Anda di halaman 1dari 25

1

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Profil Singkat SMPN 3 Manonjaya Tasikmalaya

SMPN 3 Manonjaya Tasikmalaya berada di Jl. Pangangonan, Desa

Cihaur Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat. Didirikan

pada tahun 1992 dan berdiri diatas tanah seluas kurang lebih 5690 M2 dengan

luas bangunan 1602 M2. Kepemilikan tanah dan bangunannya adalah hak

pakai karena tanah dan bangunan adalah milik Negara.

Melihat letak geografisnya yang strategis ini maka SMPN 3

Manonyata Tasikmalaya mempunyai prospek yang bagus, disamping

mudahnya transportasi juga didukung oleh masyarakat lingkungan sekolah

yang kondusif, ditambah banyaknya sekolah SMP baik swasta maupun negeri

disekitar lingkup kawasan itu.

2. Visi dan Misi SMPN 3 Manonjaya Tasikmalaya

a. Visi :

1. Unggul dalam prestasi

2. Menghasilkan SDM berkualitas

3. Menguasai IPTEK

4. Mempertebal IMTAQ

b. Misi :

1. Amanah dalam mengemban tugas

2. Mengembangkan kinerja secara professional


2

3. Mengembangkan kreatifitas dan inovasi dalam pencapaian Sumber

Daya Manusia (SDM) yang berkualitas

4. Mampu memberdayakan sarana dan prasarana

5. Mampu mengimplementasikan kurikulum sesuai dengan

perkembangan zaman

3. Keadaan Siswa, Guru dan Karyawan SMPN 3 Manonjaya

Tasikmalaya

a. Keadaan Siswa

Jumlah siswa SMPN 3 Manonjaya Tasikmalaya terhitung pada tahun

ajaran 2015-2016 secara keseluruhan adalah 331 siswa, yang terbagi dalam

dua belas rombongan belajar (rombel) meliputi kelas VII empat rombel, kelas

VIII empat rombel dan kelas IX empat rombel. Adapun perinciannya sebagai

berikut:

Tabel 4.1
Jumlah Siswa SMPN 3 Manonjaya Pelajaran 2015/2016

Kelas Jumlah Rombel Jumlah siswa

VII 4 Rombel 108

VIII 4 Rombel 119

IX 4 Rombel 104

Jumlah 12 Rombel 331

b. Keadaan Guru

Tenaga edukatif yang mengajar di SMPN 3 Manonjaya Tasikmlaya

hampir semua berasal dari lulusan Keguruan atau mempunyai profesionalisasi


3

dalam mengajar. Mereka sebagian besar Lulusan IKIP baik program S.1

maupun dari FKIP dan dari Universitas swasta lain.

Jumlah tenaga pengajar di SMPN 3 Manonjaya Tasikmalaya

seluruhnya berjumlah 26 orang. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2
Keadaan Guru SMPN 3 Manonjaya Pelajaran 2015/2016

No Nama Guru Jabatan Bidang Studi


1 Dede Ekaputri, S. Pd Guru TIK
2 Dede sudinta, S. Ag Guru PAI
3 Djodjo ade, S. Pd Guru IPS
4 Eka sari mulyani, S. Pd Guru PKn
5 Elin herlina, S. Pd Guru B. Daerah
6 Engkosm, S. Pd Guru Potensi Daerah
7 Enjang heryana,v S. Pd Guru B. Inggris
8 Enok Guru B. Inggris
9 Epi sopiah, S. Pd Guru Mtematika
10 Eti maryati, S. Pd Guru Guru BK
11 H Usep, M. Si Guru IPS/Kepala sekolah
12 Idris susandi, S. Pd Guru PJOK
13 Ikor koriah, S. Pd Guru Keterampilan
14 Ipan nursyamsi, S.Pd Guru TIK
15 Jojo sutisno, S. Pd Guru TIK
16 Lilies irawati, MM Guru IPA
17 Markonah S. Pd Guru Guru BK
18 Nana sutisna, M.Pd Guru Seni Budaya
19 Rina Kusnuraeni. S.Pd Guru TIK
20 Tati sutiarsih, S. Pd Guru IPS
21 Teni sri erniawati, S. Pd Guru IPA
22 Ugon rusgani, S. Pd Guru B. Indonesia
4

23 Usep suhiyarm, BA Guru B. Indonesia


24 Yanti rustijah, . S. Pd Guru Metematika

c. Keadaan Karyawan

Keadaan karyawan atau tenaga non edukatif di SMPN 3 Manonjaya

Tasikmalaya berjumlah 6 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel

dibawah ini:

