Anda di halaman 1dari 41

51

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat Berdirinya SD Negeri 14 Tanjung Batu

Sejarah berdirinya Sekolah Dasar Negeri 14 Tanjung Batu

terletak di jalan Pendidikan 1 ds. II desa Bangun Jaya Kec. Tanjung Batu

Kabupaten Ogan Ilir, yang didirikan pada tahun 1960 dengan nama atau

nomor Sekolah Dasar Negeri 3 Seri Tanjung, yang terletak di Jalan

Merdeka desa Seri Tanjung (Sebelum pemekaran).

Karena situasi dan kondisi tempat sekolah kurang memadai,

maka Sekolah Dasar Negeri 3 Seri Tanjung di pindahkan kearah barat

desa Seri Tanjung, atas nama IINPRES maka didirikan gedung sekolah

seluas 90X90 dengan nomor pendidikan: No. 267/TB/V/79, tanggal 12

Mei 1979 yang kemudian disahkan melalui SK KDH TK II OKI

No.188/Kep/XI/80, tanggal 8 Desember 1980. Namun setelah tahun 2010,

Sekolah Dasar Negeri 3 Seri Tanjung di rubah menjadi Sekolah Dasar14

Tanjng Batu melalui SK Bupati Ogan Ilir, Nomor : 475/Kep/DIK/2009.

Sekolah Dasar Negeri 14 Tanjung Batu terletak di pinggiran

desa tepatnya sebelah barat desa Bangun Jaya di sekitar perumahan rakyat

dan bersebelahan kebun karet, berdampingan bahkan satu lokasi dengan

Sekolah Dasar Negeri 25 Tanjung Batu.

Lokasi Sekolah Dasar Negeri 14 Tanjung Batu cukup strategis

karena jarak sekolah dengan jalan raya cukup jauh sehingga memberikan

kenyamanan pada situasi dan kondisi sekolah, jauh dari suara-suara

51
52

bising, kendaraan jauh, dan dari polusi udara yang semua itu akan

mengganggu pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah

2. Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan SD Negeri 14 Tanjung Batu

a. Visi

Tahun 2025 Lulusan yang berkualitas berdasarkan Pancasila.

b. Misi

1) Menumbuhkan penghayatan ajaran agama dan juga budaya bangsa

yang santun dan arif dalam bertindak.

2) Menyiapkan lulusan berkemampuan dan berbudi pekerti luhur

3) Membentuk sumber daya manusia yang terampil.

4) Membentuk siswa yang cinta terhadap lingkungan serta menjaga

kebersihan, keamanan, kerapian, keindahan dan kekeluargaan.

5) Menggairahkan siswa belajar, kreatif dan disiplin serta adanya

penghijauan dilingkungan sekolah.

6) Mempersiapkan siswa untuk melajutkan Pendidikan yang lebih

tinggi demi hari esok yang lebih baik.

c. Tujuan

1) Siswa yang beriman, taqwa kepada tuhan yang maha Esa

2) Siswa berbudi pekerti yang luhur

3) Siswa yang sehat dan cerdas

4) Siswa yang berjiwa sosial

5) Cinta terhadap lingkungan

6) Siswa yang terampil dan kreatif


53

3. Keadaan Guru dan Pegawai SD Negeri 14 Tanjung Batu

Keadaan guru dan pegawai di SD Negeri 14 Tanjung Batu

terdiri dari 22 orang. Dari semua guru dan pegawai SD Negeri 14

Tanjung Batu tersebut yang telah menyelesaikan pendidikan program S1

sebanyak 22 orang.

Tabel 1.6 Data Keadaan Guru SD Negeri 14 Tanjung Batu

Pendidikan
No. Nama Guru/Pegawai Status Jabatan
terakhir
1 Najmi Basir, S. Pd. S.1 PNS Kepala Sekolah
2 Koiziah, S.Pd.I. S.1 PNS Guru PAI
3 Hj. Khodijah, S.Pd. S.1 PNS Guru Kelas
4 Herlianah, S.Pd. S.1 PNS Guru Kelas
5 Hj. Fakhriah, S.Pd. S.1 PNS Guru Kelas
6 Zahiro, S.Pd.Sd. S.1 PNS Guru Kelas
7 Erna Yanah, S. Pd. S.1 PNS Guru Penjas
8 Siti Nurbajah, S.Pd.I. S.1 PNS Guru PAI
9 Reni Marlinah, S. Pd. S.1 PNS Guru Kelas
10 Khosiah, S. Pd. S.1 PNS Guru Kelas
11 Muslim, S. Pd. S.1 PNS Guru Kelas
12 Abi Ubaidah, S.Pd. S.1 PNS Guru Kelas
13 Fatahuddin, S.Pd.I. S.1 PNS Guru Kelas
14 Rusli Kailani, S. Pd. S.1 PNS Guru Kelas
15 Alimuddin, S. Pd. S.1 PNS Guru Kelas
16 Asnawai, S. Pd. S.1 PNS Guru Penjas
17 Dewi Astuti, SPd. S.1 PNS Guru Kelas
18 Elita, S.Pd.I. S.1 TKS TU
19 Marlina, S.Pd. S.1 TKS Guru Mapel
20 Sepriati, S.Pd. S.1 TKS Operator
21 Yuliza Fiogita, S. Pd. S.1 TKS Guru Kelas
22 Aulia, S. Pd.I. S.1 TKS Guru Mapel
54

4. Keadaan Siswa SD Negeri 14 Tanjung Batu

Secara keseluruhan jumlah siswa SD Negeri 14 Tanjung Batu

berjumlah 337 orang mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI. Jumlah

siswa SD Negeri 14 Tanjung Batu dilihat dari jenis kelamin hampir

berimbang antara siswa laki-laki dan siswa perempuan yaitu ada 177

orang siswa laki-laki dan 160 orang siswa perempuan.

