Anda di halaman 1dari 21

MANAJEMEN BERBASIS KEARIFAN LOKAL MENUJU SEKOLAH

BERPRESTASI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi dalam era globalisasi

yang kita jalani saat ini mendatangkan berbagai pengaruh dalam tatanan

kehidupan manusia. Pengaruh tersebut bila disikapi secara bijaksana

tentulah mendatangkan berbagai dampak positif. Namun, adakalanya

kemajuan tersebut diterima tanpa ada filter yang menyaringnya. Kenyataan

yang terjadi, pesatnya arus globalmembuat kita terhanyut oleh berbagai

kemudahan yang ditawarkan, sehingga baik disadari maupun tidak, sedikit

banyaknya arus global memberi andil atas berbagai krisis sosial yang

terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Krisis sosial yang terjadi dapat

dilihat dalam lingkungan kehidupan kita sehari-hari berupa munculnya

berbagai penyimpangan prilaku, tawuran antar pelajar, maraknya peredaran

narkoba, semakin berkembangnya sikap individualistik, sikap memaksakan

kehendak, sikap kurang peduli terhadap lingkungan dan sebagainya.

Fenomena krisis sosial tersebut bahkan mulai melanda masyarakat usia

sekolah.

Sekolah sebagai lembaga tempat berkumpulnya berbagai lapisan

masyarakat harus berusaha untuk menumbuhkan filterisasi pada

masyarakat. Dalam rangka mengembangkan dan memperluas wawasan

berfikir mereka, sekolah harus proaktif mencegah dan bergerak


menjembatani berbagai akses dari pengaruh kemajuan ilmu dan tehnologi

tersebut. Untuk itu, diperlukan manajemen yang handal dalam

merencanakan, menata, mengelola, mengembangkan, dan melestarikan

perkembangan kehidupan masyarakat.

Keberhasilan manajemen sekolah sangat erat berkaitan dengan peran

yang dimainkan oleh kepala sekolah. Kepala Sekolah sebagai pemimpin

pendidikan mempunyai peran yang besar dalam mengembangkan mutu

sekolah dan mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan menurut

Undang Undang Republik Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Kepala sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan bukan hanya

sebagai leader, tetapi juga sebagai manager dan enterpreuneur. Sebagai

leader, kepala sekolah harus tampil sebagai sosok pemimpin yang

berwibawa, tangguh, tegas, cekatan, menjadi tauladan, dan tepat dalam

mengambil keputusan. Sebagai manager, sosok kepala sekolah diharapkan

mampu berperan dalam mengorganisasi dan mengoptimalkan seluruh

potensi sekolah, termasuk merubah mind-set para guru untuk membawa

mereka menuju ke arah kemajuan. Merubah mind-set merupakan pekerjaan

yang sangat mendasar, apalagi banyak guru yang menggeluti pekerjaannya

karena terpaksa, bukan dikarenakan cita-cita sejak kecil. Hal ini menjadi
tugas penting kepala sekolah untuk menggerakkan mereka agar sekolahnya

menjadi maju dan berprestasi. Selain itu, sosok manajer juga menuntut

kepala sekolah untuk mampu membangun sinergi dengan para stakeholders.

Kepala sekolah juga harus bisa mengevaluasi kinerja yang ada di dalamnya,

sekaligus mengatasi berbagai kendala yang merintanginya. Sebagai

enterpreuneur, peran kepala sekolah dituntut mampu memiliki jiwa yang

kreatif, inovatif, dan selalu ingin memajukan pendidikan yang ada di

sekolah yang dipimpinnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian dari manajemen berbasis kearifan lokal?