Tabel 4.3
Keadaan Karyawan SMPN 3 Manonjaya Pelajaran 2015/2016

No Nama Jabatan Pendidikan

1 Deti kurniawati Kepala TU SMA

2 Duduy Staf TU SMA

3 Engkos kosasih Staf TU SMA

4 Eros Rosmayanti Staf TU SMA

5 Euis Permasih Staf TU SMA

Herlan Staf TU SMA

4. Keadaan Sarana dan Prasarana

Untuk lebih menunjang proses belajar mengajar, serta

penyelenggaraan administrasi di SMPN 3 Manonjaya Tasikmalaya maka

diperlukan sarana dan prasarana yang memadahi. Dalam masalah sarana dan

prasarana akan penulis uraikan sebagai berikut:

a. Bangunan SMPN 3 Manonjaya Tasikmalaya


5

Untuk memudahkan proses belajar mengajar dibutuhkan ruang kelas

yang memadahi. Berikut keadaan gedung SMPN 3 Manonjaya Tasikmalaya.

Tabel 4.4
Keadaan Bangunan SMPN 3 Manonjaya Pelajaran 2015/2016

No Jenis Bangunan Jumlah Ruang


1 Ruang Teori / Kelas 15
2 Laboratorium IPA 1
3 Laboratoriun Komputer -
4 Ruang Perpustakaan 1
5 Ruang Ketrampilan 1
6 Ruang UKS 1
7 Koprasi / Toko 1
8 Ruang BP/ BK 1
9 Ruang Kepala Sekolah 1
10 Ruang Guru 1
11 Ruang TU 1
12 Ruang OSIS 1
13 WC Guru 3
14 WC Murid 4
15 Gudang 1
16 Ruang Ibadah 1

b. Perlengkapan Sekolah

Perlengkapan sekolah yang lain yang dimiliki oleh SMN 3 Manonjaya

Tasikmalaya dapat dilihat pada tabel berikut:


6

Tabel 4.5
Perlengkapan admistratif

No Nama barang Jumlah


1 Komputer 3
2 Printer 3
3 Mesin hitung 2
4 Brangkas 1
5 Filing cabinet 10
6 Lemari 4
7 Meja 4
8 Kursi 4
9 Kursi dan Meja Tamu 1

B. Deskripsi Hasil Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, penulis

bermaksud untuk mendiskripsikan secara lugas tentang sejauh mana

implementasi Pendidikan Agama Islam dalam membina sikap dan etika islami

para siswa SMPN 3 Manonjaya melalui beberapa instrument yang digunakan

seperti wawancara dan observasi. meskipun pada dasarnya tugas membangun

kultur Sikap dan etika islami (akhlak mulia) tidak hanya dibebankan pada

guru Pendidikan Agama dan guru PKn saja, tetapi tugas mulia ini menjadi

tugas bersama semua guru (termasuk kepala sekolah) serta pegawai yang ada

di sekolah yang bersama-sama membimbing dan mengajak para siswa untuk

mewujudkannya di sekolah.

Oleh karena itu berdasarkan observasi penulis Untuk mendukung

terwujudnya kultur akhlak mulia di sekolah, terutama bagi para siswa,


7

sekolah harus merancang program-program khusus untuk mewujudkan kultur

tersebut. Sekolah-sekolah sampel yang diteliti telah merancang program-

program sekolah yang secara khusus mengarah pada terwujudnya kultur

akhlak mulia tersebut.

Nilai-nilai akhlak mulia bukan sekedar untuk diketahui atau dipahami

siswa, tetapi untuk dikerjakan atau diaplikasikan dalam kehidupan sehari-

hari, bahkan perlu diteladankan kepada orang lain. Di sinilah pentingnya nilai

keteladanan para guru dan karyawan (termasuk kepala sekolah) dan juga

orang tua siswa dan masyarakat dalam memotivasi siswa dan menerapkan

akhlak mulia. Semuanya harus dilakukan secara berkelanjutan sehingga

menjadi kultur atau budaya dalam kehidupan sehari-hari, baik di sekolah

maupun di luar sekolah.

Komite sekolah juga memiliki peran yang cukup besar dalam

terwujudnya kultur akhlak mulia di sekolah. Keikutsertaan komite dalam

memikirkan dan mendukung terwujudnya kultur akhlak mulia di sekolah

akan menjadikan sekolah lebih bersemangat dalam melaksanakan amanah ini.