Tabel 1.7 Data Keadaan Siswa SD Negeri 14 Tajung Batu

Banyaknya Murid
Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Jumlah Murid
I II III IV V VI
L L P
Lk Pr k Pr Lk Pr k Pr Lk Pr Lk r Lk Pr Jumlah

27 26 31 37 28 22 26 22 32 26 33 27 177 160 337

53 68 50 51 58 60

B. Hasil Penelitian

1. Hasil Pengembangan Media Pembelajaran Corong Berhitung pada

materi operasi hitung perkalian dan pembagian bilangan cacah di

kelas II SD / MI

Adapun jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah

penelitian pengembangan dengan model ADDIE (Analysis, Design,

Develop, Implement, Evaluation). Produk yang dikembangkan adalah

media pembelajaran corong berhitung materi operasi hitung perkalian dan

pembagian bilangan cacah. Berdasarkan penelitian pengembangan yang

dilakukan, diperoleh hasil peneleitian sebagai berikut :


55

a. Analysis (Analisis)

Pada tahap ini peneliti melakukan observasi terhadap siswa

kelas II B di SDN 14 Tanjung Batu dan wawancara terhadap wali

kelas untuk mendapatkan informasi mengenai proses pembelajaran,

kendala pembelajaran yang dialami siswa, karakteristik dari setiap

peserta didik maupun media yang biasa digunakan.

Gambar 1.2 Proses Observasi Siswa

Dapat dilihat digambar tersebut bahwa observasi dilakukan

dengan cara mengamati langsung proses pembelajaran sekaligus

mengajar langsung mata pelajaran matematika kelas II. Berdasarkan

hasil observasi dan wawancara terhadap guru maka didapat salah satu

kesulitan pemahaman mempelajari matematika ada pada materi

operasi hitung perkalian dan pembagian bilangan cacah di kelas II.

Kebanyakan siswa memiliki motivasi dan minat belajar yang

minim pada mata pelajaran matematika karena kebanyakan guru

hanya menerapakan metode ceramah dan terfokus hanya pada buku

sehingga proses pembelajaran terkesan monoton. Pembelajaran yang

cenderung hanya terfokus menggunakan buku paket dan belum

diterapkannya media pembelajaran yang menarik bagi siswa


56

khususnya mengenai materi operasi hitung perkalian dan pembagian

bilangan cacah membuat kurangnya tingkat pemahaman siswa

mengenai Materi materi operasi hitung perkalian dan pembagian

bilangan cacah.

Sebagain siswa kelas II juga terlihat kurang menyukai

pelajaran matematika, sehingga nilai yang mereka capai sebagain

besar belum mencapai criteria ketuntasan minimum yang telah

ditetapkan atau dalam artian belum tuntas. Dari beberapa

permasalahan diatas maka dapat disimpulkan bahwa perlu

dikembangkannya sebuah media pembelajaran yang menarik bagi

siswa yang dapat meningkatkan proses pembelajaran, sehingga

menjadikan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan serta

hasil belajar yang didapat diharapkan lebih optimal.

b. Design (Perancangan)

Tahap selanjutnya dalam prosedur pengembangan dari model

ADDIE adalah tahap desain atau perencanaan. Pada tahap ini peneliti

mulai merancang media pembelajaran yang akan dibuat serta mulai

merancang instrument alat pengumpul data dalam bentuk angket

validasi dan angket responden peserta didik. Adapun hal yang

dilakukan dalam merancang pembuatan media pembelajaran corong

berhitung adalah sebagai berikut :

1) Desain awal pembuatan media pembelajaran corong berhitung

dimulai dengan cara mencari bentuk dan ukuran media yang

sesuai dengan karakteristik peserta didik kelas II.


57

2) Setelah didapatkan bentuk dan ukuran yang sesuai maka peneliti

mulai mencari bahan-bahan yang akan digunakan dalam pebuatan

media, bahan yang digunakan haruslah efektif dan efisien dari

segi biaya dan mudah tidaknya bahan tersebut didapatkan serta

digunakan dalam pembuatan media.

3) Selanjutnya hal yang dilakukan peneliti yaitu merencanakan

warna yang akan dipakai dalam pembuatan media. Berhubung

media pembelajaran corong berhitung akan digunakan pada kelas

rendah, maka otomatis warna yang dipakai haruslah warna-warna

yang terang sehingga dapat meningkatkan daya tarik peserta didik

terhadap media tersebut.

4) Peneliti harus membuat media yang sesusai dengan komponen-

komponen salah satunya yaitu harus memiliki tujuan pengajaran

yang jelas, memuat materi atau pokok bahasan yang sesuai, yang

dalam hal ini mengenai materi operasi hitung perkalian dan

pembagian bilangan cacah. Media pembelajaran yang dibuat

harus dapat berdampak postitif bagi siswa, dalam artian ketika

guru menyampaikan materi dengan menggunakan media

pembelajaran, siswa tersebut dapat memahami materi yang

disampaikan secara optimal.

5) Di dalam tahap desain ini peneliti juga membuat instrument

validasi kelayakan media. Adapun instrument yang digunakan

alat pengumpul data dalam bentuk angket validasi dan angket

responden peserta didik. Pada tahap ini peneliti membuat kisi-kisi


58

angket validasi ahli desain, bahasa dan materi serta kisi-kisi

angket responden peserta didik.

c. Development (Pengembangan)

Pada tahap ini, media yang telah dirancang mulai

dikembangakan. Peneliti mulai membuat media pembelajaran corong

pada materi operasi hitung perkalian dan pembagian bilangan cacah di

kelas II. Adapun pengembangan media pembeljaarn corong berhitung

dilakukan melalui proses dan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Mengumpulkan bahan yang digunakan

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam proses pembuatan

media pembelajaran corong berhitung adalah sebagai berikut :

