Anda di halaman 1dari 27

BAB IV

PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

A. Paparan Data

1. Kedudukan, Tugas dan Fungsi

Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 471 Tahun 2003 tentang

perubahan Keputusan Menteri agama Nomor 16 tahun 1978 tentang Susunan

organisasi dan tata kerja Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) adalah unit

pelaksana teknis bidang pendidikan dalam lingkungan Kementerian Agama,

Yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala Kantor

Kementerian Agama Cq. Kepala Seksi Madrasah dan Pendidikan Agama Islam

(MAPENDA).

Oleh Karena itu MIN 18 Hulu Sungai Utara bertugas melaksanakan

pendidikan dan pengajaran Agama Islam tingkat dasar, dengan fungsi :

a. Merumuskan kebijaksanaan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran.

b. Melaksanakan pendidikan dan pengajaran.

c. Melaksanakan Tata Usaha

2. Gambaran Keadaan

a. Status

Madrasah ini berasal dari Madrasah Ibtidaiyah Swasta As Sa’adah,

kemudian sejak tangggal 25 Nopember 1995 berdasarkan SK Menteri

Agama No. 515 TH. 1995 ditetapkan Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN)

Palimbang Sari. Pada tanggal 17 Nopember 2016 MIN Palimbang Sari


kembali terjadi perubahan nama menjadi MIN 18 Hulu Sungai Utara

berdasarkan SK dari Menteri Agama Republik Indonesia nomor 671 tahun

2016.1

b. Sumber Daya Manusia

MIN 18 Hulu Sungai Utara mempunyai 1 Kepala Madrasah, 8 orang

guru PNS, 6 orang guru honorer/GTT, 1 orang TU non PNS/PTT, dan 1

orang penjaga sekolah. Dengan Jumlah Murid 101 orang.2

No Kelas Jumlah Siswa


1 Kelas I 19 orang
2 Kelas II 15 orang
3 Kelas III 16 orang
4 Kelas IV 18 orang
5 Kelas V 14 orang
6 Kelas VI 18 orang
Tabel. 1.1
Jumlah Keseluruhan Siswa MIN 18 HSU

Gambar 1.1
Sturktur Jumlah Siswa MIN 18 HSU

1
Hasil observasi pada hari Rabu, 27 Januari 2021 Pukul 09:30-11:30 Wita di MIN 18
HSU
2
Hasil observasi pada hari Rabu, 27 Januari 2021 Pukul 09:30-11:30 Wita di MIN 18
HSU
Sementara itu, MIN 18 Hulu Sungai Utara sudah mempunyai 12

orang guru yang sudah bersertifikat pendidik dengan rincian 4 orang

dengan sertifikat guru kelas dan 8 orang dengan sertifikat guru mata

pelajaran.

3. Letak Geografis MIN 18 HSU

Madrasah Ibtidaiyah Negeri 18 Hulu Sungai Utara merupakan lembaga

yang berada dibawah naungan Kementerian Agama (KEMENAG) yang

beralamatkan di Desa Palimbang Sari yang terletak di Jln Haur Gading RT II

No 60 Kecamatan Haur Gading Kabupaten Hulu Sungai Utara.3

Adapun lokasi MIN 18 HSU terletak pada geografis yang sangat cocok

untuk proses belajar mengajar karena berada di tengah pemukiman penduduk,

yang dimana akses untuk menuju MIN 18 HSU sangat mudah dijangkau oleh

masyarakat sekitar.

Madrasah Ibtidaiyah Negeri 18 HSU ini berada sekitar 4 km dari

Kota Amuntai. Adapun batas-batas lokasi MIN 18 adalah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatan dengan rumah penduduk.

b. Sebelah Timur berbatasan dengan sawah dan MTS Satu Atap.

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan rumah penduduk.

d. Sebelah Barat berbatasan dengan jalan dan sungai.4

3
Hasil observasi pada hari Rabu, 27 Januari 2021 Pukul 09:30-11:30 Wita di MIN 18
HSU
4
Hasil observasi pada hari Rabu, 27 Januari 2021 Pukul 09:30-11:30 Wita di MIN 18
HSU
4. Sarana dan Prasarana

No Sarana Prasarana Banyaknya


1 Ruang Kelas 8 buah
2 Ruang Kepala 1 buah
3 Ruang Kantor/Guru 1 buah
4 Ruang Perpustakaan 1 buah
5 Ruang Dapur 1 buah
6 WC Guru 2 buah
7 WC Siswa 3 buah
8 Mushalla 1 buah
9 Ruang UKS 1 buah
10 Gudang 1 buah
11 Tempat Parkir 2 buah
12 Meja Tamu 2 buah
13 Kursi Tamu 2 buah
14 Meja Guru 20 buah
15 Kursi Guru 20 buah
16 Meja Murid 105 buah
17 Bangku/Kursi Murid 105 buah
18 Lemari Kantor 5 buah
Tabel. 2.1
Sarana Prasarana Sekolah MIN 18 HSU

5. Tujuan Pendidikan, Visi, Misi, Dan Tujuan Madrasah

a. Tujuan Pendidikan

Tujuan Pendidikan Nasional adalah berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang: beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan Pendidikan Dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup

mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.5

5
Hasil observasi pada hari Rabu, 27 Januari 2021 Pukul 09:30-11:30 Wita di MIN 18
HSU
b. Visi Madrasah

Unggul dalam Prestasi berdasarkan Iman dan Taqwa serta Akhlakul

Karimah.

c. Misi Madrasah

1. Meningkatkan Iman dan Taqwa kepada Allah Swt.

2. Meningkatkan kecerdasan dan kreatifitas yang baik pada anak didik.

3. Mencipatakan nuansa Islami di lingkungan Madrasah.

4. Meningkatkan hubungan baik warga Madrasah.6

d. Tujuan Madrasah

Mengacu pada visi dan misi Madrasah, serta tujuan umum pendidikan

dasar, tujuan Madrasah dalam mengembangkan pendidikan ini adalah

sebagai berikut ini.

1. Memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa dalam

mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan

warga negara.

2. Mendidik siswa menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah Swt. dan

berakhlak mulia sebagai muslim yang menghayati dan mengamalkan

agama.