Dukungan komite sekolah tidak hanya merupakan dukungan moral bagi

sekolah, tetapi sekaligus juga dukungan material yang dapat membantu

kelancaran aktivitas sekolah, termasuk dalam membangun kultur akhlak

mulia. Orang tua siswa juga harus bersama-sama sekolah dalam mendukung

terwujudnya kultur akhlak mulia ini di sekolah, terutama bagi para siswanya

Sejauh pengamatan penulis melalui observasi lapangan untuk

terwujudnya kultur akhlak mulia di sekolah secara umum, semua pihak yang
8

berada di sekolah SMPN 3 Manonjaya khususnya guru PAI telah

melaksanakan beberapa hal bawah ini:

1. Sekolah selalu mengusahakan dan mengembangkan perilaku organisasinya

agar menjadi organisasi yang dapat membentuk perilaku para siswa agar

menjadi orang-orang yang sukses tidak hanya mutu akademiknya tetapi

sekaligus mutu nonakademiknya. Hal ini dilakukan dengan mengaktifkan

siswa diluar kegiatan belajar mengajar dikelas dengan berbagai kegiatan

ekstra lainnya.

2. Sekolah merumuskan visi, misi, dan tujuan yang secara tegas menyebutkan

keinginan terwujudnya kultur akhlak mulia di sekolah. Begitu juga guru PAI

telah memahamkan kepada siswa tentang tujuan pembelajaran PAI yang pada

dasarnya adalah untuk membentuk karakter dan akhlak yang mulia.

3. Sekolah menciptakan persepsi yang sama di antara civitas sekolah bahkan

juga persepsi orang tua siswa dan masyarakat dan didukung oleh pimpinan

sekolah (kepala sekolah) yang memiliki komitmen tinggi dalam membina

sikap dan etika islami para siswa.

4. Untuk pengembangan kultur akhlak mulia, sekolah juga membuat

program-program sekolah yang secara tegas dan rinci mendukung

terwujudnya kultur akhlak mulia tersebut.

5. Nilai-nilai semisal humanisme, toleransi, sopan santun, disiplin, jujur,

mandiri, bertanggung jawab, sabar, empati, dan saling menghargai dibangun

tatkala siswa berada di sekolah dan di lingkungannya.


9

6. Pengembangan kultur akhlak mulia di sekolah diaplikasikan melalui

peraturan atau tata tertib sekolah yang tegas dan rinci. Seperti tidak boleh

terlambat, tidak boleh mengganggu teman yang sedang belajar, tidak

mengabaikan perintah guru, tidak melakukan sesuatu hal yang tidak

mengandung manfaat dilingkungan sekolah.

7. Untuk mendukung kelancaran pengembangan kultur akhlak mulia, sekolah

juga menyiapkan seluruh perangkat lunak pembelajaran di kelas, seperti

kurikulum, silabus, RPP (terutama materi dan strategi pembelajaran), hingga

sistem penilaiannya.

8. Agar pengembangan kultur akhlak mulia lebih efektif, maka mulai

diciptakannya keteladanan dari para guru (termasuk kepala sekolah) dan para

karyawan dengan pengarahan dari kepala sekolah dan komite sekolah.

9. Adanya dukungan nyata dari komite sekolah yang memuaskan baik secara

moral maupun material demi kelancaran pengembangan kultur akhlak mulia

di sekolah ini.

10. Orang tua siswa dan masyarakat juga ikut serta dalam pengembangan

kultur akhlak mulia di kalangan siswa, terutama di luar sekolah dengan

mengingatkan kepada anaknya untuk menggunakan pakaian yang rapih dan

sopan juga menyapa guru dan petugas sekolah ketika mengantarkan anaknya

pergi ke sekolah.

11. Terlaksananya komunikasi yang harmonis antara guru, orang tua siswa,

dan masyarakat dalam rangka mewujudkan kultur akhlak mulia di kalangan

siswa di sekolah.
10

12. Punishment and reward diterapkan untuk memotivasi siswa dan seluruh

civitas sekolah.

13. Membangun kultur akhlak mulia secara melalui kegiatan-kegiatan

keagamaan dan melalui pembiasaan-pembiasaan nilai-nilai kebaikan yang

bersifat universal.

14. Membangun kultur akhlak mulia melalui semua mata pelajaran yang

diajarkan di sekolah yang ditempuh dengan cara terintegrasi.

