Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan
manusia lainnya. Manusia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin
mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa
manusia perlu berkomunikasi dengan sesama kelompok dan masyarakat. Hal ini
merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari
hasil integrasi sosial dengan sesama kelompok dan masyarakat. Didalam
kelompok/organisasi itu selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan
masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri dari
pemimpin dan bawahan/karyawan (Rasdiana, 2011).
Dalam sebuah organisasi setiap pimpinan perlu untuk mengkoordinasikan
kegiatan kepada anggota organisasi yang diberikan dalam menyelesaikan tugas.
Dengan adanya penyampaian informasi yang jelas, pengkomunikasian yang
tepat, dan pembagian pekerjaan kepada para bawahan oleh manajer maka setiap
individu bawahan akan mengerjakan pekerjaannya sesuai dengan wewenang
yang diterima. Tanpa adanya koordinasi setiap pekerjaan dari individu karyawan
maka tujuan perusahaan tidak akan tercapai.
Oleh sebab itu penting untuk memastikan bahwa strategi komunikasi
dimengerti oleh karyawan. Hal ini berhubungan erat dengan hubungan yang

terjalin antara atasan dan bawahan, artinya jika seorang bawahan tidak
memahami dan mengerti apa yang diinginkan atasan lewat pesan tersebut. Maka
tingkat keseringan salah persepsi akan semakin meningkat. Akibatnya efisiensi
kerja karyawan akan banyak berkurang.
Pada sebuah organisasi khususnya rumah sakit, proses komunikasi adalah
proses yang pasti dan selalu terjadi. Komunikasi adalah sarana untuk
mengadakan koordinasi antara berbagai sub bagian dalam organisasi. Organisasi
yang berfungsi baik, ditandai oleh adanya kerjasama secara sinergis dan
harmonis dari berbagai komponen. Suatu organisasi dikonstruksi dan dipelihara
dengan komunikasi. Artinya ketika proses komunikasi antar komponen dapat
diselenggarakan secara harmonis, maka organisasi tersebut semakin kokoh dan
kinerja organisasi akan meningkat (Ginting,2011).
Disamping pentingnya sebuah komunikasi dalam organisasi. Kemudian yang
harus diperhatikan juga bagi seorang pemimpin atau manajer yaitu pentingnya
suatu koordinasi. Koordinasi sangatlah penting bagi perkembangan sebuah
organisasi, baik koordinasi di dalam (interen) maupun di luar (eksteren)
organisasi. Koordinasi adalah proses penyatupaduan tujuan-tujuan dan kegiatankegiatan dari unit-unit yang terpisah dari suatu organisasi untuk mencapai
sasaran-sasaran organisasi secara efisien. Tanpa adanya koordinasi, individuindividu dan bagian-bagian tidak dapat melihat peranan mereka dalam
organisasi.

Mereka akan mulai mengikuti kepentingan-kepentingan khusus mereka


sendiri, seiring dengan mengorbankan sasaran-sasaran organisasi yang lebih luas.
Maka akibatnya timbul terjadinya suatu konflik di dalam organisasi tersebut
(Feldman,D.C)
Mencermati dari kejadian di atas, maka dalam makalah ini kami akan fokus
membahas tentang pengertian komunikasi dan koordinasi (Abeff 2013).
1.2 Rumusan Masalah
1.

Apakah pengertian dari koordinasi dan komunikasi?

2.

Bagaimana ruang lingkup koordinasi dan komunikasi?

3.

Jelaskan jenis-jenis dari koordiniasi dan komunikasi?

4.

Apa saja prinsip-prinsip dalam koordinasi dan komunikasi?

5.

Jelaskan syarat-syarat pada koordinasi?

6.

Apa saja hambatan dalam koordinasi dan komunikasi?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian koordinasi dan komunikasi.
2. Unutk mengetahui dan memahami ruang lingkup koordinasi dan komunikasi.
3. Untuk mengetahui dan memahami jenis- jenis koordinasi dan komunikasi.

4. Untuk mengetahui tujuan dari prinsip-prinsip dalam koordinasi dan


komunikasi.
5. Untuk mengetahui dan memahami syarat-syarat pada koordinasi
6. Untuk mengetahui dan memahami hambatan dalam koordinasi dan
komunikasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Koordinasi
James A.F stoner dan Charles wankel dalam buku management, edisi
ketiga,1986 Coordination is the process of integrating the objectives and
activites of the separate units (department or functional areas ) of an organization
in order to achieve organizational goals efficiently (Abeff 2013).
Koordinasi adalah proses menyatu padukan tujuan-tujuan dan kegiatankegiatan dari unit-unit (bagian-bagian atau bidang-bidang fungsional) suatu
organisasi yang terpisah untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi secara
efisien. Dalam arti kata lain, koordinasi adalah penyelarasan secara teratur atau
penyusunan kembali kegiatan-kegiatan yang saling bergantung dari individuindividu untuk mencapai tujuan bersama.(Abeff 2013).
Menurut E.F.L. Brech, koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakkan
tim dengan memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok dengan masingmasing dan menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang
semestinya di antara para anggota itu sendiri (Hasibuan, 2007:85).