6
Hasil observasi pada hari Rabu, 27 Januari 2021 Pukul 09:30-11:30 Wita di MIN 18
HSU
3. Menyiapkan siswa untuk dapat mengikuti pendidikan pada jenjang atau

tingkat selanjutnya.7

6. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan MIN 18 HSU

Kegiatan belajar mengajar di MIN 18 HSU di selenggarakan

pada waktu pagi hari, di mulai pada pukul 07.30 – 12.30 WITA, menyadari

sangat pentingnya tenaga kependidikan dan keberhasilan proses belajar

mengajar, lembaga pendidikan ini benar-benar memperhatikan mutu tenaga

pendidik, dimana hal ini dibuktikan dengan kualifikasi pendidikan tenaga

pendidik tersebut. Adapun daftar nama tenaga pendidik di MIN 18 HSU Tahun

2020/2021 adalah sebagai berikut:8

Pangkat/
No Nama/NIP Pendidikan Jabatan Sertifikasi
Gol
1 Saripudin, S2 STIEP Pembina / Kepala YA
S.Ag.,M.M 2012 IV-a Sekolah
NIP.1970010219970 Banjarmasi
31006 n

2 Mardani,S.Pd.I S1 STAI Pembina / Guru YA


2010 IV-a Matemat
RAKHA ika
Amuntai
3 Drs. H. Syakerani S1 IAIN Penata Guru YA
NIP.1967021520050 1994 Tingkat Kelas
11009 Antasari I/III-d
BJM
4 Mariatul Kiftiah, S1 STAI Penata Guru YA
S.Ag 2009 Tingkat Kelas
NIP.1974111320070 RAKHA I/III-d
12013 Amuntai
5 Dewi Tresnawati, S1 STAI Penata Guru YA
S.Pd.I 2007 Tingkat Bhs
NIP.1985011820071 RAKHA I/III-d Indonesi
02001 Amuntai a
7
Hasil observasi pada hari Rabu, 27 Januari 2021 Pukul 09:30-11:30 Wita di MIN 18
HSU
8
Hasil observasi pada hari Rabu, 03 Juni 2020 Pukul 10:00-11:30 Wita di MIN 18 HSU
6 Hj.Najwa Hayati, S1 IAIN Penata/III- Guru YA
S.Ag 1996 c Fiqh
NIP.1973122120070 Antasari
12014 BJM
7 Rahmaniah, S.Ag S1 STAI Penata/III- Guru YA
NIP.1977091020070 2000 c Bhs
12028 RAKHA Inggris
Amuntai
8 Rusmawati, S.Ag S1 STAI Penata/III- Guru YA
NIP.1975080620050 2001 c Kelas
12007 RAKHA
Amuntai
9 Lutfiah Jullpa, S.Pd.I S1 STAI Penata Guru YA
NIP.1980120320071 2012 Muda Tk. Kelas
02001 RAKHA I/III-b
Amuntai
10 Abdul Muis, S.sos S1 ADMN Pengatur/ Penyaji
NIP.1969090320070 2018 II-c Bahan
11037 STIA
Amuntai
11 Syarkiyah, S.Pd.I S1 STAI Kd.17.08/ GTT YA
2007 1/ (IPA)
RAKHA Kp.00.2/3
Amuntai 69-
24/2005
12 Siti.Kamilah S1 STAI Kd.17.08/ GTT
2007 1/
RAKHA Kp.00.2/3
Amuntai 69-
24/2005
13 Aulia, S.Pd.I S1 IAIN Kd.17.08/ GTT
2007 1/
Sunan Kp.00.2/1
Ampel 018/2007
14 Abdul Wahab, S.Ag S1 IAIN Kd.17.08/ GTT YA
2001 1/ (SKI)
Antasari Kp.00.2/1
BJM 018/2007
15 Tazkiratul Wardah, S1 STAI Kd.17.08/ GTT
S.Pd.I 2006 1/
RAKHA Kp.00.2/1
Amuntai 471/2008
S1 STAI Kd.17.08/ GTT
16 Mirsadi, S.Pd.I 2012 1/
RAKHA Kp.00.2/1
Amuntai 471/2008
17 Ahmad Muzakkir, S1 STIQ Kp.00.2/9 PTT
S.Pd.I 2013 9/2011
RAKHA
Amuntai
18 Mahdianor SLTA 2012 Kp.00.2/1 PTT
20/2012

Tabel. 3.1
Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan MIN 18 HSU9

Gambar 2.1
Sturktur Data Tenaga Pendidik MIN 18 HSU

7. Pengelolaan Kurikulum di MIN 18 HSU

a. Proses pembelajaran di MIN 18 HSU Kecamatan Haur Gading

menggunakan kurikulum KTSP yang sudah disesuaikan dengan

menggunakan suplemen GBPP dan kemudian diimplementasikan pada

tahun pelajaran 2016/2017. Adapun awal tahun pelajaran 2018/2019, MIN

18 HSU telah menerapkan kurikulum 2013, meskti tidak mutlak melepas

keberadaan KTSP secara keseluruhan.10

9
Hasil observasi pada hari Rabu, 03 Juni 2020 Pukul 10:00-11:30 Wita di MIN 18 HSU
10
Hasil observasi pada hari Selasa, 13 Januari 2021 Pukul 9:30-12:00 Wita di MIN 18
HSU
b. Strategi untuk mencapai tujuan pembelajaran, guru menyiapkan materi yang

hendak diajarkan dengan membuat Satpel dan RPP

beserta media pembelajarannya.

c. Penggunaan metodologi yang diterapkan dalam pembelajaran di MIN

18 HSU ada bermacam-macam. Namun, yang paling efektif

antara lain metode demonstrasi, ceramah, tanya jawab, dan diskusi.

8. Keunggulan MIN 18 HSU

a. Madrasah sudah membentuk Tim Pengembang Kurikulum Madrasah.

b. Semua guru menyusun perangkat pembelajaran sesuai kurikulum 2013.

c. Madrasah meiliki jumlah buku yang sesuai dengan standard minimal 1 anak

1 buku untuk mapel PAI.

d. Semua guru sudah berpendidikan S1.

e. Siswa perkelas di madrasah tidak melebihi standar maksimal.

f. Madrasah menyusun dan melaksanakan program GERAMM.

g. Guru memberikan penilaian autentik pada setiap peserta didik.11

B. Hasil Penelitian

Hasil penelitian merupakan data yang diperoleh dari hasil penelitian

lapangan yang sesuai dengan rumusan masalah yang ada di dalam sebuah

penelitian.

Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka peneliti

memaparkan hasil penelitian data dimulai dari data-data yang berkenaan dengan

11
Hasil observasi pada hari Selasa, 13 Januari 2021 Pukul 9:30-12:00 Wita di MIN 18
HSU
kesukaran-kesukaran yang dihadapi oleh guru dalam penerapan kurikulum 2013,

dan penyebab sulitnya menerapkan kurikulum 2013 dalam pembelajaran, yang

mana semua penelitiannya dilaksanakan di MIN 18 Hulu Sungai Utara Desa

Palimbang Sari Kecamatan Haur Gading.

