PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agar proses pembangunan tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan apa yang
diharapkan, maka salah satu aspek yang diperhatikan adalah koordinasi dari pada aparat
pelaksana pembangunan. Koordinasi sebagai salah satu cara untuk mempersatukan usaha dari
setiap penanggung jawab pelaksanaan pembangunan yang ada disuatu daerah guna
menggalakkan proses pembangunan terutama pembangunan yang sesuai dengan tuntunan
otonomi daerah untuk mencapai tujuan pembangunan yang telah ditetapkan, sehingga tujuan
dari pelaksanaan pembangunan pada suatu daerah dapat tercapai.
1
Tingkat efektivitas pelaksanaan pembangunan hendaknya mendapat perhatian yang
lebih dari segenap unsur operasional penyelenggara pembangunan. Oleh karena itu
kesempurnaan sistem koordinasi diharapkan mampu menjadikan tingkat efektivitas
pelaksanaan pembangunan menjadi tinggi. Unsur yang menunjang efektivitas pelaksanaan
pembangunan dari sudut pencapaian tujuan bukan hanya mempertimbangkan sasaran, tetapi
juga mekanismenya mempertahankan diri dan manajemen sasaran. Kebutuhan akan
pembangunan bagi suatu daerah sudah jelas, yaitu introspeksi yang obyektif, keterusterangan
mengenai kekurangan, dan kesiapan dalam pelaksanaan pembangunan.
Dalam pembangunan dibutuhkan strategi yang tepat agar dapat lebih efisien dari segi
pembiayaan dan efektif dari segi hasil. Pemilihan strategi pembangunan ini penting karena
akan menentukan dimana peran pemerintah dan dimana peran masyarakat sehingga kedua
bela pihak mampu berperan secara optimal dan sinergis. Seperti yang diamanatkan dalam UU
No. 32/2004, tentang perencanaan pembangunan dan pelaksanaanya harus berorientasi
kebawah dan melibatkan masyarakat luas, melalui pemberian wewenang perencanaan
pelaksanaan pembangunan di tingkat daerah, dengan cara ini akan mampu menyerap
partisipasi masyarakat hingga pembangunan yang dilaksanakan dapat memberdayakan dan
memenuhi kebutuhan masyarakat banyak.
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan ditelaah dalam
penelitian ini adalah:
C. Tujuan Penelitian
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Koordinasi
1. Defenisi Koordinasi
Dalam berbagai literatur dapat dijumpai berbagai arti koordinasi dimana disebutkan
bahwa koordinasi bersumber pada bahasa latin coordination berarti “ kombinasi atau interaksi
yang harmonis”. Interaksi yang harmonis diantara para pegawai suatu organisasi, baik dalam
hubungannya cecara timbal balik maupun secara horizontal diantara para pegawai secara
timbal balik pula. Demikian pula interaksi antara pimpinan organisasi, apakah ini manajer
tingkat tinggi(top manager) atau manajer tingkat menengah (middle manager) dengan
masyarakat luar organisasi (Effendi, 1992:116).
2. Unsur-unsur Koordinasi
Pada dasarnya suatu organisasi adalah merupakan pula suatu sistem yang bagian-
bagianya ialah unit-unit. Setiap unit walaupun mempunyai tugas dan fungsi tersendiri ,
namun setiap unit tak dapat melepaskan diri dari unit-unit lainnya.demikian halnya karena
suatu unit tak mungkin berfungsi dengan baik tampa dibantu unit lainnya,serta tiap unit
berkewajiban membantu pelaksanaan fungsi unit lainnya bila seluruh organisasi ingin
4
bergerak dengan lancar dan efektif melaksanakan tugasnya dalam mencapai tujuan
organisasi.
Jadi unsur-unsur yang terkandung dalam usaha koordinasi adalah:
1. Unit kerja atau organisasi-organisasi adalah kelompok kerja didalam suatu organisasi
yang tentunya mempunyai fungsi yang berbeda;
2. Sumberdaya ( potensi) adalah tenaga kerja, pengalaman tenaga kerja,perlengkapan
produksi,anggaran, dan fasilitas kerja lainya;
3. Kesatu paduan: merupakan hubungan yang terdapat antara satu unit kerja sehingga
dapat diwujudkan aktifitas yang terintegrasi atau aktifitas satu kesatuan yang terpadu;
4. Gerakan aktifitas: merupakan daya gerak aktifitas yang dilakukan menejer, supervisior
dalam melakukan tugasnya guna mencapai tujuan organisasi;
5. Keserasian: merupakan urutan dalam melaksanakan pekerjaan yang sudah tersusun
dengan baik,dan dilakukan pada waktu yang bersamaan akan tetapi tanpa
menimbulkan pertentangan walupun pada unit kerja yang sama atau berbeda; dan
6. Arah yang sama (sasaran): hal ini ditetapkan sebagai pedoman sasaran yang telah
ditentukan. Saluran sumber daya yang diarahkan pada sasaran yang satu, sehingga
tidak terjadi penyimpangan.