Sedangkan pengertian koordinasi menurut Sughanda (1991) adalah penyatu


paduan gerak dari seluruh potensi dan unit-unit organisasi atau organisasi yang
berbeda fungsi agar secar benar-benar mengarah pada sasaran yang sama guna
memudahkan pencapaiannya dengan efesien. Koordinasi diperlukan karena suatu
unit tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa di bantu oleh unit yang lain dan tiap
unit berkewajiban mendukung pelaksanaan fungsi unit lainnya bila seluruh
organisasi ingin bergerak dengan lancar dan efektif melaksanakan tugasnya
mencapai tujuan.
Berdasarkan defenisi diatas, Sughanda (1991) menyimpulkan bahwa ada
enam unsur yang terkandung dalam usaha koordinasi, yaitu :
1. Unit--unit
Unit-unit adalah kelompok-kelompok kerja didalam suatu organisasi yang
tentunya mempunyai fungsi yang berbeda.
2. Sumber-sumber atau potensi
Sumber-sumber atau potensi yang ada pada unit-unit suatu organisasi adalah
tenaga kerja, keterampilan da pengetahuan personilnya, teknologi, anggaran serta
fasillitas kerja lainnya.

3. Kesatupaduan
Kesatupaduan artinya pertautan atau hubungan diantara sesama sehingga
mewujudkan suatu intergritas atau kesatuan yang kompak.
4. Gerak kegiatan
Gerak kegiatan adalah segala upaya, segala sesuatu tindakan yang dikerjakan
oleh pejabat-pejabat maupun kelompok kerja dalam melakukan tugasnya.
5. Keserasian
Keserasian berarti adanya urutan-urutan pengerjaan sesuatu yang tersusun
secara logis, sistematis atau dilakukan dalam waktu yang bersamaan akan tetapi
menimbulkan duplikasi, perjubuhan maupun perbentangan.
6. Arah yang sama atau sasara
Arah yang sama dalam hal ini sebagai pedoman adalah sasaran yang sudah
ditetapkan. Segala potensi itu diarahkan ke sarsaran yang satu itu juga sehingga
tak terjadi penyimpangan.
2.1.1

Ruang Lingkup Koordinasi


Ada 4 ruang lingkup koordinasi ditinjau dari sudut-sudut bidangnya

menurut terry dalam Moekijat (1994), yaitu:

1. Koordinasi dalam individu


Dari sudut pandang manajemen, Koordinasi jenis ini merupakan yang
paling tidak penting tapu kemampuan seorang individu untuk mengerjakan
suatu pekerjaan tertentu dengan baik akan bergantung kepada suksesnya ia
mengkoordinasikan dari suatu kelompok.
2. Koordinasi antara individu-individu dari suatu kelompok
Contoh yang palaing jelas mengenai koordinasi ini adalah suatu
kesebelasan sepak bola. Tanpa koordinasi sulit bagi kesebelasan tersebut
untuk memenangkan pertandingan.
3. Koordinasi antara kelompok-kelompok dalam suatu perusahaan
Contok koordinasi ini adalah kegiatan badan pegawai dalam mencari
calon pegai dan melatih pegawai-pegawai baru untuk bagian produksi dan
bagian penjualan. Agar pelatihan dapat sukses, maka manejer kepegawaian
harus menentukan atau mengetahui sumber kebutuhan pegawai yang dapat
dari bagian produksi dan bagian penjualan dalam hubungannya daengan halhal seperti jumlah, kecakapan yangdiperlukan, latar belakang calon yang
dikehendaki dan waktu pelatihan agar mereka siap untuk pekerjaan. Caloncalon manakah yang dicari dan jenis serta jumlah pelatihan yang diberkan
kepada mereka harus sewaktu-waktu disesuaikan dengan apa yang

diperlukan oleh bagian masinh-masing di mana calon-calon akan


ditempatkan.
4. Koordinasi antara perusahaan-perusahaan dan macam-macam peristiwa
dunia
Kegiatan perusahaan secara keseluruhan harus sesuai dengan berbagai
kekuatan di luar perusahaan. Hall ini meliputi perusahaan lain, tindakan
peratutan pemerintah, dan kedudukan perkekonomian nasional dan
perekonomian dunia. Tidak ada perusahaan yang dapat berdiri sendiri.
Perusahaan itu mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan dari
luar.
2.1.2

Jenis-jenis Koordinasi
Secara teoritis, koordinasi dapat dibedakan beberapa jenis, yaitu :

1. Berdasarkan ruang lingkupnya


a. Koordinasi internal yaitu koordinasi antara pejabat atau antara unit di
dalam suatu organisasi.
b. Koordinasi eksternal yaitu koordinasi antara pejabat dari berbagai
organisasi atau antar organisasi.

