Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelaksanaan kegiatan pembangunan nasional di Indonesia, sesungguhnya merupakan


salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni tercipatanya kesejahteraan
masyarakat yang adil dan makmur. Pencapaian cita-cita tersebut dilaksanakan secara
sistematis dan terpadu dalam bentuk operasional penyelenggaraan pembangunan selaras
dengan fenomena dan dinamika yang terjadi didalam kehidupan masyarakat. Keberhasilan
Pelaksanaan pembangunan tergantung pada pemilihan tujuan yang akan dicapai dengan cara
menggunakan sumber daya untuk mencapai tujuan tersebut.

Agar proses pembangunan tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan apa yang
diharapkan, maka salah satu aspek yang diperhatikan adalah koordinasi dari pada aparat
pelaksana pembangunan. Koordinasi sebagai salah satu cara untuk mempersatukan usaha dari
setiap penanggung jawab pelaksanaan pembangunan yang ada disuatu daerah guna
menggalakkan proses pembangunan terutama pembangunan yang sesuai dengan tuntunan
otonomi daerah untuk mencapai tujuan pembangunan yang telah ditetapkan, sehingga tujuan
dari pelaksanaan pembangunan pada suatu daerah dapat tercapai.

Koordinasi merupakan salah satu yang dapat dilakukan untuk menyelaraskan


berbagai pelaksanaan kegiatan pembangunan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan,
kekosongan kegiatan, dengan jalan menghubungkan, menyatukan dan menyelaraskan kegiatan
pembangunan mulai dari tingkat bawah sampai pada tingkat atas, sehingga terdapat kerjasama
yang terarah dalam usaha mencapai tujuan pelaksanaan pembangunan.Usaha yang dapat
dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut antara lain dengan memberi instruksi/perintah,
mengadakan pertemuan dan memberikan penjelasan, bimbingan atau nasihat. Penetapan
mekanisme dalam suatu kegiatan sangat penting untuk mengkoordinasi pekerjaan atau
mengorganisasi satu kesatuan yang harmonis.

Mekanisme pengkoordinasian dalam pelaksanaan pembangunan untuk tetap


mengarahkan aktivitasnya kearah pencapaian tujuan pembangunan tersebut dan mengurangi
ketidak efisienan serta konflik yang merusak. Pengkoordinasian dimaksudkan agar para aparat
pelaksana pembangunan mengkoordinir sumber daya manusia dan sumber daya lain yang
dimiliki. Keberhasilan pelaksanaan pembangunan tergantung pada kemampuan aparat
penanggung jawab pelaksanaan pembangunan untuk menyusun berbagai sumber daya yang
ada dalam mencapai suatu tujuan.

1
Tingkat efektivitas pelaksanaan pembangunan hendaknya mendapat perhatian yang
lebih dari segenap unsur operasional penyelenggara pembangunan. Oleh karena itu
kesempurnaan sistem koordinasi diharapkan mampu menjadikan tingkat efektivitas
pelaksanaan pembangunan menjadi tinggi. Unsur yang menunjang efektivitas pelaksanaan
pembangunan dari sudut pencapaian tujuan bukan hanya mempertimbangkan sasaran, tetapi
juga mekanismenya mempertahankan diri dan manajemen sasaran. Kebutuhan akan
pembangunan bagi suatu daerah sudah jelas, yaitu introspeksi yang obyektif, keterusterangan
mengenai kekurangan, dan kesiapan dalam pelaksanaan pembangunan.

Dalam pembangunan dibutuhkan strategi yang tepat agar dapat lebih efisien dari segi
pembiayaan dan efektif dari segi hasil. Pemilihan strategi pembangunan ini penting karena
akan menentukan dimana peran pemerintah dan dimana peran masyarakat sehingga kedua
bela pihak mampu berperan secara optimal dan sinergis. Seperti yang diamanatkan dalam UU
No. 32/2004, tentang perencanaan pembangunan dan pelaksanaanya harus berorientasi
kebawah dan melibatkan masyarakat luas, melalui pemberian wewenang perencanaan
pelaksanaan pembangunan di tingkat daerah, dengan cara ini akan mampu menyerap
partisipasi masyarakat hingga pembangunan yang dilaksanakan dapat memberdayakan dan
memenuhi kebutuhan masyarakat banyak.

