Anda di halaman 1dari 38

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritik

1. Pengertian Strategi

Pengertian strategi yaitu sebagai suatu rencana berskala besar yang

berorientasi jangkauan masa depan yang jauh serta ditetapkan sedemikian

rupa sehingga memungkinkan berinteraksi secara efektif dengan lingkungan

dengan kondisi persaingan yang kesemuanya diarahkan pada optimalisasi

pencapaian tujuan dan berbagai sarana organisasi yang bersangkutan.

Borwn dalam Solusu berpendapat bahwa strategi adalah keseluruhan

tindakan yang ditetapkan sebagai aturan dan direncanakan oleh suatu

organisasi.1 Dari pendapat-pendapat yang dipaparkan oleh para ahli diatas

maka pengertian strategi dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Adanya suatu rencana tindakan yang dirancang untuk mencapai tujuan,

bukan hanya tujuan jangka pendek tetapi juga tujuan jangka menengah dan

jangka panjang.

b. Untuk menyusun suatu strategi, diperlukan analisis terhadap lingkungan,

baik itu lingkungan eksternal maupun internal, yaitu peluang dan

ancaman atau tantangan maupun kekuatan dan kelemahan organisasi, hal

itu penting untuk mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi.

1
Irwan Nasution dan Amiruddin Siahaan, Manajemen Pengembangan Profesionalitas Guru.
(Bandung : Citapustaka Media Perintis, 2015, ). h. 65.

1
c. Perlunya suatu keputusan pilihan dan pelaksanaan yang tepat dan

terarah guna mencapai tujuan organisasi.

d. Strategi dirancang untuk menjamin agar tujuan dan sasaran dapat

dicapai melalui langkah-langkah yang tepat.

e. Adanya strategi untuk melaksanakan tercapainya suatu kegiatan

dengan berdasarkan langkah-langkah yang dibuat.

James Stoner mendefiniskan bahwa manajemen adalah proses

perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya

anggota organisasi dan penggunaan semua sumber daya organisasi untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efesien.2

Manajemen strategi adalah ilmu dan seni untuk menyinergikan

berbagai sumber daya yang dimiliki organisasi secara propesional, sehingga

dapat diambil rangkaian keputusan stratejik untuk mencapai tujuan organisasi

secara optimum dengan memperhatikan lingkungan hidup.3

Manajemen strategi terbentuk dari 2 kata yaitu manajemen dan strategi,

dimana manajemen strategi merupakan ilmu dalam membuat (formulating),

menerapkan dan mengevaluasi keputusan-keputusan strategi antar fungsi-

fungsi manajemen yang memungkinkan sebuah organisasi mempunyai tujuan

yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan dimana organisasi itu berada.

Dalam hal ini manajemen strategi mencakup aliran keputusan, cara-cara

2
Didin Kurniadin. 2012. Manajemen Pendidikan konsep dan Prinsip Pengelolaan Pendidikan.
Jogjakarta :AR Ruzz Media. h. 27.
3
Suyadi Prawirosentono. 2014. Manajemn Stratejik dan Pengambilan Keputusan Korporasi.
Jakarta:Bumi Aksara. h. 7.

2
membentuk strategi, membuat keputusan desain serta program perusahaan

dan mengembangkan strategi-strategi yang efektif.4

2. Konsep Kepemimpinan

a. Pengertian Kepemimpinan

Dalam kamus Bahasa Indonesia kepemimpinan berasal dari kata

pimpin berarti bombing atau tuntun. Dengan demikian, di dalamnya dapat

diartikan ada dua pihak, yaitu yang dipimpin (junior) dan yang memimpin

(senior).5 Ahamd Sulhan, menyatakan “kepemimpinan adalah suatu kegiatan

mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau bekerja sama

(mengolaborasi dan mengelaborasi potensinya) untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan”.6

Dalam Islam, kepemimpinan begitu penting sehingga mendapat

perhatian yang sangat besar. Begitu pentingnya kepemimpinan ini,

mengharuskan setiap perkumpulan dalam jumlah yang kecil sekalipun. Nabi

Muhammad Saw bersabda :

“Dari Abu Sa`id dari Abu Hurairah r.a bahwa keduanya berkata,
Rasululloh SAW bersabda : “Apabila tiga orang keluar bepergian,
hendaklah mereka menjadikan salah satu sebagai pemimpin”. ( HR. Abu
Dawud).7

Kepemimpinan adalah kemampuan dan kesiapan yang dimiliki

oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak,

4
Amirullah. 2015. Manajemen Strategi. Jakarta : Mitra Wacana Media. h. 5.
5
Imam Taufik, Kamus Bahsa Indonesia, (Jakart; Ganeca Exact, 2010), h. 845
6
Ahmad Sulhan, Manajemen Kepemimpinan dan Organisasi Pendidikan Islam, (Mataram: IAIN
Mataram, 2016), h. 73
7
Muhyiddin Abi zakaria, Riyadhul Asholihin,( Surabaya: Darul Ihya Indonesia, tt), h. 419

3
menuntun, menggerakkan dan kalu perlu memaksa orang lain, agar ia

menerima pengaruh itu dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat

membantu percapaian sesuatu maksud atau tujuan-tujuan tertentu.

Kepemimpinan ialah kemampuan untuk menciptakan perubahan

yang paling efektif dalam perilaku kelompok; bagi yang lain dia adalah

proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan kelompok kearah penetapan tujuan

dan pencapaian tujuan.8 Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan

bahwa kepemimpinan adalah suatu proses untuk merencanakan,

mengorganisasikan, melaksanakan suatu perubahan yang terkait dengan

kemampuan dan kesiapan seseorang untuk dapat mempengaruhi,

mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan kegiatan sehingga

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

b. Syarat Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah pangkal utama penyebab daripada kegiatan,

proses atau kesediaan untuk merubah pandangan atau sikap dari kelompok

orang-orang, baik hubungan organisasi formal maupun informal. Maka,

syarat kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang mampu

membawa organisasi sesuai dengan asas-asas manajemen modern sekaligus

bersedia memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan kepada bawahan dan

masyarakat luas.

Dalam Al-Qur`an Surah Asy-Syua`araayat 215-216 dijelaskan sifat-

sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin, yang artinya “Dan

8
Rohiat, Kecerdasan Emosional Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Bandung: PT. Refika Aditama,
2008), h. 14

4
rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, Yaitu

orang-orang yang beriman. Jika mereka mendurhakaimu Maka

Katakanlah: "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa

yang kamu kerjakan".

Dari ayat di atas dapat dipahami sifat seorang pemimpin adalah

bersifat rendah hati, tidak sombong terhadap bawahan, konsekuen dengan

kebenaran tidak mengikuti orang lain. Menurut Taufiq sifat-sifat yang harus

dimiliki oleh seorang pemimpin adalah sebagai berikut :

1) Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang cukup untuk

mengendalikan organisasinya.