2. Berdasarkan arahnya
a. Koordinasi horizontal yaitu koordinasi antar pejabat atau antar unit
yang mempunyai tingkat hiararki yang sama dalam satu organisasi dan
antar pejabat dari organisasi-organisasi yang sederajat atau antar
organisasi yang setingkat.Hasibuan (2007:86-87)
b. Koordinasi vertikal yaitu koordinasi antara pejabat-pejabat dan unitunit tingkat bawah oleh pejabat atasannya atau unit tingkat atasnya
langsung, juga cabang-cabang suatu organisasi oleh organisasi
induknya.Hasibuan (2007:86-87)
c. Koordinasi diagonal yaitu koordinasi antar pejabat atau unit yang
berbeda fungsi dan berbeda tingkatan hierarkinya.
d. Koordinasi fungsional yaitu koordinasi antar pejabat, antar unit atau
antar organisasi yang didasarkan atas kesamaan atas kesamaan fungsi
atau karena koordinatornya mempunyai fungsi tertentu.
3. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No.6 Tahun 1998
a. Koordinasi fungsional yaitu koordinasi antara dua atau lebih instansi
yang mempunyai program yang berkaitan erat.
b. Koordinasi internasional yaitu koordinasi antara beberapa instansi
yang menangani satu urusan tertentu yang bersangkutan.

10

c. Koordinasi teritorial yaitu koordinasi antara dua atau lebih wilayah


dengan program tertentu.
2.1.3

Prinsip Koordinasi
Untuk menciptakan koordinasi tersebut, dalam bukunya, Sughanda

(1991) menuliskan ada beberapa prinsip yang perlu diterapkan, antar lain :
1. Adanya kesepakatan dan kesatuan perngertian mengenai sasaran yang
harus dicapai sebagi arah kegiatan bersama.
2. Adanya kesepakatan mengenai kegiatan atau tindakan yang harus
dilakukan oleh masing-masing pihak, termasuk target dan jadwalnya.
3. Adanya kekuatan atau loyalitas dari setiap pihak terhadap bagian tugas
masing-masing serta jadwal yang telah ditetapkan.
4. Adanya saling tukar informasi dari semua pihak yang bekerja sama
mengenai kegiatan dan hasilnya pada suatu saat tertentu, termasuk masalahmasalah yang dihadapi masing-masing.
5. Adanya koordinasi ang dapat memimpin dan menggerakkan serta
memonitor kerja sama tersebut serta memimpin pemecahan masalah
bersama.
6. Adanya informasi dari berbagai dari berbagai pihak yang mengalir kepada
koordinator sehingga dapat memonitor seluruh pelaksanaan kerja sama dan
mengerti masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh semua pihak.

11

7. Adanya saling

menghormati terhadap wewenang fungsional masing-

masing pihak sehingga tercipta semangat untuk saling bantu


2.1.4

Syarat-syarat Koordinasi
Adanya 9 syarat untuk mencapai koordinasi yang efektif menurut

Tripathi dan Reddy dalam Moekijat (1994), yaitu:


1. Hubungan langsung
Koordinasi dapat dicapai melalui hubungan pribadi langsung diantara
orang-orang yanf bertanggung jawab. Melalui hubungan pribadi langsung,
ide-ide, cita-cita, tujuan-tujuan, pandangan-pandangan dapat dibicarakan
dan salah paham, apabila ada, dapat dijelaskan jauh lebih baik dari pada
melalui metode apapun lainnya.
2. Kesempatan awal
Koordinasi dapat dicapai lebih mudah dalam tingkat-tingkat awal
perencanaan

dan

pembuatan

kebijaksanaan.