15. Membangun kultur akhlak mulia di sekolah tidak hanya menjadi

tanggung jawab guru agama, guru PKN atau guru BP (Bimbingan dan

Penyuluhan), tetapi hjuga menjadi tanggung jawab semua guru dan seluruh

civitas sekolah.

16. Terwujudnya kultur akhlak mulia di sekolah dengan dukungan sarana

prasarana sekolah yang memadai.

17. Sekolah memiliki buku panduan pengembangan kultur akhlak mulia yang

komprehensif.

18. Dilakukannnya monitoring dan evaluasi program sebagai kelengkapan

perangkat untuk kelancaran pengembangan kultur akhlak mulia.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1.Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 3

ManonjayaTasikmalaya

Pembelajaran adalah proses interaktif yang berlangsung antara guru

dan siswa atau antara sekelompok siswa dengan tujuan untuk memperoleh

pengetahuan, ketrampilan, atau sikap serta menetapkan apa yang dipelajari


11

itu. Dalam penelitian ini pembelajaran disini adalah proses belajar yang

dilakukan di kelas SMP N 3 Manonjaya Tasikmalaya terutama dalam mata

pelajaran PAI. Berdasarkan observasi, dokumentasi, dan wawancara yang

penulis lakukan di SMPN 3 Manonjaya Tasikmalaya sebagai berikut:

a. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 3

Manonjaya Tasikmalaya dapat diketahui melalui observasi dan wawancara,

adapun hasilnya adalah sebagai berikut:

1). Materi Pembelajaran PAI

Materi yang diajarkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam

di SMPN 3 Manonjaya Tasikmalaya sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

Materi yang diajarkan dibagi menjadi beberapa pokok bahasan, diantaranya

adalah 1. Materi aqidah yang meliputi iman kepada Allah dan Rasul, 2.

Materi Fiqih yang meliputi bahasan sholat, puasa dan zakat, 3. Materi Tarikh

(sejarah) yang meliputi perkembangan Ilmu Pengetahuan Masa Bani

Umayyah.

2) Metode Pembelajaran PAI

Metode yang digunakan sangat berpengaruh terhadap antusias siswa

dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Islam, maka perlu

menggunakan metode bervariasi yang disesuaikan dengan pokok bahasan.

Adapun metode pembelajaran yang sering digunakan adalah ceramah dan

diskusi. Metode ceramah yang dilakukan divariasi dengan tanya jawab dan

permainan, agar siswa tidak merasa bosan, sedangkan metode diskusi


12

divariasi dengan adanya presentasi dari siswa dengan diberi tugas kelompok

sebelumnya.

b. Waktu Pelaksanaan Pembelajaran PAI

Proses belajar mengajar yang baik tentu menghasilkan prestasi yang

baik juga. Berdasarkan dokumentasi yang telah didapatkan oleh penulis

pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMPN 3

Manonjaya masing-masing kelas memiliki tiga jam pelajaran dalam satu

pekan. Lembar dokumentasi mengenai jadwal pembelajaran dapat dilihat pad

ahalaman lampiran.

c. Proses Pembelajaran PAI

Berdasarkan penelitian observasi penulis proses pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMPN 3 Manonjaya adalah mengacu terhadap

tiga tahapan penting yang tercantum dalam panduan pembelajaran kurikulum

satuan tingkat pendidikan (KTSP) yaitu terdiri dari perencanaan

pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian pembelajaran.

1) Perencanaan pembelajaran

Dalam perencanaan pembelajaran, Guru PAI di SMPN 3 manonjaya

sebelum melakukan proses belajar mengajar mengacu pada perangkat

pembelajaran yang memuat: rencana program tahunan, rencana program

semesteran, rencana satuan belajar yang disetujui oleh Kepala Madrasah yang

berisi sekurang-kurangnya memuat standar kompetensi, indikator, ketuntasan

hasil belajar, materi/bahan pelajaran yang akan diberikan, strategi/metode


13

mengajar yang akan ditetapkan dan prosedur evaluasi akhir dari setiap pokok

bahasan.

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) disusun oleh guru PAI

berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran (KTSP). Dimana dalam

RPP tersebut telah dirumuskan standar kompetensi dan kompetensi dasar

yang harus dikuasai oleh siswa.

Menurut peneliti, perencanaan pembelajaran PAI yang dilakukan oleh

guru PAI dalam menerapkan kurikulum KTSP sangat baik. Terbukti guru PAI

sangat mahir dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),

penyusunan program semester (Promes), penyusunan program tahunan

(Prota) dan mampu mengembangkan kurikulum dan silabus PAI dengan baik.