Hasil penelitian ini adalah pengungkapan data yang diperoleh dari penelitian

di lapangan baik berupa wawancara, observasi, maupun dokumentasi

dengan kepala sekolah serta wali kelas V dan VI.

1. Pandangan Kepala Sekolah Terhadap Kesukaran Penerapan Kurikulum

2013 di MIN 18 HSU

Dalam wawancara yang dilakukan peneliti dengan informan, dimana

informan tersebut adalah kepala sekolah, peneliti bisa mendaptkan data

tentang usaha sekolah dalam memanajemen penerapan Kurikulum 2013 di

MIN 18 HSU.

Disini beliau mengatakan bahwa ”memang tidak bisa dipungkiri, untuk

kendala dalam penerapan Kurikulum 2013 tentu dirasakan setiap lembaga

pendidikan, baik itu tingkat SD, SLTP maupun SLTA, hanya saja setiap

lembaga pendidikan tersebut memiliki cara-cara yang berbeda dalam

menyikapi kendala-kendala yang dihadapi”.12

mungkin dibeberapa lembaga menganggap kendala tersebut tidak


terlalu berarti, lain halnya di MIN 18 HSU, kendala penerapan
Kurikulum 2013 yang membuat ia sukar untuk diterapkan cukup
kentara bagi MIN 18 HSU, mengingat keterbatasan penunjang dalam
pemberlakuan Kurikulum 2013 di MIN 18 HSU sangat terbatas, kita
tidak akan bisa menghindari tentang kesukaran yang dirasakan dalam
setiap pergantian Kurikulum, dimana setiap tenaga pendidik akan
kembali belajar beradaptasi dengan kurikulum baru tersebut, yang itu
12
Wawancara Dengan Kepala Sekolah MIN 18 HSU Bpk. Saripudin, S.Ag., M.M, Hari
Kamis 8 Juli 2021 Pukul 14:00-16-00 Wita di Kediamana Beliau, Desa Mamar RT.01 N0.22
berarti tenaga pendidik dituntut untuk mempelajari dari awal tentang
eksistensi serta komponen-komponen dari kurikulum baru yang
bermunculan.13

Disamping itu beliau juga mengatakan jika kurikulum 2013 menimbulkan

kendala yang tidak hanya dirasakan oleh sekolah, terutama wali kelas, dalam

hal ini peserta didik juga turut merasakannya, dimana peserta didik lebih

dituntut secara mandiri untuk mencari bahan pembelajaran, tentu saja beliau

mengakui salah satu faktor kurikulum 2013 menjadi sukar diterapkan di MIN

18 HSU salah satunya adalah keterbatasan dari peserta didik tersebut, karena

tidak semua peserta didik memiliki gadget.

Misal peserta didik yang tidak mempunyai gadget akan sulit mengikuti

pembelajaran terlebih disaat pandemi ini, sedangkan saat tidak pandemi saja

tugas-tugas yang terdapat dibuku-buku Kurikulum 2013 menuntut anak aktif

mencari sendiri tentang tugas-tugas tersebut yang dimana kita harus

mengunakan gadget untuk mencari sumber dari Google.14

”Beliau juga mengakui bahwa kemampuan guru dalam penguasaan

terhadap sumber belajar baik itu berupa buku maupun TIK masih rendah,

sedangkan guru tidak terlalu bisa membuat media sederhana untuk menunjang

pembelajaran sebagai ganti dari penguasaan TIK”.15

sarana prasarana sekolah yang masih terbatas juga menjadi kendala


penerapan Kurikulum 2013, sebab sebagai penunjang pembelajaran
sarana prasarana di MIN 18 HSU masih sangat minim, seperti halnya
tidak adanya LCD atau proyektor yang dimiliki sekolah, atau tidak

13
Wawancara Dengan Kepala Sekolah MIN 18 HSU Bpk. Saripudin, S.Ag., M.M, Hari
Kamis 8 Juli 2021 Pukul 14:00-16-00 Wita di Kediamana Beliau, Desa Mamar RT.01 N0.22
14
Wawancara Dengan Kepala Sekolah MIN 18 HSU Bpk. Saripudin, S.Ag., M.M, Hari
Kamis 8 Juli 2021 Pukul 14:00-16-00 Wita di Kediamana Beliau, Desa Mamar RT.01 N0.22
15
Wawancara Dengan Kepala Sekolah MIN 18 HSU Bpk. Saripudin, S.Ag., M.M, Hari
Kamis 8 Juli 2021 Pukul 14:00-16-00 Wita di Kediamana Beliau, Desa Mamar RT.01 N0.22
adanya laboratorium secara tersurat, baik itu laboratorium IPA, IPS,
Bahasa, maupun laboratorium komputer.

”Beliau mengatakan jika laboratorium secara tersirat ada, seperti halnya

ruang kelas yang beralih fungsi menjadi laboratorium, dan itu tentu tidak

seefektif dengan ruangan yang benar-benar dibuat untuk laboratorium

tersebut”.16

“Sarana seperti alat-alat peraga juga malfungsi, lebih tepatnya hanya

”pajangan”, karena alasan bahwa guru-guru kurang menguasai penggunaan

media dan alat peraga. Untuk itulah tidak ada pembaharuan dalam media-

media atau alat-alat peraga tersebut”.17

“Guru-guru juga tidak terlalu menguasai komponen-komponen dari

Kurikulum 2013, terlebih isi dari RPP dan penerapannya sesuai dengan kaidah

yang berlaku didalam RPP yang dibuat. Apalagi jika itu menyangkut media

pembelajaran serta metode yang digunakan”,18

Sedangkan kata beliau, guru cukup kelimpungan menghadapi peralihan

KTSP yang lebih mengedepankan guru sebagai pemegang kendali

pembelajaran (teacher center) dimana semua materi telah tersedia dan memuat

teori pembelajaran didalamya, sementara guru telah terbiasa hanya

menjelaskan dengan metode ceramah lalu dihadapkan dengan Kurikulum 2013,

yang mana mengharuskan guru mencari sendiri penjabaran dari tema-tema

yang ada dibuku Kurikulum 2013, dan “memaksa” peserta didik untuk aktif

16
Wawancara Dengan Kepala Sekolah MIN 18 HSU Bpk. Saripudin, S.Ag., M.M, Hari
Kamis 8 Juli 2021 Pukul 14:00-16-00 Wita di Kediamana Beliau, Desa Mamar RT.01 N0.22
17
Wawancara Dengan Kepala Sekolah MIN 18 HSU Bpk. Saripudin, S.Ag., M.M, Hari
Kamis 8 Juli 2021 Pukul 14:00-16-00 Wita di Kediamana Beliau, Desa Mamar RT.01 N0.22
18
Wawancara Dengan Kepala Sekolah MIN 18 HSU Bpk. Saripudin, S.Ag., M.M, Hari
Kamis 8 Juli 2021 Pukul 14:00-16-00 Wita di Kediamana Beliau, Desa Mamar RT.01 N0.22
secara mandiri mencari jawaban dari tema-tema tersebut (student center),