Gambar 1.3 bahan-bahan membuat media

a) Kotak sepatu dan kardus

Kotak sepatu dan kardus digunakan untuk membuat kerangka

media corong berhitung. Kotak sepatu yang digunakan adalah

kotak sepatu yang bahannya hampir sama seperti kardus dan

bukan kotak sepatu dengan bahan plastic atau yang lainnya.

b) Kertas karton dan kertas manggis berwarna


59

Kertas karton dan kertas berwarna digunakan untuk menutupi

kardus dan kotak sepatu sehingga tampilan media lebih

menarik.

c) Plastik jilid bening

Plastik jilid bening ini dibentuk sedemikian rupa sehingga

membentuk corong yang kemudian diletakkan pada lobang-

lobang yang sudah dibuat pada media.

d) Print gambar dan tulisan-tulisan

Printan gambar dan tulisan tersebut digunakan sebagai

komponen pelangkap yang akan ditempel pada bagian-bagian

tertentu pada media sehingga tampilan media lebih menarik.

e) Gunting dan cutter

Gunting digunakan untuk memotong kertas, kardus dan lain

sebagainya. sedangkan cutter digunakan untuk membuat

lubang pada media.

f) Pensil / pena dan penggaris

Pensil atau pena digunakan untuk membuat pola dalam

pembuatan media, sedangkan penggaris digunakan sebagai

alat ukur pada saat pembuatan media.

g) Double tip, solatip bening, lem kertas atau lem lilin

Bahan-bahan tersebut digunakan untuk merekatkan potongan-

potongan kertas atau yang lainnya sehingga menjadi media

yang utuh.
60

h) Kelereng

Kelereng digunakan sebagai satuan untuk operasi hitung yang

akan dicari, yang mana kelereng tersebut dimasukkan pada

corong dan akan jatuh ke laci.

2) Pelaksanaan pengembangan Media

a) Membentuk kerangka media

Gambar 1.4 kerangka media

Bentuklah kerangka media dengan menggunakan kotak sepatu

dan kardus seperti pada gambar diatas. Yang mana tutup

kotak sepatu dilubangi sebanyak sepuluh lubang dan ditambah

bagian untuk tempat angka dengan menggunakan kardus.

Kemudian buat wadah menyerupai laci, dan pada bagian

depan kotak sepatu di potong temapat keluar masuknya

kardus yang dibentuk menyerupai laci tersebut.

b) Membuat beberapa potongan kardus sebagai sekat

Potong kardus seukuran lebar laci yang telah dibuat dan untuk

untuk bagian tutup kotak potongan kardusnya dibuat agak

kecil dari ukuran lebar sebenarnya supaya tutup tersebut bisa

dibuka tutup, yang masing-masing potongan tersebut


61

berjumlah 9 buah. Potongan kardus tersebut digunakan

sebagai sekat antar lubang.

Gambar 1.5 potongan kardus sebagai sekat

c) Tutupi kerangka media dengan kertas karton

Gambar 1.6 kerangka media yang di lapisi kertas karton

Kerangka media yang telah dibuat kemudian ditutupi dengan

kertas karton berwarna pink dan biru. Yang mana untuk kertas

karton berwana pink digunakan hanya untuk menutupi pada

bagian laci, sedangkan kertas karton biru untuk bagian tutup

media dan lainnya. Potongan-potongan kardus juga dilapisi

atau ditutupi dengan kertas karton, kemudian setekah itu

langsng ditempel seperti pada gambar tersebut.

d) Proses pembuatan corong


62

Gambar 1.7 proses pembuatan corong

Corong di buat dengan menggunakan plastik jilid bening yang

dipotong sesuai ukuran kemudian digulung dan dilem lalu di

lapisi dengan kertas manggis yang berwarna-warni. Corong

yang dibutuhkan sebanyak 10 buah, setelah selesai membuat

corong tempel corong pada tiap lubang pada tutup media

dengan warna bervariasi.

e) Proses menempel beberapa gambar atau tulisan pada media

Gambar 1.8 proses menempel gambar dan tulisan

Tempel berbagai gambar dan tulisan pada media, khusus

tulisan kata corong berhitung dan angka-angka dilapisi

terlebih dahulu dnegan plastik jilid bening atau di pinil

kemudian baru ditempel pada bagian tertentu. Tempellah

berbagai gambar dengan bentuk dan warna yang bervariasi

agar tampilan media lebih menarik.


63

f) Proses penyempurnaan media

Gambar 1.9 proses penyempurnaan media

Pada tahap ini seluruh komponen media digabungkan dan

penggunaan media diuji coba terlebih dahulu oleh peneliti

sebelum diuji coba ke peserta didik.

Setelah media selesai dibuat, peneliti melakukan validasi

media. Adapun teknik validasi yaitu meminta para ahli (validator)

untuk memberikan penilaian dengan mengisi lembar angket validasi

yang meliputi angket validasi ahli desain, angket validasi ahli bahasa

dan angket validasi ahli materi. Tak hanya mengisi ceklist pada angket

validasi, ketiga validator juga sebagai memberikan koreksi maupun

saran dari media pembelajaran yang telah peneliti, sehingga dapat

menjadi dasar untuk melakukan revisi dan perbaikan modul yang telah

dikembangkan.

Dibawah ini adalah tiga ahli yang akan menjadi validator

pada media pembelajaran corong berhitung yang telah dibuat.


64

Tabel 1.8 Validator Media

No
Nama Pekerjaan Expert
.
1. Agra Dwi Saputra, M.Pd Dosen Prodi PGMI Ahli Desain
2. Siti Fatimah, M.Pd.I Dosen Prodi PGMI Ahli Bahasa
Guru Kelas II SDN
3. Yuliza Fiogita, S.Pd Ahli Materi
14 Tanjung Batu

Berdasarkan angket yang telah diberikan kepada pakar untuk

validasi media, maka didapat kesimpulan bahwa media corong

berhitung valid dan layak diujicobakan dengan revisi sesuai saran.