2) Mempunyai keistimewaan yang lebih dibandingkan orang lain.

3) Memahami kebiasaan dan bahasa orang yang menjadi

tanggungjawabnya.

4) Konsekuen dengan kebenaran dan tidak mengikuti orang lain.

5) Membangun kesadaran akan adanya muroqabah dari Allah SWT

sehingga terbina sikap ikhlas dimana saja.9

c. Fungsi dan Tugas Kepemimpinan

Fungsi kepemimpinan dalam organisasi yaitu mengkondisikan

suatu upaya untuk menggerakkan dan mengkoordinasikan sumber daya

organisasi untuk terlibat langsung dalam proses-proses manajemen

organisasi dengan memiliki tugas-tugas tertentu. Menurut Yoyon Bachtiar

fungsi kepemimpinan sebagai berikut :

9
Ahmad Sulhan, Manajemen Kepemimpinan dan Organisasi Pendidikan Islam, (Mataram: IAIN
Mataram, 2016), h. 125

5
a) Membantu terciptanya suasana persaudaraan, kerjasasma dengan penuh

rasa kehangatan;

b) Membantu kelompok untuk mengorganisasikan diri yaitu ikut serta dalam

memberikan rangsangan dan bantuan kepada kelompok dalam

menetapkan dan menjelaskan tujuan;

c) Membantu kelompok dalam menetapkan prosedur kerja, yaitu membantu

kelompok dalam menganalisis situasi untuk kemudian menetapkan

prosedur mana yang paling praktis dan efektip;

d) Bertanggung jawab dalam mengambil keputusan bersama dengan

kelompok;

e) Memberikan kesempatan kepada kelompok untuk belajar menyadari

pengalaman;

f) Bertanggungjawab untuk melatih kelompok menyadari proses dan isi

pekerjaan yang dilakukan dan berani menilai hasilnya secara jujur dan

objektif;

g) Bertanggungjawab dalam mengembangkan dan mempertahankan

eksistensi organisasi.10

d. Gaya dan Tipe Kepemimpinan

Pada suatu proses kepemimpinan berlangsung, seorang pemimpin

mengaplikasikan suatu gaya kepemimpinan tertentu. Gaya kepemimpinan

yang efektif merupakan gaya kepemimpinan yang dapat mempengaruhi,

mendorong, mengarahkan, dan menggerakkan orang-orang yang dipimpin

10
Yoyon Bachtiar, Kepemimpinan dan Kewirausahaan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam, 2009), h. 12

6
sesuai dengan situasi dan kondisi supaya mereka mau bekerja dengan penuh

semangat dalam mencapai tujuan organisasi. Gaya dan tipe kepemimpinan

dapat dinilai dari cara mengambil suatu keputusan. Dalam perspektif Al-

Qur`an tentang pengambilan keputusan dapat dilihat pada QS. Ali-Imran

(3):159:

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut


terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu
ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-
Nya.”( QS. Ali-Imran : 159)

Menurut Ahmad Sulhan bahwa fakta rill, gaya kepemimpinan yang

efektif ada empat, yaitu sebagai berikut :

a) Gaya Instruktif

Penerapannya pada bawahan masih baru atau bertugas, dengan

ciriciri : (1) memberi pengarahan secara spesifik tentang apa, bagaimana,

dan kapan kegiatan dilakukan; (2) kegiatan lebih banyak diawasi secara

23 QS. Ali-Imran (3):159 ketat; (3) kadar direktif tinggi; (4) kadar

semangat rendah; (5) kurang dapat menignkatkan kemampuan pegawai;

(6) kemampuan motivasi rendah; dan (7) tingkat kematangan bawahan

rendah.11

11
Ahmad Sulhan, Manajemen Kepemimpinan dan Organisasi Pendidikan Islam, (Mataram: IAIN
Mataram, 2016), h. 77

7
b) Gaya Konsultatif

Penerapannya pada bawahan yang memiliki kemampuan tinggi

namun kemauan rendah. Ciri-cirinya: (1) kadar direktif rendah; (2)

semangat tinggi; (3) komunikasi dilakukan secara timbal balik; (4) masih

memberikan pengarahan yang spesifik; (5) bertahap memberikan

tanggungjawab kepada pegawai walaupun baawahan dianggap belum

mampu; dan (6) tingkat kematangan pegawai rendah dan sedang.12

c) Gaya Partisipatif

Kepemimpinan ini juga dikenal dengan kepemimpinan terbuka,

bebas, dan nondirective. Kepemimpinan yang sedikit memegang kendali

dalam proses pengambilan keputusan. Gaya partisipatif ini, penerapannya

pada bawahan yang memiliki kemampuan rendah, namun memiliki

kemauan tinggi. Ciri-cirinya : (1) melakukan komunikasi dua arah; (2)

aktif mendengar dan respon segenap kesukaran bawahan; (3) mendorong

bawahan untuk menggunakan kemampuan secara operasional; (4)

melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan; (5) mendorong

bawahan untuk berpartisifasi; dan (6) kematangan bawahan dari sedang

ke tinggi.13

d) Gaya Delegatif

Penerapannya bagi bawahan yang memiliki kemampuan dan

kemauan tinggi. Ciri-cirinya : (1) memberikan pengarahan bila

12
Ahmad Sulhan, Manajemen Kepemimpinan dan Organisasi Pendidikan Islam, (Mataram: IAIN
Mataram, 2016), h. 78
13
Ahmad Sulhan, Manajemen Kepemimpinan dan Organisasi Pendidikan Islam, (Mataram: IAIN
Mataram, 2016).h. 78

8
diperluakan saja; (2) memberikan semangat dianggap tidak perlu lagi; (3)

penyerahan tanggungjawab kepada bawahan untuk mengatasi dan

menyesaikan tugas; (4) tidak perlu memberikan motivasi; dan (5) tingkat

kematangan bawahan tinggi.14

Sedangkan menurut A. M. mangunhardjana, dilihat dari perbedaan

cara menggunakan wewenangnya, pada garis besarnya kita mengenal tiga

gaya kepemimpinan, yaitu :

a) Gaya Kepemimpinan Otokratis

Dalam gaya ini pemimpin bersikap sebagai penguasa dan yang

dipimpin sebagai yang dikuasai. Gaya ini ditandai dengan sangat

banyaknya petunjuk yang datangnya dari pemimpin dan sangat

terbatasnya bahkan sama sekali tidak adanya peran serta anak buah

dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.15 Yoyon Bachtiar,

mengatakan “gaya otoriter/ otokratis menekankan pada tugas dan

berpusat pada atasan. Asumsi pertama yang melandasi gaya ini, bahwa

kuasa pemimpin berasal dari posisi yang mereka miliki. Sedangkan

asumsi kedua bahwa bawahan dipandang sebagai orang yang

berpembawaan malas. Maka semua kebijakan ditentukan oleh pemimpin

yang menggunakan kekuasaannya untuk mempengaruhi dan

menggerakkan pengukut mereka.”16

b) Gaya kepemimpinan liberal


14
Ahmad Sulhan, Manajemen Kepemimpinan dan Organisasi Pendidikan Islam, (Mataram: IAIN
Mataram, 2016), h. 78
15
Ahmad Sulhan, Manajemen Kepemimpinan dan Organisasi Pendidikan Islam, (Mataram: IAIN
Mataram, 2016). h. 78
16
Yoyon Bachtiar, Kepemimpinan dan Kewirausahaan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam, 2009), h. 63

