Anda di halaman 1dari 7

BAB V

FUNGSI KEPEMIMPINAN

Dalam rangka mengarahkan dan mengendalikan organisasi untuk mencapai


tujuan bersama berdasarkan prinsip-prinsio dan nilai-nilai moral, etika dan
spiritual yang dijunjung tinggi, maka setiap pemimpin organisasi, harus
melaksanakan fungsi-fungsi tertentu. Fungsi mengacu kepada keadaan gerak,
kepada aktivitas tindakan riil dan konkrit sebagai pelaksanaan tujuan. Tujuan
tanpa fungsi steril. Sedangkan fungsi tanpa tujuan suatu yang tidak mungkin.
Memiliki kepemimpinan berarti menguasai seni dan teknik melakukan
tindakan seperti meberikan perintah, teguran, anjuran, pengertian, menerima
masukan, meperkuat identitas organisasi, memupuk semangat korps dan
menananmkan disiplin.
Sebelum membicarakan fungsi kepemimpinan, terlebih dahulu perlu
dikemukakan secara garis besar berbagai ciri yang perlu dimiliki oleh pemimpin
agar dapat melaksanakan fungsi kepemimpinan dengan baik.
Dalam pewayangan sering digambarkan bahwa seorang pemimpin harus
memiliki sifat ratu yaitu bijaksana dan adil, sifat pandito yaitu arif, waspada dan
mampu menjangkau ke masa depan dan sifat petani yaitu seadanya, jujur dan
bersahaja.
Sedangkan para ahli ilmu kepemimpinan merumuskan 8 ciri kepemimpinan
yaitu:
1. Berbudi luhur, cerdas, dan memiliki kepribadian yang menarik serta ketahanan
mental dan fisik yang prima.
2. Memahami misi yang diemban serta memiliki komitmen yang kuat untuk
menyukseskan misi yang diemban itu.
3. Memiliki perhatian yang tinggi kepada orang lain.
4. Memiliki integritas pribadi dalam menerapkan standar moral tunggal dalam
kehidupan public maupun pribadi.
5. Bersikap persuasive dan kritis.
6. Berdedikasi tinggi untuk meraih kemajuan organisasi.
7. Bertanggung jawab
8. Mampu menggalang solidaritas

Kepemimpinan Hindu 30
Sedangkan di dalam lontar Rajaniti dikemukakan beberapa cirri orang yang tidak
patut dijadikan pemimpin antara lain:
1. Dhirgarogi, yaitu orang yang sakit-sakitan, tidak patut dijadikan pemimpin,
karena kemampuan fisik dan mentalnya tidak dapat diandalkan
untukmengemban tugas kepemimpinan yang menuntut kemampuan prima.
2. Dhibatibahikreti, artinya orang yang bermuka dua juga tidak patut dijadikan
pemimpin, karena ia akan menerapkan standar ganda dalam melaksanakan
tugas, sehingga akan membahayakan kelangsungan hidup organisasi.
3. Bhirujanana, artinya orang yang takut pada istri/suami, tidak patut dijadikan
pemimpin sebab kebijaksanaan akan mudah dipengaruhi oleh istri/suaminya.
Hal ini dapat menjerumuskan organisasi pada nepotisme.
4. Bhinukan, artinya seseorang yang penakut tidak pantas diangkat menjadi
pemimpin, karena orang yang penakut tidak berani mengambil keputusa, tidak
berani bertanggung jawab.
5. Sama loba lubdajana, yaitu seorang yang loba atau tamak jangan sekali
dijadikan pemimpin, karena akan menjadikan organisasi sebagai alat
memuaskan nafsu lobanya.
6. Aneka citta matrascah, artinya orang yang tidak suka beribadah, tidak patut
dijadikan pemimpin karena bisa merusak kehidupan etika, moral dan spiritual
masyarakat.
7. Adestake, yaitu seorang yang tidak suka tinggal di lingkungan masyarakat
yang dipimpinnya, tidak boleh dijadikan pemimpin karena akan jauh dari
masyarakatnya, sehingga tidak mungkin akan memberikan pengayoman dan
bimbingan kepada mereka yang dipimpinnya.
8. Lokeyuktekaleyasca, artinya orang yang tidak memperhatikan aspirasi
rakyatnta tidak patut dijadikan pemimpin.
Apabila dicermati ciri-ciri kepemimpinan seperti diuraikan diatas intinya bertalian
dengan kepribadian yang luhur, kecerdasan, kemampuan mental, dan fisik dan
komitmen pada misi. Singkatnya kepemimpinan cenderung dikatakan sebagai
cirri kepribadian yang tangguh, mengingat beratnya fungsi yang diembannya.
Kepemimpinan menurut para ahli manajemen dipandang sebagai inti dari
manajemen. Keberhasilan manajemen akan ditentukan oleh keberhasilan dalam