2. Apa kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah ?

3. Bagaimana usaha yang dilakukan dalam menuju sekolah berprestasi?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan dalam

makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian dari manajemen berbasis kearifan lokal

2. Untuk mengetahui kompetensi yang harus dimiliki oleh Kepala

sekolah

3. Untuk mengetahui usaha yang dilakukan dalam menuju sekolah

berprestasi
BAB II
PEMBAHASAN

a. Pengertian Manajemen Berbasis Kearifan Lokal

Manajemen berasal dari bahasa Italia “meneggiari”, yang berarti

mengendalikan hewan, khususnya kuda. Dalam perkembangannya istilah itu

kemudian digunakan untuk mengendalikan organisasi. Manajemen dalam

Kamus Indonesia dapat diartikan sebagai: (1) pengelolaan sumber daya

secara efektif untuk mencapai sasaran, (2) pimpinan yang bertanggung

jawab atas jalannya perusahaan dan organisasi (Qadratilah, 2011). Bartol

dan Martin sebagaimana dikutip oleh A.M. Kadarman SJ dan Jusuf Udaya

merumuskan bahwa manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan-

tujuan organisasi dengan melakukan kegiatan dari empat fungsi utama yaitu

merencanakan (planning), mengorganisasi (organizing), memimpin

(leading), dan mengendalikan (controlling). Henry Fayol dalam bukunya

General Industrial Management mengatakan bahwa manajemen adalah

proses tertentu yang terdiri atas kegiatan perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, pengkoordinasian, dan pengendalian dalam rangka mencapai

tujuan. Selanjutnya Stoner dalam Handoko mengemukakan bahwa:

manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan

pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber

daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang

telah ditetapkan (Yasin, 2013).


Perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai

beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Handoko (1995)

mengemukakan bahwa perencanaan (planning) adalah pemilihan atau

penetapan tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek,

program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan

untuk mencapai tujuan. Arti penting perencanaan terutama adalah memberikan

kejelasan arah bagi setiap kegiatan, sehingga setiap kegiatan dapat diusahakan

dan dilaksanakan seefisien dan seefektif mungkin. Adapun manfaat

perencanaan adalah sebagai berikut:

1. Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan

perubahan-perubahan lingkungan;

2. Membantu dalam kristalisasi persesuaian pada masalah-masalah

utama;

3. Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran;

4. Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat;

5. Memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi;

6. Memudahkan dalam melakukan koordinasi di antara berbagai

bagian organisasi

7. Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah

dipahami;

8. Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti; dan

9. Menghemat waktu, usaha dan dana.


Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-

hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka

dapat bekerja sama secara efisien sehingga memperoleh kepuasan

pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu dan dalam kondisi

lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran yang ditetapkan.

Pengorganisasian pada dasarnya merupakan upaya untuk melengkapi

rencana-rencana yang telah dibuat dengan susunan organisasi

pelaksananya. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam

pengorganisasian adalah bahwa setiap kegiatan harus jelas siapa yang

mengerjakan, kapan dikerjakan, dan apa targetnya.

Berkenaan dengan pengorganisasian, Hadari Nawawi (1992)

mengemukakan beberapa asas dalam organisasi, diantaranya adalah :

(a) organisasi harus profesional, yaitu dengan pembagian satuan kerja

yang sesuai dengan kebutuhan; (b) pengelompokan satuan kerja harus

menggambarkan pembagian kerja; (c) organisasi harus mengatur

pelimpahan wewenang dan tanggung jawab; (d) organisasi harus

mencerminkan rentangan kontrol; (e) organisasi harus mengandung

kesatuan perintah; dan (f) organisasi harus fleksibel dan seimbang.

Ernest Dale sebagaimana dikutip Handoko (1995)

mengemukakan tiga langkah dalam proses pengorganisasian, yaitu : (a)

pemerincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk

mencapai tujuan organisasi; (b) pembagian beban pekerjaan total

menjadi kegiatan-kegiatan yang logis dapat dilaksanakan oleh satu


orang; dan (c) pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk

mengkoordinasikan pekerjaan para anggota menjadi kesatuan yang

terpadu dan harmonis.

Pengarahan (directing) adalah penjelasan, petunjuk, serta

pertimbangan dan bimbingan terdapat para petugas yang terlibat, baik

secara struktural maupun fungsional agar pelaksanaan tugas dapat

berjalan dengan lancar, dengan pengarahan staff yang telah diangkat

dan dipercayakan melaksanakan tugas di bidangnya masing-masing

tidak menyimpang dari garis program yang telah ditentukan.