Keinginan untuk mewujudkan pelaksanaan pembangunan agar lebih memberdayakan


masyarakat dalam pembangunan secara umum telah diatur melalui intruksi mentri dalam
Negeri No. 4/1981 tentang mekanisme pengendalian program pembangunan masuk desa serta
peraturan menteri dalam Negeri No. 9/1982 tentang pedoman penyusunan perencanaan dan
pengendalian pembangunan di daerah (P5D), menurut peraturan tersebut penyusunan
perencanaan pembangunan dilaksanakan secara bertahap yang pada prinsipnya mengacu pada
sistem perencanaan pembangunan dari bawah (bottom up planning) melalui sistem ini
diharapkan terjadi peningkatan mutu perencanaan yang komprehensif dan terpadu serta dapat
menjaring aspirasi masyarakat dan kebutuhan masyarakat dalam koridor pembangunan
Nasional.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik melakukan penelitian


sehubungan dengan pelaksanaan pembangunan, dengan mengangkat judul pelaksanaan
koordinasi dalam rangka menunjang pembangunan ( Studi di Kecamatan Medan Amplas, kota
Medan).

2
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan ditelaah dalam
penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Pelaksanaan Koordinasi dalam menunjang keberhasilan dalam


pembangunan pada Kecamatan Medan Amplas Kota Medan?
2. Bagaimana Pelaksanaan Pembangunan pada Kecamatan Medan Amplas Kota Medan?
3. Apa permasalahan tentang Pelaksanaan Pembangunan Pada Kecamatan Medan
Amplas Kota Medan?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Pelaksanaan Fungsi Koordinasi dalam menunjang keberhasilan dalam pembangunan


pada Kecamatan Medan Amplas Kota Medan
2. Pelaksanaan Pembangunan pada Kecamatan Medan Amplas Kota Medan
3. Permasalahan tentang Pelaksanaan Pembangunan Pada Kecamatan Medan Amplas
Kota Medan

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Koordinasi
1. Defenisi Koordinasi
Dalam berbagai literatur dapat dijumpai berbagai arti koordinasi dimana disebutkan
bahwa koordinasi bersumber pada bahasa latin coordination berarti “ kombinasi atau interaksi
yang harmonis”. Interaksi yang harmonis diantara para pegawai suatu organisasi, baik dalam
hubungannya cecara timbal balik maupun secara horizontal diantara para pegawai secara
timbal balik pula. Demikian pula interaksi antara pimpinan organisasi, apakah ini manajer
tingkat tinggi(top manager) atau manajer tingkat menengah (middle manager) dengan
masyarakat luar organisasi (Effendi, 1992:116).

Adapun pengertian koordinasi menurut Saydam (1997:141) adalah usaha untuk


menyatukan dan menyelaraskan kegiatan-kegiata dalam suatu unit kerja atau perusahaan,
sehingga tidak terjadi kesimpang siuran atau keberlawanan antar berbagai kegiatan. Menurut
Mulia Nasution (1996:225) bahwa koordinasi adalah proses penyelarasan untuk mencapai
tujuan dan diaplikasikan dalam seluruh aktivitas-aktivitas dari unit kerja yang terpisah pada
organisasi untuk mencapai tujuan secara efisien. Manusia sebagai inti dari sumberdaya
organisasi, mengadakan kerjasama yang harmonis, rasional dan formal, dalam koordinasi dan
integrasi tinggi guna mencapai sasaran dan tujuan bersama ( individual, kelompok dan
organisasi) melalui mekanisme kerja, pembagian tugas dan fungsi yang telah ditetntukan dan
disepakati bersama sebelumnya.

Suatu oraganisasi akan berhasil mencapai tujuan organisasinya apabila terdapat


koordinasi kerja yang baik antara satu bagian dengan bagian yang lain dalam organisasi.
tampa adanya organisasi maka akan terjadi peran yang saling tumpang tindih dalam
organisasi tersebut yang akan mengakibatkan kegagalan dalam pencapaian tujuan organisasi
tersebut.