sementara kendala yang signifikan dari kasus ini adalah tidak semua guru

menguasai IT. Beliau menegaskan, karena hal-hal yang demikian itu pada

hakikatnya KTSP benar-benar tidak bisa dihilangkan secara mutlak lalu beralih

fungsi ke Kurikulum 2013.

Menerapkan Kurikulum 2013 secara murni tanpa ada unsur KTSP

menyertai cukup mustahil di MIN 18 HSU, seandainya nantinya Kurikulm

2013 bisa berdiri sendiri tanpa kesukaran-kesukaran berarti yang dihadapi baik

sekolah, guru, maupun peserta didik, semua itu bukan berat tidak mungkin, jika

kendala-kendala yang dihadapi bisa diminimalisir, meski menghilanngkan

kendala itu dianggap tidak mungkin.19

Tentu menghilangkan kendala tersebut agar tidak tercipta kesukaran

berarti dalam penerapan Kurikulum 2013 dilapangan mengharuskan semua

elemen untuk ikut andil, baik sekolah, komite, guru, maupun orang tua peserta

didik, karena dalam penerapan kurikulum diperlukan kerja sama yang sangat

erat antara guru dan para orang tua, sebab sebagian kegiatan belajar dituntut

kurikulum dilaksankan dirumah, sehingga orang tua diharapkan bisa

memantau, mengamati, atau bahkan mengikuti kegiatan belajar anaknya

dirumah.

19
Wawancara Dengan Kepala Sekolah MIN 18 HSU Bpk. Saripudin, S.Ag., M.M, Hari
Kamis 8 Juli 2021 Pukul 14:00-16-00 Wita di Kediamana Beliau, Desa Mamar RT.01 N0.22
Karena berbagai alasan tersebut, maka kurikulum 2013 tidak bisa

diterapkan secara murni tanpa ada embel-embel KTSP yang menyertai

penerapan pembelajaran di MIN 18 HSU.

2. Kesukaran Yang Dihadapi Guru Dalam Penerapan Kurikulum 2013 dan

Penyebab Sulitnya Menerapkannya

Adapun disini peneliti menjadikan wali kelas V dan VI sebagai subjek

penelitian, dimana wali kelas ini ada 4 orang, 2 orang Wali kelas V dan 2 orang

wali kelas VI.

Melalui hasil wawancara dengan keempat wali kelas tersebut, peneliti

mendapatkan data bahwa masing-masing guru mengakui kesukaran dalam

penerapan Kurikulum 2013 tidak bisa dihindari, meski keempat guru tersebut

memiliki jenis kesukaran yang berbeda-beda.

Peneliti mewawancara wali kelas Va yaitu Ibu Hj. Mariatul Kiftiah, S. Ag:

kesukaran-kesukaran yang sering dihadapi wali kelas dalam


menerapkan kurikulum 2013 terletak pada saat penyampaian materi
yang harus berkesinambungan antara materi satu dengan materi lainnya.
Dan masalah lainnya adalah, menyesuaikan pembelajaran dengan RPP
yang dibuat merupakan sesuatu hal yang cukup sulit.20

kami memodifikasi isi Rpp, atau improvisasi terhadap isi RPP, karena
yang paling utama adalah tercapainya tujuan pembelajaran dengan
waktu yang seefektif dan seefisien mungkin, dengan RPP sebagai role
model pembelajaran, meski kita tidak bisa 100% persis melakukan hal-
hal yang tercantum di dalam RPP tersebut”.21

Beliau juga mendapat kesulitan saat menstimulasi keberlangsungan

pembelajaran agar berpusat pada peserta didik sebagai titk fokus dari

20
Wawancara Dengan Wali Kelas Va Ibu Hj. Mariatul Kiftiah, S.Ag, Hari Jum’at 06
Maret 2020 Pukul 10:12-11-30 Wita, di MIN 18 HSU
21
Wawancara Dengan Wali Kelas Va Ibu Hj. Mariatul Kiftiah, S.Ag, Hari Jum’at 6 Maret
2020 Pukul 10:12-11-30 Wita, di MIN 18 HSU
kurikulum 2013, dan yang sulit bagi beliau adalah membuat peserta didik

menjadi aktif dan mau bertanya tanpa disuruh oleh guru.22

Guru-guru mengakui bahwa tidak mudah melakukan pengembangan


aktivitas pada kegiatan inti, guru benar-benar dituntut untuk
menghidupkan suasana selama pembelajaran berlangsung, sedangkan
guru kewalahan menghadapi peserta didik yang pasif, kesulitan itu
muncul dikarenakan guru harus bisa mengajak peserta didik untuk ikut
aktif selama proses pembelajaran tersebut.

Beliau menambahkan kesukaran lainnya yang dirasakan oleh hampir

seluruh guru-guru di MIN 18 HSU adalah, seringnya berubah-ubah buku

pegangan guru, yang awal mulanya buku tematik itu satu rumpun untuk

seluruh pembelajaran yang tergabung di dalam buku tematik tersebut, untuk

yang terbaru ini, pembelajran seperti Bahasa dan IPS sudah di pisah, mereka

menjadi buku materi yang berdiri sendiri, dan beliau mengakui cukup pusing

untuk permasalahan ini, dalam kurun beberapa bulan buku pegangan guru

tersebut berubah, sementara guru masih sedikit kesulitan untuk menerapkan

buku tematik yang termuat 7 pembelajran, kini guru dihadapkan dengan materi

yang terpisah-pisah namun tetap menggunakan metode tematik.23

Wawancara kedua dilakukan peneliti kepada wali kelas Vb yaitu Ibu

Rusmawati, S.Ag:

Kesukaran yang paling kentara bagi beliau bukan pada penerapan dari
isi RPP, melainkan membuat RPP itu sendiri. beliau mengakui bahwa
pokok permaslahan bagi beliau hingga sekarang adalah membuat
komponen RPP menjadi sebuah RPP yang utuh, untuk kemudian
dijadikan sebagai rujikan pembelajaran, karena sampai saat ini beliau
masih meminta bantuan orang lain untuk membuat RPP tersebut..24
22
Wawancara Dengan Wali Kelas Va Ibu Hj. Mariatul Kiftiah, S.Ag, Hari Jum’at 6 Maret
2020 Pukul 10:12-11-30 Wita, di MIN 18 HSU
23
Wawancara Dengan Wali Kelas Va Ibu Hj. Mariatul Kiftiah, S.Ag, Hari Jum’at 6 Maret
2020 Pukul 10:12-11-30 Wita, di MIN 18 HSU
24
Wawancara Dengan Wali Kelas Vb Ibu Rusmawati, S.Ag, Hari Selasa 13 Juli 2021
Pukul 10:30-11-00 Wita di MIN 18 HSU
Beliau mengatakan, “yang paling sulit dari komponen RPP adalah

penyusunan penilaian, sebab kurangnya pelatihan yang didapat dalam

membuat berbagai macam bentuk penilaian”. 25 Beliau juga kesulitan dalam

menerapkan multi metode, beliau mengatakan bahwa hanya menggunakan dua

metode, yaitu metode ceramah, dan tanya jawab. “karena cukup sulit

menggunakan metode lain, disamping keterbatasan sarana berupa media

pembelajaran, peserta didik juga tergolong pasif untuk bisa menerapkan

metode yang lain apalagi menggunakan multi metode”.26

Ibu Rusma menambahkan, untuk guru seusia beliau memang tidak

memiliki semangat sebesar guru-guru muda, dan untuk belajar pun akan lebih

lambat menangkapnya, ditambah banyaknya pekerjaan sebagai ibu rumah

tangga, serta ditambah kesibukan-kesibukan lain yang membuat sukar untuk

belajar lebih dalam mengenai komponen dari rangkaian Kurikulum 2013.27

Wawancara berikutmya kepada wali kelas VIa Dewi Tresnawati, S.Pd.I:

“Beliau mengatakan untuk kesukaran yang beliau rasakan pada penerapan

Kurikulum 2013 adalah membuat peserta didik agar bisa aktif dalam proses

belajar-mengajar, mengajak peserta didik untuk terlibat dan turut serta dalam

pembelajaran merupakan PR tersendiri bagi beliau”.

mungkin karena anak-anak dikampung lebih sulit untuk berekspresi dan


mengeksplor pembelajaran secara aktif tanpa merasa canggung,
sedangkan anak-anak di perkotaan seolah-olah lebih bebas dalam

25
Wawancara Dengan Wali Kelas Vb Ibu Rusmawati, S.Ag, Hari Selasa 13 Juli 2021
Pukul 10:30-11-00 Wita di MIN 18 HSU
26
Wawancara Dengan Wali Kelas Vb Ibu Rusmawati, S.Ag, Hari Selasa 13 Juli 2021
Pukul 10:30-11-00 Wita di MIN 18 HSU
27
Wawancara Dengan Wali Kelas Vb Ibu Rusmawati, S.Ag, Hari Selasa 13 Juli 2021
Pukul 10:30-11-00 Wita di MIN 18 HSU
berekspresi sehingga guru tidak terlalu ekstra untuk menstimulasi
peserta didik agar berperan aktif dalam pembelajaran.28

kendala ini menjadi salah satu sebab Kurikulum 2013 terasa sukar
diterapkan di MIN 18 HSU, Guru merasa kehilangan akal agar peserta
didk bisa mersa rileks dalam mengemukakan pendapat saat proses
belajar-mengajar berlangsung, padalah mereka memiliki pendapat
tersebut, tapi tidak memiliki keberanian dalam mengajukan diri untuk
bertanya atau menyanggah pernyataan-pernyataan guru.29

Ibu Dewi menambahkan “karena adanya masalah ini, maka guru kesulitan

dalam pengembangan indikator pencapaian kompetensi dasar, sehingga tujuan

pembelajaran tidak tercapai seperti yang diharapkan”30

Yang terakhir peneliti mewawancara wali kela VIb Bapak Drs. H.

Syakerani:

“Disini Beliau mengatakan hal yang paling berat dari komponen

Kurikulum 2013 adalah dalam pengembangan kegiatan apersepsi, membuat

indikator pencapaian, dan menggunakan media, baik elektronik maupun media

sederhana”.31

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dihasilkan oleh guru


terkadang menampilkan komponen dari pendekatan saintifik (5M)
hanya untuk memenuhi tuntutan dari kurikulum 2013, namun makna
dari pendekatan tersebut masih belum sesuai dengan yang dimaksud
oleh kurikulum., contoh dalam kegiatan pendahuluan, guru sangat
jarang menerapkan apersepsi, guru cenderung langsung memasuki
materi baru, tanpa ada usaha untuk mempersiapkan siswa secara fisik
dan mental untuk menerima materi ajar pada hari itu.32

28
Wawancara Dengan Wali Kelas VIa Ibu Dewi Tresnawati, S.Pd.I, Hari jum’at 09 Juli
2021 Pukul 14:00-15-00 Wita, di Kediaman Beliau,Desa Palimbang Sari RT.02 N0. 65
29
Wawancara Dengan Wali Kelas VIa Ibu Dewi Tresnawati, S.Pd.I, Hari jum’at 09 Juli
2021 Pukul 14:00-15-00 Wita, di Kediaman Beliau,Desa Palimbang Sari RT.02 N0. 65
30
Wawancara Dengan Wali Kelas VIa Ibu Dewi Tresnawati, S.Pd.I, Hari jum’at 09 Juli
2021 Pukul 14:00-15-00 Wita, di Kediaman Beliau,Desa Palimbang Sari RT.02 N0. 65
31
Wawancara Dengan Wali Kelas VIb Bpk Drs. H. Syakerani, Hari Selasa 13 Juli 2021
Pukul 11:30-12:00 Wita, di MIN 18 HSU
32
Wawancara Dengan Wali Kelas VIb Bpk Drs. H. Syakerani, Hari Selasa 13 Juli 2021
Pukul 11:30-12:00 Wita, di MIN 18 HSU
“Hal itu dikarenakan beliau merasa kesulitan dalam melakukan apersepi