Dalam pelaksanaannya pengarahan ini seringkali dilakukan

bersamaan dengan controlling.Pengarahan pada hakikatnya adalah

keputusan-keputusan pimpinan yang direncanakan dapat berjalan

dengan baik. Dengan pengarahan (directing) diharapkan :

a) Adanya kesatuan perintah (unity of command), artinya dengan

pengarahan ini akan diperoleh kesamaan bahasa yang harus

dilaksanakan oleh para pelaksana. Sehingga tidak terjadi

kesimpangsiuran yang dapat membingungkan para pelaksana.

b) Adanya hubungan langsung antara pimpinan dengan bawahan, artinya

dengan pengarahan yang berupa petunjuk atau perintah oleh atasan

yang langsung kepada bawahan, tidak akan terjadi mis komunikasi. Di

samping itu pengarahan yang langsung ini dapat mempercepat

hubungan antara atasan dan bawahan.


c) Adanya umpan balik yang langsung, artinya pimpinan dengan cepat

memperoleh umpan balik terhadap kegiatan yang dilaksanakan.

Selanjutnya umpan balik ini dapat segera digunakan untuk perbaikan.

Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak

kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak

akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan. Robert J. Mocker

sebagaimana dikutip Handoko (1995) mengemukakan bahwa pengawasan

adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan

dengan tujuan–tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan

balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan

sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan,

serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa

semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan

efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.

Pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk

mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan

memastikan apakah tujuan organisasi tercapai.Apabila terjadi

penyimpangan di mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula

tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya. Proses pengawasan memiliki

lima tahapan, yaitu:

a. Penetapan standar pelaksanaan

b. Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan

c. Pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata


d. Pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan

penganalisaan penyimpangan-penyimpangan

e. Pengambilan tindakan koreksi, bila diperlukan.

Berdasarkan definisi-definisi di atas dapatlah disimpulkan bahwa

manajemen adalah proses kegiatan yang meliputi; perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan terhadap usaha-usaha para

anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Kearifan lokal terdiri dari dua kata yaitu kearifan (wisdom) atau

kebijaksanaan dan lokal (lokal).Secara umum makna lokal wisdom (kearifan

setempat) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (lokal) yang

bersifat bijaksana. Menurut Antariksa (2009), kearifan lokal merupakan

unsur bagian dari tradisi-budaya masyarakat suatu bangsa, yang muncul

menjadi bagian-bagian yang ditempatkan pada tatanan fisik bangunan

(arsitektur) dan kawasan (perkotaan) dalam geografi kenusantaraan sebuah

bangsa. Menurut Putu Oka Ngakan dalam Andi M. Akhmar dan Syarifudin

(2007) kearifan lokal merupakan tata nilai atau perilaku hidup masyarakat

lokal dalam berinteraksi dengan lingkungan tempatnya hidup secara arif.

Sementara itu Keraf (2002) menegaskan bahwa kearifan lokal adalah semua

bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat

kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di

dalam komunitas ekologis. Semua bentuk kearifan lokal ini dihayati,

dipraktekkan, diajarkan dan diwariskan dari generasi ke generasi sekaligus


membentuk pola perilaku manusia terhadap sesama manusia, alam maupun

gaib.

Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta

berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh

masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan

kebutuhan mereka. kearifan lokal adalah merupakan gagasan setempat yang

bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai budaya yang baik, yang tertanam

dan diikuti oleh anggota masyarakat yang ada di wilayah tersebut. Nilai-

nilai kearifan lokal ini sudah diajarkan dan ditanamkan secara turun temurun

oleh orang tua kepada anak-anaknya .Nilai-nilai budaya gotong royong,

saling menghormati dan tepa salira merupakan contoh kecil dari kearifan

lokal.

Gobyah (2003) mengatakan bahwa kearifan lokal (lokal genius)

adalah kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah.