Kepemimpinan Hindu 31
memengaruhi orang lain, dalam mengarahkan dan mengendalikan orang lain kea
rah pencapaian tujuan bersama. Karena itu seseorang yang menjalankan fungsi
manajemen berkewajiban mempengaruhi orang lain agar tetap melaksanakan
tugas dengan baik, memiliki dedikasi terhadap organisasi dan tetap terpanggil
untuk mencapai tujuan organisasi.
Karena itu menurut pakar manajemen, fungsi kepemimpinan pada dasarnya
sejalan dengan fungsi manajemen yaitu melakukan perencanaan, penggerakan dan
pengawasan.
Fungsi perencanaan menyangkut penentuan tujuan dan proses penyiapan secara
sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan.
Fungsi penggerakan dapat diartikan membuat orang yang dipimpin bergerak
melakukan berbagai aktivitas yang terarah untuk mencapai tujuan secara efektif
dan efisien. Penggerakan dengan demikian menuntut kemampuan mengarahkan
sumber daya dan segenap jajaran organisasi, membangkitkan semangat dan
kegairahan untuk melakukan berbagai aktivitas menuju tujuan bersama.
Fungsi pengawasan menyangkut segenap kegiatan untuk meyakinkan dan
menjamin, bahwa berbagai kegiatan dilaksanakan sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan. Pengawasan mengukur apa yang telah dicapai, menilai
pelaksanaan, serta mengadakan tindakan perbaikan dan penyesuaian yang
dipandang perlu.

A. Fungsi Kepemimpinan
Menurut para ahli ilmu sosial, fungsi kepemimpinan lainnya adalah
1. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan sangat penting dalam organisasi. Keputusan yang
tepat dan mudah dilaksanakan akan mengantarkan organisasi pada pencapaian
tujuan secara efektif dan efisien. Pengambilan keputusan menjadi fungsi
penting kepemimpinann. Melalui fungsi pengambilan keputusan ini arah dan
kebijaksanaan organisasi dikendalikan. Tidak setiap orang dalam organisasi
boleh mengambil keputusan. Dalam pengambilan keputusan perlu
diperhatikan kompleksitas masalah, metode dan teknik pengambilan
keputusan agar keputusan yang diambil tepat, cepat, memuaskan dan dapat
dilaksanakan dengan baik.

Kepemimpinan Hindu 32
2. Pengembangan Loyalitas
Pengenmbangan loyalitas atau kesetiaan segenap jajaran organisasi kepada
cita-cita ornasisasi merupakan bagian penting dari fungsi kepemimpinan.
Loyalitas tersebut dikembangkan atas dasar kedasarandan keyakinan pada
tujuan-yujuan mulia yang hendak dicapai bersama. Loyalitas akan
menumbuhkan rasa kebersamaan, kerelaan berkorban, kegairahan untuk
berperan aktif melaksanakan tugas dan kewajiban organisasi. Di dalam
Mahabharata terdapat satu sloka tentang kepemimpinan Prabu Dasaratha
sebagai berikut :
“Inakekenang bhuwana kabeh ya ta donira mangjanma, pararthagumawe
sukaning rat, sukaning rat yateka ginawenya,” artinya “Mencapai kebahagian
masyarakat itulah tujuan keberadaan Sang Dasaratha, mengutamakan
kesejahteraan seluruh masyarakat itulah yang selalu dikerjakannya.”
Kepemimpinan yang mengutamakan kesejahteraan masyarakat akan semakin
mantap legitimasi kepemimpinannya.
3. Memberikan Pengayoman
Di dalam Yayurweda XIII.30 dikemukakan antara lain sebagai berikut :
“Acchinnapatrah praja anuviksasva,” yang artinya “Wahai pemimpin
lindungilah masyarakatmu, tanpa merugikan mereka.”
Kepemimpinan seorang pemimpin ditentukan oleh kemampuannya
memberikan pengayoman kepada warga negaranya yang menderita, yang
kesusahan, yang menemui kesulitan dan pertolongan. Melalui fungsi
pengayoman ini kepemimpinan menciptakan rasa aman dan tentram di hati
masyarakatnya, sehingga masyarakat bebas dari rasa takut, kreatif dan aktif
berkarya untuk kebahagiaan bersama.
4. Menciptakan dan memelihara keharmonisan
Menciptakan dan memelihara keharmonisan merupakan salah satu fungsi
penting kepemimipnan, agar berbagai kepentingan yang berbeda-beda itu
dapat disalurkan secara kreatif dengan mengutamakan kepentingan bersama.
Menciptakan keharmonisan tidak berarti melakukan penyeragaman. Tetapi
melakukan penataan, menempatkan pada proposinya dan meberikan peranan

Kepemimpinan Hindu 33
sesuai dengan kapasitasnya dalam satu semangat membangun misi yang sama.
Keharmonisan tersebut perlu terus dipelihara agar mekanisme organisasi
berjalan tertib dan lancer.
5. Melakukan Pembaruan
Fungsi pembaruan membuat kepemimpinan seseorang tidak ketinggalan
zaman, tetapi selalu dapat mengikuti bahkan mengarahkan dinamika
kehidupan oranisasi untuk mencapai tujuannya. Selain itu pembaruan
dipelukan untuk menyesuaikan dengan tuntutan dan perkembangan keadaan
demi terjaminnya kesinambungan dan peningkatan berbagai aktivitas
organisasi guna mencapai tujuan.