9
Menurut gaya ini, pemimpin tidak merumuskan masalah serta

cara pemecahannya. Dia membiarkan saja mereka yang dipimpimnya

menemukan sendiri masalah yang berhubungan dengan kegiatan bersama

dan mencoba mencari cara pemecahannya.17

c) Gaya kepemimpinan demokratis

Dalam gaya ini pemimpin berusaha membawa mereka yang

dipimpin menuju tujuan dan cita-cita dengan memperlakukan mereka

sejajar.18 Beliau pun menambahkan bahwa gaya demokratik lebih

menekankan pada hubungan manusia, tidak direktif dan tidak berpusat

pada atasan. Asumsi yang mendasari gaya ini bahwa kekuasaan

pemimpin diperoleh dari kelompok yang dipimpin, asumsi pemimpin

tentang orang adalah mampu bekerja, jujur dan mempunyai kegairahan

dalam tugas, dan apabila dimotivasi dengan tepat akan menjadi kreatif”.19

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa gaya

dan tipe kepemimpinan dapat disimpulkan ada tiga jenis yakni: (1)

kepemimpinan gaya otoriter; (2) kepemimpinan gaya demokratis; dan (3)

kepemimpinan gaya liberal. Ketiga gaya kepemimpinan tersebut lebih

didasarkan pada asumsi pemimpin tentang seumber kekuasaan dan

wewenang.

3. Kepala Sekolah

17
Yoyon Bachtiar, Kepemimpinan dan Kewirausahaan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam, 2009), h. 80
18
Yoyon Bachtiar, Kepemimpinan dan Kewirausahaan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam, 2009),h. 80
19
Y Yoyon Bachtiar, Kepemimpinan dan Kewirausahaan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam, 2009),.h. 63

10
a. Pengertian Kepala Sekolah

Kepala Sekolah yang terdiri dari kata kepala dan sekolah. Yang

mana kepala secara etimologi organ tubuh yang paling atas, berkepala

memiliki kepala, mengepalai; memimpin sesuatu.20 Sedangkan sekolah

adalah suatu tempat untuk menuntut ilmu secara formal. Jadi Kepala

Sekolah adalah pemimpin sebuah institusi, organisasi, tempat menuntut ilmu

formal. Sedangkan Rohiat, mengatakan “Kepala Sekolah sebagai manajer

bertugas sebagai pelaksana kurikulum, pengatur personil, fasilitas,

keuangan, ketatausahaan sekolah, pemelihara tata tertib serta hubungan

sekolah dan masyarakat.”21

Kepala Sekolah adalah sosok yang memegang peranan penting

dalam perkembangan sekolah, maka ia harus berjiwa pemimpin untuk

mengatur bawahanya seperti guru-guru, pegawai TU, dan pegawai-pegawai

lainya. Selain itu, ia juga mengatur siswa, hubungan sekolah dengan

masyarakat dan orang tua siswa. Tercapai tidaknya tujuan sekolah

sepenuhnya bergantung pada kebijakan Kepala Sekolah kepada bawahanya.

Kepala Sekolah dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai

manajer harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga

kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif, memberi kesempatan

kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan

20
Imam Taufik, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Ganeca Exact, 2010), h. 657
21
Rohiat, Kecerdasan Emosional Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Bandung: PT. Refika
Aditama, 2008), h. 14

11
mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai

kegiatan yang menunjang kemajuan program sekolah.

b. Syarat-Syarat Kepala Sekolah

Dalam sejarah peradaban manusia sudah banyak bukti bahwa salah

satu faktor yang menentukan keberhasilan organisasi adalah kuat lemahnya

kepemimpinan, dalam hal ini berarti semuanya bertumpu pada seorang

pemimpin sebagai pengendali dan penentu arah yang akan ditempuh oleh

organisasi menuju suatu tujuan. Oleh karena itu Perumus serta penentu

strategi dan taktik adalah pimpinan dalam organisasi harus memiliki

syaratsyarat yang kuat sehingga dapat mencapai tujuan yang sudah

ditetapkan.

Menurut Pesyaratan untuk menjadi Kepala Sekolah, tercantum

dalam Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010 Tentang Syarat-syarat Kepala

Sekolah pasal 2, apabila memenuhi persyaratan umum dan persyaratan

khusus:

1. Persyaratan umum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi :

a) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

b) Memiliki kualifikasi akademik paling rendah sarjana (S1) atau

diploma empat (D-IV) kependidikan atau nonkependidikan perguruan

tinggi yang terakreditasi;

c) berusia setinggi-tingginya 56 (lima puluh enam) tahun pada waktu

pengangkatan pertama sebagai Kepala Sekolah/Sekolah;

12
d) sehat jasmani dan rohani berdasarkan surat keterangan dari dokter

Pemerintah;

e) tidak pernah dikenakan hukuman disiplin sedang dan/atau berat sesuai

dengan ketentuan yang berlaku;

f) memiliki sertifikat pendidik;

g) pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun menurut

jenis dan jenjang sekolah/Sekolah masing-masing, kecuali di taman

kanakkanak/raudhatul athfal/taman kanak-kanak luar biasa

(TK/RA/TKLB) memiliki pengalaman mengajar sekurangkurangnya 3

(tiga) tahun di TK/RA/TKLB;

h) memiliki golongan ruang serendah-rendahnya III/c bagi guru pegawai

negeri sipil (PNS) dan bagi guru bukan PNS disetarakan dengan

kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang

berwenang dibuktikan dengan SK inpasing;

i) memperoleh nilai amat baik untuk unsur kesetiaan dan nilai baik untuk

unsur penilaian lainnya sebagai guru dalam daftar penilaian prestasi

pegawai (DP3) bagi PNS atau penilaian yang sejenis DP3 bagi bukan

PNS dalam 2 (dua) tahun terakhir; dan

j) memperoleh nilai baik untuk penilaian kinerja sebagai guru dalam 2

(dua) tahun terakhir.