karena harus menalar dalam menghubungkan pengetahuan, pengalaman lama

dan pengetahuan, serta pengalaman baru yang harus berkesinambungan

terhadap materi ajar yang berlangsung pada saat itu”.33

Beliau juga mengakui kesulitan dalam pengunaan media, baik IT ataupun

media sederhana, “guru jarang menggunakan media, apalagi membuat media

sendiri”, beliau juga mengaku tifdak terlalu mahir dalam pengunaan IT”.34

Namun yang paling sulit menurut beliau adalah menyusun indikator

pencapaian kompetensi, “dikarenakan indikator pencapaian kompetensi belum

ditentukan oleh pemerintah, dan guru harus mengembangkan sendiri indikator

pencapaian kompetensi berdasarkan kompetensi dasar”.35

Setiap Guru di MIN 18 melakukan penilaian autentik, yang dimana setiap

guru mengamati keadaan individual siswa, dimulai dari perkembangan afektif,

kognitif dan psikomotorik.36

Semua guru juga menggunakan KTSP dalam mendampingi pembelajaran

Kurikulum 2013, diakui keempat wali kelas bahwa Kurikulum 2013 tidak akan

cukup untuk membenahi tantangan pendidikan saat ini. Ibu Rusmawati, S.Ag

wali kelas V mengatakan “tidak ada perubahan yang signifikan bagi peserta

didik dari penerapan pembelajaran KTSP ke Kurikulum 2013”37


33
Wawancara Dengan Wali Kelas VIb Bpk Drs. H. Syakerani, Hari Selasa 13 Juli 2021
Pukul 11:30-12:00 Wita, di MIN 18 HSU
34
Wawancara Dengan Wali Kelas VIb Bpk Drs. H. Syakerani, Hari Selasa 13 Juli 2021
Pukul 11:30-12:00 Wita, di MIN 18 HSU
35
Wawancara Dengan Wali Kelas VIb Bpk Drs. H. Syakerani, Hari Selasa 13 Juli 2021
Pukul 11:30-12:00 Wita, di MIN 18 HSU
36
Wawancara Dengan Beberapa Guru di Kantor MIN 18 HSU, Hari Selasa 13 Juli 2021
Pukul 12:00 Wita,
37
Wawancara Dengan Beberapa Guru di Kantor MIN 18 HSU, Hari Selasa 13 Juli 2021
Pukul 12:00 Wita
Keempat wali kelas sepakat mengatakan, kesukaran yang paling utama

adalah bukan dalam penerapan dari komponen RPP, melainkan membuat RPP

tersebut, bahkan pendapat ini juga diiyakan oleh dewan guru yang saat itu

berada di dalam kantor MIN 18 HSU. Bahkan menurut Ibu Dewi wali kelas

VIa, “tidak ada guru yang benar-benar mampu menerapkan seluruh komponen

isi dari sebuah RPP”,

dari pengalaman beliau sendiri, belum pernah hingga sekarang ini


mampu menerapkan isi RPP sesuai dari apa yang berlaku didalamnya,
siapa yang bisa menjamin bahwa membuka atau menutup pelajaran
waktunya pas 5 menit? Tapi dengan membuat RPP tentu kita bisa
menjadikan sebagai bahan rujukan agar guru tidak jauh melenceng dari
perencanaan pembelajaran awal, dengan begitu pembelajaran masih
bisa terkendali meski jauh dari kata efektif dan efisien”38

Keempat wali kelas juga mengakui tidak bisa mengembangkan silabus,

karena melihat keadaan peserta didik terlebih ditengah pandemi sekarang ini

yang tidak memungkinkan, maka guru-guru hanya memakai silabus yang telah

ditetapkan tanpa menambah atau mengurangnya.39

Dari empat guru, dua orang guru berpendapat, yaitu wali kelas Vb dan

wali kelas VIa, salah satu cara untuk menyiasati kesukaran-kesukaran dalam

penerapan Kurikulum 2013 yang dihadapi guru adalah dengan megikuti

berbagai macam pelatihan, baik pelatihan menggunakan media elektronik, atau

pelatihan pengunaan metode agar pembelajaran efektif, efisien dan

menyenangkan.

Karena banyaknya seminar online maka kami berinisiatif untuk


meluangkan waktu guna mempelajari tantangan-tantangan yang harus

38
Wawancara Dengan VIa Ibu Dewi Tresnawati, S.Pd.I di Kantor MIN 18 HSU, Hari
Selasa 13 Juli 2021 Pukul 12:00 Wita
39
Wawancara Dengan Beberapa Guru di Kantor MIN 18 HSU, Hari Selasa 13 Juli 2021
Pukul 12:00 Wita
kami hadapi, demi tercapainya tujuan dari pemberlakuan Kurikulum
2013, meski kita banyak berkorban waktu dan tenaga, tapi demi
kepentingan bersama kami rasa itu sepadan.40

3. Upaya Sekolah dalam Mengatasi kesukaran Penerapan Kurikulum 2013

di MIN 18 HSU

Berdasarkan pernyataan dari kepala sekolah di atas, peneliti mendaptkan

data bagaimana cara kepala sekolah dalam meminimalisir kesukaran yang

dihadapi sekolah terlebih guru dalam penerapan Kurikulum 2013 di MIN 18

HSU.

Hal utama yang telah dilakukan oleh pihak sekolah adalah dengan

memfasilitasi peningkatan kualitas guru lewat pelatihan, pengadaan

perpustakaan yang lengkap, dan pendidikan tambahan agar guru dapat

mengimplementasikan kurikulum 2013 dengan baik.41

Selain itu, guru-guru terlebih wali kelas MIN 18 HSU memiliki kesadaran

secara nyata atau inisiatif sendiri untuk mengikuti berbagai macam diklat serta

seminar-seminar online terkait cara penerapan pembelajaran berbasis IT,

pengunaan media, baik media elektronik maupun media sederhana, serta

metode untuk menunjang proses pembelajaran, yang mana di era sekarang para

guru dituntut untuk tidak gagap dalam penggunaaan media eletronik, ditambah

adanya pandemi yang mengharuskan sekolah untuk memberlakukan belajar

online, maka guru semakin digogok untuk menjadi lebih kreatif agar tujuan

pembelajaran bisa tercapai.42


40
Wawancara Dengan VIa Ibu Dewi Tresnawati, S.Pd.I di Kantor MIN 18 HSU, Hari
Selasa 13 Juli 2021 Pukul 12:00 Wita
41
Wawancara Dengan Kepala Sekolah MIN 18 HSU Bpk. Saripudin, S.Ag., M.M, Hari
Kamis 8 Juli 2021 Pukul 14:00-16-00 Wita di Kediamana Beliau, Desa Mamar RT.01 N0.22
42
Wawancara Dengan Kepala Sekolah MIN 18 HSU Bpk. Saripudin, S.Ag., M.M, Hari
Kamis 8 Juli 2021 Pukul 14:00-16-00 Wita di Kediamana Beliau, Desa Mamar RT.01 N0.22
Adapun seminar-seminar online yang sering diikuti oleh guru-guru MIN

18 HSU adalah ”Analog Teachers Of Learning” yang diprakarsai oleh dosen

STIQ Amuntai, Mualim Syarifuddin, S.Pd.I, M.Pd, SGI. Dimana penggerak

diklat atau seminar online tersebut adalah murid dari MIN 18 HSU, yaitu

saudara Nasrullah, S.Pd sebagai Direktur dari “Analog Teachers Of Learning”

bersama rekan-rekan yang lain.

