Koordinasi

III PENUTUP

III.1Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

I PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Didalam organisasi dibutuhkan koordinasi. Koordinasi sendiri di definisikan sebagai proses


penyatuan tujuan-tujuan organisasi dan kegiatan pada tingkat satu satuan yang terpisah dalam
suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Koordinisasi yang
efektif dalam organisasi diperlukan karena tanpa adanya koordinasi maka setiap anggota dalam
organisasi tidak memiliki pegangan mana yang harus diikiti, yang akhirnya akan merugikan
organisasi itu sendiri.

Sebelumnya kita harus mengerti arti kata organisasi. Di mana kata “organisasi“ mempunyai dua
pengertian umum. Pengertian pertama menandakan suatu lembaga atau kelompok fungsional,
seperti organisasi perusahaan, rumah sakit, perwakilan pemerintahan, atau suatu perkumpulan
olahraga. Pengertian kedua berkenaan dengan proses pengorganisasian, sebagai suatu cara dalam
mana kegiatan organisasi dialokasikan dan ditugaskan diantara para anggotanya agar tujuan
organisasi dapat tercapai dengan efisien. Di dalam sebuah organisasi diperlukan adanya sebuah
koordinasi antara manajer dan bawahannya untuk kelangsungan organisasi itu sendiri.

I.2 Perumusan masalah

Berdasarkan uraian di atas dapat di rumuska beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaiaman kebutuhan akan koordinasi dalam organisasi ?


2. Bagaimana masalah-masalah yang akan timbul dalam pencapaian koordinasi yang
efektif?
3. Bagaimana pendekatan-pendekatan untuk mencapai koordinasi yang efektif ?
4. Bagaimana cara meningkatkan koordinasi potensial ?
5. Apa saja yang penyebab pengurangan kebutuhan akan koordinasi ?

I.3 Tujuan

Dalam penyusunan makalah ini tujuan yang akan dicapai adalah sebagai berikut.

1. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui apa saja kebutuhan dalam koordinasi.


2. Mahasiswa mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam pencapaian koordinasi yang
efektif.
3. Mahasiswa dapat mengetahui pendekatan-pendekatan untuk mencapai koordinasi yang
efektif.
4. Mahasiswa mengetahui cara-cara apa saja yang dapat meningkatkan koordinasi potensial.
5. Mahasiswa dapat mengetahui penyebab pengurangan kebutuhan akan koordinasi.

II PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Koordinasi

Koordinasi didefinisikan sebagai proses pengintegrasian ( penyatuan ) tujuan dan kegiatan


perusahaan pada satuan yang terpisah dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi
secara efisien.

Koordinasi dibutuhkan sekali oleh para karyawan, sebab tanpa koordinasi setiap karyawan tidak
mempunyai pegangan mana yang harus diikuti, yang akhirnya akan merugikan organisasi itu
sendiri.

Pedoman Koordinasi

1. Koordinasi harus terpusat, sehingga ada unsur pengendalian guna menghindari tiap
bagian bergerak sendiri-sendiri yang merupakan kodrat yang telah ada dalam setiap
bagian, ingat bahwa organisasi merupakan kumpulan dari orang-orang yang punya
kebutuhan dan keinginan berbeda.
2. Koordinasi harus terpadu, keterpaduan pekerjaan menunjukkan keadaan yang saling
mengisi dan memberi.
3. Koordinasi harus berkesinambungan, yaitu rangkaian kegiatan yang saling menyambung,
selalu terjadi, selalu diusahakan dan selalu ditegaskan adanya keterkaitan dengan
kegiatan sebelumnya.
4. Koordinasi harus menggunakan pendekatan multi instansional, dengan ujud saling
memberikan informasi yang relevan untuk menghindarkan saling tumpang tindih tugas
yang satu dengan tugas yang lain.

II.2 Kebutuhan akan koordinasi

Untuk melihat kemampuan seorang manajer sebagai pemimpin ( atasan ) dalam melakukan
koordinasi dilihat dari besar kecilnya jumlah bawahan yang ada dalam tanggung jawabnya, yang
dikenal sebagai rentang manajemen. Koodinasi dibutuhkan sekali oleh para karyawannya,sebab
tanpa koordinasi setiap karyawan tidak mempunyai pegangan mana yang harus diikuti, sehingga
akan merugikan organisasi itu sendiri.

Dengan koordinasi diharapkan keharmonisan atau keserasian seluruh kegiatan untuk mencapai
tujuan yang diharapkan. Sehingga tiap departemen atau perusahaan atau bagian menjadi
seimbang dan selaras. Koordinasi merupakan usaha untuk menciptakan keadaan yang berupa tiga
S,yaitu serasi,selaras dan seimbang. Kebutuhan koordinasi tergantung pada sifat dan kebutuhan
komunikasi dalam pelaksanaan tugas dan derajat ketergantungan dari tiap satuan pelaksanaan.
Prinsip rentang manajemen berkaitan erat dengan jumlah bawahan yang dapat dikendalikan
secara efektif oleh manajer atau atasan. Antara rentang manajemen dan koordinasi saling
berhubungan erat. Ada anggapan bahwa semakin besar jumlah rentangan semakin sulit untuk
mengkoordinasikan kegiatan bawahan secara efektif.

Terdapat 3 (tiga) macam saling ketergantungan di antara satuan-satuan organisasi seperti


diungkapkan oleh James D. Thompson (Handoko, 2003:196), yaitu:

1. Saling ketergantungan yang menyatu (pooled interdependence)

bila satuan-satuan organisasi tidak saling tergantung satu dengan yang lain dalam melaksanakan
kegiatan harian tetapi tergantung pada pelaksanaan kerja setiap satuan yang memuaskan untuk
suatu hasil akhir.

1. Saling ketergantungan yang berurutan (sequential interdependece)

di mana suatu satuan organisasi harus melakukan pekerjaannya terlebih dulu sebelum satuan
yang lain dapat bekerja.

1. Saling ketergantungan timbal balik (reciprocal interdependence)

merupakan hubungan member dan menerima antar satuan organisasi. Ketiga hubungan saling
ketergantungan ini dapat digambarkan seperti terlihat pada diagram berikut ini.

Diagram Tiga macam saling ketergantungan di antara satuan-satuan organisasi

raciprocal interdependence
Lebih lanjut Handoko (2003:196) juga menyebutkan bahwa derajat koordinasi yang tinggi sangat
bermanfaat untuk pekerjaan yang tidak rutin dan tidak dapat diperkirakan, faktor-faktor
lingkungan selalu berubah-ubah serta saling ketergantungan adalah tinggi. Koordinasi juga
sangat dibutuhkan bagi organisasi-organisasi yang menetapkan tujuan yang tinggi.

Agar wewenang yang dimiliki oleh seorang pemimpin dapat di taati oleh bawahan maka
diperlukan adannya:

1. Kekuasaan ( power ) yaitu kemampuan untuk melakukan hak tersebut, dengan cara
mempengaruhi individu, kelompok, keputusan. Menurut jenisnya kekuasaan dibagi
menjadi dua yaitu :
2. Kekuasaan posisi ( position power ) yang didapat dari wewenang formal, besarnya ini
tergantung pada besarnya pendelegasian orang yang menduduki posisi tersebut.
3. Kekuasaan pribadi ( personal power ) berasal dari para pengikut dan didasarkan pada
seberapa besar para pengikut mengagumi, respek dan merasa terikat pada pimpinan.
Menurut sumbernya wewenang dibagi menjadi :
 Kekuasaan balas jasa ( reward power ) berupa uang, suaka, perkembangan karier dan
sebagainya yang diberikan untuk melaksanakan perintah atau persyaratan lainnya.
 Kekuasaan paksaan ( Coercive power ) berasal dari apa yang dirasakan oleh seseorang
bahwa hukuman ( dipecat, ditegur, dan sebagainya ) akan diterima bila tidak melakukan
perintah,
 Kekuasaan sah ( legitimate power ) Berkembang dari nilai-nilai intern karena seseorang
tersebut telah diangkat sebagai pemimpinnya.
 Kekuasaan pengendalian informasi ( control of information power ) berasal dari
pengetahuan yang tidak dipercaya orang lain, ini dilakukan dengan pemberian atau
penahanan informasi yang dibutuhkan.
 Kekuasaan panutan ( referent power ) didasarkan atas identifikasi orang dengan pimpinan
dan menjadikannya sebagai panutan.
 Kekuasaan ahli ( expert power ) yaitu keahlian atau ilmu pengetahuan seseorang dalam
bidangnya.