2. Persyaratan khusus guru yang diberi tugas tambahan sebagai Kepala

Sekolah/Sekolah meliputi:

13
a) berstatus sebagai guru pada jenis atau jenjang sekolah/Sekolah yang

sesuai dengan sekolah/Sekolah tempat yang bersangkutan akan diberi

tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah/Sekolah;

b) memiliki sertifikat Kepala Sekolah/Sekolah pada jenis dan jenjang

yang sesuai dengan pengalamannya sebagai pendidik yang diterbitkan

oleh lembaga yang ditunjuk dan ditetapkan Direktur Jenderal.

c) Khusus bagi guru yang diberi tugas tambahan sebagai Kepala

Sekolah/Sekolah Indonesia luar negeri, selain memenuhi syarat

sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) butir a dan b juga harus

memenuhi persyaratan khusus tambahan sebagai berikut:

d) memiliki pengalaman sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun sebagai

Kepala Sekolah/Sekolah;

e) mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris dan atau bahasa negara

dimana yang bersangkutan bertugas;

f) mempunyai wawasan luas tentang seni dan budaya Indonesia sehingga

dapat mengenalkan dan mengangkat citra Indonesia di tengah-tengah

pergaulan internasional.

Dalam menjabat sebagai Kepala Sekolah di lembaga pendidikan

biasanya mempunyai syarat-syarat formal diantaranya adalah :

1) Pendidikan atau ijazah

2) Pengalaman yang dinyatakan dalam golongan atau kepangkatan Pegawai

Negeri.

14
3) Umur dan lain-lain.22

Menurut Permendiknas, persyaratan Kepala Sekolah dalam

menjalankan tugas dan fungsi kepemimpinanya yakni :

1) Memiliki kecerdasan dan intelegensi yang cukup baik.

2) Teliti menghadapi dan menganalisis masalah yang dihadapi anggotanya.

3) Percaya diri sendiri dan bersifat membership.

4) Cakap bergaul dan ramah tamah.

5) Kreatif, penuh inisiatif, berhasrat untuk maju dan menjadi lebih baik.

6) Organisatoris yang berpengaruh dan berwibawa.

7) Ahli dan terampil dalam bidangnya.

8) Suka menolong, memberi petunjuk, menghukum dengan konsekwen dan

bijak.

9) Semangat dalam mengabdi dan memiliki kesetiaan tinggi.

10) Berani mengambil keputusan dan bertanggung jawab.

11) Jujur, rendah hati, dapat dipercaya dan sederhana.

12) Bijak dan adil.

13) Disiplin.

14) Berwawasan luas.

15) Sehat jasmani dan rohani.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa syarat menjadi

Kepala Sekolah dapat memenuhi syarat formal seperti Pendidikan atau

22
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2009), h.103

15
ijazah, pengalaman kerja dan umur, dan memenuhi skill dalam menjalankan

tugas dan fungsinya sebagai pemimpin seperti kecerdasan, kemantapan

emosional, memiliki akhlak yang mulia, pengetahuan yang luas dan sehat

jasmani dan rohani.

c. Fungsi dan Tugas Kepala Sekolah

Masalah kepemimpinan dalam peningkatan prestasi, hendaknya

dikaitkan dengan peranan Kepala Sekolah dan kedudukan pimpinan lainya

yang relavan dan peranan kepemimpinan khusus yang berhubungan dengan

staf, siswa, orang tua siswa dan orang lain di luar komunitas sekolah. Ari H.

Gunawan, menyatakan “dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan

sebelumnya, proses kepemimpinan dapat dilakukan dengan melakukan

pendekatan yang terkecil dan lunak yaitu melalui bujukan, ajakan, sugesti,

persuasi dan sebagainya sampai kepada tingkat yang terkeras seperti

menakut-nakuti, menggertak, memaksa dan sebagainya”.23

Menurut Mulyasa dalam menjalankan tugasnya, Kepala Sekolah

setidaknya mempunyai tugas-tugas sebagai berikut :

1) Sebagai Edukator (Pendidik)

Ia harus memiliki strategi yang inovatif dan efektif untuk

meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya.

Menciptakan iklim yang kondusif, memberi nasehat, memberi dorongan

serta menyajikan model pembelajaran yang menarik seperti team teaching,

moving class dan mengadakan program akselerasi bagi siswa yang cerdas di
23
Ari H. Gunawan, Administrasi Sekolah (Jakarta : Rineka Cipta, 1996), h. 219.

16
atas normal. Menurut Sumijo, Kepala Sekolah seharusnya berusaha

menanamkan, memajukan dan meningkatkan empat macam nilai yaitu :

pembinaan mental, moral, fisik dan artistik.24

2) Sebagai Manajer

Dalam peran ini, Kepala Sekolah harus merencanakan,

mengornisasikan, melaksanakan, memimpin dan mengendalikan usaha para

anggota dan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan. Ia juga dituntut

untuk memberdayagunakan tenaga pendidikan untuk bekerjasama, memberi

kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya

dan mendorong untuk melibatkan diri dalam seluruh kegiatan sekolah.

3) Sebagai Administrator

Pada masalah administrasi, ia memiliki hubungan yang sangat erat

dengan keadministrasian mengenai pencatatan, penyusunan dan

pendokumenan seluruh program sekolah. Intinya ia harus memiliki

kemampuan mengelola kurikulum, administrasi peserta didik, personalia,

sarana dan prasarana, kearsipan serta keuangan.

4) Sebagai Supervisor

Kegiatan vital yang dilaksanakan dalam sekolah adalah kegiatan

pembelajaran. Di dalamnya terdapat aktifitas organisasi sekolah yang akan

bermuara pada pencapaian efesiensi dan efektifitas pembelajaran. Oleh

24
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2009), h.103

17
karena itu salah satu tugas Kepala Sekolah adalah sebagai supervisor yang

mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan.

5) Sebagai Leader

Sebagai leader,Kepala Sekolah harus mampu memberi petunjuk

serta pengawasan guna meningkatkan kemauan tenaga kependidikan,

berkomunikasi dua arah dan mendelegasikan tugas. Menurut Wahjosumijo,

Kepala Sekolah sebagai leader harus mempunyai kepribadian, keahlian

dasar, pengalaman dan pengetahuan profesional serta pengetahuan

administrasi dan pengawasan.

6) Sebagai Innovator

Strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis

dengan lingkungan, mencari ide baru, kegiatan yang integratif, memberi

teladan dan memberi inovasi model-model pembelajaran adalah tugas

Kepala Sekolah sebagai inovator.

7) Sebagai Motivator

Motivasi yang ditumbuhkan oleh Kepala Sekolah dapat dilakukan

melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin,

dorongan, penghargaan secara efektif dan penyedian berbagai sumber

belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar. Oleh karena itu ia

harus memiliki strategi yang tepat untuk memotivasi tenaga-tenaga

kependidikan dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

Dalam menjalankan kinerjanya, Kepala Sekolah harus selalu

berada dalam koridor prinsip. Nilai-nilai yang terkandung di dalam prinsip-

18
prinsip tersebut akan menjadi pedoman utama untuk melaksanakan tugas

fungsionalnya, agar dapat berjalan sesuai dengan apa yang dicita-citakan

oleh masyarakat, organisasi, maupun secara nasional.