Adapaun saran yang diberikan validator adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Hasil revisi media dari ahli desain (1)

Sebelum direvisi Setelah direvisi

Pada gambar diatas terlihat bahwa ahli desain menyarankan

untuk mengganti warna pada media yang mana yang tadinya berwarna

hitam disarankan untuk diubah dengan warna yang lebih mencolok,

maka peneliti memilih warna biru muda dan pink sebagai gantinya.

Ahli desain juga menyarankan mengganti corong pada media, yang

mana bahan yang digunakan untuk membuat corong pada media yang

sebelum dan setelah direvisi sama-sama menggunakan plastik jilid

bening. Akan tetapi corong yang digunakan sebelum direvisi di cet

menggunakan cet air sehingga warna nya tidak begitu rata dan kurang
65

terlihat rapi. Oleh karena itu, peneliti menyarankan untuk melapisi

plastik jilid bening tersebut dengan kertas manggis berwarna sebagai

gantinya. Validator ahli desain juga menyarankan untuk memberikan

gambar-gambar dan tulisan-tulisan yang bervariasi pada media

tersebut sebagai daya tarik lebih pada media

Gambar 2.1 Hasil revisi format penulisan angket dari ahli desain

Sebelum direvisi Setelah direvisi

Tak hanya media, validator ahli desain juga menyarankan

untuk mengubah tampilan angket untuk validasi ahli desain. Dapat

dilihat pada gambar diatas bahwa peneliti menyarankan untuk

menambah nama peneliti, menambah petunjuk pengisian angket,

ceklist layak/valid tidaknya media digunakan serta menyaranakan

untuk menambah kotak saran

Gambar 2.2 Hasil revisi media dari ahli desain (2)

Sebelum direvisi Setelah direvisi


66

Setelah dilakukan revisi pertama, peneliti melakukan revisi

lagi atas dasar saran yang telah diberikan ahli desain kepada peneliti.

Dapat dilihat pada gambar diatas bahwa validator menyarankan

kepada peneliti untuk menambah ornament yang lebih bervariasi, bisa

gambar ataupun tulisan sehingga menambah daya tarik peserta didik

untuk belajar menggunakan media tersebut.

Gambar 2.3 Hasil revisi format penulisan angket dari ahli bahasa

Sebelum direvisi Setelah direvisi

Dapat dilihat pada gambar diatas bahwa ahli bahasa

menyarankan untuk mengubah kata “keterpahaman” menjadi kata

“tingkat pemahaman”. Menurut ahli bahasa kata pertama pada angket

sebelum direvisi terlalu baku dan agak rancu, sehingga ahli bahasa

menyaranakan untuk mencari kata yang lebih sederhana dan mudah

dipahami.
67

Gambar 2.4 Hasil revisi penulisan cara penggunaan media oleh


ahli bahasa

Sebelum direvisi

Setelah direvisi

Ahli bahasa juga menyarankan untuk merevisi tulisan dan

tata bahasa yang digunakan pada penulisan cara penggunaan media

corong berhitung. Seperti pada gambar diatas, dapat dilihat bahwa

penulisan kata sebelum direvisi tidaklah menarik dan menggunakan

kata-kata yang terlalu baku dan tidak sesuai dengan anak kelas II.

Oleh karena itu ahli desain menyarankan untuk mencari kata-kata

yang lebih sederhana sehingga perseta didik kelas II dapat lebih

memahaminya dan membuat tulisannya lebih berwarna agar dapat

lebih menarik minat beljar peserta didik.

d. Implement (Impelementasi)

Setelah media selesai dibuat dan telah direvisi menurut saran

yang telah diberikan ketiga validator, media corong berhitung

akhirnya sudah dapat diujicobakan pada peserta didik.


68

Gambar 2.5 uji coba media ke peserta didik

Media pembelajaran corong berhitung mulai diuji coba dalam

proses pembelajaran. Sebanyak lebih kurang 12 siswa kelas II B yang

hanya dapat hadir, karena kendala pandemi sekarang ini, jadi jumlah

siswa yang datang hanya 50% dari jumlah seluruhnya. Pada saat

penerapan media, terlihat peserta didik sangat antusias dan sangat

tertarik belajar matematika dengan menggunakan media tersebut.

e. Evaluate (Evaluasi)

Setelah media diuji coba ke peserta didik, langkah akhir yang

dilakukan peneliti adalah evaluasi. Dapat dilihat bahwa peserta didik

sedikit merasa kesulitan pada saat menarik laci pada media. Oleh

karena itu peneliti berinisiatif untuk membuat gagang untuk pegangan

laci pada media tersebut. Disini ahli desain juga menyarankan kembali

untuk membuat gagang peganggangan pada laci media.

Gambar 2.6 pembuatan gagang untuk pegangan pada laci media


69

2. Hasil Kevalidan Penggunaan Media pembelajaran corong berhitung

pada materi operasi hitung perkalian dan pembagian bilangan cacah

di kelas II SD / MI

Agar diketahui layak atau tidaknya media digunakan maka

peneliti melakukan langkah selanjutnya dari penelitian pengembangan ini,

yaitu melakukan validitas ahli berupa angket yang mencakup validasi ahli

desain, validitas ahli bahasa dan validitas ahli materi. Adapun hasil dari

validasi ketiga ahli tersebut adalah sebagai berikut :

a. Validasi ahli desain

Validasi desain dilakukan untuk mengetahui kualitas desain

pada media yang telah dibuat, baik dari segi tampilan, daya tarik,

warna, bahan yang digunakan dan lain sebagainya. Dalam penelitian

ini peneliti meminta bantuan kepada Bapak Agra Dwi Saputra, M.Pd

yang merupakan salah satu dosen prodi PGMI sebagai validator ahli

desain yang telah dibuat peneliti. Aspek yang dinilai dalam angket

ahli desain ini yaitu aspek desain media corong berhitung dan aspek

penyajian media. Adapun hasil validasi ahli desain dapat dilihat pada

table sebagai berikut :