Kearifan lokal merupakan perpaduan antara nilai-nilai suci dan berbagai

nilai yang ada. Kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan budaya

masyarakat setempat. Kearifan lokal merupakan produk budaya masa lalu

yang patut secara terus-menerus dijadikan pegangan hidup. Meskipun

bernilai lokal tetapi nilai yang terkandung di dalamnya dianggap sangat

universal.

Secara filosofis, kearifan lokal dapat diartikan sebagai sistem

pengetahuan masyarakat lokal/pribumi (indigenous knowledge systems)

yang bersifat empirik dan pragmatis. Bersifat empirik karena hasil olahan
masyarakat secara lokal berangkat dari fakta-fakta yang terjadi di sekeliling

kehidupan mereka. Bertujuan pragmatis karena seluruh konsep yang

terbangun sebagai hasil olah pikir dalam sistem pengetahuan itu bertujuan

untuk pemecahan masalah sehari-hari (daily problem solving).

Nilai-nilai kearifan lokal merupakan sesuatu yang kompleks dan

terkait dengan kehidupan manusia sejak lahir. Nilai-nilai kearifan lokal itu

perlu ditanamkan kepada siswa di sekolah. Nilai-nilai kearifan lokal

terutama tentang etika, budi pekerti, sopan santun, dan tata krama.

Implementasi kearifan lokal akan lebih efektif apabila didukung oleh

berbagai pihak termasuk komite sekolah, masyarakat ataupun stakeholders

sekolah. Oleh karenanya penting dilakukan upaya-upaya pelibatan berbagai

pihak tersebut dalam perencanaan, pelaksanaan,dan implementasi sesuai

bidangnya masing-masing.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

kearifan lokal adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman

atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku

manusia dalam kehidupan di dalam komunitasnya yang dihayati,

dipraktekkan, diajarkan dan diwariskan dari generasi ke generasi sekaligus

membentuk pola perilaku manusia berupa aktivitas yang dilakukan dalam

menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka.


b. Kompetensi Kepala Sekolah

Kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan yang dimiliki. Roe

dalam Suhardiman (2012) menyatakan bahwa kompetensi adalah

kemampuan yang cukup untuk melakukan tugas-tugas atau peran.

Kompetensi merupakan integrasi pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai

pribadi dan sikap.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun

2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah dinyatakan bahwa ada lima

kompetensi dasar yang harus dimiliki olehkepala sekolah/madrasah, yaitu:

(1) kepribadian, (2) manajerial, (3) kewirausahaan, (4) supervisi dan (5)

sosial.

1. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian, meliputi:

a) Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia,

dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah/madrasah.

b) Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin.

c) Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala

sekolah/madrasah

d) Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi.

e) Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan

sebagai kepala sekolah/ madrasah.

f) Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.


2. Kompetensi manajerial

Kompetensi manajerial meliputi:

a) Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan

perencanaan,

b) Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan

kebutuhan

c) Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber

daya sekolah/madrasah secara optimal

d) Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju

organisasi pembelajar yang efektif

e) Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan

inovatif bagi pembelajaran peserta didik

f) Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya

manusia secara optimal

g) Mengelola sarana dan prasaranasekolah/madrasah dalam rangka

pendayagunaan secara optimal

h) Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam rangka

pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/

madrasah

i) Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru,

dan penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik.

j) Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai

dengan arah dan tujuan pendidikan nasional.


k) Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip

pengelolaan yang akuntabel,transparan, dan efisien.

l) Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam mendukung

pencapaian tujuan sekolah/madrasah.

m) Mengelola unit layanan khusus sekolah/ madrasah dalam mendukung

kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah/madrasah.

n) Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung

penyusunan program dannpengambilan keputusan.

o) Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan

pembelajaran dan manajemensekolah/madrasah.

p) Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program

kegiatan sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat, serta

merencanakan tindak lanjutnya.

3. Kompetensi Kewirausahaan

Kompetensi Kewirausahaan, meliputi:

1) Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan

sekolah/madrasah.

2) Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai

organisasi pembelajar yang efektif.

3) Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas

pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah.

4) Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi

kendala yang dihadapi sekolah/madrasah.


5) Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan

produksi/jasa sekolah/madrasah

sebagai sumber belajar peserta didik.