Perilaku kepemimpinan akan mempengaruhi perilaku orang

merupakan fenomena sesesorang dalam mempengaruhi orang lain yang

terjadi dalam konteks intraksi. Dalam pendekatan perilaku, kepemimpinan

dinyatakan sebagai sejumlah deskripsi perilaku dalam interaksi dengan

bawahannya.25 Hal ini tidak terlepas dari kepandaian menjalin hubungan

dengan bawahanya berupa hubungan kemanusian yang harmonis dan

mendukung terciptanya suasana kerjasama yang mantap yang bekerja secara

efektif.

4. Strategi Kepemimpinan Kepala Sekolah

Strategi manajemen kepala sekolah dalam kaitan penelitian ini

yang sesuai dengan batasan istilah adalah satu langkah-langkah atau siasat

aktivitas-aktivitas yang sebelumnya dipersiapkan untuk mencapai tujuan

dalam pendidikan itu seoptimal mungkin. menurut Brubecker “Education

should be trough of as process of man reciprocal adjusman to nature”.

Dinyatakan bahwa pendidikan merupakan proses timbal balik antara

kepribadian individu dalam penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan.

Oleh karena itu, lingkungan pendidikan menjadi suatu upaya yang

diciptakan untuk membantu kepribadian individu tumbuh dan berkembang

25
Yoyon Bachtiar, Kepemimpinan dan Kewirausahaan, (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam, 2009), h. 59

19
serta bermanfaat bagi kehidupan. Dictionary of education mendefenisikan

pendidikan sebagai:

a. Proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan tingkah

laku dalam masyarakat.

b. Proses sosial menyediakan lingkungan yang terpilih dan terkontrol

untuk mengembangkan kemampuan sosial dan individual secara optimal.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan

yang diciptakan lingkungan secara sengaja dan bertujuan untuk mendidik,

melatih dan membimbing seseorang agar dapat mengembangkan

individu dan sosial. kehadiran manajemen dalam organisasi adalah untuk

melaksanakan kegiatan agar tujuan tercapai dengan efektif dan efesien.

Pada undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun

2003 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk menciptakan suasana belajar agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, sikap sosial, dan

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dengan demikian pendidikan merupakan suatu sistem terencana

untuk menciptakan manusia seutuhnya. Sistem pendidikan memiliki garapan

besar yang dikembangkan, diantaranya terdiri dari: a). bidang garapan

peserta didik, b). bidang garapan tenaga kependidikan, c). bidang garapan

guru, d). bidang garapan kurikulum, e). bidang garapan sarana dan prasarana,

20
f). bidang garapan keuangan, g). bidang garapan kemitraan dengan

masyarakat dan h). bidang garapan bimbingan dan pelayanan khusus.26

Secara tegas tidak ada rumusan yang sama dan berlaku

umum untuk fungsi manajemen. Namun, fungsi manajemen dapat ditelaah

dari aktivitas- aktivitas utama yang dilakukan para manejer yaitu

perencanaan, pelaksanaan, pengorganisasian, dan pengawasan. Kepala

sekolah dituntut untuk mampu memimpin sekaligus mengorganisir dan

mengelola pelaksanaan program belajar mengajar yang diselenggrakan

disekolah yang dipimpinya, sebab tanpa adanya keahlian manajemen yang

dimiliki oleh seorang kepala sekolah, niscaya program yang telah

direncanakan tidak akan bisa berjalan secara maksimal, sebagaimana sabda

Nabi Muhammad SAW yang artinya :

“Dari Abu Hurairah radhilayyahu'anhu mengatakan; Rasulullah


shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika amanat telah disia-siakan,
tunggu saja kehancuran terjadi." Ada seorang sahabat bertanya;
bagaimana maksud amanat disia-siakan? Nabi menjawab; "Jika urusan
diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu." (HR.
Bukhari )27

Sehingga dunia pendidikan fungsi kepengawasan dilaksanakan

sebagai bagian dari pelaksanaan manajerial. Pada level sekolah, pengawas

lebih berperan sebagai “quality assurance” dengan tugas supervsisi sebagai

upaya pembinaan terhadap staf untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas

pendidikan.

26
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI. 2011. Manajemen Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
h. 88.
27
Al Bukhari, al Jami’ah al Shahih al – Mukhtashar Jilid I, h.33

21
Di samping sebagai supervisor, kepala sekolah juga harus mampu

menjadi evaluator bagi program-program yang telah dilaksanakan. Evaluasi

sangat perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya. Semua pelaksanaan dari rencana kerja yang telah

terwujud secara berkala harus dievaluasi. Evaluasi diperlukan agar

penyimpangan-penyimpangan bisa dihindarkan serta untuk menjamin

tercapainya tujuan.

Evaluasi yang dilakukan oleh kepala sekolah hendaknya lebih

banyak berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum dengan mengacu pada

proses belajar mengajar yang produktif. Evaluasi yang dilakukan juga

merupakan fungsi controling (pengawasan) terhadap jalannya organisasi

sekolah dan dewan sekolah dalam rangka menjaga mutu pelaksanaan

program.28

Sukmadinata menuturkan bahwa paradigma baru dalam pendidikan

yang memunculkan isu tentang akuntabilitas, relevansi, kualitas dan otonomi

sekolah. Dilihat dari kurikulum sekolah perlu dikembangkan sehingga

memiliki keunggulan kompetetif dengan sekolah Sekolah lainnya. Siap

memasuki lapangan kerja, juga untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang

lebih tinggi.

Berbagai kebutuhan dan persoalan empirik lingkungan tempat siswa

tumbuh kurang diperhatikan. Hal ini menyebabkan siswa tak mampu

mengaplikasikan kemampuan belajarnya dengan kebutuhan dan persoalan

masyarakat. Esensi sekolah sebagai wahana pengembangan kepribadian


28
Mulyasa.. Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah. ( Jakarta : Bumi Aksara. 2011). h. 181.

22
individu yang cerdas secara intelektual, moral dan sosial bahkan tereduksi

menjadi sarana pencari status sosial semata. Maka dari itu tidak mengherankan

jika ouput yang dihasilkan meskipun terlihat pintar dan menguasai teori, tetapi

miskin pengalaman dan kreativitas.

Untuk mengembangkan keterampilan dasar dan sikap mental

keagamaan dan kewirausahaan maka perlu diajarkan kepada siswa

pengetahuan keterampilan kearah tujuan yang dimaksud sekolah. Pengelola

sekolah harus bersikap proaktif, kreatif dan inovatif mendesain program

kurikulum yang memiliki relevansi tinggi dengan kehidupan nyata anak di

masa kini dan masa depan. Kurikulum sekolah disamping memuat pendidikan

akademik, keagamaan juga harus memuat pendidikan kewirausahaan yang

memungkinkan anak siap menciptakan lapangan kerja sesuai situasi dan

kondisi yang dihadapinya, bukan menyuburkan mental pegawai atau

karyawan yang cendrung menunggu kerja. Untuk itu sekolah

memprogramkan pembelajaran berbasis keterampilan hidup.