Hal ini dapat dilihat pada data lembar dokumentasi administrasi guru pada

halaman lampiran.

2) Pelaksanaan Pembelajaran

Berdasarkan observasi peneliti di SMPN 3 Manonjaya, proses belajar

mengajar guru SMPN 3 Manonjaya menggunakan stategi mengajar dengan

tiga tahap, yaitu:

a) Tahap Prainstruksional

Pada tahap ini terdapat sejumlah kegiatan yang dilakukan oleh guru

PAI dan siswa, antara lain:

1) Guru Menanyakan Kehadiran Siswa

2) Guru bertanya kepada siswa tentang sampai mana materi pelajaran pada

pertemuan sebelumnya.
14

3) Memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai materi

pembelajaran pada pertemuan sebelumnya

4) Mengajukan pertanyaan kepada siswa berkaitan dengan materi pelajaran

pada pertemuan sebelumnya

5) Mengulang bahan pelajatan yang te;ah disampaikan secara singkat tetapi

mencakup semua aspek bahan

b) Tahap Instruksional

Yakni tahap pemberian bahan pelajaran pada saat pembelajaran

beberapa kegiatan tersebut adalah :

i. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh

siswa

ii. Guru menjelaskan pokok materi pembelajaran

iii.Guru membahas pokok materi pembelajaran

iv. Guru Menggunakan alat peraga atau media yang memperjelas

pembahasan materi pembelajran

v. Guru mempersilahkan siswa bertanya dengan menyimpulkan materi

pembelajaran.

c) Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut

Yakni tahan untuk mengetahui keberhasilan tahap instruksional yaitu

sebagai berikut

i.Guru melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan

ii. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa mengenai materi

pembelajran
15

iii. Guru memberikan soal atau tes untuk mengecek pemahaman siswa

terhadap materi pelajaran

iv. Guru memberikan pekerjaan rumah

v. Guru memberitahukan pokok materi pelajaran yang akan dibahasa

pada pertemuan selanjutnya.

3. Evaluasi Pembelajaran

Penilaian merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru dalam

mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik untuk

mengetahui tingkat penguasaan kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum

KTSP. Kompetensi yang dikuasai peserta didik setelah proses belajar

mengajar PAI disesuaikan dengan tujuan PAI secara umum yaitu agar peserta

didik dapat beriman dan bertakwa kepada Allah, berakhlak mulia, memiliki

pengetahuan tentang ajaran pokok agama Islam dan mengamalkannya dalam

kehidupan sehari-hari.

Dari tiap aspek tersebut akan terlihat bahwa materi PAI mengandung

berbagai kompetensi yang harus dimiliki peserta didik yaitu kompetensi

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Untuk mengetahui tingkat kemajuan

peserta didik khususnya dalam aspek perilaku dan keterampilan, guru PAI

SMPN 3 Manonjaya Tasikmalaya menggunakan penilaian portofolio.

Penilaian ini berupa kumpulan tugas yang harus dilaksanakan oleh peserta

didik dalam proses dan pencapaian hasil belajar. Dengan menggunakan

penilaian portofolio dapat diketahui sejauhmana tingkat keberhasilan belajar

siswa dan perkembangan proses pembelajaran PAI.


16

Agar guru dapat mengetahui kompetensi siswa dari segi psikomotorik

maka pada ulangan semester guru PAI di SMPN 3 Manonjaya menguji

keterampilan peserta didik dalam mempraktekkan materi PAI yang

berhubungan dengan ketrampilan, sedangkan untuk penilaian afektif dapat

dinilai dalam kegiatan belajar mengajar. Penilaian pada ranah kognitif, afektif

dan psikomotorik harus dilakukan oleh guru, karena pada ulangan semester

kompetensi yang diujikan itu berdasarkan kisi-kisi yang mencerminkan

kompetensi dasar, hasil belajar dan indicator pencapaian hasil belajar.

a) Penilaian Kognitif

Penilaian ranah kognitif yang dilakukan guru bertujuan untuk

mengetahui ketrampilan berfikir siswa meliputi pengetahuan, pemahaman,

penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Penilaian ranah kognitif di SMPN 3

Manonjaya Tasikmalaya baru pada tahap pemahaman, yaitu dengan

memberikan tugas rumah untuk membuat makalah, mengisi LKS, dan

pertanyaan lisan yang dilontarkan guru pada siswanya sebelum proses belajar

mengajar berlangsung, siswa yang dapat menjawab mendapat point nilai.