Misalnya,

sambil

mempersiapkan rencana itu sendiri harus ada konsultasi bersama. Dengan


cara demikian tugas penyesuaain dan penyatuaan dalam proses pelaksanaan
rencana menjadi lebih mudah.
3. Komunitas

12

Koordinasi merupakan suatu proses yang bekelanjutan dan harus


berlangsung pada semua waktu mulai dari tahap perencanaan. Oleh karena
koordinasi merupakan dasar struktur organisasi, maka koordinasi harus
berlangsung selama perusahaan melaksanaka fungsinya.
4. Dinamisme
Koordinasi harus secara terus menerus diubah mengingat perubahanperubahan lingkungan baik intern maupun ekstern. Dengan kata lain
koordinasi itu jangan kaku. Koordinasi dapat menemukan kekuatankekuatan dan kelemahan-kelemahan baru yang pada waktunya dapat
menambah masalah. Koordinasi akan meredakan masalah-masalah secara
dini dan mencegah kejadiannya.
5. Tujuan yang jelas
Tujuan yang jelas itu penting untuk memperoleh koordinasi yang efektif
dalam suattu perusahaan. Manajer-manajer bagian harus diberi tahu tentang
tujuan perusahaan dan diminta agar bekerja untuk tujuan bersama
perusahaan. Suatu tujuan yang jlas dan diberitahukan secara efektif kepada
kepala-kepala bagian untuk menghasilkan keselarasan tindakan.
6. Organisasi yang sederhana

13

Struktur organisasi yang sederhana memudahkan koordinasi yang


efektif. Penyusunan kembali bagian-bagian dapat dipertimbangkan untuk
memiliki koordinasi yang lebih baik diantara kepala-kepala bagian.
Pelaksanaan pekerjaan dan fungsi yang erat berhubugan dapat
ditempatkan di bawah beban seorang penjabat pimpinan apabila hal ini akan
mempermudah pegambilan tindakan yang diperlukan untuk koordinasi.
Disarankan agar semua bagian yang saling berhadapan dapat dipercayakan
kepada seorang aatasan bersama untuk menjamin koordinasi yang lebih
baik. Suatu sub bagian merupakan suatu contoh jenis pengelompokkan ini.
Suatu sub bagian membuat koordinasi lebih mudah dan membentuk
penyesuain yang cepat terhadap perubahan lingkungan.
7. Perumusan wewenang dan tanggung jawab yang jelas
Faktor lain yang memudahkan koordinasi adalah defenisi wewenang
dan taggung jawab yang jelas untuk masing-masing individu dan bagian.
Wewenang yang jelas tidak hanya mengurangi pertentangan di antara
pegawai-pegawai yang berlainan, tapi juga membantu mereka dalam
pelaksanaan pekerjaan dengan kesatuan tujuan. Selanjutnya, wewenang
yang jelas membantu manajer dalam memilihara orang-orang bawahan
bertanggung jawab atas pelangaran pembatasan-pembatasan.
8. Komunikasi yang efektif

14

Komunikasi yang efektif merupakan salah satu persyaratan untuk


koordinasi yang baik. Melalui saling tukar informasi secara terus menerus,
perbedaan-perbedaan individu dan bagian dapat diatasi dan perubahanperubahan kebjaksanaan, penyesuain program-program, program-program
untuk waktu yang akan datang dan sebagainya dapat dibicarakan. Melalui
komunikasi yang efektif tindakan-tindan atau pelaksanaan-pelaksanaan
peekerjaan yang bertentangan dengan tujuan-tujuan perusahaan dapat
dihindarkan dan kegiatan-kegiatan keseluruhan staf dapat diartikan secara
harmonis menuju ke pelaksanaan tujuan perusahaan yang telah ditentukan.
9. Kepimpinan dan supervisi yang efektif
Suksesnya koordinasi banyak dipegaruhi oleh hakikat kepimpinan dan
supervisi. Kepimpinan yang efektif menjamin koordinasi kegiatan orangorang, baik pada tingkat perencanaan maupun tingkat pelaksanaan.
Pimpinan yang efektif membuat kepercayaan terhadap orang-orang bawahan
dan memelihara juga semangat kerja mereka. Sesungguhnya, kepimpinan
yang efektif merupakan metode koordinasi yang paling baik dan tidak ada
metode lain yang dapat mengantikannya.
Sedangkan menurut Hasibuan (2007:88) terdapat 4 (empat) syarat
koordinasi, yaitu:
1. Sense of cooperation (perasaan untuk bekerjasama), ini harus dilihat dari
sudut bagian per bagian bidang pekerjaan, bukan orang per orang.

15

2. Rivalry, dalam perusahaan-perusahaan besar sering diadakan persaingan


antara bagian-bagian, agar bagian-bagian ini berlomba-lomba untuk mencapai
kemajuan.
3. Team spirit, artinya satu sama lain pada setiap bagian harus saling
menghargai.
4. Esprit de corps, artinya bagian-bagian yang diikutsertakan atau
dihargai,
2.1.5

umumnya akan menambah kegiatan yang bersemangat.