Kepala sekolah dituntut terampil menyusun perencanaan,

mengorganisir, menggerakkan dan mengawasi kegiatan-kegiatan di bidang

pengajaran, kesiswaan, keuangan, hubungan masyarakat, sarana prasarana

yang diperlukan suatu sekolah dalam meningkatkan mutu lulusan sekolah

yang diharapkan masyarakat sebagai aset pendidikan bagi umat islam

pencerdasan kehidupan bangsa.

Tilaar mengemukakan bahwa bagaimana pun kepala sekolah, guru

dan stakeholders perlu menyamakan visi tentang sekolah dalam menyongsong

23
masa depan. Konsekuensi dari akuntabilitas vertikal dan akuntabilitas

horizontal pendidikan, menempatkan masyarakat bertanggung jawabn

terhadap tujuan, sasaran, sarana, kurikulum, dan juga mutu pendidikan yang

ada di lingkungan.29

5. Prestasi Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu,

berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh

pengalaman30. Abin Syamsuddin mengukitp pendapat Hilgard bahwa belajar

merupakan proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan

praktik atau pengalaman tertentu.31 Dari beberapa pendapat di atas maka

dapat dipahami belajar pada hakikatnya merupakan usaha sadar yang

dilakukan seseorang dalam memenuhi kebutuhanya untuk menghasilkan

perubahan-perubahan positif yang diinginkan dalam dirinya. Dengan adanya

perubahan tersebut seseorang terdorong untuk menghasilkan prestasi yang

merupakan kebutuhan manusia untuk berada di atas orang lain.

Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Mc Celland, ada

beberapa pendekatan yang dapat membangkitkan ambisi prestasi pada anak,

diantaranya adalah :

29
Syafaruddin. Ilmu Pendidikan Islam. ( Jakarta : Hijri Pustaka Utama. 2009). h. 167.
30
Sofan Amri, Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar dan Meenengah Dalam Teori Konsep
dan Analisis, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, 2013), h. 219
31
Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran
Modul, (Bandung: PT. Remaja Roasdakarya, 2009), h. 157

24
1) Menanamkan sedini mungkin cara bernalar aktif dengan berpikir logis

dan sistematis pada anak.

2) Membiasakan belajar mandiri

3) Menciptakan lingkungan yang kondusif

4) Mengembangkan jiwa kompetitif

5) Mengembangkan rasa percaya diri

6) Mengembangkan mutu pergaulan

b. Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Ada beberapa faktor baik terpisah maupun bersama-sama yang

dapat memberikan kontribusi terhadap prestasi belajar yaitu : bahan atau

materi yang dipelajari, lingkungan, faktor instrumental dan kondisi peserta

didik. Ada beberapa komponen yang terlibat dalam pembelajaran yang

memberi pengaruh pada prestasi sebagaimana diungkapkan oleh Maknun

yaitu :

1) Masukan mentah yang menunjuk pada karakteristik individu yang

memungkinkan mudah tidaknya proses pembelajaran.

2) Masukan instrumental yang menunjuk pada kualifikasi dan kelengkapan

sarana dan prasarana yang dibutuhkan seperti guru, bahan atau sumber

metode dan program.

3) Masukan lingkungan yang menunjuk pada situasi, keadaan fisik dan

suasana sekolah serta hubungan antar pengajar dan teman.

Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor baik

dari diri siswa (internal) maupun dari luar diri siswa (eksternal) oleh karena

25
itu guru harus mengenalkan faktor-faktor tersebut kepada siswa dalam

rangka mencapai prestasi belajar yang seoptimal mungkin. Kedua faktor

tersebut adalah :

a) Faktor yang berasal dari diri (internal)

(1) Faktor jasmaniah baik yang bawaan maupun dari perolehan sendiri

seperti halnya kelainan pada beberapa anggota tubuh

(2) Faktor psikologis baik yang bawaan maupun dari perolehan sendiri

yang terdiri dari :

(a) Faktor intelektif yang berupa faktor potensial yaitu kecedasan

dan bakat serta kecakapan nyata berupa prestasi yang diraih.

(b) Faktor nonintelektif berupa unsur-unsur kepribadian tertentu

seperti sikap, kebiasaan, minat kebutuhan, motivasi, emosi dan

penyesuaian diri.

(c) Faktor kematangan fisik maupun psikis

b) Faktor yang berasal dari luar diri (eksternal)

(1) Faktor sosial terdiri dari :

(i) Lingkungan keluarga

(ii) Lingkungan sekolah

(iii) Lingkungan masyarakat

(iv) Lingkungan kelompok

c) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan

kesenian.

d) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar.

26
e) Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan.

Sedangkan Nur Munajat, mengutip pendapat Sumadi bahwa

prestasi siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor

bahan yang diajarkan, metode mengajar, pengajar, lingkungan fisik,

lingkunagan sosial, peralatan, kondisi fisik individu, kebiasaan belajar, dan

kondisi psikis yaitu kecerdasan, bakat, minat, dan motivasi.32

Prestasi belajar yang baik bertumpu pada peserta didik, bagaimana

ia mampu berusaha dengan kemauan, minat, ketekunan, tekad dan cita-cita

yang tinggi dengan berusaha seoptimal mugkin. Dalam belajar peserta didik

juga harus memperhatikan cara belajar yang dipergunakan agar lebih

memuaskan.Peningkatan prestasi belajar perlu memperhitungkan keadaan

jasmani, sosial emosional, lingkungan, memulai pelajaran, membagi

pekerjaan, kontrol, sikap yang optimis, penggunaan waktu, cara

mempelajari buku, kecepatan dalam membaca. Dalam masalah belajar,

peserta didik juga harus belajar secara otodidak tidak dengan cara cramming

atau belajar ketika ada ujian atau tes.

Oleh karena itu seorang pendidik selalu senantiasa membuat

strategi dan metode agar peserta didik dapat belajar secara bertahap dan

konsisten. Selain itu hal yang sangat esensial sangat perlu diperhatikan oleh

setiap pendidik dan peserta didik yaitu kesiapan mental dan fisik dalam

32
TIM Redaksi, Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol. III No. 2 , ( Yogyakarta: Fakultas
Tarbiyah UIN Kalijaga, 2006), h. 142

27
belajar. Untuk memperlancar belajar dan prestasi belajar ada beberapa tips

yang bisa dipergunakan yaitu :

1) Hendaknya membuat kelompok belajar agar dalam belajar dapat saling

tukar menukar pemikiran.