Tabel 1.9 Hasil Validasi Ahli Desain

Jumlah Rata- Tingkat


Aspek Indikator Skor
Skor rata Kevalidan
Desain Kesesuaian pemilihan 30 85,71 Sangat
5
Media warna pada media Valid
Pembelajaran Kesesuaian bentuk 4
70

media
Kesesuaian ukuran
4
media
Kesesuaian komponen-
4
komponen pada media
Kesesuaian pemilihan
jenis huruf / tulisan 5
pada media
Corong
Kesesuaian pemilihan
Berhitung
ukuran huruf / tulisan 4
pada media
Kesesuaian pemilihan
bahan-bahan yang
4
digunakan dalam
membuat media
Kejelasan tujuan dan
indikator yang ingin 4
dicapai
Tampilan media 86,67 Sangat
Penyajian 5
menarik 13 Valid
Penggunaan media
mudah diterapkan dan 4
mudah dipahami
Jumlah 43 86

Setelah melakukakan validasi ahli desain maka skor yang

didapat seluruhnya berjumlah 43, dimana skor maksimum adalah 50.

F
Maka V = × 100
N

43
V= ×100
50

V =0 ,86 × 100
71

V =86

Tabel 2.0 Kategori Kevalidan ahli desain

Skor Kategori
81-100 Sangat Valid

61-80 Valid

41-60 Cukup Valid

21-40 Tidak Valid

0-20 Sangat Tidak Valid

Berdasarkan perhitungan diatas maka hasil validasi ahli

desain memperoleh skor 86, yang mana artinya menurut kategori

kevalidan masuk ke kategori sangat valid, berdasarkan kriteria yang

telah ditentukan sebelumnya.

b. Validasi ahli bahasa

Validasi bahasa dilakukan untuk mengetahui kualitas

bahasa pada media yang telah dibuat. Dalam penelitian ini peneliti

meminta bantuan kepada Ibu Siti Fatimah, M.Pd.I yang merupakan

salah satu dosen prodi PGMI sebagai validator ahli bahasa yang telah

dibuat peneliti. Aspek yang dinilai dalam angket ahli bahasa ini yaitu

aspek baik dari kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta

didik, komunikatif, dialogis dan interaktif, keterpaduan dan

keruntutan alur pikir dan aspek kesesuaian dengan kaidah bahasa

Indonesia yang benar. Adapun hasil validasi ahli bahasa dapat dilihat

pada tabel sebagai berikut :


72

Tabel 2.1 Hasil Validasi Ahli Bahasa

Jumlah Rata- Tingkat


Aspek Indikator Skor
skor rata kevalidan
Kesesuaian dengan
Sesuai dengan tingkat perkembangan 5
tingkat peserta didik
perkembangan Kesesuaian dengan
peserta didik tingkat perkembangan 4
Sangat
emosional peserta didik 17 85
Valid
Keterpahaman peserta
didik terhadap 4
Komunikatif penggunaan media
Kesesuain penggunaan
4
media dengan materi
Kemampuan peserta
didik untuk mersepon 4
Dialogis dan
penggunaan media 8 80 Valid
interaktif
Dorongan berfikir kritis
4
pada peserta didik
Keterpaduan
Keterpaduan antar
dan keruntutan 4 4 80 Valid
komponen pada media
alur piker
Kesesuaian Ketepatan ejaan 3
dengan kaidah Ketepatan tata bahasa 3
bahasa 10 67 Valid
Ketepatan pemilihan
Indonesia yang 4
huruf / tulisan
benar
Jumlah 39 78 Valid

Setelah melakukakan validasi ahli bahasa maka skor yang

didapat seluruhnya berjumlah 39, dimana skor maksimum adalah 50.


73

F
Maka V = × 100
N

39
V= × 100
50

V =0 ,78 ×100

V =78

Tabel 2.2 Kategori Kevalidan ahli bahasa

Skor Kategori
81-100 Sangat Valid

61-80 Valid

41-60 Cukup Valid

21-40 Tidak Valid

0-20 Sangat Tidak Valid

Berdasarkan perhitungan diatas maka hasil validasi ahli

bahasa memperoleh skor 78, yang mana artinya menurut kategori

kevalidan masuk ke kategori valid, berdasarkan kriteria yang telah

ditentukan sebelumnya.

c. Validasi ahli materi

Validasi materi dilakukan untuk mengetahui kualitas materi

pada media yang telah dibuat. Dalam penelitian ini peneliti meminta

bantuan kepada Ibu Yuliza Fiogita, S.Pd yang merupakan guru kelas

II B SDN 14 Tanjung Batu sebagai validator ahli materi yang telah

dibuat peneliti. Aspek yang dinilai dalam angket ahli bahasa ini yaitu

aspek pendahuluan, isi dan evaluasi. Adapun hasil validasi ahli materi

dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :


74

Tabel 2.3 Hasil Validasi Ahli Materi

Jumlah Rata- Tingkat


Aspek Indikator Skor
skor rata kevalidan
Kesesuaian KI, KD dan
4
Indikator
Pendahuluan 8 80 Valid
Kebenaran substansi
4
materi pembelajaran
Materi disajikan secara
4
sistematis
Keefekifan penggunaan
4
media
Kesesuaian ruang
lingkup materi yang 4
disajikan dalam media
Isi 24 80 Valid
Tingkat ketertarikan
4
penggunaan media
Penggunaan media
4
yang mudah dipahami
Kejelasan materi
melalui penggunaan 4
media
Tingkat pemahaman
4
penggunaan media
Evaluasi 7 70 valid
Keruntutan latihan saat
3
penggunaan media
Jumlah 39 78 Valid

Setelah melakukakan validasi ahli bahasa maka skor yang

didapat seluruhnya berjumlah 39, dimana skor maksimum adalah 50.