Penilaian jenis ini belum dapat menilai keseluruhan siswa karena penilaian

dengan menggunakan jenis ini, guru hanya menilai siswa yang dapat

menjawab pertanyaan saja. Agar guru dapat mengetahui kompetensi berfikir

siswa secara individu maka dalam menggunakan penilaian ini, guru perlu

menunjuk satu atau dua orang siswa pada setiap kali proses belajar mengajar.

Dengan cara seperti maka siswa akan terbiasa aktif untuk berfikir.

b) Ranah Afektif
17

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.

Pada penilaian ranah afektif, memang sulit dilakukan karena yang dinilai itu

berupa sikap yang muncul pada diri siswa. Guru yang profesional harus

menyusun teknik dan instrumen yang digunakan dalam menilai ranah afektif.

Penilaian ranah afektif yang dilakukan guru PAI SMPN 3 Manonjaya

Tasikmalaya cukup efektif, karena dalam mengamati sikap dan minat siswa,

guru menggunakan instrumen. Penggunaan instrumen dalam pengamatan

sangat penting dilakukan, yaitu untuk membantu dan memudahkan guru

dalam menilai sikap dan minat siswa dalam jumlah yang banyak. Banyaknya

siswa dapat diobservasi pada waktu proses belajar mengajar, apabila guru

dalam observasi selalu membawa buku penilaian yang berisi tentang indikator

sikap dan minat. Setiap kali guru mengajar hendaknya selalu mengisi

checklist secara langsung tentang perilaku yang muncul pada waktu di dalam

atau di luar kelas.

c) Penilaian Psikomotorik

Penilaian psikomotorik dilakukan oleh guru untuk mengetahui

kompetensi siswa dalam bentuk ketrampilan dan bertindak. Penilaian

psikomotorik di SMPN 3 Manonjaya Tasikmalaya melihat dari hasil belajar

kognitif dan hasil belajar afektif, yaitu apabila peserta didik telah

menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang

terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektifnya Jadi penilaian tidak

hanya sebatas pada materi PAI yan mengandung aspek fiqih, Al Qur’an dan

lain-lain tetapi materi PAI pada aspek akhlak pun dapat terlihat, karena pada
18

dasarnya hasil belajar psikomotorik adalah kelanjutan hasil belajar kognitif

dan afektif.

2. Sikap dan Etika Islami Peserta Didik SMPN 3 Manonjaya

Tasikmalaya

Berdasarkan penelitian melalui observasi dan wawancara penulis

menyimpulkan bahwa pembinaan sikap dan etika islami di SMPN 3

Manonjaya diawalai terlebih dahulu dengan usaha pendekatan yang dilakukan

oleh guru PAI baik di dalam kelas melalui proses pembelajaran maupun

diluar kelas melalui kegiatan ekstra adalah dengan pendekatan sosio-

emosional, kebebasan, dan bimbingan (persuasif). Kondisi sosio-emosional di

dalam kelas di SMPN 3 Manonjaya, meliputi tipe kepemimpinan guru, sikap

guru, suara guru, sikap siswa dan pembinaan hubungan baik antar guru dan

siswa sehingga dapat berdampak terhadap sikap dan etika islami peserta

didik.

Kemudian secara lebih lanjut baru dilakukan upaya-upaya semaksimal

mungkin dalam rangka pengembangan sikap dan etika islami di sekolah

meliputi beberapa hal, yakni:

1) Melalui program pembinaan rutin kegiatan keagamaan sesuai dengan

agama masing-masing, seperti: kegiatan PHBI, Jum’atan (bagi yang

beragama Islam), program Ramadhan (zakat, buka puasa bersama dan

pengajian ramadhan), dan program Qurban.


19

2) Melalui pembiasaan seperti: mengucap salam dan bersalaman apabila

bertemu, saling menegur apabila berjumpa, mengucapkan terima kasih, dan

shalat Dluha ketika istirahat dan shalat dluhur secara berjamaah,

3) Pembinaan secara khusus bagi siswa yang telah melanggar aturan yang

telah disepakati bersama dengan berkoordinasi dengan guru BP dan BK, dan

4) Penerapan tata tertib yang telah dibuat oleh pihak sekolah dalam bentuk

buku saku. Pelanggaran terhadap tata tertib dengan menggunakan sistem poin

dan sanksi yang diberikan tergantung poin yang telah didapat siswa.