2) Beban pekerjaan yang diberikan pada peserta didik segera mungkin

dikerjakan.

3) Menumbuhkan rasa positive thinking dalam interaksi pembelajaran.

4) Memperbanyak referensi bahan bacaan yang berkaitan dengan

pelajaran.

5) Merawat dengan baik alat-alat belajar.

6) Selalu menjaga kesehatan dengan tidur teratur, istirahat dan asupan

gizi yang mencukupi.

7) Meluangkan waktu sebaik-baiknya untuk refresing.

8) Mempersiapkan diri untuk belajar minimal seminggu sebelum ujian

berlangsung.

c. Macam-macam Prestasi Belajar Siswa

Pada prinsipnya, pengungkapan prestasi belajar ideal meliputi

segenap ranah psikologi yang berubah sebagai akibat pengalaman dan

proses belajar siswa. Yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah

mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting yang

dapat mencerminkan cipta dan rasa, dan karsa. Kunci pokok untuk

memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah mengetahui garis-

28
garis besar indicator (penunjuk adanya prestasi belajar) dikaitkan dengan

jenis-jenis ptestasi yang hendak diukur.

Secara garis besarnya prestasi belajar siswa dapat dibedakan

menjadi 2 (dua) macam yaitu prestasi akademik dan non akademik.33

1) Prestasi Akademik

Secara akademik prestasi atau keberhasilan biasanya diukur

dengan evaluasi. Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan

siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Dalam

hubungannya dengan prestasi akademik ini, dalam Winkel Benyamin S.

Bloom mengatakan, prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah

laku yang meliputi tiga ranah kognitif terdiri atas : pengetahuan,

pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.34

a) Cognitive Domain (Ranah Kognitif),

Berisi perilaku-perilaku yangmenekankan aspek intelektual,

seperti pengetahuan, pengertian, danketerampilan berpikir.Domain ini

terdiri dari dua bagian: Bagian pertama adalah berupa Pengetahuan

(kategori 1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan Keterampilan

Intelektual (kategori 2-6).

i). Pengetahuan (Knowledge)

ii). Pemahaman (Comprehension)

iii). Aplikasi (Application)


33
Muhibbin Syah. Psikologi Belajar. (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2008), h. 91
34
Winkel, W.S. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.( Jakarta: Gramedia,
2007), h.26

29
iv). Analisis (Analysis)

v). Sintesis (Synthesis)

vi). Evaluasi (Evaluation)

b) Affective Domain. (Ranah Afektif)

Berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan

emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.Tujuan

pendidikan ranah afektif adalah hail belajar atau kemampuan yang

berhubungan dengan sikap atau afektif. Taksonomi tujuan pendidikan

ranah afektif terdiri dari aspek:

i) Penerimaan (Receiving/Attending)

ii) Tanggapan (Responding)

iii) Penghargaan (Valuing)

iv) Pengorganisasian (Organization)

v) Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value

or Value Complex).

c) Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor)

Berisi perilakuperilaku yang menekankan aspek keterampilan

motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan

mesin.35

2) Prestasi Non Akademik

Prestasi non akademik adalah prestasi yang diraih siswa di luar

kegiatan akademik misalnya prestasi dalam bidang olaraga, alimpiade,atau

yang lainnya. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak
35
Winkel, W.S. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.( Jakarta: Gramedia, 2007), h.40

30
dapat dipisahkan satu sama lain. Dua konsep ini menjadi terpadu

dalam satu kegiatan di mana terjadi interaksi antara guru dengan siswa,

serta siswa dengan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Gagne

mendefenisikan belajar adalah suatu proses di mana suatu organisme

berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.

Adapun menurut W.S. Winkel memberi pengertian belajar

adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif

antara seseorang dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-

perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai

sikap yang bersifat konstan dan berbekas. Jadi, kalau seseorang

dikatakan belajar matematika adalah apabila pada diri orang ini terjadi

suatu kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan tingkah laku yang

berkaitan dengan matematika. Perubahan ini terjadi dari tidak tahu

menjadi tahu konsep matematika ini, dan mampu menggunakannya

dalam materi lanjut atau dalam kehidupan sehari-hari.

Dapat disimpulkan dari pengertian di atas bahwa belajar adalah

suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan

sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan

baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku

yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak.

Berdasarkan uraian tentang konsep belajar di atas, dapat

dipahami tentang makna hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang

terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan

31
psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar. Nawawi berpendapat

bahwa hasil belajar sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam

mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam

skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran

tertentu.

Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa

adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.

Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang

berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang

relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan

instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang

berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan

pembelajaran atau tujuan instruksional.

Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah

sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi.

Sunal berpendapat bahwa evaluasi merupakan proses penggunaan

informasi untuk membuat pertimbangan seberapa efektif suatu program

telah memenuhi kebutuhan siswa. Selain itu, dengan dilakukannya

evaluasi atau penilaian ini dapat dijadikan feedback atau tindak lanjut,

atau bahkan cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa.

Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari tingkat

penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap dan keterampilan.

Dengan demikian, penilaian hassil belajar siswa mencakup segala hal

32
yang dipelajari di sekolah, baik itu menyangkut pengetahuan, sikap,

dan keterampilan yang berkaitan dengan mata pelajaran yang diberikan

kepada siswa.36

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian yang relevan merupakan telaah terhadap karya terdahulu.

Pada dasarnya digunakan untuk memperoleh suatu informasi tentang teori –teori

yang ada kaitannya dengan judul penelitian dan digunakan untuk memperoleh

landasan teori ilmiah. Dalam hal ini peneliti juga akan mendeskripsikan beberapa

penelitian terdahulu yang ada relevansinya dengan judul proposal ini.

Berikut ini adalah beberapa hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan

dengan penelitian yang dilakukan penulis dan juga menginspirasi penulis,

diantaranya:

1. Hasil penelitian skripsi Suyitno “Strategi Kepala Sekolah Dalam

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa ( studi kasus di SMPN 1 Fakfak)”

Tahun 2017. Penelitian ini mendeskripsikan 1. Pengelolaan peningkatakn

prestasi belajar siswa. 2. Faktor-faktor yang menjadi kendala peningkatan

prestasi belajar siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif

dengan subjek kepala SMPN 1 Fakfak dan seluruh guru di sekolah tersebut.