F
Maka V = × 100
N
75

39
V= × 100
50

V =0 ,78 ×100

V =78

Tabel 2.4 Kategori Kevalidan ahli materi

Skor Kategori
81-100 Sangat Valid

61-80 Valid

41-60 Cukup Valid

21-40 Tidak Valid

0-20 Sangat Tidak Valid

Berdasarkan perhitungan diatas maka hasil validasi ahli

materi memperoleh skor 78, yang mana artinya menurut kategori

kevalidan masuk ke kategori valid, berdasarkan kriteria yang telah

ditentukan sebelumnya.

Karena semua aspek penilaian berada pada kategori valid,

maka media pembelajaran corong berhitung dapat digunakan atau

dapat diuji coba pada pembelajaran di kelas. Namun demikian

berdasarkan catatan yang diberikan validator pada setiap komponen

yang divalidasi, perlu dilakukan perbaikan-perbaikan kecil atau

seperlunya sesuai dengan catatan yang telah diberikan validator.

3. Hasil Kepraktisan Penggunaan Media pembelajaran corong

berhitung pada materi operasi hitung perkalian dan pembagian

bilangan cacah di kelas II SD / MI


76

Berdasarkan prosedur penelitian yang telah diuraikan, maka

langkah selanjutnya yaitu menguji coba media dengan menggunakan

angket kepraktisan yang diberikan kepada peserta didik, dengan tujuan

untuk mengetahui tingkat kepraktisan media yang dibuat. Uji kepraktisan

responden peserta didik terhadap media corong berhitung dialkukan

dengan memberikan angket pada tahap one to one dan small group.

Berikut ini merupakan uji kepraktisan responden peserta didik :

a. One to One

Pada tahap ini, media pembelajarn corong berhitung yang

telah diperbaiki di uji cobakan pada lima peserta didik yang bernama

Fatih, Ayuni, Kerin, Dwi Annisah dan Ahmad Gaganu, yang

merupakan salah satu siswa kelas II B SDN 14 Tanjung Batu.

Pada tahap one to one, peserta didik diminta untuk

mengamati media pembelajaran corong berhitung satu persatu, dengan

arahan peneliti dan setelah selesai mengamati media, peserta didik

diminta untuk mengisi angket responden peserta didik.

Gambar 2.8 tahap one to one dengan arahan peneliti

Dibawah ini merupakan hasil angket responden peserta didik yang

telah diisi oleh kelima peserta didik tersebut


77

Tabel 2.5 Hasil angket responden peserta didik tahap one to one

No
Hasil Angket Deskripsi

F
V= × 100
N

46
V= ×100
1. 50

V =0 , 92× 100

V =92

F
V= × 100
N

46
V= ×100
50
2.
V =0 , 92× 100

V =92

F
V= × 100
N

46
V= ×100
3. 50

V =0 , 92× 100

V =92
78

F
V= × 100
N

45
V= ×100
4. 50

V =0 , 90× 100 V =90

F
V= × 100
N

45
V= ×100
50
5.
V =0 , 90× 100

V =90

Berdasarkan angket yang telah diberikan pada tahap one to

one menunjukkan bahwa peserta didik yang diberikan angket

menyukai media. Hal tersebut dapat dilihat dari skor pengisiaan

angket responden peserta didik dibawah ini :

Tabel 2.6 skor angket responden peserta didik tahap one to one

No. Nama Peserta Didik Skor Angket Kategori


1. Kerin 92 Sangat Praktis
2. Fatih 92 Sangat Praktis
3. Dwi Annisah 92 Sangat Praktis
4. Ahmad Gaganu 90 Sangat Praktis
5. Ayuni 90 Sangat Praktis
79

Berdasarkan perhitungan diatas maka hasil kelima angket

responden peserta didik yang telah diisi memperoleh skor rata-rata

91, yang mana artinya menurut kategori kepraktisan masuk ke

kategori sangat praktis, berdasarkan kriteria yang telah ditentukan

sebelumnya.

b. Small Group

Pada tahap small group peneliti membagi peserta didik

menjadi tiga kelompok kecil yang masing-masing kelompok

beranggotan 4 orang. Setelah peserta didik diminta untuk mengamati

media secara bersama-sama, peneliti pun meminta tiap kelompok

mengisi angket responden peserta didik dengan arahan peneliti.

Gambar 2.9 tahap small group kelompok 1

Gambar 3.0 tahap small group kelompok 2


80

Gambar 3.1 tahap small group kelompok 3

Dibawah ini merupakan hasil angket responden peserta didik yang

telah diisi oleh ketiga kelompok kecil tersebut :

Tabel 2.7 Hasil angket responden peserta didik tahap small group

No
Hasil Angket Deskripsi

F
V= × 100
N

44
V= × 100
50
1.
V =0 ,88 × 100

V =88
81

F
V= × 100
N

43
V= ×100
50
2.
V =0 ,86 × 100

V =86

F
V= × 100
N

44
V= × 100
50
3.
V =0 ,88 × 100

V =88

Berdasarkan angket yang telah diberikan pada tahap small

group menunjukkan bahwa kelompok kecil yang diberikan angket

menyukai media. Hal tersebut dapat dilihat dari skor pengisiaan

angket responden peserta didik dibawah ini :

Tabel 2.8 skor angket responden peserta didik tahap small group

No. Identitas Skor Angket Kategori


1. Kelompok 1 88 Sangat Praktis
2. Kelompok 2 86 Sangat Praktis
3. Kelompok 3 88 Sangat Praktis
Rata-rata 87 Sangat Praktis
Berdasarkan perhitungan diatas maka hasil ketiga kelompok

angket responden peserta didik yang telah diisi memperoleh skor


82

rata-rata 87, yang mana artinya menurut kategori kepraktisan masuk

ke kategori sangat praktis, berdasarkan kriteria yang telah ditentukan

sebelumnya.