Dengan mengikuti seminar online tersebut, kepala sekolah mengakui

bahwa guru-guru di MIN 18 HSU merasa sangat terbantu dan tercerahkan

untuk menanggulangi kesukaran yang dihadapi guru dalam proses

pembalajaran terlebih disaat pandemi sekarang ini.43

Adapun kepala sekolah MIN 18 HSU, secara pribadi akan membantu

sebisa mungkin dewan guru disekolahnya, dalam mengupayakan penerapan

Kurikulum 2013 tanpa hambatan berarti, dan dengan secara terbuka mendengar

keluhan para guru dalam menghadapi kendala saat proses belajar mngajar,

serta medorong guru untuk terus bergerak aktif dalam membenahi kesukaran-

kesukaran yang dihadapi, guna memenuhi amanat pembelajaran dalam

Kurikulum 2013.44

C. Hasil Analisis Data

Hasil temuan peneliti dilapangan merunut dari paparan hasil wawancara di

atas, bisa dilihat bahwa kesukaran dalam penerapan Kurikulum 2013 jelas

dirasakan setiap guru, hanya saja jenis kesukaran tersebut berbeda-berbeda.

43
Wawancara Dengan Kepala Sekolah MIN 18 HSU Bpk. Saripudin, S.Ag., M.M, Hari
Kamis 8 Juli 2021 Pukul 14:00-16-00 Wita di Kediamana Beliau, Desa Mamar RT.01 N0.22
44
Wawancara Dengan Kepala Sekolah MIN 18 HSU Bpk. Saripudin, S.Ag., M.M, Hari
Kamis 8 Juli 2021 Pukul 14:00-16-00 Wita di Kediamana Beliau, Desa Mamar RT.01 N0.22
Namun hampir semua guru merasa kesulitan pada saat menerapkan komponen

dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Komponen dari rencana

pelaksanaan pembelajaran yang masuk kategori sulit bagi guru di MIN 18 HSU

untuk disusun adalah indikator pencapaian kompetensi,

pendekatan/metode/strategi pembelajaran, instrumen penilaian, remedial, dan

pengayaan. Kelima komponen tersebut belum terdapat dalam kurikulum

sebelumnya sehingga menjadikan komponen tersebut cukup sulit bagi guru.

Dalam kurikulum 2013 indikator pencapaian kompetensi belum ditentukan

oleh pemerintah, sehingga setiap guru harus mengembangkan sendiri indikator

pencapaian kompetensi berdasarkan kompetensi dasar. Atas dasar itulah para guru

di MIN 18 HSU merasa kesulitan dalam menyusun indikator pencapain

kompetensi dalam rencana pelaksanaan pembelajaran.

Pemilihan metode/strategi pembelajaran tidak mudah untuk dilaksanakan

karena perlu memperhatikan materi ajar serta mempertimbangkan karakter siswa

yang harus didukung oleh sumber daya disekolah tersebut, terlebih penunjang

pengunaan metode/strategi pembelajaran sangat minim, dan guru juga tidak mahir

dalam pengunaan media pembelajaran guna memudahkan pemberlakuan

metode/strategi pembelajaran saat proeses belajar-mengajar.

Kurikulum 2013 dalam penilaian tidak hanya pada aspek kognitif, tapi juga

adanya penilaian terhadap aspek afektif dan psikomotorik siswa. Penilaian ketiga

aspek tersebut memerlukan instrumen penilaian yang harus disusun sendiri oleh

guru sesuai dengan materi ajar dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Bagi

guru penyusunan instrumen penilaian menjadi bagian yang sulit untuk


dikembangkan mengingat selama ini guru sudah terbiasa hanya menyusun

instrumen penilaian aspek pengetahuan. Sama halnya dengan instrumen penilaian,

komponen remedial dan pengayaan menjadi bagian yang baru dalam rencana

pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013.

Pembelajaran remedial dan pengayaan dilaksanakan untuk kompetensi

pengetahuan dan keterampilan. Pembelajaran remedial diberikan kepada siswa

yang belum mencapai atau melampaui KBM. Sedangkan pembelajaran pengayaan

diberikan segera setelah siswa diketahui telah mencapai KBM berdasarkan

penilaian harian. Pembelajaran pengayaan diberikan hanya sekali dan tidak

diakhiri dengan penilaian.

Pengembangan silabus di MIN 18 HSU juga terhambat, dikarenakan

kurangnya pemahaman guru terhadap pentingnya peran pengembangan silabus

dalam menilai keadaan peserta didik. Pentingnya pengembangan silabus

dilakukan akan mudah melihat bahwa peserta didik yang mampu menerima

kompetensi dasar bisa ditambah berdasarkan tingkat pemahan peserta didik

tersebut, jika peserta didik kurang mampu menerima kompetensi dasar yang ada,

maka guru bisa menyesuiakan apakah harus melakukan remidial atau mengurang

kompetensi dasar yang ada terhadap peserta didik tersebut, namun di MIN 18

HSU terkesan stagnan atas apa yang telah ada, tanpa upaya dalam

pengembangannya, sehingga tidak bisa dilihat mana peserta didik yang sudah

melampui kompetensi dasar yang ada, dan mana yang belum mampu mencapai

kompetensi dasar tersebut.