Hasil yang telah diperoleh sampai saat sekarang ini dengan program

pembentukan akhlak mulia yang dikembangkan di sekolah adalah

terbentuknya sikap yang baik dari sebagian besar warga sekolah. Selain itu

siswa juga terbiasa mengucapkan terima kasih, menegur dan bersalaman

apabila berjumpa, shalat Dluha saat istirahat sekolah, Jum’atan secara rutin.

Program yang belum dapat dilakukan sekolah yaitu menciptakan lingkungan

yang bersih, karena kebersihan juga merupakan tuntunan agama. Hal itu

dikarenakan faktor dari luar seperti pedagang yang menjajakan jajanan di

sekitar sekolah dan kurang memerhatikan faktor kebersihan.

Dengan menetapkan pengembangan kultur akhlak mulia dalam visi

atau misi sekolah SMPN 3 Manonjaya, maka sekolah memiliki tekad dan

semangat yang kuat untuk mewujudkannya dalam waktu yang sudah

direncanakan. Dengan demikian, sekolah melakukan upaya-upaya tersebut

diatas untuk mewujudkan cita-cita tersebut, baik melalui perangkat aturan

sekolah (tata tertib sekolah) atau program-program sekolah dan juga melalui
20

pembiasaan nilai-nilai akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari di sekolah

baik yang terkait dengan pembiasaan keagamaan maupun pembiasaan nilai-

nilai kebaikan yang umum.

Sepertihalnya budaya salam, senyum, sapa, jabat tangan, dan ucapan

selamat selalu diupayakan dan tidak hanya berhenti sampai batas waktu

tertentu, tetapi sampai tercapai kultur akhlak mulia yang dicita-citakan

sekolah. Ketercapaian budaya atau kultur akhlak mulia yang diujudkan dalam

sikap dan perilaku sehari-hari yang disertai dengan nilai-nilai ibadah.

3. Implementasi Pembelajaran Agama Islam Dalam Membina Sikap dan

Etika Islami Peserta Didik Di SMPN 3 ManonjayaTasikmalaya

Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 3

Manonjaya Tasikmalaya sesuai dengan aturan yang berlaku yaitu 3 jam

pelajaran dalam satu pekan. Pendidikan akhlak dan sikap siswa dapat

tertanam dalam perilaku siswa apabila dalam pelaksanaan pembelajaran

Pendidikan Agama Islam memiliki tujuan dan upaya-upaya guru dalam

mengajar. Adapun hasil penelitian tentang implementasi pembelajaran

Pendidikan Agama Islam dalam membina sikap dan etika islami di SMPN 3

Manonjaya Tasikmalaya adalah sebagai berikut :

a. Tujuan Pembelajaran PAI


21

Pendidikan Agama Islam merupakan pelajaran yang wajib diberikan

pada setiap jenjang pendidikan sekolah. Adapun tujuan dari pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMPN 3 Manonjaya Tasikmalaya adalah sebagai

berikut:

1) Memberikan pengetahuan agama yang bersumber dari al-Qur’an dan

Hadits kepada peserta didik, sehingga menjadi manusia muslim yang

paham dengan ajaran agama.

2) Pengembangan keimanan dan ketaqwaan siswa kepada Allah SWT.

3) Menanamkan pembiasaan perilaku baik (karakter baik) dan menjauhi hal

buruk.

4) Memperbaiki pola pikir dan tingkah laku (sikap) siswa yang salah dan

cenderung ke arah negatif, sehingga menjadi pribadi yang baik dan sholeh.

b. Upaya Guru PAI dalam Menanamkan pembinaan sikap dan etika

yang baik kepada Siswa

Guru melakukan berbagai upaya agar siswa dapat

berperilaku/bersikap baik dan mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan

sehari-hari. Untuk mengetahui upaya tersebut, telah dilakukan observasi di

lapangan dan wawancara dengan guru PAI. Adapun upaya-upaya yang

dilakukan guru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas untuk membina

sikap dan etika islami peserta didik adalah sebagai berikut:

1) Merencanakan pembelajaran dan tujuan pembelajaran.

Kegiatan tersebut dilakukan dengan menyusun RPP, silabus pembelajaran

untuk merumuskan tujuan pembelajaran, menentukan topik-topik yang


22

akan dipelajari, mengalokasikan waktu serta menentukan sumber-sumber

yang diperlukan.

2) Mengorganisasikan berbagai sumber belajar sehingga terwujudnya tujuan

pembelajaran, yaitu dengan menentukan dan mempersiapkan materi yang

akan diajarkan sebelum proses pembelajaran.