1. Tanggung jawab dan akuntabilitas tanggung jawab ( responsibility yaitu kewajiban untuk
melakukan sesuatu yang timbul bila seorang bawahan menerima wewenang dari
atasannya. Akuntability yaitu permintaan pertanggung jawaban atas pemenuhan tanggung
jawab yang dilimpahkan kepadanya. Yang penting untuk diperhatikan bahwa wewenang
yang diberikan harus sama dengan besarnya tanggung jawab yang akan diberikan dan
diberikan kebebasan dalam menentukan keputusan-keputusan yang akan diambil.

1. Pengaruh ( influence ) yaitu transaksi dimana seseorang dibujuk oleh orang lain untuk
melaksanakan suatu kegiatan sesuai dengan harapan orang yang mempengaruhi.
Pengaruh dapat timbul karena status jabatan, kekuasaan dan menghukum, pemilikan
informasi lengkap juga penguasaan saluran komunikasi yang lebih baik.

II.3 Masalah – masalah pencapaian koordinasi yang efektif

Empat tipe perbedaan dalam sikap dan cara kerja di antara bermacam-macam individu dan
departemen-departemen dalam organisasi menurut Paul R. Lawrence dan Jay W. Lorch
adalah:

1. Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan tertentu.

Para anggota dari departemen yang berbeda mengembangkan pandangan-pandangan mereka


sendiri tentang bagaimana cara mencapai kepentingan organisasi yang baik.

1. Perbedaan dalam oriantasi waktu

Manajer akan lebih memperhatikan masalah-masalah yang harus dipecahkan segera atau dalam
periode waktu pendek. Bagian penelitian dan pengembangan lebih terlibat dengan masalah-
masalah jangka panjang.

1. Perbedaan dalam orientasi antar pribadi.


Kegiatan produksi memerlukan komunikasi dan pembuatan keputusan yang cepat agar prosesnya
lancar, sedang bagian penelitian dan pengembangan mungkin dapat lebih santai dan setiap orang
dapat mengemukakan pendapat serta berdiskusi satu dengan yang lain.

1. Perbedaan dalam formalitas struktur.

Setiap tipe satuan dalam organisasi mungkin mempunyai metoda-metoda dan standar-standar
yang berbeda untuk mengevaluasi program terhadap tujuan dan untuk balas jasa bagi karyawan.

II.4 Pendekatan – pendekatan untuk mencapai koordinasi yang efektif

Komunikasi adalah kunci koordinasi yang efektif. Koordinasi secara langsung tergantung pada
perolehan, penyebaran dan pemrosesan informasi. Semakin besar ketidakpastian tugas yang
dikoordinasi, semakin membutuhkan informasi. Pada dasarnya koordinasi merupakan
pemrosesan informasi. Terdapat tiga pendekatan untuk pencapaian koordinasi yang efektif, yaitu:

1. Teknik-Teknik Manajemen Dasar

Untuk mencapai koordinasi yang efektif kita dapat menggunakan mekanisme teknik-teknik
manajemen dasar : hirarki manajerial, rencana dan tujuan sebagai pengarah umum kegiatan-
kegiatan serta aturan-aturan dan prosedur-prosedur. Organisasi relatif tidak memerlukan
peralatan koordinasi lebih dari teknik-teknik tersebut.

Mekanisme teknik manajemen dasar

ü Hirarki manajerial.

Rantai perintah, aliran informasi dan kerja, wewenag formal, hubungan tanggung jawab dan
akuntanbilitas yang jelas dapat menumbuhkan integrasi bila dirumuskan secara jelas serta
dilaksanakan dengan pengarahan yang tepat.

ü Aturan dan prosedur.

Adalah keputusan-keputusan manajerial yang dibuat untuk menangani kejadian-kejadian rutin,


sehingga dapat juga menjadi peralatan yang efisien untuk koordinasi dan pengawasan rutin.

ü Rencana dan penetapan tujuan.

Pengembangannya dapat digunakan untuk pengoordinasian melalui pengarah seluruh satuan


orgaisasi terhadap sasaran-sasaran yang sama. Ini diperlukan bila aturan dan prosedur tidak
mampu lagi memproses seluruh informasi yang dibutuhkan untuk mengoordinasikan kegiatan-
kegiatan satuan-satuan oraganisasi.

1. Meningakatkan koordinasi potensial


Meningkatkan koordinasi potensial menjadi diperlukan bila bermacam-macam satuan organisasi
menjadi saling tergantung dan lebih luas dalam ukuran dan fungsi. Koordinasi ini dapat di
tingkatkan melalui dua cara, yaitu :

1. Sistem informasi vertikal.

Adalah peralatan melalui mana data disalurkan melewati tingkatan-tingkatan organisasi.


Komunikasi dapat terjadi di dalam atau di luar rantai perintah. Sistem informasi manajemen telah
dikembangkan dalam kegiatan-kegiatan seperti pemasaran, keuangan, produksi, dan operasi-
operasi internasional untuk meningkatkan informasi yang tersedia bagi perencanaan, koordinasi,
dan pengawasan.

1. Hubungan-hubungan lateral (harizontal).

Melalui pemotongan rantai perintah, hubungan-hubungan lateral membiarkan informasi


dipertukarkan dan keputusan dibuat pada tingkat hirarki dimana informasi yang dibutuhkan ada.

Beberapa hubungan lateral, yaitu:

ü Kontak langsung antara individu-individu yang dapat meningkatakan efektivitas dan


efisiensi kerja.

ü Peranan penghubung, yang menangani komunikasi antar departemen sahingga mengurangi


panjangnya saluran komunikasi.

ü Panitnya dan satuan tugas. Panitnya biasanya diorganisasi secara formal dengan pertemuan
yang dijadwalkan teratur. Satuan tugas dibentuk bila dibutuhkan untuk masalah-masalah khusus.

ü Pengintegrasian peranan-peranan, yang dilakukan oleh misal manajer produk atau proyek,
perlu diciptakan bila suatu produk, jasa atau proyek khusus memerlukan tingkat koordinasi yang
tinggi dan perhatian yang terus menerus dari seseorang.

ü Peranan penghubung manajerial, yang mempunyai kekuasaan menyetujui perumusan


anggaran oleh satuan-satuan yang diintegrasikan dan implementasinya. Ini diperlukan bila posisi
pengintegrasian yang dijelaskan pada d di atas tidak secara efektif mengoordinasikan tugas
tertentu.

ü Organisasi matriks, suatu mekanisme yang sangat baik bagi penanganan dan penyelesaian
proyek-proyek yang kompleks.

1. Metoda Pengurangan Kebutuhan akan Koordinasi

Dalam beberapa situasi adalah tidak efisien untuk mengembangkan cara pengkoordinasian
tambahan. Ini dapat dilakukan dengan penyediaan tambahan smber daya-sumber daya untuk
satuan-satuan organisasi atau penglompokan kembali satuan-satuan organisasi agar tugas-tugas
dapat berdiri sendiri.
1. Penciptaan sumber daya-sumber daya tambahan.

Sumber daya-sumber daya tambahan memberikan kelonggaran bagi satuan-satuan kerja.


Penambahan tenaga kerja, bahan baku atau waktu, tugas diperingan dan masalah-masalah yang
timbul berkurang.

1. Penciptaan tugas-tugas yang dapat berdiri sendiri.

Teknik ini mengurangi kebutuhan koordinasi dengan mengubah karakter satuan-satuan


organisasi. Kelompok tugas yang dapat berdiri sendiri diserahi suatu tanggung jawab penuh
salah satu organisasi operasi (perusahaan).

Diagram Tiga Pendekatan untuk koordinasi yang efektif: metoda-metoda bagi manajer.