2. Unsur-unsur Koordinasi
Pada dasarnya suatu organisasi adalah merupakan pula suatu sistem yang bagian-
bagianya ialah unit-unit. Setiap unit walaupun mempunyai tugas dan fungsi tersendiri ,
namun setiap unit tak dapat melepaskan diri dari unit-unit lainnya.demikian halnya karena
suatu unit tak mungkin berfungsi dengan baik tampa dibantu unit lainnya,serta tiap unit
berkewajiban membantu pelaksanaan fungsi unit lainnya bila seluruh organisasi ingin

4
bergerak dengan lancar dan efektif melaksanakan tugasnya dalam mencapai tujuan
organisasi.
Jadi unsur-unsur yang terkandung dalam usaha koordinasi adalah:
1. Unit kerja atau organisasi-organisasi adalah kelompok kerja didalam suatu organisasi
yang tentunya mempunyai fungsi yang berbeda;
2. Sumberdaya ( potensi) adalah tenaga kerja, pengalaman tenaga kerja,perlengkapan
produksi,anggaran, dan fasilitas kerja lainya;
3. Kesatu paduan: merupakan hubungan yang terdapat antara satu unit kerja sehingga
dapat diwujudkan aktifitas yang terintegrasi atau aktifitas satu kesatuan yang terpadu;
4. Gerakan aktifitas: merupakan daya gerak aktifitas yang dilakukan menejer, supervisior
dalam melakukan tugasnya guna mencapai tujuan organisasi;
5. Keserasian: merupakan urutan dalam melaksanakan pekerjaan yang sudah tersusun
dengan baik,dan dilakukan pada waktu yang bersamaan akan tetapi tanpa
menimbulkan pertentangan walupun pada unit kerja yang sama atau berbeda; dan
6. Arah yang sama (sasaran): hal ini ditetapkan sebagai pedoman sasaran yang telah
ditentukan. Saluran sumber daya yang diarahkan pada sasaran yang satu, sehingga
tidak terjadi penyimpangan.

3. Jenis-jenis Koordinasi
Menurut Malayu Hasibuan (2005:87) Koordinasi dibedakan menjadi :
1. Koordinasi Vertikal yaitu kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan
oleh atasan terhadap kegiatan unit-unit, kesatuan-kesatuan kerja yang ada dibawah
wewenang dan tanggung jawabnya. Dalam hal ini mencakup kesatuan tindakan,
pemahaman prosedur kerja, penyelesaian konflik, pelaksanaan tugas, peningkatan
kerja sama, dan peningkatan produktivitas kerja.
Koordinasi vertikal mengkoordinasikan kegiatan indifidu dan kelompok sepanjang
hirarki kewenangan, koordiansi, koordinasi vertikal mencakup rantai komando
tentang pengawasan, delegasi dan masalah sentralisasi dan desentralisasi. Makin
berbeda fungsi yang diawasi tentang pengawasan berkurang, makin jauh jarak antara
fungsi yang diawasi, makin kurang tentang pengawasan. Makin perlu koordinasi
semakin sempit tentang pengawasan dan makin perlu perencanaan makin sempit pula
tentang pengawasan.

2. Koordinasi Horizontal yaitu mengkoordinasikan tindakan.-tindakan atau


kegiatankegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh para pegawai terhadap
kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan
dalam tingkat organisasi yang setingkat. organisasi horizontal dimana kegiatan
dipadukan pada peringkat yang sama, diperoleh dengan cara membentuk tim, satuan

5
tugas dan penghubung. Dengan ini muncul wewenang fungsional dan hubungan
antara organisasi dan staf.

Menurut peraturan pemerintah RI no. 6 tahun 1988:

1. Koordinasi fungsional adalah koordinasi antara dua atau lebih instansi bersangkutan
yang mempunyai program yang berkaitan era;
2. Koordinasi instansional adalah koordinasi terhadap beberapa instansi yang
menangani satu urusan tertentu yang bersangkutan; dan
3. Koordinasi teritori adalah kordinasi terhadap dua atau lebih wilayah dengan program
tertentu.