Hambatan koordinasi
Peningkatan spesialisasi akan menaikkan kebutuhan akan koordinasi. Tetapi

semakin besar derajat spesialisasi, semakin sulit bagi manajer untuk


mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan khusus dari satuan-satuan yang berbeda.
Ada empat jenis sikap dan gaya kerja yang berlainan yang cenderung timbul
di antara berbagai bagian organisasi yang menyukarkan penciptaan koordinasi
menurut Lawrence dan Lorsch dalam Sughanda (1991) dan Misniawati (2011),
yaitu :
1. Perbedaan dalam orientasi kepada sasaran khusus
Hal ini terjadi karena orang-orang dari bagian (unit) yang berbeda akan
mengembangakan pandangan-pandangannya sendiri tentang apa yang paling
baik bagi organisasi.

16

Bagi para penjual dari suatu organisasi perusahaan umpamanya,


keragaman hasil produksi harus lebih diutamakan dari pada kualitas.
Seorang

pegawai

pembukuan

mungkin

akan

menganggap

bahwa

pengawasan biaya adalah lebih penting dari apapun juga agar organisasi
berhasil. Sedangkan manajer marketing akan menganggap bahwa desain
produk justru lebih penting kalau organisasi perusahaan mau berhasil.
2. Perbedaan dalam orientasi waktu
Beberapa anggota organsasi seperti umpamanya manajer produksi akan
lebih memperhatikan masalah-masalah yang perlu segera ditangani dalam
waktu yang singkat, sedangkan para anggota tim peneliti mungkin
perhatiannya akan lebih tertuju kepada masalah yang akan memakan waktu
bertahun-tahun untuk diatasinya.
3. Perbedaan dalam organisasi antar pribadi
Dalam beberapa kegiatan organisasi seperti produksi, mungkin orangorang dalam cara berkomunikasinya relatif lebih ringkas, tajam dan bernada
tinggi, dan dalam membuat keputusan akan lebih cepat, sangat cekatan agar
segala sesuatu tetap terus berjalan sedangkan pada unit-unit lain tampak
sebaliknya, dalam berkomunikasi akan santai-san tai saja, dimana tiap orang
didorong untuk mengeluarkan pendapat, berbicara dan berdiskusi.
4. Perbedaan dalam formalitas struktur

17

Setiap jenis unit di dalam organisasi mungkin mempunyai perbedaanperbedaan cara dan tolak ukur dalam menilai kemajuan pencapaian sasaran
dan dalam memberi ganjaran kepada para pelaksana. Misalnya pada bagian
produksi , tolak ukur akan ditanyakan secara eksplisit dalam bentuk biaya,
kualitas dan jadwal sehingga didapat ukuran yang tepat bagi setiap kriteria.
Akan tetapi didalam personalia tolak ukut pelaksanaan tugas mungkin akan
dirumuskan secara lebih umum sehingga ketepatannya di dalam mengukur
dan menilai pegawai akan kurang sempurna.
2.2 Pengertian Komunikasi
Menurut Stoner dan Wankel :Communication as the process y which people
attempt to share meaning via the transmission of symbolic message.
Komunikasi sebagai proses dengan mana orang-orang berusaha memberikan
pengertian melalui penyampaian pesan-pesan berupa lambang. Arti kata lain,
komunikasi yaitu cara manusia berhubungan yang melibatkan pengertian atau
maksud, dengan syarat mereka perlu setuju dengan definisi istilah-istilah yang
digunakan berdasarkan sesuatu yang simbolik seperti isyarat, huruf, nomor, dan
perkataan

yang

melambangkan

atau

menyerupai

ide-ide

yang

dapat

menyampaikan maksud . Jadi, komunikasi adalah sebuah proses atau jalan


pertukaran informasi oleh dua orang atau bahkan lebih dengan menggunakan
isyarat, simbol-simbol ataupun dengan cara apapun yang efektif sehingga orang
lain dapat menafsirkan apa yang dimaksud oleh si penyampai pesan. Komunikasi
tidak bisa dikatakan terjadi apabila seseorang berbicara kepada orang lain tetapi

18

orang yang diajak bicara tidak paham maksud dari pembicaraan tersebut. Artinya
jika pesan dapat dipahami oleh si penerima pesan dengan baik, maka itulah yang
disebut dengan komunikasi (Abeff 2013).
Ssedangkan Menurut Brent D. Ruben Arni Muhammad (2002:3)
Komunikasi adalah suatu proses melalui mana individu dalam hubungannya,
dalam kelompok, dalam organisasi dan dalam masyarakat menciptakan,
mengirimkan dan menggunakan informasi untuk mengkoordinasi lingkungannya
dan orang lain.
2.2.1