III. PENUTUP

III.1 KESIMPULAN

Koordinasi sangatlah dibutuhkan dalam setiap organisasai ataupun kelompok apapun, demi
tercapainya segala tujuan yang hendak dicapai. Komunikasi merupakan suatu kunci utama dalam
tercapainya suatu koordinasi yang efektif. Pada dasarnya koordinasi merupakan suatu
pemrosesan informasi. Di sini peranan menejer sangat dibutuhkan dalam melaksanakan tugasnya
dalam bidang pengontrolan, pengawasan dan evaluasi. Kedekatan hubungan dan kelancaran
informasi antara menejer dengan bawahan pun juga sangat perlu diperhatikan agar dalam
pelakasanaan tugas tidak terdapat kesalahan informasi (miss comunications) ataupun tekanan
dalam bekerja.

Sehingga dengan koordinasi yang baik dapat mempermudah suatu organisasi menjadi lebih maju
karena tercapainya tujuan dari organisasi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

www. Google.com

http://www.juwita.staffsite.gunadarma.ac.id

Bookmark the permalink.

04 A Pengertian Koordinasi
Nov2 by iisnawati

04 A Pengertian Koordinasi
Menurut G.R. Terry koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk menyediakan
jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan
yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan. Sedangkan menurut E.F.L.
Brech, koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakkan tim dengan memberikan lokasi
kegiatan pekerjaan yang cocok dengan masing-masing dan menjaga agar kegiatan itu
dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di antara para anggota itu sendiri (Hasibuan,
2007:85).

Menurut Mc. Farland (Handayaningrat, 1985:89) koordinasi adalah suatu proses di mana
pimpinan mengembangkan pola usaha kelompok secara teratur di antara bawahannya dan
menjamin kesatuan tindakan di dalam mencapai tujuan bersama.

Sementara itu, Handoko (2003:195) mendefinisikan koordinasi (coordination) sebagai proses


pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah
(departemen atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi
secara efisien.

Menurut Handoko (2003:196) kebutuhan akan koordinasi tergantung pada sifat dan kebutuhan
komunikasi dalam pelaksanaan tugas dan derajat saling ketergantungan bermacam-macam
satuan pelaksananya. Hal ini juga ditegaskan oleh Handayaningrat (1985:88) bahwa koordinasi
dan komunikasi adalah sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan. Selain itu, Handayaningrat juga
mengatakan bahwa koordinasi dan kepemimpinan (leadership) adalah tidak bisa dipisahkan satu
sama lain, karena satu sama lain saling mempengaruhi.

Terdapat 3 (tiga) macam saling ketergantungan di antara satuan-satuan organisasi seperti


diungkapkan oleh James D. Thompson (Handoko, 2003:196), yaitu:

1. Saling ketergantungan yang menyatu (pooled interdependence), bila satuan-satuan organisasi


tidak saling tergantung satu dengan yang lain dalam melaksanakan kegiatan harian tetapi
tergantung pada pelaksanaan kerja setiap satuan yang memuaskan untuk suatu hasil akhir.

2. Saling ketergantungan yang berurutan (sequential interdependece), di mana suatu satuan


organisasi harus melakukan pekerjaannya terlebih dulu sebelum satuan yang lain dapat bekerja.

3. Saling ketergantungan timbal balik (reciprocal interdependence), merupakan hubungan


memberi dan menerima antar satuan organisasi.
Ketiga hubungan saling ketergantungan ini dapat digambarkan seperti terlihat pada diagram
berikut ini.

Lebih lanjut Handoko (2003:196) juga menyebutkan bahwa derajat koordinasi yang tinggi sangat
bermanfaat untuk pekerjaan yang tidak rutin dan tidak dapat diperkirakan, faktor-faktor
lingkungan selalu berubah-ubah serta saling ketergantungan adalah tinggi. Koordinasi juga
sangat dibutuhkan bagi organisasi-organisasi yang menetapkan tujuan yang tinggi.

B. Masalah-Masalah dalam Koordinasi

Peningkatan spesialisasi akan menaikkan kebutuhan akan koordinasi. Tetapi semakin besar
derajat spesialisasi, semakin sulit bagi manajer untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan
khusus dari satuan-satuan yang berbeda. Paul R. Lawrence dan Jay W. Lorch (Handoko,
2003:197) mengungkapkan 4 (empat) tipe perbedaan dalam sikap dan cara kerja yang
mempersulit tugas pengkoordinasian, yaitu:

1. Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan tertentu.

Para anggota dari departemen yang berbeda mengembangkan pandangan mereka sendiri tentang
bagaimana cara mencapai kepentingan organisasi yang baik. Misalnya bagian penjualan
menganggap bahwa diversifikasi produk harus lebih diutamakan daripada kualtias produk.
Bagian akuntansi melihat pengendalian biaya sebagai faktor paling penting sukses organisasi.

2. Perbedaan dalam orientasi waktu.

Manajer produksi akan lebih memperhatikan masalah-masalah yang harus dipecahkan segera
atau dalam periode waktu pendek. Biasanya bagian penelitian dan pengembangan lebih terlibat
dengan masalah-masalah jangka panjang.

3. Perbedaan dalam orientasi antar-pribadi.

Kegiatan produksi memerlukan komunikasi dan pembuatan keputusan yang cepat agar prosesnya
lancar, sedang bagian penelitian dan pengembangan mungkin dapat lebih santai dan setiap orang
dapat mengemukakan pendapat serta berdiskusi satu dengan yang lain.

4. Perbedaan dalam formalitas struktur.

Setiap tipe satuan dalam organisasi mungkin mempunyai metode-metode dan standar yang
berbeda untuk mengevaluasi program terhadap tujuan dan untuk balas jasa bagi karyawan.
C. Tipe-Tipe Koordinasi

Menurut Hasibuan (2007:86-87) terdapat 2 (dua) tipe koordinasi, yaitu:

1. Koordinasi vertikal adalah kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh


atasan terhadap kegiatan unit-unti, kesatuan-kesatuan kerja yang ada di bawah wewenang dan
tanggungjawabnya.

2. Koordinasi horisontal adalah mengkoordinasikan tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan


penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang
dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan dalam tingkat organisasi (aparat) yang setingkat.

D. Sifat-Sifat Koordinasi

Menurut Hasibuan (2007:87) terdapat 3 (tiga) sifat koordinasi, yaitu:

1. Koordinasi adalah dinamis bukan statis.

2. Koordinasi menekankan pandangan menyeluruh oleh seorang koordinator (manajer) dalam


rangka mencapai sasaran.

3. Koordinasi hanya meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan.

Asas koordinasi adalah asas skala (hirarki) artinya koordinasi itu dilakukan menurut jenjang-
jenjang kekuasaan dan tanggungjawab yang disesuaikan dengan jenjang-jenjang yang berbeda-
beda satu sama lain. Tegasnya, asas hirarki ini bahwa setiap atasan (koordinator) harus
mengkoordinasikan bawahan langsungnya.

E. Syarat-Syarat Koordinasi

Menurut Hasibuan (2007:88) terdapat 4 (empat) syarat koordinasi, yaitu:

1. Sense of cooperation (perasaan untuk bekerjasama), ini harus dilihat dari sudut bagian per
bagian bidang pekerjaan, bukan orang per orang.

2. Rivalry, dalam perusahaan-perusahaan besar sering diadakan persaingan antara bagian-bagian,


agar bagian-bagian ini berlomba-lomba untuk mencapai kemajuan.

3. Team spirit, artinya satu sama lain pada setiap bagian harus saling menghargai.

4. Esprit de corps, artinya bagian-bagian yang diikutsertakan atau dihargai, umumnya akan
menambah kegiatan yang bersemangat.
Koordinasi adalah suatu istilah yang mengandung pengertian koperasi (cooperation), sebab tanpa
adanya koperasi tidak mungkin dapat dilakukan. Mc. Farland (Handayaningrat, 1985:90)
mendefinisikan koperasi merupakan kehendak dari individu-individu untuk menolong satu sama
lain.