4. Fungsi dan Manfaat Koordinasi


Sebagai salah satu fungsi admnistrasi, koordinasi mempunyai peranan yang sangat
penting untuk memudahkan tercapainya tujuan organisasi. Koordinasi yang baik akan
mengakibatkan terlaksananya tugas-tugas organisasi secara efisien dan efektif.
Koordinasi adalah akibat logis dari adanya prinsip pembagian tugas, dimana setiap
satuan unit kerja hanyalah melaksanakan sebagian tugas pokok organisasi secara
keseluruhan. Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil yang lebih baik diperlukan kerja
sama antar astuan kerja organisasi.
Menurut Hasibuan (2005:88) beberapa manfaat yang diperoleh apabila suatu
organisasi menjalankan fungsi koordinasi, yakni sebagai berikut :
a. Koordinasi dapat menghindarkan perasaan lepas satu sama lain antara satuan-satua
organisasi atau antara pejabat yang ada dalam organisasi;
b. Koordinasi dapat menghindarkan perasaan atau pendapat bahwa organisasinya atau
pejabatnya merupakan yang paling penting;
c. Koordinasi dapat menghindarkan kemungkinan timbulnya sebutan fasilitas atau
pertentangan antar satuan organisasi atau antar pribadi;
d. Koordinasi dapat menghindarkan terjadinya peristiwa waktu menunggu yang
memakan waktu yang lama;
e. Koordinasi dapat menghindarkan kemungkinan terjadinya kekembaran pengerjaan
terhadap sebuah aktifitas oleh satuan-satuan organisasi atau kekembaran pengerjaan
terhadap tugas oleh para anggotanya;
f. Koordinasi dapat menghindarkan kemungkinan terjadinya kekosongan pengerjaan
terhadap suatu aktifitas oleh satuan-satuan organisasi atau kekeosongan terhadap
pengerjaan tugas oleh para anggotanya;
g. Koordinasi dapat menumbuhkan kesadaran diantara sesama anggota yang ada
dalam satuan organisasi yang sama untuk saling memberitahukan masalah; dan
h. Koordinasi dapat menjamin kesatuan langkah, tindakan, dan sikap serta
kebiajaksanaan di antara para anggotanya.

6
B. Konsep Pembangunan
Pembangunan dapat diartikan sebagai perubahan yang berencana, dimana adanya
suatu kenyataan fisik dan keadaan jiwa yang diupayakan oleh masyarakat sebagai subjek
dari pembangunan yang dilaksanakan melalui suatu kombinasi sebagai suatu proses sosial,
ekonomi dan kelembagaan untuk menuju pada kehidupan yang lebih baik. Pembangunan
bukan saja sebagai perubahan dalam bentuk fisik semata juga meniti beratkan pada
perubahan spiritual sehingga diharapkanterjadi keselarasan atau keseimbangan. Sedangkan
Siagian (2006:67) mengemukakan bahwa pembangunan sebagai suatu usaha perubahan dari
keadaan dari kondisi masyarakat tertentu, kepada suatu keadaan dan kondisi masyarakat
yang dianggap lebih baik.

Selanjutnya Kamarsya (2001) mengatakan bahwa pada hakekatnya pembangunan


adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat. Hal ini
berarti bahwa pembangunan itu mencakup: pertama, kecukupan dan kemandirian lahiriah
seperti pangan, sandang, papan pendapatan yang layak dan sebagainya. Kedua,kemajuan
batiniah seperti pendidikan, rasa aman, rasa keadilan, kerukunan sosial, ketentraman
beragama dan sebagainya. Ketiga, kemajuan yang meliputi seluruh masyarakat sebagaimana
tercermin dalam perbaikan kesejahteraan hidup yang berkeadilan.

Kemudian Siagian (2001) menyatakan bahwa pembangunan merupakan suatu


rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana yang dilakukan secara sadar
oleh suatu bangsa, Negara ataupun pemerintah menuju modernisasi dalam rangka pembinaan
bangsa.
Sehubungan dengan hal tersebut pembangunan desa diharapkan mampu
membulatkan tekad dan memadukan potensi sumberdaya bagi peningkatan taraf hidup
masyarakat desa/kelurahan, maka pembangunan desa/kelurahan melekat sifat multi sektor
yang mengharuskan desa/kelurahan secara terintegrasi dan terpadu dalam perencanaan dan
pelaksanaan sehingga optimasi dari pada pembangunan tersebut dapat dicapai, berdaya guna
dan berhasil guna.