3) Memotivasi siswa dengan menyampaikan pembelajaran dengan baik dan

menarik, yaitu dengan menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan

menyenangkan untuk mewujudkan lingkungan pembelajaran yang

kondusif demi tercapainya tujuan pendidikan yang telah direncanakan.

4) Membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menerima

pembelajaran dengan memberikan bimbingan dan arahan yang baik.

5) Melatih siswa untuk aktif bertanya apabila belum memahami pelajaran.

6) Memberikan tugas-tugas latihan, agar siswa dapat mandiri dan tidak

bergantung sepenuhnya terhadap guru sehingga dapat belajar secara

mandiri. Hal ini dilakukan juga untuk mengukur pemahaman siswa pada

materi yang telah diajarkan.

7) Melakukan evaluasi dalam rangka melakukan perbaikan proses belajar,

sehingga hasil belajar dapat diterima siswa dengan baik dan dapat

diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Selain pembelajaran di dalam kelas, guru Pendidikan Agama Islam

juga berupaya mendisiplinkan siswa dengan menerapkan ibadah dalam

kehidupan sehari-hari, upaya tersebut diantaranya:

1. Guru mengkoordinir shalat dhuhur berjama’ah di sekolah.


23

2. Guru mengkoordinir siswa untuk melakukan shalat dhuha pada waktu

istirahat.

3. Memberi tugas kepada siswa untuk menghafalkan surat-surat pendek.

4. Mengajarkan siswa untuk selalu hidup bersih dengan membiasakan

membuang sampah pada tempatnya.

5. Mengarahkan siswa untuk selalu bergaul dengan baik sesama teman

terutama menghormati guru dengan sikap-sikap terpuji seperti member salam,

menyapa dan bersalaman.

c. Perilaku Siswa dalam Lingkungan Sekolah

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam diharapkan mampu membina

sikap dan etika islami kepada siswa, sehingga tercermin dengan perilaku yang

baik dalam kehidupan sehari-hari. Adapun beberapa perilaku yang dilakukan

siswa di SMPN 3 Manonjaya di dalam lingkungan sekolah adalah:

1) Perilaku terhadap Guru

a) Memperhatikan penjelasan dari guru dengan sungguh-sungguh.

b) Mengerjakan tugas dari guru dengan baik. Apabila ada tugas sekolah

dan pekerjaan rumah, siswa mengerjakan tugas tersebut, apabila tidak

bisa mereka membuat kelompok belajar dan menyelesaikannya bersama

dengan teman.

c) Menyapa guru dan berjabat tangan ketika berangkat dan pulang sekolah.

2) Perilaku terhadap sesama Teman

a) Saling membantu apabila ada teman belum memahami materi.

b) Membentuk kelompok belajar.


24

c) Menjenguk teman yang sedang sakit.

d) Saling memberi pinjaman alat tulis apabila ada yang tidak membawa.

3) Perilaku terhadap Lingkungan

a) Menjaga kebersihan lingkungan dengan membuang sampah pada

tempatnya.

b) Membersihkan kelas sesuai dengan jadwal piket yang sudah dibentuk.

c) Menghias ruang kelas sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran tidak

merasa bosan.

d) Merawat tanaman dan bunga yang telah difasilitasi dari sekolah.

4. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Pembelajaran PAI

Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 3

Manonjaya Tasikmalaya tentunya tidak terlepas dari adanya faktor pendukung

dan penghambat. Adapun faktor pendukung dan penghambat implementasi

pembelajaran PAI adalah sebagai berikut:

a. Faktor Pendukung

1). Kerjasama antar guru baik dan saling membantu satu sama lain.

2). Keadaan lingkungan dan suasana kelas yang kondusif untuk

melaksanakan proses pembelajaran.

3). Jadwal pelajaran mendukung, sehingga tidak ada kelas yang jadwalnya

sama.
25

4). Jadwal sholat mendukung, yaitu sholat dhuha pada jam istirahat

pertama dan shalat dhuhur pada jam istirahat kedua.

b. Faktor Penghambat

1). Kurangnya sarana pembelajaran yaitu buku panduan belum ada,

sehingga guru harus mencari materi sendiri yang sesuai dengan

kurikulum.

2). Latar belakang siswa yang berbeda-beda sehingga guru sulit

mengkoordinasi siswa.

3). Siswa tidak bisa bahasa Arab dan belum mampu membaca al-Qur’an

dengan baik, sehingga guru sulit untuk menjelaskan materi yang

disampaikan.

Anda mungkin juga menyukai