Namun antara koordinasi dan koperasi berbeda. Menurut Handayaningrat (1985:90) pada
koperasi terdapat unsur kesukarelaan atau sifat suka rela (voluntary attitude) dari orang-orang di
dalam organisasi. Sedangkan koordinasi tidak terdapat unsur kerjasama secara suka rela, tetapi
bersifat kewajiban (compulsory).

F. Ciri-Ciri Koordinasi

Menurut Handayaningrat (1985:89-90) koordinasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Bahwa tanggungjawab koordinasi adalah terletak pada pimpinan. Oleh karena itu, koordinasi
adalah merupakan tugas pimpinan. Koordinasi sering dicampur-adukkan dengan kata koperasi
yang sebenarnya mempunyai arti yang berbeda. Sekalipun demikian pimpinan tidak mungkin
mengadakan koordinasi apabila mereka tidak melakukan kerjasama. Oleh kaerna itu, maka
kerjasama merupakan suatu syarat yang sangat penting dalam membantu pelaksanaan
koordinasi.

2. Adanya proses (continues process). Karena koordinasi adalah pekerjaan pimpinan yang
bersifat berkesinambungan dan harus dikembangkan sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik.

3. Pengaturan secara teratur usaha kelompok. Oleh karena koordinasi adalah konsep yang
ditetapkan di dalam kelompok, bukan terhadap usaha individu, maka sejumlah individu yang
bekerjasama, di mana dengan koordinasi menghasilkan suatu usaha kelompok yang sangat
penting untuk mencapai efisiensi dalam melaksanakan kegiatan organisasi. Adanya tumpang
tindih, kekaburan dalam tugas-tugas pekerjaan merupakan pertanda kurang sempurnanya
koordinasi.

4. Konsep kesatuan tindakan. Hal ini adalah merupakan inti dari koordinasi. Kesatuan usaha,
berarti bahwa harus mengatur sedemikian rupa usaha-usaha tiap kegiatan individu sehingga
terdapat adanya keserasian di dalam mencapai hasil.

5. Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama, kesatuan dari usaha meminta suatu pengertian
kepada semua individu, agar ikut serta melaksanakan tujuan sebagai kelompok di mana mereka
bekerja.

F. Pendekatan-Pendekatan Untuk Mencapai Koordinasi Yang Efektif

Pendekatan ini dapat di tempuh dengan dua jalan yaitu:

1. Pendekatan Potensi Koordinasi.


Pendekatan koordinasi ini meliputi sistem:

a. Sistem Informasi Vertical.

Adalah suatu sistem di mana informasi dapat di kirimkan ke atas dan kebawah jenjang
organisasi. Misalnya penanganan IDT (inpres desa tertinggal) dari menteri dalam negeri sampai
ke desa tertinggal dan sebaliknya.

b. Sistem Informasi Lateral.

Sistem ini mengabaikan rantai komando. Hubungan lateral (hubungan ke samping atau sejajar)
ini memungkinkan adanya pertukaran informasi yang di butuhkan dapat di pertanggung
jawabkan. Misalnya dalam kasus tanah perlu adanya informasi lateral atau badan pertanahan
nasional, departemen dalam negeri, departemen kehutanan, dan departemen kehutanan.

c. Sistem Informasi Manajer Penghubung.

Manajer penghubung mempunyai wewenang formal atas semua unit yang terlibat dalam sebuah
proyek. Manajer penghubung perlu di laksanakan apabila di perkirakan koordinasi secara efektif
tidak berhasil di laksanakan.

2. Pendekatan Struktur.

Pendekatan ini di lakukan apabila perusahaan merasakan adanya iklim yang tidak sehat pada
unit-unit karena adanya penunpukan kegiatan pada satu unit. Pendekatan ini di kenal sebagai
organisasi matrik. Yaitu mencirikan adanya satuan tugas atau proyek. Satuan tugas ini dapat di
bubarkan apabila proyek telah selesai.

G. Pengurangan kebutuhan Akan Koordinasi

Mengurangi kebutuhan akan koordinasi, ada dua metode pengurangan kebutuhan koordinasi,
yaitu :

1. Penciptaan sumberdaya tambahan yang memberikan kelonggaran bagi satuan kerja, misalnya
penambahan tenaga kerja, bahan dasar dan pembantu, modal, pengurangan tugas dan masalah-
masalah yang timbul sekarang.

2. Penciptaan tugas – tugas yang dapat berdiri sendiri, dengan cara mengubah karakter satuan
organisasi.
KOORDINASI

Koordinasi (coordination) adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan


pada satuan-satuan yang terpisah (departemen atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi
untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien.

1.2 Masalah-Masalah dalam Koordinasi

Peningkatan spesialisasi akan menaikkan kebutuhan akan koordinasi. Tetapi semakin besar
derajat spesialisasi, semakin sulit bagi manajer untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan
khusus dari satuan-satuan yang berbeda.

Paul R. Lawrence dan Jay W. Lorch (Handoko, 2003:197) mengungkapkan 4 (empat) tipe
perbedaan dalam sikap dan cara kerja yang mempersulit tugas pengkoordinasian, yaitu:

a. Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan tertentu.

Para anggota dari departemen yang berbeda mengembangkan pandangan mereka sendiri tentang
bagaimana cara mencapai kepentingan organisasi yang baik. Misalnya bagian penjualan
menganggap bahwa diversifikasi produk harus lebih diutamakan daripada kualtias produk.
Bagian akuntansi melihat pengendalian biaya sebagai faktor paling penting sukses organisasi.

b. Perbedaan dalam orientasi waktu.


Manajer produksi akan lebih memperhatikan masalah-masalah yang harus dipecahkan segera
atau dalam periode waktu pendek. Biasanya bagian penelitian dan pengembangan lebih terlibat
dengan masalah-masalah jangka panjang.

c. Perbedaan dalam orientasi antar-pribadi.

Kegiatan produksi memerlukan komunikasi dan pembuatan keputusan yang cepat agar prosesnya
lancar, sedang bagian penelitian dan pengembangan mungkin dapat lebih santai dan setiap orang
dapat mengemukakan pendapat serta berdiskusi satu dengan yang lain.

d. Perbedaan dalam formalitas struktur.

Setiap tipe satuan dalam organisasi mungkin mempunyai metode-metode dan standar yang
berbeda untuk mengevaluasi program terhadap tujuan dan untuk balas jasa bagi karyawan.

1.3 Tipe-Tipe Koordinasi

Menurut Hasibuan (2007:86-87) terdapat 2 (dua) tipe koordinasi, yaitu:


1. Koordinasi vertikal adalah kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh
atasan terhadap kegiatan unit-unti, kesatuan-kesatuan kerja yang ada di bawah wewenang dan
tanggungjawabnya.
2. Koordinasi horisontal adalah mengkoordinasikan tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan
penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang
dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan dalam tingkat organisasi (aparat) yang setingkat.

1.4 Sifat-Sifat Koordinasi

Menurut Hasibuan (2007:87) terdapat 3 (tiga) sifat koordinasi, yaitu:


1. Koordinasi adalah dinamis bukan statis.
2. Koordinasi menekankan pandangan menyeluruh oleh seorang koordinator (manajer) dalam
rangka mencapai sasaran.
3. Koordinasi hanya meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan.
Asas koordinasi adalah asas skala (hirarki) artinya koordinasi itu dilakukan menurut jenjang-
jenjang kekuasaan dan tanggungjawab yang disesuaikan dengan jenjang-jenjang yang berbeda-
beda satu sama lain. Tegasnya, asas hirarki ini bahwa setiap atasan (koordinator) harus
mengkoordinasikan bawahan langsungnya.

1.5 Syarat-Syarat Koordinasi


Menurut Hasibuan (2007:88) terdapat 4 (empat) syarat koordinasi, yaitu:
1. Sense of cooperation (perasaan untuk bekerjasama), ini harus dilihat dari sudut bagian per
bagian bidang pekerjaan, bukan orang per orang.
2. Rivalry, dalam perusahaan-perusahaan besar sering diadakan persaingan antara bagian-bagian,
agar bagian-bagian ini berlomba-lomba untuk mencapai kemajuan.
3. Team spirit, artinya satu sama lain pada setiap bagian harus saling menghargai.
4. Esprit de corps, artinya bagian-bagian yang diikutsertakan atau dihargai, umumnya akan
menambah kegiatan yang bersemangat.