Tujuan pembangunan masyarakat desa/kelurahan adalah meningkatkan taraf


penghidupan masyarakat desa/kelurahan dengan jalan melaksanakan pembangunan yang
integral dari pada masyarakat desa/kelurahan berdasarkan asas kekuatan sendiri dari pada
masyarakat desa/kelurahan dan serta asas pemufakatan antara angota-angggota masyarakat
desa/kelurahan dengan bimbingan suatu keseluruhan atau kebulatan dalam rangka
kebijaksanaan umum yang sama.

7
Sehubungan dengan hal tersebut Tjokroamidjojo (2002) mengatakan bahwa metode
pembangunan masyarakat desa/kelurahan menghasilkan 3 hal yaitu:
a. Kesatuan pikiran dan tindakan antara instansi serta badan yang menggerakan atau
mengambil bagian dalam pembangunan masyarakat baik pemerintah maupun
masyarakat dan badan swasta;
b. Perubahan cara berpikir dan cara hidup sosial ekonomi masyarakat melalui organisasi
kemasyarakatan;
c. Pengembangan wilayah berdasarkan tujuan ganda.

C. Kerangka Berfikir
Koordinasi adalah kegiatan mengkoordinasikan segenap kegiatan individu dan
kelompok sepanjang hirarki kewenangan. Koordinasi mencakup rantai komando tentang
pengawasan, delegasi dan masalah sentralisasi dan desentralisasi. Makin berbeda fungsi yang
diawasi tentang pengawasan berkurang, makin jauh jarak antara fungsi yang diawasi, makin
kurang tentang pengawasan. Makin perlu koordinasi semakin sempit tentang tentang
pengawasan dan makin perlu perencanaan makin sempit pula tentang pengawasaan.

8
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Kantor Camat Medan Amplas, Pada tanggal 21 Februari
2019. Observasi Kekantor Camat memakan waktu selama 1 hari. Lalu minggu berikutnya
kami lakukan untuk menuyusun laporan kami.

B. Informan Penelitian
Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini meliputi 1 (satu) orang Sekretaris
Camat, 3 (Tiga) orang Kepala Seksi dan 5 (lima) orang Staff, maka kami menetapkan Camat
Medan Amplas sebagai informan kunci (key informan).

C. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data


Penelitian ini adalah suatu penelitian kualitatif yaitu untuk penjelasan yang terperinci
mengenai gejala sosial yang dimaksudkan dalam pertanyaan penelitian. Dalam pengambilan
data digunakan tiga teknik sebagai upaya memperoleh data yang akurat. Dalam penelitian ini,
saya mengambil data para pegawai di Kantor Camat Medan Amplas. Dari para pegawai
tersebut kami mendapatkan data dan informasi mengenai sistem kerja yang dilakukan dikantor
tersebut.. Adapun instrumen yang digunakan adalah :
1. Wawancara, yaitu melakukan Tanya jawab langsung dengan para informan, dengan
menggunakan pedoman wawancara.
Sumber-sumber data yang akan diwawancarai dalam penelitian ini adalah:
1. Camat Medan Amplas sebagai informan kunci (key informan)
2. Sekretaris Camat.
3. Tiga orang Kepala Seksi dan
4. Tiga Orang Staff
2. Observasi, yaitu secara langsung mengamati obyek yang menjadi kajian, terutama
mengamati secara langsung masing-masing aparat dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
disamping mengamati cara kerja dan hasil kerja mereka.
3. Kaji Dokumen, yaitu menelaah dokumen-dokumen laporan hasil pelaksanaan tanggung
Jawab masing-masing aparat.

D. Analisis Data
Analisis data penelitian merupakan langkah yang sangat kritis dalam melakukan
penelitian yang bersifat ilmiah, karena dari analisis data itulah akan didapatkan arti dan makna
dalam memecahkan masalah-masalah yang akan diteliti. Data yang terkumpul selama peneliti

9
melakukan penelitian, akan diklasifikasi, dianalisis dan diinterpretasikan secara mendetail,
teliti dan cermat untuk memperoleh kesimpulan yang lebih obyektif dari suatu penelitian.
Analisis data dalam penelitian ini akan dilakukan secara mendalam sebagai upaya
mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan informasi
lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti.

10

Anda mungkin juga menyukai