3. Jenis-jenis Koordinasi
Menurut Malayu Hasibuan (2005:87) Koordinasi dibedakan menjadi :
1. Koordinasi Vertikal yaitu kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan
oleh atasan terhadap kegiatan unit-unit, kesatuan-kesatuan kerja yang ada dibawah
wewenang dan tanggung jawabnya. Dalam hal ini mencakup kesatuan tindakan,
pemahaman prosedur kerja, penyelesaian konflik, pelaksanaan tugas, peningkatan
kerja sama, dan peningkatan produktivitas kerja.
Koordinasi vertikal mengkoordinasikan kegiatan indifidu dan kelompok sepanjang
hirarki kewenangan, koordiansi, koordinasi vertikal mencakup rantai komando
tentang pengawasan, delegasi dan masalah sentralisasi dan desentralisasi. Makin
berbeda fungsi yang diawasi tentang pengawasan berkurang, makin jauh jarak antara
fungsi yang diawasi, makin kurang tentang pengawasan. Makin perlu koordinasi
semakin sempit tentang pengawasan dan makin perlu perencanaan makin sempit pula
tentang pengawasan.
5
tugas dan penghubung. Dengan ini muncul wewenang fungsional dan hubungan
antara organisasi dan staf.
1. Koordinasi fungsional adalah koordinasi antara dua atau lebih instansi bersangkutan
yang mempunyai program yang berkaitan era;
2. Koordinasi instansional adalah koordinasi terhadap beberapa instansi yang
menangani satu urusan tertentu yang bersangkutan; dan
3. Koordinasi teritori adalah kordinasi terhadap dua atau lebih wilayah dengan program
tertentu.
6
B. Konsep Pembangunan
Pembangunan dapat diartikan sebagai perubahan yang berencana, dimana adanya
suatu kenyataan fisik dan keadaan jiwa yang diupayakan oleh masyarakat sebagai subjek
dari pembangunan yang dilaksanakan melalui suatu kombinasi sebagai suatu proses sosial,
ekonomi dan kelembagaan untuk menuju pada kehidupan yang lebih baik. Pembangunan
bukan saja sebagai perubahan dalam bentuk fisik semata juga meniti beratkan pada
perubahan spiritual sehingga diharapkanterjadi keselarasan atau keseimbangan. Sedangkan
Siagian (2006:67) mengemukakan bahwa pembangunan sebagai suatu usaha perubahan dari
keadaan dari kondisi masyarakat tertentu, kepada suatu keadaan dan kondisi masyarakat
yang dianggap lebih baik.
7
Sehubungan dengan hal tersebut Tjokroamidjojo (2002) mengatakan bahwa metode
pembangunan masyarakat desa/kelurahan menghasilkan 3 hal yaitu:
a. Kesatuan pikiran dan tindakan antara instansi serta badan yang menggerakan atau
mengambil bagian dalam pembangunan masyarakat baik pemerintah maupun
masyarakat dan badan swasta;
b. Perubahan cara berpikir dan cara hidup sosial ekonomi masyarakat melalui organisasi
kemasyarakatan;
c. Pengembangan wilayah berdasarkan tujuan ganda.
C. Kerangka Berfikir
Koordinasi adalah kegiatan mengkoordinasikan segenap kegiatan individu dan
kelompok sepanjang hirarki kewenangan. Koordinasi mencakup rantai komando tentang
pengawasan, delegasi dan masalah sentralisasi dan desentralisasi. Makin berbeda fungsi yang
diawasi tentang pengawasan berkurang, makin jauh jarak antara fungsi yang diawasi, makin
kurang tentang pengawasan. Makin perlu koordinasi semakin sempit tentang tentang
pengawasan dan makin perlu perencanaan makin sempit pula tentang pengawasaan.
8
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Informan Penelitian
Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini meliputi 1 (satu) orang Sekretaris
Camat, 3 (Tiga) orang Kepala Seksi dan 5 (lima) orang Staff, maka kami menetapkan Camat
Medan Amplas sebagai informan kunci (key informan).
D. Analisis Data
Analisis data penelitian merupakan langkah yang sangat kritis dalam melakukan
penelitian yang bersifat ilmiah, karena dari analisis data itulah akan didapatkan arti dan makna
dalam memecahkan masalah-masalah yang akan diteliti. Data yang terkumpul selama peneliti
9
melakukan penelitian, akan diklasifikasi, dianalisis dan diinterpretasikan secara mendetail,
teliti dan cermat untuk memperoleh kesimpulan yang lebih obyektif dari suatu penelitian.
Analisis data dalam penelitian ini akan dilakukan secara mendalam sebagai upaya
mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan informasi
lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti.
10