Koordinasi adalah suatu istilah yang mengandung pengertian koperasi (cooperation), sebab tanpa
adanya koperasi tidak mungkin dapat dilakukan. Mc. Farland (Handayaningrat, 1985:90)
mendefinisikan koperasi merupakan kehendak dari individu-individu untuk menolong satu sama
lain.
Namun antara koordinasi dan koperasi berbeda. Menurut Handayaningrat (1985:90) pada
koperasi terdapat unsur kesukarelaan atau sifat suka rela (voluntary attitude) dari orang-orang di
dalam organisasi. Sedangkan koordinasi tidak terdapat unsur kerjasama secara suka rela, tetapi
bersifat kewajiban (compulsory).

1.6 Ciri-Ciri Koordinasi

Menurut Handayaningrat (1985:89-90) koordinasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:


1. Bahwa tanggungjawab koordinasi adalah terletak pada pimpinan. Oleh karena itu, koordinasi
adalah merupakan tugas pimpinan. Koordinasi sering dicampur-adukkan dengan kata koperasi
yang sebenarnya mempunyai arti yang berbeda. Sekalipun demikian pimpinan tidak mungkin
mengadakan koordinasi apabila mereka tidak melakukan kerjasama. Oleh kaerna itu, maka
kerjasama merupakan suatu syarat yang sangat penting dalam membantu pelaksanaan
koordinasi.
2. Adanya proses (continues process). Karena koordinasi adalah pekerjaan pimpinan yang
bersifat berkesinambungan dan harus dikembangkan sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik.
3. Pengaturan secara teratur usaha kelompok. Oleh karena koordinasi adalah konsep yang
ditetapkan di dalam kelompok, bukan terhadap usaha individu, maka sejumlah individu yang
bekerjasama, di mana dengan koordinasi menghasilkan suatu usaha kelompok yang sangat
penting untuk mencapai efisiensi dalam melaksanakan kegiatan organisasi. Adanya tumpang
tindih, kekaburan dalam tugas-tugas pekerjaan merupakan pertanda kurang sempurnanya
koordinasi.
4. Konsep kesatuan tindakan. Hal ini adalah merupakan inti dari koordinasi. Kesatuan usaha,
berarti bahwa harus mengatur sedemikian rupa usaha-usaha tiap kegiatan individu sehingga
terdapat adanya keserasian di dalam mencapai hasil.

5. Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama, kesatuan dari usaha meminta suatu pengertian
kepada semua individu, agar ikut serta melaksanakan tujuan sebagai kelompok di mana mereka
bekerja.

1.7 Pendekatan-pendekatan untuk Pencapaian Koordinasi yang Efektif


Komunikasi adalah kunci koordinasi yang efektif. Koordinasi secara langsung tergantung pada
perolehan, penyebaran dan pemrosesan informasi. Semakin besar ketidakpastian tugas yang
dikoordinasi, semakin membutuhkan informasi. Pada dasarnya koordinasi merupakan
pemrosesan informasi.
Tiga Pendekatan untuk pencapaian koordinasi yang efektif:
1. Pendekatan Pertama: TEKNIK-TEKNIK MANAJEMEN DASAR
Dengan mempergunakan teknik-teknik manajemen dasar : hirarki manajerial, rencana dan tujuan
sebagai pengarah umum kegiatan-kegiatan serta aturan-aturan dan prosedur-prosedur.

2. Pendekatan Kedua: MENINGKATKAN KOORDINASI POTENSIAL


Menjadi diperlukan bila bermacam-macam satuan organisasi menjadi saling tergantung dan lebih
luas dalam ukuran dan fungsi.

3. Pendekatan Ketiga: MENGURANGI KEBUTUHAN AKAN KOORDINASI


Dalam beberapa situasi adalah tidak efisien untuk mengembangkan cara pengkoordinasian
tambahan. Ini dapat dilakukan dengan penyediaan tambahan smber daya-sumber daya untuk
satuan-satuan organisasi atau penglompokan kembali satuan-satuan organisasi agar tugas-tugas
dapat berdiri sendiri.

1.8 Mekanisme – Mekanisme Pengkoordinasian Dasar

Dalam pengkoordinasian dasar kita harus mengetahui Mekanisme-mekanisme apa saja yg harus
di perhatikan

1. Hirarki manajerial.
Rantai perintah, aliran informasi dan kerja, wewenag formal, hubungan tanggung jawab dan
akuntanbilitas yang jelas dapat menumbuhkan integrasi bila dirumuskan secara jelas serta
dilaksanakan dengan pengarahan yang tepat.

2. Aturan dan prosedur.


Adalah keputusan-keputusan manajerial yang dibuat untuk menangani kejadian-kejadian rutin,
sehingga dapat juga menjadi peralatan yang efisien untuk koordinasi dan pengawasan rutin.

3. Rencana dan penetapan tujuan.


Pengembangannya dapat digunakan untuk pengoordinasian melalui pengarah seluruh satuan
orgaisasi terhadap sasaran-sasaran yang sama. Ini diperlukan bila aturan dan prosedur tidak
mampu lagi memproses seluruh informasi yang dibutuhkan untuk mengoordinasikan kegiatan-
kegiatan satuan-satuan oraganisasi.

1.9 Pedoman Koordinasi

1. Koordinasi harus terpusat, sehingga ada unsur pengendalian guna menghindari tiap
bagian bergerak sendiri-sendiri yang merupakan kodrat yang telah ada dalam setiap bagian, ingat
bahwa organisasi merupakan kumpulan dari orang-orang yang punya kebutuhan dan keinginan
berbeda.

2. Koordinasi harus terpadu, keterpaduan pekerjaan menunjukkan keadaan yang saling


mengisi dan memberi.

3. Koordinasi harus berkesinambungan, yaitu rangkaian kegiatan yang saling menyambung,


selalu terjadi selalu diusahakan dan selalu ditegaskan adanya keterkaitan dengan kegiatan
sebelumnya.

4. Koordinasi harus menggunakan pendekatan multi instansional, dengan ujud saling


memberikan informasi yang relevan untuk menghindarkan saling tumpang tindih tugas yang satu
dengan tugas yang lain.

1.10Kebaikan dan Hambatan Koordinasi yang efektif

Kebaikan :

1. Beban tiap bagian tidak terlalu berat, karena adana keseimbangan antar bagian.

2. Tiap bagian akan memperoleh informasi yang jelas dalam partisipasi pencapaian tujuan
dan tahu perannya masing-masing sehingga dapat memberikan saran dan komentar terhadap
kemungkinan ketidakserasian antar bagian.
3. Skedul kerja saling terkait sehingga menjamin penyelesaian pekerjaan tepat pada
waktunya.

Kelemahan :

1. Perbedaan tiap bagian dalam orientasi pencapaian tujuan.

2. Perbedaan dalam orientasi waktu.

3. Perbedaan orientasi antar pribadi.

4. Perbedaan dalam formalitas struktur.

1. 11 Pendekatan untuk mencapai Koordinasi yang efektif

1. Menggunakan pendekatan teknik-teknik dasar manajemen yang berupa hirarki


manajerial, rencana dan tujuan sebagai dasar bertindak.

Hirarki manajerial terdiri atas rantai perintah, aliran informasi dan kerja, wewenang formal,
hubungan tanggung jawab, dan akuntabilitas yang jelas sehingga menimbulkan integritas bila
diformulasikan dengan jelas serta dilaksanakan dengan pengarahan yang tepat.

Aturan dan prosedur adalah keputusan-keputusan yang dibuat untuk mengatur kejadian-kejadian
rutin.Rencana dan penetapan tujuan dilakukan untuk pengkoordinasian melalui pengarahan
dalam mencapai sasaran yang sama untuk tiap satuan organisasi.

KOORDINASI DALAM MANAJEMEN


KOORDINASI DALAM MANAJEMAN : selanjutnya telah di bahas dua aspek utama proses
pengorganisasian, pembagian kerja dan departementalisasi. Bab ini akan menguraikan aspek
penting lainnya dalam proses pengorganisasian- koordinasi.