Tak hanya memberikan angket kepada peserta didik, dalam

implementasi media, peneliti juga memberikan evaluasi kepada

peserta didik. Adapun salah satu contoh hasil dari evaluasi peserta

dididk tersebut adalah sebagai berikut :

Gambar 3.2 hasil evaluasi peserta didik

Setelah dilakukan evaluasi kepada peserta didik, maka rata-

rata peserta didik mendapatkan nilai yang cukup baik dan terbilang

tuntas. Karena semua aspek penilaian berada pada kategori praktis

maka media pembelajaran corong berhitung layak digunakan..

C. Pembahasan
83

1. Pengembangan Media Pembelajaran Corong Berhitung pada materi

operasi hitung perkalian dan pembagian bilangan cacah di kelas II

SD / MI

Pengembangan media pembelajaran corong berhitung pada materi

operasi hitung perkalian dan pembagian bilangan cacah di kelas II SD/MI

dilakukan dengan melalui beberapa tahap yakni ADDIE diantaranya

Analysis, Design, Develop, Implement dan Evaluation. Kelima tahapan

tersebut dilakukan dalam pengembangan media pembelajaran corong

berhitung pada materi operasi hitung perkalian dan pembagian bilangan

cacah, guna memperoleh media pembelajaran yang valid. Setelah

dilakukan prosedur pengembangan tersebut, maka diperoleh bahwa media

pembelajaran corong berhitung valid dan layak diujicobakan dengan

revisi sesuai saran

2. Kevalidan Penggunaan Media pembelajaran corong berhitung pada

materi operasi hitung perkalian dan pembagian bilangan cacah di

kelas II SD / MI

Kevalidan media pembelajaran corong berhitung diperoleh saat

angket responden untuk ketiga ahli atau pakar diberikan pada tahap expert

review yang bertujuan untuk menguji kevalidan media pembelajaran yang

dikembangkan. Dalam hal ini peneliti menunjukkan desain media

pembelajaran kepada tiga pakar atau ahli yakni ahli desain, ahli bahasa

dan ahli materi lalu meminta ketiga pakar atau ahli tersebut untuk mengisi

angket yang telah dibuat oleh peneliti. Adapun ketiga ahli tersebut adalah

Bapak Agra Dwi Saputra sebagai validator ahli desain, M.Pd, Ibu Siti
84

Fatimah, M.Pd.I sebagai validator ahli bahasa dan Ibu Yuliza Fiogita,

S.Pd sebagai validator ahli materi. Setelah semua angket diberikan kepada

ketiga validator, maka diperoleh bahwa media pembelajaran corong

berhitung valid dan layak digunakan. Berikut penjelasan dari ketiga

validasi tersebut:

a. Validasi Ahli Desain

Tabel 2.9 Hasil Rekapitulasi Ahli Desain

Tingkat
Aspek Jumlah Skor Rata-Rata
Kevalidan
Desain Media
Pembelajaran
30 85,71 Sangat Valid
Corong
Berhitung
Penyajian 13 86,67 Sangat Valid
Jumlah 43 86 Sangat Valid
Dari hasil validasi ahli desain pada media pembelajaran

corong berhitung tersebut, jumlah rata-rata yang diperoleh pada tiap

aspek adalah 86, yang mana artinya menurut kategori kevalidan

masuk ke kategori sangat valid, berdasarkan kriteria yang telah

ditentukan sebelumnya. Aspek-aspek desain yang divalidasi adalah

sebagai berikut:

1) Desain Media Pembelajaran Corong Berhitung

Pada aspek desain media pembelajaran corong berhitung

skor yang diperoleh adalah 30 dengan rata-rata 85,71 yang

termasuk ke kategori sangat valid. Adapun indikator yang


85

dianalisis pada aspek desain media pembelajaran corong

berhitung adalah sebagai berikut:

a) Kesesuaian pemilihan warna pada media

b) Kesesuaian bentuk media

c) Kesesuaian ukuran media

d) Kesesuaian komponen-komponen pada media

e) Kesesuaian pemilihan jenis huruf/tulisan pada media

f) Kesesuaian pemilihan ukuran huruf/tulisan pada media

g) Kesesuaian pemilihan bahan-bahan yang digunakan dalam

membuat media

2) Penyajian

Pada aspek penyajian skor yang diperoleh adalah 13

dengan rata-rata 86,67 yang termasuk ke kategori sangat valid.

Adapun indikator yang dianalisis pada aspek penyajian adalah

sebagai berikut:

a) Kejelasan tujuan dan indikator yang ingin dicapai

b) Tampilan media menarik

c) Penggunaan media mudah diterapkan dan mudah dipahami

b. Validasi Ahli Bahasa

Tabel 3.0 Hasil Rekapitulasi Ahli Bahasa

Tingkat
Aspek Jumlah Skor Rata-Rata
Kevalidan
Kesesuai dengan 7 70 Valid
tingkat
perkembangan
86

peserta didik
Komunikatif 8 80 Valid
Dialogis dan
8 80 Valid
interaktif
Keterpaduan dan
keruntutan alur 4 80 Valid
piker
Kesesuaian
dengan kaidah
10 67 valid
bahasa Indonesia
yang benar
Jumlah 39 78 Valid
Dari hasil validasi ahli bahasa pada media pembelajaran

corong berhitung tersebut, jumlah rata-rata yang diperoleh pada tiap

aspek adalah 78, yang mana artinya menurut kategori kevalidan

masuk ke kategori valid, berdasarkan kriteria yang telah ditentukan

sebelumnya. Aspek-aspek bahasa yang divalidasi adalah sebagai

berikut:

1) Kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik

Pada aspek Kesesuaian dengan tingkat perkembangan

peserta didik skor yang diperoleh adalah 7 dengan rata-rata 70

yang termasuk ke kategori valid. Adapun indikator yang

dianalisis pada aspek Kesesuaian dengan tingkat perkembangan

peserta didik adalah sebagai berikut:

a) Kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik

b) Kesesuaian dengan tingkat perkembangan emosional peserta

didik
87

2) Komunikatif

Pada aspek komunikatif skor yang diperoleh adalah 8

dengan rata-rata 80 yang termasuk ke kategori valid. Adapun

indikator yang dianalisis pada aspek komunikatif adalah sebagai

berikut:

a) Keterpahaman peserta didik terhadap penggunaan media

b) Kesesuain penggunaan media dengan materi

3) Dialogis dan Interaktif

Pada aspek dialogis dan interaktifskor yang diperoleh

adalah 8 dengan rata-rata 80 yang termasuk ke kategori valid.

Adapun indikator yang dianalisis pada aspek dialogis dan

interaktif adalah sebagai berikut:

a) Kemampuan peserta didik untuk mersepon penggunaan

media

b) Dorongan berfikir kritis pada peserta didik

4) Keterpaduan dan keruntutan alur piker

Pada aspek keterpaduan dan keruntutan alur piker skor

yang diperoleh adalah 4 dengan rata-rata 80 yang termasuk ke

kategori valid. Adapun indikator yang dianalisis pada aspek

keterpaduan dan keruntutan alur piker adalah Keterpaduan antar

komponen pada media.

5) Kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar

Pada aspek kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia

yang benar skor yang diperoleh adalah 10 dengan rata-rata 67


88

yang termasuk ke kategori valid. Adapun indikator yang

dianalisis pada aspek kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia

yang benar adalah sebagai berikut:

a) Ketepatan ejaan

b) Ketepatan tata bahasa

c) Ketepatan pemilihan huruf / tulisan

c. Validasi Ahli Materi

Tabel 3.1 Hasil Rekapitulasi Ahli Materi

Tingkat
Aspek Jumlah Skor Rata-Rata
Kevalidan
Pendahuluan 8 80 Valid
Isi 24 80 Valid
Evaluasi 7 70 Valid
Jumlah 39 78 Valid
Dari hasil validasi ahli materi pada media pembelajaran

corong berhitung tersebut, jumlah rata-rata yang diperoleh pada tiap

aspek adalah 78, yang mana artinya menurut kategori kevalidan

masuk ke kategori valid, berdasarkan kriteria yang telah ditentukan

sebelumnya. Aspek-aspek materi yang divalidasi adalah sebagai

berikut:

1) Pendahuluan

Pada aspek pendahuluan skor yang diperoleh adalah 8

dengan rata-rata 80 yang termasuk ke kategori valid. Adapun

indikator yang dianalisis pada aspek pendahuluan adalah sebagai

berikut:

a) Kesesuaian KI, KD dan Indikator


89

b) Kebenaran substansi materi pembelajaran

2) Isi

Pada aspek isi skor yang diperoleh adalah 24 dengan

rata-rata 80 yang termasuk ke kategori valid. Adapun indikator

yang dianalisis pada aspek isi adalah sebagai berikut:

a) Materi disajikan secara sistematis

b) Keefekifan penggunaan media

c) Kesesuaian ruang lingkup materi yang disajikan dalam media

d) Tingkat ketertarikan penggunaan media

e) Penggunaan media yang mudah dipahami

f) Kejelasan materi melalui penggunaan media

3) Evaluasi

Pada aspek evaluasi skor yang diperoleh adalah 7 dengan

rata-rata 70 yang termasuk ke kategori valid. Adapun indikator

yang dianalisis pada aspek evaluasi adalah sebagai berikut:

a) Tingkat pemahaman penggunaan media

b) Keruntutan latihan saat penggunaan media

3. Kepraktisan Penggunaan Media pembelajaran corong berhitung

pada materi operasi hitung perkalian dan pembagian bilangan cacah

di kelas II SD / MI

Setelah melakukan uji validasi, media pembelajaran yang telah

valid dan dapat digunakan mulai diuji coba pada proses pembelajaran,

selanjutnya peneliti menguji coba media dengan menggunakan angket

kepraktisan yang diberikan kepada peserta didik, dengan tujuan untuk


90

mengetahui tingkat kepraktisan media yang dibuat. Uji kepraktisan

responden peserta didik terhadap media corong berhitung dialkukan

dengan memberikan angket pada tahap one to one dan small group.

Berikut ini merupakan uji kepraktisan responden peserta didik :

Pada tahap One to One, ada lima peserta didik yang diberikan

angket, jumlah rata-rata yang diperoleh dari kelima peserta didik tersebut

adalah 91, yang mana artinya menurut kategori kepraktisan masuk ke

kategori sangat praktis. Sedangkan pada tahap small group Pada tahap

One to One, ada tiga kelompok kecil yang masing-masing kelompok

berjumlah empat peserta didik diberikan angket, jumlah rata-rata yang

diperoleh dari ketiga kelompok tersebut adalah 87, yang mana artinya

menurut kategori kepraktisan masuk ke kategori sangat praktis. Adapun

angket yang diberikan pada tahap one to one dan small group sama-sama

memiliki 10 indikator yaitu sebagai berikut:

a. Menumbuhkan semangat belajar

b. Materi pelajaran mudah dipahami

c. Menumbuhkan minat belajar

d. Bahasa yang digunakan mudah dipahami

e. Menumbuhkan interaksi belajar

f. Tampilan warna menarik dan jelas

g. Jenis dan ukuran huruf mudah dibaca

h. Tampilan bentuk media menarik

i. Komponen pada media menarik dan jelas

j. Contoh yang diberikan mudah dipahami


91

Anda mungkin juga menyukai