4. Kompetensi Supervisi

Kompetensi Supervisi, meliputi:

a. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka

peningkatan profesionalisme guru.

b. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan

menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.

c. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam

rangka peningkatan profesionalisme guru.

5. Kompetensi Sosial

Kompetensi Sosial, meliputi:

a. Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/madrasah

b. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.

c. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.

D. Usaha Menuju Sekolah Berprestasi

Salah satu kekuatan efektif dalam manajemen sekolah, yang

bertanggung jawab menghadapi perubahan adalah kepemimpinan kepala

sekolah. Kepala sekolah sebagai pendidik dan manajer di sekolah


mempunyai peran yang sangat strategis di dalam meningkatkan mutu

pendidikan di sekolah dan di lingkungan sekitarnya. Peran kepala sekolah

dalam mengembangkan suasana sekolah yang nyaman dan kondusif bagi

proses pembelajaran melalui pengelolaan manajerial yang profesional

merupakan kebutuhan utama suatu sekolah untuk meraih prestasi dalam

rangka menghasilkan sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing

tinggi.

Dalam Panduan Manajemen Sekolah (Depdiknas, 2000) disebutkan

kepemimpinan kepala sekolah adalah cara atau usaha kepala sekolah dalam

mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan, dan

menggerakkan guru, staf, siswa, orang tua siswa, dan pihak lain yang terkait

untuk bekerja atau berperan serta guna mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif harus memiliki sikap

mandiri, terutama dalam mengkoordinasikan, menggerakkan, dan

menyelaraskan semua sumber daya pendidikan yang tersedia. Kemandirian

dan profesionalisme kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat

mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran

sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan

bertahap. Spillane, Halverson & Diamond menyatakan bahwa kepala

sekolah sebagai top leader dituntut untuk memilih dan menerapkan gaya

kepemimpinan yang tepat, sesuai karakteristik sekolah sebagai institusi

pendidikan. Inti kegiatan dari kepemimpinan sekolah adalah untuk


mempengaruhi, mengarahkan dan memotivasi warga sekolah agar

melaksanakan tugas secara optimal.

Menurut Rahman (2014) bahwa keberhasilan kepemimpinan kepala

sekolah terutama dapat dilihat dari faktor-faktor seperti kebijakan kepala

sekolah dalam menentukan ke arah mana sekolah akan dibawa (setting

directions), bagaimana mengembangkan potensi sumber daya manusia di

sekolah untuk mencapai visi misi sekolah (develoving people), bagaimana

ia menjalankan organisasi sekolah (redesigning the organization), serta yang

paling penting adalah bagaimana mengelola program pembelajaran di

sekolah (managing the teaching and learning program).

Dalam penelitian Yilmaki, Jacobson Drysdale (2007) dinyatakan

bahwa ke arah mana sekolah akan dibawa oleh seorang kepala sekolah,

terbukti dapat memberikan kontribusi terhadap kemajuan sekolah. Untuk

mencapai visi misi maka kepala sekolah harus paham betul dengan kondisi

sekolah terkini sehingga kepala sekolah dapat memvisualisasikan ke arah

mana sekolah akan dikembangkan. Dengan memahami kondisi sekolah

tersebut maka kepala sekolah dapat menggali dan mengoptimalkan berbagai

potensi yang ada di sekolah sehingga terjadi perubahan-perubahan dan

perkembangan yang mengarah kepada kemajuan sekolah.

Berdasarkan uraian-uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa

kepala sekolah melalui kebijakan-kebijakan yang diputuskannya,

mempunyai peranan yang sangat strategis untuk mencapai mutu pendidikan


dan prestasi yang tinggi di sekolah. Untuk itu, usaha-usaha yang harus

dilakukan kepala sekolah, antara lain:

a. Memiliki kompetensi dalam mengelola manajemen sekolah secara

professional

b. Mau dan bisa bekerja sama dengan semua warga sekolah, lingkungan

sekitar dan pihak terkait melalui berbagai kegiatanyang

mengikutsertakan masyarakat sekitar dan pihak terkait untuk duduk

bersama mensukseskan kegiatan yang dilakukan

c. Memiliki sikap mandiri dalam usaha mewujudkan visi, misi, tujuan,

dan sasaran sekolah

d. Mempunyai kemauan yang tinggi untuk dapat menggali dan

mengoptimalkan berbagai potensi yang ada di sekolah melalui berbagai

kegiatan ektra kurikuler

e. Berusaha untuk aktif dan inovatif dalam melakukan perubahan-

perubahan demi kemajuan sekolah

f. Bersikap adil, sabar dan terbuka atas dalam menerima kritikan ataupun

masukan-masukan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Manajemen kearifan lokal adalah proses kegiatan yang meliputi;

perencanaan,pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan berpedoman pada

pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat

kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam

kehidupannya.

2. Ada lima kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh kepala

sekolah/madrasah, yaitu(1)kepribadian, (2) manajerial, (3)

kewirausahaan, (4) supervisi dan (5) sosial.

3. Usaha yang harus dilakukan kepala sekolah untuk mencapai sekolah

berprestasi, antara lain:

4. Memiliki kompetensi dalam mengelola manajemen sekolah secara

professional

5. Mau dan bisa bekerja sama dengan semua warga sekolah, lingkungan

sekitar dan pihak terkait melalui berbagai kegiatan yang mengikut-

sertakan masyarakat sekitar dan pihak terkait untukduduk bersama

mensukseskan kegiatan yang dilakukan

6. Memiliki sikap dalam usaha mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolah

7. Mempunyai kemauan yang tinggi untuk dapat menggali dan

mengoptimalkan berbagai potensi yang ada di sekolah melalui berbagai

kegiatan ektra kurikuler


8. Berusaha untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam melakukan perubahan-

perubahan demi kemajuan sekolah Bersikap adil, sabar dan terbuka

dalam menerima kritikan ataupun masukan-masukandari pihak luar

mau pihak terkait.

2. Saran

1. Kepala sekolah haruslah memiliki kemampuan mengelola manajemen

sekolah secara professional

2. Kepala sekolah harus mau dan bisa bekerja sama dengan semua warga

sekolah, lingkungan

3. sekitar dan pihak terkait

4. Kepala sekolah harus memiliki sikap terbuka dalam usaha mewujudkan

visi,

5. misi dan tujuan sekolah

6. Kepala sekolah harus mempunyai kemauan yang tinggi untuk dapat

menggali dan

7. mengoptimalkan berbagai potensi yang ada di sekolah melalui berbagai

kegiatan ektra kurikuler

8. Kepala sekolah harus berusaha untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam

melakukan perubahan-

9. perubahan demi kemajuan sekolah

10. 6. Kepala sekolah harus bersikap adil, sabar dan terbuka dalam

menerima kritikan ataupun

11. masukan-masukan dari pihak luar mau pihak terkait.


DAFTAR PUSTAKA

Qadratilah, Meity Taqdir. 2011. Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar.


Jakarta:
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Rahman, Bujang. 2014. Good Governance di Sekolah:Teori dan Praktek


Menggairahkan Partisipasi Masyarakat. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Suhardiman, Budi. 2012. Studi Pengembangan Kepala Sekolah:Konsep dan


Aplikasi
Jakarta:Rineka Cipta.

http://ariefksmwrdn.blogspot.com/2014/06/pengertian-kearifan-lokal.html.
diunduh 9 Mei
2015
http://anan-nur.blogspot.com/2010/08/membangun-pendidikan-indonesia-
dengan.html.
diunduh 9 Mei 2015
http://ptk-guru.blogspot.com/2013/02/best-practices-kepala-sekolah.html.
diunduh 9 Mei
2015
http://naninorhandayani.blogspot.com/2011/05/pengertian-kearifan-lokal.html.
diunduh 9
Mei 2015
kubuskecil.blogspot.com/2014/02/pengertian-kearifan-lokal.html. diunduh 9
Mei 2015
www.sarjanaku.com/2013_04_01_archive.htm diunduh 9 Mei 2015

Anda mungkin juga menyukai