Koordinasi

Koordinasi (coordination) adalah prose pengintregrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan


pada satuan yang terpisah (department atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi sacara efisien. Tanpa koordinasi, individu-individu dan department-
departement akan kehilangan pegangan atas peranan mereka dalam organisasi.

Kebutuhan akan Koordinasi


Menurut James D.Thompson, ada tiga macam salig ketergantungan di antara satuan-satuan
organisasi, yaitu:

1.Saling ketergantungan yang menyatu (pooled interdependent), bila satun-satuan organisasi


tidak saling tergantung satu dengan yang lain dalam melaksanakan kegiatan harian tetapi
tergantung kepada pelaksanaan kerja setiap satuan yang memuaskan untuk suatu hasil akhir.

2.Saling ketergantungan yang berurutan (sequential interdependent), di mana suatu satuan


organisasi harus melakukan pekerjaan terlebih dahulu sebelum satuan yang lain bekerja.

3.Saling ketergantungan timbale balik (reciporal interdependent) merupakan hubugan memberi


dan menerima antar satuan organisasi.

Masalah-masalah Pencapaian Koordinasi yang Efektif

Peningkatan spesialisasi dan menaikan kebutuhan akan koordinasi. Emapt tipe perbedaan daalam
sikap dan cara kerja di antara bermacam-macam individu dan department dalam organisasi yang
memepersulit tugas pengkoordinasian bagian-bagian organisasi secara efektif, yaitu:

1.Perbedaan dalam organisasi terhadap tujuan tertentu.

2.Perbedaaan dalam orientasi waktu.

3.Perbedaan dalam orientasi anatar pribadi.

4.Perbedaan formalitas struktur.

Pendekatan-penderkatan untuk Pencapaian Koordinasi yang Efektif.

Komunikasi adalah yang paling efektif. Koordinasi secara langsung tergantung pada perolehan,
penyebaran, pemrosesan informasi. Semakin besar ketidakpastian tugas yang dikoordinasi,
semakin membutuhkan informasi. Untuk alas an itulah, koordinasi pada dasarnya merupakan
tugas pemrosesan informasi.

Ada tiga pendekatan untuk pencapaian koordinasi yang efektif. Pertama, hanya mempergunakan
tehnik-tehnik manajemen dasar : hierarki manajerial, rencana dan tujuan sebagai pengarah umum
kegiatan-kegiatan serta aturan-aturanb dan prosedur-prosedur. Organisasi yang relative
sederhana tidal memerlukan peralatan koordinasi yang lebih dari tehnik-tehnik tersebut.
Pendekatan kedua menjadikan di perlukan bila bermacam-macam satuan-satuan organisasi
menjadi saling tergantung dan lebih luas dalam ukuran dan, Pendekatan ketiga, di samping
peningkatan koordinasi potensial, mengurangi kebutuhan akan koordinasi. Dalam beberapa
situasi adalah tidak efisien untuk mengembangkan cara

Pengkoordinasian tambahan.

Mekanisme-mekanisme Pengkoordinasian Dasar


Mekanisme-mekanisme dasar untuk pencapaian koordinasi adalah komponen-komponen vital
dalam manajemen yang secara ringkas dapat di uraikan sebagai berikut:

1.Hierarki manajerial. Rantai perintah, aliran informasi dan kerja, wewenang formal, hubungan
tanggung jawab dan akuntabilitas yang jelas dapat menumbuhkan integrasi bila di rumuskan
secara jelas dan tepat serta dilaksanakan dengan pengarahan yang tepat.

2.Aturan dan prosedur. Aturan-aturan dan prosedur –prosedur adala keputusan-


keputusan manajerial yang di buat untuk menanggani kejadian-kejadian rutin, sehingga dapat
juga menjadi peralatan yang efisisen untuk koordinasi dan pengawasan rutin.

3.Rencana dan penetapan tujuan. Pengembangan rencana dan tujuan dapat di gunakan untuk
pengkoordinasian melaui pengarahan seluruh satuan organisasi terhadap sasaran- sasaran yang
sama.

Meningkatkan Koordinasi Potensial

Bila mekanisme pengkoordinasian dasar tidak cukup, investasi dalam mekanisme-mekanisme


tambahan di perlukan. Koordinasi potensial dapat di tingkatkan dalam dua cara, vertical dan
menyamping (horizontal):

1.Sistem informasi vertical. Sistem informasi vertical adalah peralatan melalui mana
data disalurkan melewwati tingkatan-tingkatan organisasi. Komunikasi dapat terjadi di dalam
atau di luar rantai perintah. Sistem informasi manajemen telah di kembangkan dalam kegiatan-
kegiatan seperti pemasaran, keuangan, produksi, dan operasi-operasi internasional untuk
meningkatkan informasi yang tersedia bagi perencanaan, koordinasi dan pengawasan.

2.Hubungan-hubungan lateral (horizontal), melalui pemotongan rantai perintah, hubungan-


hubungan lateral membiarkan informasi di pertukarkan dan keputusan di buat pada tingkat
hierarki di mna informasi yang di butuhkan ada. Ada beberapa hubungan lateral, yang dapat di
perinci sebagai berikut:

a.Kontak langsung antara individu-individu yang dapat meningkatkan efektivitas dan

efisiensi kerja.

b.Peranan penghubung, antara yang menanggani komunitas antar departement


sehingga mengurangi panjangnya saluran komunikasi.

c.Panitia dan satuan tugas. Panitia biasanya diorganisasi secara formal dengan pertemuan
yang di jadwalkan teratur. Satuan tugas dibentuk bila dibutuhkan untuk masalah-masalah
khusus.

d.Pengintegrasian peranan-peranan, yang dilakukan oleh misal manajer produk atau manajer
proyek, perlu diciptakan bila suatu produk, jasa atau proyek khusus memerlukan tingkat
koordinasi yang tinggi dan perhatian yang terus menerus dari seseorang.
e.Peranan penghubung manajerial, yang mempunyai kekuasaan menyetujui
perumusan anggaran oleh satuan-satuan yang di intergrasikan dan implementasinya. Ini
di perlukan bila posisi pengintergrasian yang di jelaskan pada diatas tiddak secara
efektif mengkoordinasikan tugas tertentu.

Pengurangan Kebutuhan akan Koordinasi

Bila mekanisme-mekanisme pengkoordinasian dasar tidak mencukupi, koordinasi potensial


dapat ditingkatkan dengan penggunaan metode-metode di atas. Tetapi kebutuhan akan
koordinasi yang sangat besar dapat menyebabkan kelebihan beban bahkan memeperluas
mekanisme-mekanisme pengkoordinasian. Langkah yang paling kontruktif yang dapat di ambil
dalam menghadapi kasus ini adalah mengurangi kebutuhan akan koordinasi. Ada dua metode
pengurangan kebutuhan koordinasi, yaitu:

1.Penciptaan sumber daya-sumber daya tambahan. Sumber daya-sumber daya


tambahan memberikan kelonggaran bagi satuan-satuan kerja. Penambahan tenaga kerja, bahan
baku atau waktu, tugas di peringan dan masalah-masalah yang timbul berkurang.

2.Penciptaaan tugas-tugas yang dapat berdiri sendiri.Tehnik ini mengurangi kebutuhan akan
koordinasi dengan mengubah karakter satuan-satuan koordinasi. Kelompok tugas yang dapat
berdiri sendiri di serahi suatu tanggung jawab penuh salah satu organisasi operasi (perusahaan).

Penentuan Mekanisme Koordinasi yang Tepat

Pertimbangan penting dalam penentuan pendekatan yang paling baik untuk koordinasi adalah
menyesuaikan kapasitas organisasi untuk koordinasi dengan kebutuhan koordinasi. Berapa
banyak informasai yang dibutuhkan organisasi untuk melaksanakn operasi-operasinya? Berapa
besar kemampuan pemrosesan informasi ? Bilka kebutuhan lebih besar daripada kemampuan,
organisasi harus menentukan pilihan: meningkatkan koordinasi potensial atau mengurangi
kebutuhan. Sebaliknya, terlalu besar kemampuan pemrosesan informasi relative terhadap
kebutuhan secara ekonomis tidak efisien, karena untuk menciptakan dan memelihara
mekanisme-mekanisme tersebut adalah mahal.