Ruang Lingkup Komunikasi

1. Komunikasi persuasif atau komunikasi yang berdampak pada perubahan


perilaku kesehatan
2. Faktor2 psikologis individual yang mempengaruhi persepsi terhadap kesehatan
(stimulus,interpretasi, memory recal )
3. Pendidikan

kesehatan

yang

meliputi

jenis

pendidikan,jenjang

pendidikan,pelatihan profesional,SDM pendidik

2.2.2

Jenis-Jenis Proses Komunikasi

19

1. Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi Intrapibadi, secara harfiah dapat diartikan sebagai komunikasi
dengan diri sendiri. Hal ini menyangkut proses disaat diri (self) menerima stimuli
dari lingkungan untuk kemudian melakukan proses internalisasi. Hal ini sering
dijelaskan dengan proses ketika seseorang melakukan proses persepsi, yaitu
proses ketika seseorang mengintrepretasikan dan memberikan makna pada
stimuli atau objek yang diterima panca inderanya. Ada beberapa cara untuk
berkomunikasi secara intrapersonal. Di antaranya adalah dengan bermeditasi.
Sebagai makhluk rohani, manusia dianugerahi kesadaran pribadi. Dengan
kemampuan itu kita dapat mengenal diri kita sendiri dan berefleksi tentang diri
kita. Kita dapat membuat diri menjadi objek yang dapat kita lihat, pandang dan
pikirkan atau renungkan. (Abeff 2013).
Selain meditasi, cara untuk berkomunikasi secara intrapersonal adalah
dengan mendengarkan hati nurani. Langkah-langkah komunikasi intrapersonal
dengan hati nurani retrospektif itu berjalan sebagai berikut: Langkah I:
bersyukur, langkah II: mohon penerangan, langkah III: meninjau perbuatan kita
dan reaksi hati nurani kita, langkah IV: membicarakan dan menarik kesimpulan,
dan langkah V: adalah dengan bersikap dan mengambil langkah. (Abeff 2013).
Selain dua cara di atas, yaitu dengan mendayagunakan kehendak bebas,
mendayagunakan daya imajinasi kreatif dan mendayagunakan buku harian.

20

Cara terakhir adalah salah satu cara yang sangat efektif untuk berkomunikasi
dengan diri sendiri. Yaitu dengan menulis catatan harian. Karena buku harian
(diary) adalah catatan perasaan, pemikiran dan pengalaman pribadi. (Abeff
2013).
2. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal menunjuk kepada komunikasi dengan orang lain
(komunikasi antar pribadi). Secara umum komunikasi antar pribadi dapat
diartikan

sebagai

proses

pertukaran

makna

orang-orang

yang

saling

berkomunikasi. Pertama, komunikasi interpersonal dimulai dengan diri pribadi


(self). Berbagai persepsi komunikasi yang menyangkut pengamatan dan
pemahaman berangkat dari diri sendiri. Kedua, bersifat transaksional, hal ini
mengacu pada tindakan pihak-pihak yang berkomunikasi secara serempak
mengirim dan menerima pesan. Ketiga,, mencangkup isi pesan dan hubungan
yang bersifat pribadi (intimacy). Maksudnya, tidak hanya sekedar berkenaan
dengan isi pesan, tapi juga menyangkut siapa partner kita dalam berkomunikasi.
Keempat, mensyaratkan adanya kedekatan fisik antara pihak-pihak yang
berkomunikasi. Kelima, partisipan dalam komunikasi antar pribadi terlibat secara
interdependent atau saling bergantung satu dengan lainnya. Keenam, komunikasi
tidak dapat diubah atau diulang, jika kita sudah salah mengucapkan sesuatu
kepada lawan bicara kita, mungkin kita bisa minta maaf, tetapi tidak berarti
menghapus apa yang pernah kita ucapkan. (Abeff 2013).

21

3. Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa
orang dalam suatu kelompok kecil seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi
dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984).
Secara umum komunikasi kelompok dapat diartikan sebagai interaksi tatap
muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud dan tujuan yang
dikehendaki. Seperti berbagi informasi, pemeliharaan diri (self maintenance)
atau pemecahan masalah, sehingga menumbuhkan karakteristik pribadi masingmasing anggotanya. Pertama, Tatap muka, mengandung makna bahwa dalam
komunikasi kelompok setiap anggotanya harus dapat melihat dan mendengarkan
anggota lainnya. Kedua, Jumlah partisipan dalam komunikasi kelompok berkisar
tiga orang atau lebih. Ketiga, Maksud dan tujuan dari komunikasi kelompok
adalah untuk berbagi informasi, dan pemeliharaan diri (self maintenance). Jika
tujuan komunikasi kelompok adalah berbagi informasi, maka komunikasi yang
dilakukan adalah dimaksudkan untuk menanamkan pengetahuan. Jika tujuannya
untuk pemeliharaan diri biasanya komunikasinya ditujukan sebagai pemuasan
kebutuhan pribadi anggota-anggotanya. Keempat, Kemampuan anggota untuk
menumbuhkan karakteristik personal anggota lainnya. Maksudnya adalah secara
tidak langsung masing-masing anggota berhubungan tidak saja dalam konteks
kelompok, tetapi juga melibatkan sentuhan antar pribadi. (Abeff 2013).
4. Komunikasi Organisasi