Data dikumpulkan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan kajian

dokumen. Hasil penelitian ialah 1. Kepala sekolah sebagai pemimpin telah

menanamkan sikap disiplin, memberdayakan guru, mengadakan MGMP

dan menanamkan budaya kerja yg kondusif dan bersih. 2. Kepala sekolah

36
Ahmad Susanto. Teori Belajar Pembelajaran Di Sekolah Dasar. ( Jakarta : Kencana. 2013). h
. 1.

33
sebagai manajer, suvervisor dan inovator memiliki strategi pemberdayaan,

suvervisi pekerjaan oleh tenaga kependidikan dan mengembangkan model-

model pembelajaran inovatif. 3. Kendala pengelolaan meliputi kekurangan

sarana prasarana, kekurang sadaran guru meningkatkan mutu pendidikan, ada

guru yang belum memenuhi kualifikasi pendidik, dan guru kurang

yang sesuai bidang ajarnya. Persamaan penelitian ini dengan penelitian

penulis terletak pada sama-sama meneliti tentang strategi kepala sekolah

dan membahas juga tentang prestasi belajar siswa. Sedangkan perbedaan

penilitian ini dengan penelitian penulis adalah penelitian penulis lebih

membahas lebih khusus tentang strategi kepemimpinan kepala sekolah

sedang penelitian suyitno membahas tentang strategi kepala sekolah secara

umum.

2. Hasil penelitian tesis Rohai Inah Indrakasih Tahun 2019 yang berjudul “Peran

Kepala Sekolah Dan Guru Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta

Didik”. Penelitian ini menjelaskan peran kepala sekolah dalam menyediakan

fasilitas belajar, memperhatikan pendidikan peserta didik, memberikan

pengarahan dan nasehat, memberikan pengawasan, memberikan semangat

dan motivasi dan membantu kesulitan belajar. Prestasi belajar peserta didik di

SDN 01 Curup Patah Gunung Labuhan Way Kanan setelah di perankan

olehkepala sekolah dan guru prestasi belajar peserta didik dapat meningkat

dengan cukup baik. Penulis menyimpulkan bahwa peran kepala sekolah dan

guru dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik membutuhkan

keselarasan dari kedua belah pihak baik keluarga peserta didik ataupun pihak

34
sekolah seperti dewan guru serta pihak-pihak yang terkait di dalamnya,

namun tidak terlepas dari minat, motivasi dan kompetensi peserta didik. Ada

titik persamaan antara penelitian Rohai dengan penelitian penulis dalam hal

kepala sekolah dan guru memiliki peran dalam menigkatkan prestasi belajar,

begitu juga pembahasan prestasi belajar siswa menjadi pembahasn juga dalam

penelitian penulis. Adapun sisi perbedaan antara kedua penelitian ini adalah

penelitian penulis lebih memfokuskan kepada strategi kepemimpinan kepala

sekolah dan penelitian rohai membahas tenang peran kepala sekolah bahkan

ditambah guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

3. Hasil penelitian skripsi Kartika Mai Wulandari tahun 2018 yang berjudul

“Manajemen Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar

Siswa”. Hasil analisis data dari penelitian ini ditemukan bahwa: (1)

Perencanaa kepala sekolah dalam meningkatkan prestasi siswa di SMAN 1

Campurdarat. Dalam sebuah prosesperencanaan ada beberapa hal yang perlu

di perhatikan seperti kebutuhan utaman dalam sekolah tersebut, pembiayaan,

dan pengelolaan (2) Proses perencanaan kepala sekolah perlu di realisasikan

melalui organisasi yang ada di sekolah, baik dalam sekolah maupun luar

sekolah. Dengan seperti itu organisasi sekolah akan membentuk atau

membuat program kegiatan yang menyangkut prasional yang perlu di lakukan

dalam sekolah dengan tujuan meningkatkan prestasi siswa baik dalam

Akademik maupun Non Akademik (3) . Pelaksanaan tugas dan tanggung

jawab yang telah di bagi dalam struktur atau tulisan setiap kepala sekolah

memiliki cara nya masing-masing dalam melaksanakan kegiatan (4) Adapun

35
tujuan evaluasi pendidik ataupun pengelola pengajaran mengadakan evaluasi

atau penilaian dengan maksud melihat apakah usaha yang di lakukan melalui

pengajaran sudah mencapai tujuan atau tidak dan kesesuaian dengan

perencanaan yang telah dilaksanakan. Persamaan penelitian penulis dengan

penelitian kartika terletak pada pembahasan tentagn prestasi belajar siswa,

dan perbedaan antara penelitian penulis dengan penelitian Kartika terlihat

sangat jelas bahwa penelitian kartika lebih membahasan manajemen kepala

sekolah sedangkan penelitian penulis membahas tentang strategi kepala

sekolah.

Berdasarkan penelusuran penulis terhadap penelitian-penelitian tersebut

yang relevan dan berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan, ada

beberapa faktor pembeda, diantaranya yang menjadi faktor pembeda antara

penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian terdahulu yang relevan

di atas adalah objek dalam penelitian ini dan juga data penelitian yang

digunakan sebagai sumber data primer dan sumber data sekunder.

C. Kerangka Berfikir

Lembaga pendidikan atau sekolah maupun Sekolah pada umumnya

menyelenggarakan proses pembelajaran sesuai dengan program atau jurusan

yang telah disediakan. Keberhasilan sekolah khususnya terkait dengan

kelulusan siswa dalam mengikuti pembelajaran selain ditentukan oleh guru

juga ditentukan oleh semua komponen yang dibutuhkan dalam proses

pembelajaran tersebut.

Komponen tersebut antara lain, sarana-prasarana belajar, lingkungan

36
sekolah, suasana sekolah, tenaga pendidik/guru, tenaga administrasi dan yang

utama adalah strategi manajemen dari kepala Sekolah. Komponen-komponen

di atas agar mampu mendukung keberhasilan pembelajaran perlu dikelola oleh

kepala sekolah yang bertanggungjawab. Pengelolaannya komponen

pembelajaran atau sekolah membutuhkan keterampilan kepala sekolah atau

disebut strategi manajemen kepala Sekolah.

Strategi kepala Sekolah sesuia dengan fungsi manajemen meliputi

Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing), Pelaksanaan (Actuating)

dan Pengawasan (Controling). Keterampilan tersebut apabila dilaksanakan

akan mampu mengatasi berbagai persoalan yang ada di sekolah, termasuk

dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa.

Prestasi belajar siswa terletak pada kualitas keseluruhan Sekolah hal

ini berkaitan dengan strategi yang diimplementasikan oleh kepala Sekolah.

Untuk itu dibutuhkan kinerja seluruh elemen Sekolah sehingga bisa terwujud

Sekolah yang menjadi fasilitator yang baik untuk para siswa, sehingga prestasi

siswa baik dari segi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik akan terwujud

dengan sempurna. Kerangka pikir akan bertambah jelas dengan bagan di

bawah ini :

37
Gambar. 1.1
Kerangka Berfikir Strategi Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam
meningkatkan Prestasi Belajar Siswa.

STRATEGI KEPEMIMPINAN

Perencanaan Pengorganisasian Pelaksanaan Pengawasan


(Planning) (Organizing) (Actuating) (Controling)

PRESTASI BELAJAR SISWA

Kogniti Afekti Psikomotori


f f k

38

Anda mungkin juga menyukai