SUBER:

http://www.google.com/search?q=A+Pengertian+Koordinasi&ie=utf-8&oe=utf-
8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a&channel=fflb.

http://billygeorge.multiply.com/journal/item/10?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem

http://misniawati.blogspot.com/2011/12/koordinasi-dalam-manajemen.html

http://isnatunnisa.wordpress.com/2012/11/02/04-a-pengertian-koordinasi/
OORDINASI DALAM MANAJEMEN

08. KOORDINASI DALAM MANAJEMEN

Pengertian Koordinasi

Menurut G.R. Terry koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk menyediakan jumlah
dan waktu yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam
dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan. Sedangkan menurut E.F.L. Brech, koordinasi adalah
mengimbangi dan menggerakkan tim dengan memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok dengan
masing-masing dan menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di
antara para anggota itu sendiri (Hasibuan, 2007:85).

Menurut Mc. Farland (Handayaningrat, 1985:89) koordinasi adalah suatu proses di mana pimpinan
mengembangkan pola usaha kelompok secara teratur di antara bawahannya dan menjamin kesatuan
tindakan di dalam mencapai tujuan bersama.

Sementara itu, Handoko (2003:195) mendefinisikan koordinasi (coordination) sebagai proses


pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen
atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien.

Menurut Handoko (2003:196) kebutuhan akan koordinasi tergantung pada sifat dan kebutuhan
komunikasi dalam pelaksanaan tugas dan derajat saling ketergantungan bermacam-macam satuan
pelaksananya. Hal ini juga ditegaskan oleh Handayaningrat (1985:88) bahwa koordinasi dan komunikasi
adalah sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan. Selain itu, Handayaningrat juga mengatakan bahwa
koordinasi dan kepemimpinan (leadership) adalah tidak bisa dipisahkan satu sama lain, karena satu
sama lain saling mempengaruhi.

Terdapat 3 (tiga) macam saling ketergantungan di antara satuan-satuan organisasi seperti diungkapkan
oleh James D. Thompson (Handoko, 2003:196), yaitu:
1. Saling ketergantungan yang menyatu (pooled interdependence), bila satuan-satuan organisasi tidak
saling tergantung satu dengan yang lain dalam melaksanakan kegiatan harian tetapi tergantung pada
pelaksanaan kerja setiap satuan yang memuaskan untuk suatu hasil akhir.
2. Saling ketergantungan yang berurutan (sequential interdependece), di mana suatu satuan organisasi
harus melakukan pekerjaannya terlebih dulu sebelum satuan yang lain dapat bekerja.
3. Saling ketergantungan timbal balik (reciprocal interdependence), merupakan hubungan memberi dan
menerima antar satuan organisasi.
MASALAH-MASALAH DALAM PENCAPAIAN KOORDINASI YANG EFEKTIF.
Masalah-masalah ini terjadi karena adanya pembagian tugas, maka timbullah perbedaan dalam kegiatan
pekerjaan. Perbedaan kegiatan tersebut dapat berpengaruh terhadap organisasi sehingga dapat
menimbulkan masalah koordinasi.
Perbedaan sikap dan perilaku individu - individu menimbulkan masalah koordinasi, antara lain :
1. Adanya perbedaan dalam orientasi terhadap sasaran/ tujuan tertentu.
2. Adanya perbedaan dalam orientasi waktu.
3. Adanya perbedaan dalam orientasi antar pribadi
4. Adanya perbedaan dalam formalitas struktur organisasi
5. Adanya perbedaan jarak geografis.
6. Adanya perbedaan antar manusia karena faktor social, budaya, pandangan hidup serta latar belakang
pendidikan.
7. Adanya perbedaan dalam ambisi.

TEKNIK-TEKNIK KOORDINASI
Terdapat beragam teknik koordinasi. Beberapa diantara teknik koordinasi yang dapat diaplikasikan
dalam organisasi publik adalah teknik koordinasi dengan pendekatan proses manajemen, teknik
koordinasi dengan pendekatan mekanisme pasar, teknik koordinasi dengan pendekatan organisasi,
teknik koordinasi dengan pendekatan hubungan antar struktur dan teknik koordinasi dengan
pendekatan partisipasi masyarakat.
1. Teknik Koordinasi dengan Pendekatan Proses Manajemen
Karena peranannya sebagai fungsi yang mengintegrasikan seluruh proses organisasi maka koordinasi
perlu dilakukan dalam setiap tahapan proses manajemen. Hal ini diperlukan karena setiap tahapan
proses manajemen tentu memerlukan keterpaduan peran para pemangku kepentingan (stakeholders)
dalam mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, koordinasi dianggap sebagai salah satu kunci sukses
dalam proses manajemen. Dengan kata lain, koordinasi merupakan esensi manajemen dan secara
implisit terkandung dalam fungsi-fungsi manajemen. Teknik koordinasi dalam tahapan proses
manajemen dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Koordinasi dalam Perencanaan.
Koordinasi dalam perencanaan merupakan upaya untuk mengintegrasikan berbagai perencanaan
melalui diskusi yang saling menguntungkan, tukar pikiran. Contoh, koordinasi antara unit kelitbangan
dan unit kesekretariatan untuk mengoptimalkan peran kelitbangan yang didukung kesekretariatan yang
handal.
b. Koordinasi dalam Pengorganisasian. Koordinasi merupakan esensi
organisasi. Koordinasi dalam pengorganisasian sangat diperlukan manajemen antara lain dalam
distribusi tugas. Misalnya, untuk kegiatan reformasi birokrasi dalam suatu instansi maka dibentuk satu
tim reformasi yang bertugas menyusun konsep reformasi birokrasi. Dalam tim tersebut ditetapkan
beberapa sub-tim yang diberi tugas untuk mempersiapkan konsep spesifik, misalnya: sub-tim keuangan,
sub-tim sumber daya manusia, sub-tim grand-design dan sebagainya.

c.Koordinasi dalam staffing.


Dalam penempatan pegawai perlu dilakukan koordinasi untuk menjamin pegawai yang tepat di tempat
yang tepat (the right man on the right place). Misalnya, untuk menghasilkan keputusan promosi jabatan
pada beberapa jabatan tertentu maka dilakukan rapat Baperjakat yang terdiri dari unsur pimpinan dan
unsur kesekretariatan khususnya kepegawaian.
d.Koordinasi dalam directing.
Efektivitas arahan, instruksi dan pedoman sangat bergantung pada harmonisasi atasan dan bawahan.
Misalnya, dalam satu unit tertentu, pimpinan memberikan arahan ke mana unit tersebut diarahkan
untuk mendukung tugas, pokok dan fungsi organisasi.
e. Koordinasi dalam pengawasan.
Koordinasi melalui pengawasan diperlukan untuk menjamin sigkronisasi antara kinerja aktual dengan
kinerja yang distandarkan. Misalnya suatu organisasi berdasarkan rencana stratejiknya menetapkan
beberapa performance indicators dari beberapa kegiatan yang dilakukan. Berdasarkan performance
indicators tersebut dilakukan evaluasi triwulanan atau tahunan untuk mengevaluasi pencapaian kinerja
tersebut.
Dengan demikian, koordinasi perlu dilakukan dalam setiap proses manajemen sebagai upaya
mengintegrasikan upaya berbagai pemangku kepentingan dalam mencapai tujuan organisasi. Kalau
langkah tersebut tidak dilakukan maka sangat sulit bagi para manajer untuk memastikan bahwa seluruh
pemangku kepentingan dapat bekerjasama secara terpadu.
2. Teknik Koordinasi dengan Pendekatan Pasar
Koordinasi secara prinsip diturunkan dari teori organisasi. Dalam organisasi yang kompleks terdiri dari
beberapa divisi tenaga kerja (division of labour). Masing-masing divisi tenaga kerja tersebut memiliki
spesialisasi kompetensi dan bidang pekerjaan tertentu. Untuk memadukan berbagai divisi dan
spesialisasi tersebut dalam pencapaian tujuan organisasi maka dilakukan koordinasi. Koordinasi dapat
dilakukan dalam kerangka outward dan inward looking. Dalam kerangka outward looking, koordinasi
dilakukan dalam arena lingkungan eksternal organisasi. Salah satu lingkungan yang sangat berpengaruh
adalah lingkungan pasar (market).Instrumen koordinasi dalam pasar adalah harga (price). Melalui
mekanisme harga ini seluruh stakeholder saling terhubungkan dalam suatu kegiatan ekonomi.
Mekanisme ini juga sering disebut sebagai ”invisible hand” (tangan tidak terlihat). Melalui tangan tidak
terlihat ini semua pihak diatur untuk menghasilkan kesepakatan harga dan kuantitas yang ditawarkan
dan diminta.
3. Teknik Koordinasi dengan pendekatan Organisasi
Secara organisatoris, koordinasi terjadi melalui mekanisme non-harga. Mekanisme koordinasi ini tidak
terancang secara otomatis tetapi harus dirancang oleh pihak yang memiliki otoritas dalam organisasi.
Mekanisme koordinasi tersebut menurut Mintzberg (1989) terdiri dari: 1) mutual adjustment; 2) direct
supervision; 3) Standardization of work; 4) Standardization of output; 5) Standardization of skills; 6)
standardization of norms.