22

Komunikasi organisasi secara sederhana dapat didefinisikan sebagai


komunikasi antar manusia (human communication) yang terjadi dalam konteks
organisasi. Dari pengertian tersebut, maka kita dapat memahami bahwasannya
komunikasi organisasi adalah proses komunikasi yang berlangsung secara formal
maupun non formal dalam sebuah system yang disebut organisasi.. Komunikasi
formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya
berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi,
produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi.
Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi.
Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial.
Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara
individual. (Abeff 2013).
5. Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak
dan media elektronik). Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang
dapat menyebarkan pesan secara serempak dan cepat kepada para audience yang
luas dan heterogen. Komunikasi massa sebagai komunikasi yang berlangsung
dalam situasi interposed (menjadi perantara) ketika antara sumber dan penerima
tidak terjadi kontak secara langsung, pesan-pesan komunikasi mengalir kepada
penerima (audiens) melalui saluran-saluran media massa, seperti:surat kabar,
majalah, radio, tv, film, dll (Abeff 2013).

23

2.2.3

Prinsip Dasar Proses Komunikasi


Proses komunikasi melibatkan 4 unsur utama: (Abeff 2013).
1. Sumber / Pengirim pesan / komunikator / source / encoder
Yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mengambil inisiatif
menyampaikan pesan.
2. Pesan / Informasi / Message
Biasanya dalam bentuk lambang atau tanda seperti kata-kata tertulis
secara lisan, gambar, dan angka.
3. Saluran / Media / Channel
Yaitu sesuatu yang dipakai sebagai alat penyampaian / pengirim pesan.
(contoh TV. Telepon, HP dsb.)
4. Penerima / Komunikan / receiver / decoder
Yaitu seseorang atau sekelompok orang yang menjadi sasaran penerima
pesan.

Selain 4 unsur utama diatas ada faktor lain yg juga penting dalam proses
komunikasi, yaitu:

24

1. Response : Tindakan yang diambil komunikan setelah dia menerima


pesan.
2. Umpan Balik / Feedback : Lanjutan dari tindakan yang diambil
komunikan yang berpengaruh pada komunikator.
3. Noise / Gangguan : Adalah faktor-faktor fisik ataupun psikologis yang
dapat mengganggu atau menghambat kelancaran proses komunikasi.
Contoh faktor fisik : suara gaduh, gema suara atau segala sesuatu yang
mengganggu konsentrasi dan contoh faktor psikologis : marah, sedih, dan
grogi.
Ada beberapa fungsi komunikasi dalam orgnisasi, sebagaimana Sendjaja
(1994) menyatakan bahwa fungsi komunikasi dalam organisasi adalah sebagai
berikut:
Fungsi informatif. Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem
pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi
berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat
waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat
melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Orang-orang dalam tataran
manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan
organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi.
Sedangkan

karyawan

(bawahan)

membutuhkan

informasi

untuk

25

melaksanakan pekerjaan, di samping itu juga informasi tentang jaminan


keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.
Fungsi regulatif. Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang
berlaku dalam suatu organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap
fungsi regulatif, yaitu: a. Berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam
tataran manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk
mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberi perintah
atau

intruksi

supaya

perintah-perintahnya

dilaksanakan

sebagaimana

semestinya. b. Berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya


berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan
tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
Fungsi persuasif. Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan
kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan.
Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk
mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang
dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang
lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan
kewenangannya.
Fungsi integratif. Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang
memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan
baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu:
a. Saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi
tersebut (buletin, newsletter) dan laporan kemajuan organisasi. b. Saluran
komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi selama masa istirahat

26

kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan


aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih
besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.
2.2.4
1.

Hambatan Komunikasi
Hambatan Teknis
Keterbatasan fasilitas dan peralatan komunikasi. Dari sisi teknologi, semakin

berkurang dengan adanya temuan baru dibidang kemajuan teknologi komunikasi


dan informasi, sehingga saluran komunikasi dapat diandalkan dan efesien sebagai
media komunikasi.
Menurut Cruden dan Sherman dalam bukunya Personel Management, 1976,
jenis hambatan teknis dari komunikasi :
Tidak adanya rencana atau prosedur kerja yang jelas
Kurangnya informasi atau penjelasan
Kurangnya ketrampilan membaca
Pemilihan media [saluran] yang kurang tepat.