Adapun faktor yang menyebabkan kesukaran penerapan Kurikulum 2013 di

MIN 18 HSU diantaranya; miskoordinasi antara kepala sekolah terhadap warga

sekolah; kepala sekolah berperan penting dalam memanajemen,

mengkoordinasikan, menggerakkan, dan menyelaraskan semua sumber daya

pendidikan yang tersedia. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu

faktor penentu yang dapat menggerakan semua sumber daya sekolah untuk

mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah melalui program-program

yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Oleh karena itu, dalam

menyukseskan implementasi kurikulum 2013 diperlukan kepala sekolah yang

mandiri dan profesional dengan kemampuan manajemen serta kepemimpinan

yang tangguh, agar mampu mengambil keputusan dan prakarsa untuk

meningkatkan mutu sekolah.

Faktor lain yang mempengaruhi kesukaran guru dalam penerapan

Kurikulum 2013 di MIN 18 HSU adalah kreativitas guru seperti; (1)kurangnya

menggunakan metode yang bervariasi, (2)guru tidak berusaha memodifikasi dan

memperkaya bahan pelajaran, (3)penguasaan guru terhadap IT kurang, sehingga

menyebabkan terhambatnya kreativitas guru dalam membuat media pembelajaran,

baik media sederhana maupun media elektronik; disini guru merupakan faktor

penting yang besar pengaruhnya, bahkan sangat menentukan berhasil-tidaknya

peserta didik dalam belajar, guru harus benar-benar menguasai berbagai macam

penunjang proses belajar mengajar, terutama media pembelajaran, guru dituntut

tidak hanya sebatas menguasai materi, tetapi guru juga harus mampu

mengembangkan pembelajaran agar peserta didik tetap fokus dan tidak bosan.
Kurangnya sosisalisasi dalam rumusan Kurikulum 2013 oleh pemerintah

juga mempengaruhi penerapan Kurikulum 2013 di MIN 18 HSU; guru di MIN 18

HSU merasa kurang mendapat sosialisiasi terhadap Kurikulum 2013, guru-guru

MIN 18 HSU mengakui masih sangat membutuhkan arahan dalam penerapan

Kurikulm 2013, maka dari itu pemerintah juga harus cepat tanggap terhadap

masalah ini. Ketidaksiapan guru terkait urusan kompetensi sudah cukup rumit,

ditambah guru juga dituntut harus kreatif, maka rumusan kurikulum yang lambat

disosialisasikan oleh pemerintah tidak harus menjadi kendala lain yang dihadapi

oleh guru.

Keadaan fasilitas dan sumber belajar yang kurang; di MIN 18 HSU sarana

prasarana masih sangat terbatas sebagai penunjang pembelajaran, seperti tidak

adanya laboratorium, tidak adanya lapangan olahraga, tidak adanya taman

sekolah, atau fasilitas rekreasi lainnnya, sedangkan fasilitas yang memadai sangat

dibutuhkan dalam proses belajar mengajar agar penerapan Kurikulum 2013 benar-

benar dapat direaslisasikan.

Lingkungan sekolah yang kurang kondusif akademik; salah satu faktor

penting yang dapat memaksimalkan pembelajaran bagi anak adalah penciptaan

lingkungan pembelajaran yang kondusif, lingkungan pembelajaran dalam hal ini

adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses pembelajaran

dilaksanakan. Sedangkan kondusif berarti kondisi yang benar-benar sesuai dan

mendukung keberlangsungan proses pembelajaran. Sedangkan di MIN 18 HSU

lingkungan sekolah masih kurang memadai, seperti halnya lingkungan fisik

sekolah yang berada dekat dengan jalan raya, dan tentu banyak kendaraan yang
melewati jalan tersebut, sehingga proses belajar mengajar cukup terganggu oleh

bunyi bising kendaraan, polusi dari kendaraan yang melewati jalan tersebut juga

akan masuk kedalam kelas yang tidak hanya mengganggu proses belajar tetapi

juga kesehatan.

Peserta didik yang kurang aktif merespon dalam proses belajar-mengajar;

Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi, antara lain ingin

mengubah pola pendidikan dari orientasi terhadap hasil dan materi ke pendidikan

sebagai proses, melalui pendekatan tematik integratif dengan contextual teaching

and learning (CTL). Oleh karena itu, pembelajaran harus sebanyak mungkin

melibatkan peserta didik agar mereka mampu bereksplorasi untuk membentuk

kompetensi dengan menggali berbagai potensi, dan kebenaran secara ilmiah.

Namun di MIN 18 HSU peserta didik tergolong pasif, sehingga jalan

pembelajaran hanya sebatas guru menjelaskan teori tanpa adanya keikutsertaan

peserta didik dalam proses belajar mengajar. Hal ini kembali lagi terhadap

kreativitas guru, disini guru harus memiliki cara agar peserta didik bisa ikut

berperan aktif terhadap jalannya proses pembelajaran, seperti halnya guru harus

menerapkan berbagai macam strategi dan metode saat mengajar untuk bisa

menarik perhatian peserta didik, dan membuat pembelajaran tidak jenuh.

Kurangnya partisipasi warga sekolah dalam mendukung penerapan

Kurikulum 2013; tenaga kependidikan yang tersedia di MIN 18 HSU masih

kurang memadai. Pelaksanaan manajemen tenaga kependidikan seperti

perencanaan tenaga kependidikan, pengadaan tenaga kependidikan, pembinaan

dan pengembangan tenaga kependidikan masih kurang, sementara semua itu perlu
dilakukan dengan baik dan benar agar apa yang diharapkan tercapai, yakni

tersedianya tenaga kependidikan yang diperlukan dengan kualifikasi dan

kemampuan yang sesuai, serta dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik dan

berkualitas, namun peningkatan produktivitas dan prestasi kerja dapat dilakukan

dengan meningkatkan perilaku tenaga kependidikan di sekolah, melalui aplikasi

berbagai konsep dan teknik manajemen personalia modern.

Terlepas dari faktor-faktor di atas tersebut, yang paling penting adalah

kesadaran dari guru untuk terus belajar mengenai rumusan Kurikulum 2013

beserta komponen-komponennya, guru juga harus benar-benar mengetahui pada

bagian mana mengalami kesulitan dalam menerapkan Kurikulum 2013, sehingga

guru bisa mendongkrak kelemahan tersebut, dan membuat kesulitan itu bukan

sebuah penghambat dalam menerapkan Kurikulum 2013 pada proses belajar

mengajar.

Sehubungan dengan beberapa permasalahan yang dihadapi, maka guru

masih memerlukan pelatihan perangkat Kurikulum 2013, khususnya pada

penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran agar penerapan kurikulum 2013

dapat direalisasikan sebagaimana mestinya, dan tujuan dari pemerintah dalam

perumusan Kurikulum 2013 bisa benar-benar tercapai.

Anda mungkin juga menyukai