1) Mutual Adjustment
Mutual adjustment merupakan mekanisme koordinasi dimana masing-masing divisi/unit organisasi
melakukan penyesuaian dalam memaksimalkan benefit/kesuksesan organisasi. Dalam hal ini proses
koordinasi berjalan secara cair (fluid), tidak terlalu formal, tidak memerlukan komando serta tanpa ada
hambatan birokrasi.
2) Direct supervision
Direct supervision merupakan mekanisme koordinasi dimana masing- masing divisi/unit organisasi
disupervisi/diawasi/dikontrol secara ketat oleh atasannya dalam rangka memaksimalkan
benefit/kesuksesan organisasi. Dalam hal ini proses koordinasi berjalan melalui mekanisme penetapan
target, pengawasan pencapain target dan pelaporan pencapaian target . Koordinasi juga dilakukan
secara bertingkat (atasan: supervisor dan bawahan: unit/divisi).
3) Standardization of work
Standardization of work merupakan mekanisme koordinasi dimana proses kerja masing-masing
divisi/unit organisasi dirancang sedemikian rupa sehingga proses kerja tersebut bersifat baku/standar.
Standarisasi proses kerja tersebut biasanya dinamakan standard operating procedure (SOP). Melalui
mekanisme ini proses kerja dapat dipercepat atau diperlambat sesuai dengan standar yang ditetapkan.
4) Standardization of output
Standardization of output merupakan mekanisme koordinasi dimana output kerja masing-masing
divisi/unit organisasi dirancang sedemikian rupa sehingga output kerja tersebut bersifat baku/standar
sesuai dengan harapan organisasi. Standarisasi output kerja tersebut biasanya biasanya tercermin dalam
salah satu performance indicators (PIs). Yang tercermin dalam performance indicators ini biasanya
bukan hanya output tetapi juga benefit dan impact dari suatu rancangan program/kegiatan.Melalui
mekanisme ini semua divisi/unit dalam organisasi dituntut untuk berupaya mencapai output yang telah
distandarkan. Pencapaian output standar tersebut biasanya dijadikan sebagai parameter
keberhasilan/kegagalan suatu divisi/unit dalam organisasi.
5) Standardization of skills
Standardization of skills merupakan mekanisme koordinasi dimana skills kerja masing-masing divisi/unit
organisasi terancang sedemikian rupa sehingga proses serta output kerja dapat dicapai atas kerjasama
sistematis dalam satu kelompok skills tertentu. Karena skills yang dibutuhkan sudah standar maka hanya
sumber daya yang memenuhi skills tersebut yang dapat terlibat dalam kegiatan organisasi ini.
6) Standardization of norms
Standardization of norms merupakan mekanisme koordinasi dimana prilaku kerja dari masing-masing
individu terstandarkan dalam bentuk tata nilai, aturan dan lainnya sehingga misi organisasi dapat
dicapai.

Meningakatkan koordinasi potensial


1. Sistem informasi vertikal.
Adalah peralatan melalui mana data disalurkan melewati tingkatan-tingkatan organisasi. Komunikasi
dapat terjadi di dalam atau di luar rantai perintah. Sistem informasi manajemen telah dikembangkan
dalam kegiatan-kegiatan seperti pemasaran, keuangan, produksi, dan operasi-operasi internasional
untuk meningkatkan informasi yang tersedia bagi perencanaan, koordinasi, dan pengawasan.
2. Hubungan-hubungan lateral (harizontal).
Melalui pemotongan rantai perintah, hubungan-hubungan lateral membiarkan informasi dipertukarkan
dan keputusan dibuat pada tingkat hirarki dimana informasi yang dibutuhkan ada.
Beberapa hubungan lateral, yaitu:
a. Kontak langsung antara individu-individu yang dapat meningkatakan efektivitas dan efisiensi kerja.
b. Peranan penghubung, yang menangani komunikasi antar departemen sahingga mengurangi
panjangnya saluran komunikasi.
c. Panitnya dan satuan tugas. Panitnya biasanya diorganisasi secara formal dengan pertemuan yang
dijadwalkan teratur. Satuan tugas dibentuk bila dibutuhkan untuk masalah-masalah khusus.
d. Pengintegrasian peranan-peranan, yang dilakukan oleh misal manajer produk atau proyek, perlu
diciptakan bila suatu produk, jasa atau proyek khusus memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi dan
perhatian yang terus menerus dari seseorang.
e. Peranan penghubung manajerial, yang mempunyai kekuasaan menyetujui perumusan anggaran oleh
satuan-satuan yang diintegrasikan dan implementasinya. Ini diperlukan bila posisi pengintegrasian yang
dijelaskan pada d di atas tidak secara efektif mengoordinasikan tugas tertentu.
f. Organisasi matriks, suatu mekanisme yang sangat baik bagi penanganan dan penyelesaian proyek-
proyek yang kompleks.

Metoda Pengurangan Kebutuhan akan Koordinasi

Metoda Pengurangan Kebutuhan akan Koordinasi, yaitu:


1. Penciptaan sumber daya-sumber daya tambahan.
Sumber daya-sumber daya tambahan memberikan kelonggaran bagi satuan-satuan kerja. Penambahan
tenaga kerja, bahan baku atau waktu, tugas diperingan dan masalah-masalah yang timbul berkurang.
2. Penciptaan tugas-tugas yang dapat berdiri sendiri.
Teknik ini mengurangi kebutuhan koordinasi dengan mengubah karakter satuan-satuan organisasi.
Kelompok tugas yang dapat berdiri sendiri diserahi suatu tanggung jawab penuh salah satu organisasi
operasi (perusahaan).
Penentuan Mekanisme Koordinasi yang Tepat

Pertimbangan penting dalam penentuan pendekatan yang paling baik untuk koordinasi adalah
menyesuaikan kapasitas organisasi untuk koordinasi dengan kebutuhan koordinasi. Bila kebutuhan lebih
besar dari kemampuan, organisasi harus menentukan pilihan: meningkatkan koordinasi potensial atau
mengurangi kebutuhan. Sebaliknya, terlalu besar kemampuan pemrosesan informasi relatif terhadap
kebtuhan secara ekonomis tidak efisien, karena untuk menciptakan dan memelihara mekanisme-
mekanisme tersebut adalah mahal. Kegagalan untuk mencocokkan kemampuan pemrosesan informasi
dengan kebutuhan akan menyebabkan penurunan prestasi.

http://warung-wacana.blogspot.com/2009/06/koordinasi-dan-manajemen.html

http://arindra-arindra.blogspot.com/2010/05/pengantar-manajemen.html

http://ncuzalleen.blogspot.com/2011/11/koordinasi-dalam-organisasi.html

http://aditiaa.blogspot.com/2009/03/koordinasi-dan-rentang-manajemen.html

http://okvawahyuni.blogspot.com/2012/10/koordinasi-dalam-manajemen.html

Anda mungkin juga menyukai