2.

Hambatan Semantik
Gangguan semantik menjadi hambatan dalam proses penyampaian

27

pengertian atau idea secara secara efektif. Definisi semantik sebagai studi atas
pengertian, yang diungkapkan lewat bahasa.
Kata-kata membantu proses pertukaran timbal balik arti dan pengertian
(komunikator dan komunikan), tetapi seringkali proses penafsirannya keliru.
TIDAK ADANYA hubungan antara Simbol (kata) dan apa yang disimbolkan
(arti atau penafsiran), dapat mengakibatkan kata yang dipakai ditafsirkan sangat
berbeda dari apa yang dimaksudkan sebenarnya.
Untuk menghindari mis komunikasi semacam ini, seorang komunikator
HARUS

memilih

kata-kata

yang

tepat

sesuai

dengan

karakteristik

komunikannya, dan melihat kemungkinan penafsiran terhadap kata-kata yang


dipakainya.
3.

Hambatan Manusiawi
Terjadi karena adanya faktor, emosi dan prasangka pribadi, persepsi,

kecakapan atau ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan alat-alat


pancaindera seseorang, dll.
Menurut Cruden dan Sherman :
Hambatan yang berasal dari perbedaan individual manusia. Perbedaan
persepsi, perbedaan umur, perbedaan keadaan emosi, ketrampilan mendengarkan,
perbedaan status, pencairan informasi, penyaringan informasi.
Hambatan yang ditimbulkan oleh iklim psikologis dalam organisasi. Suasana

28

iklim kerja dapat mempengaruhi sikap dan perilaku staf dan efektifitas
komunikasi organisasi.

BAB III

29

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dapat kita simpulkan bahwasanya komunikasi yang baik sangatlah penting
dan diperlukan. Apalagi dalam kehidupan organisasi. Karena dengan adanya
komunikasi maka seseorang bisa berhubungan dengan orang lain dan saling
bertukar pikiran yang bisa menambah wawasan seseorang dalam bekerja atau
menjalani kehidupan sehari-hari. Maka untuk membina hubungan kerja antar
pegawai maupun antar atasan bawahan perlulah membicarakan komunikasi
secara lebih terperinci. Dengan demikian, keluhan, masalah maupun informasi
yang diperlukan antar karyawan maupun antar atasan-bawahan bisa dilakukan
atau diselesaikan dengan baik.

Disamping pentingnya sebuah komunikasi dalam organisasi. Koordinasi


merupakan hal yang sangatlah penting bagi perkembangan sebuah organisasi,
baik koordinasi di dalam (interen) maupun di luar (eksteren) organisasi.
Koordinasi adalah proses penyatupaduan tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan
dari unit-unit yang terpisah dari suatu organisasi untuk mencapai sasaran-sasaran
organisasi secara efisien. Tanpa adanya koordinasi, individu-individu dan bagianbagian tidak dapat melihat peranan mereka dalam organisasi

3.2 SARAN

30

Dalam sebuah organisasi pastilah ada sebuah ketua dan staff sebagai
jajarannya. Ini merupakan satu kesatuan struktur untuk mencapai tujuan
organisasi. Fungsi dalam organisasi akan bisa berjalan dengan baik dan lancar
dengan adanya komunikasi dan koordinasi baik dari atas kebawahan maupun
sesama bidang dan staff. Akan terjadi keheningan jikalau satu sama lain anggota
tidak saling berkomunikasi dan koordinasi, bahkan bisa menjadi kesalah
pahaman atau terjadinya konflik.

DAFTAR PUSTAKA

31

1.

Pace R. Wayne and Faules, Don F, Komunikasi Organisasi, ROSDA,


Bandung 2000

2.

Uchjana Effendi, Onong., Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, Remaja


Rosdakarya, Bandung 1992

3.

Jiwanto, Gunawan., Komunikasi dalam Organisasi, Pusat Pengembangan


Manajemen & Andi Offset, Yogyakrta 1985

4.

Misniawati.

2011.

Koordinasi

dalam

Manajemen.

http://misniawati.blogspot.com/2011/12/koordinasi-dalam-manajemen.html.
Akses 5 Desember 2011 21:46
5.

Abeff. 2013. Komunikasi, Koordinasi, dan Pemanfaatan Manajemen


Konflik.

http://abeff.blogspot.com/2013/04/tugas-makalah-komunikasi-

koordinasi.html.Akses 5 desember 2014 21:43


6.

Ritaria IW, Gambaran Koordinasi Manajemen, 2009, FKM UI, jakarta.

32

Anda mungkin juga menyukai