B. Sadwarnaning Rajaniti
Untuk menentukan sifat kepemimpinan maupun ciri-ciri kepribadian yang harus
dimiliki seorang pemimpin tidak semudah yang diperkirakan.banyak teori yang
telah dikemukakan. Banyak pendapat di ketengahkan. Persyaratan yang harus
dipenuhi oleh seorang pemimpin memang kompleks, karenaterkait dengan tujuan
organisasi, ruang lingkup organisasi, tantangan zaman yang dihadapi, wilayah dan
masyarakat di mana pemimpin berkiprah dan lain-lain.
Meskipun demikian secara umum dapat dikemukakan bahwa seorang pemimpin
adalah pribadi yang memiliki berbagai kelebihan yang dapat diandalkan dalam
mengemban tugas dan tanggu jawabnya melaksanakan misi kepemimpinannya.
Masalah sifat-sifat atau persyaratan yang harusdimiiki oleh seorang pemimpin
telah menarik pemikiran para arif bijaksana sejak berabad-abad yang lalu. Di
dalam bukunya substance of hindu polity. candra prakash bamri. Mengemukakan
syarat kepemimpinan yang disebut dengan sad Warnaning Rajaniti. Sad
Warnaning berarti enam persyaratan atau sifat-sifat utama yang harus dimiliki
oleh seorang pemimpin, yaitu ;
1. Atmasampad ( berkepribadian mulia/luhur)
Syarat utama seorang pemimpin adalah berkepribadian mulia /luhur , karena ia
akan dijadikan suri teladan oleh masyarakatnya.
Pikiran, perkataan dan berbuatanya sangat berpengaru bagi masyarakat luas.
Melalui yang luhur itu seorang pemimpin memelihara budi pekerti

Kepemimpinan Hindu 34
kemanusiaan dan memegang teguh cita-citamoral rakyat yang luhur.
Pemimpin yang luhur akan memperoleh kewibawaan.
Mahatma Gadhi pemimpin bangsa India yang tidak pernah menduduki jabatan
resmi, tetapi berwibawa kepemimpinannya diakui oleh seluruh rakyat india
bahkan disegani oleh kaum penjajah yang menindas rakyat india. Mahatma
Gadhi memiliki kepribadian yang luhurdan secara konsisten melaksanakan
nilai-nilai yang ia pegang teguh dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pradnya (cerdas/ijaksana)
Seorang pemimpin menghadapi beraneka ragam masalah dari yang bersifat
individu maupun sosial, dari yang teknis maupun strateis, dari yang kecil
maupun yang besar. Semua itu harus dapat dicari jalan keluarnya dan sering
eptuan harus cepet diambil
3. Utsaha (kreatif, kerja keras)
Seorang pemimpin menjadi sumber inspirasi dan motivator untuk
menggerakan masyarakat berusaha kerasberkarya mencapai tujuannya.
Berhubung dengan itu seorang pemimpin harus kreatif selalu
dalammemberikan semangat untuk mengembangkan cipta, rasa, dan karsa
masyarakat kreativitas dan usaha keras pemimpin yang penuh pengabdian
pada tujuan akan meningkatkam dinamika organisasi untuk terus bergerak
maju menjawab tantangan mengatasi rintangan.
Kreativias pemiimpin menyebabkan seorang pemimpin memenangkan
pertempuran dan usaha keras menyebabkan pemimpin memenangkan
peperangan.
Tidak ada sesuatu tujuan yang dapat dicapai tanpa usaha keras. Tujuan mulia
organisasi hanya dapat direalisasikan dengan usaha keras tak kenal menyerah
seorang pemimpin bersama-sama jajaran organisasinya.pemimpin harus
menjadi pelapor dan berdiri palig depan dala mengembangkan kreativitas dan
berusaa keras pantang menyerah untuk mencapai cita-cita.

4. Abhigamika(berkepribadan menarik)
Pemimpin selain memiliki kepribadian luhur, kecerdasan yang tinggi, pekerja
keras penuh disiplin , memiliki kepribadian yang mnarik. Mereka juga

Kepemimpinan Hindu 35
mimiliki daya pesonayang bisa menggugah perasaan masyarakat menarik
simpati masyarakat sehingga dengan suka rela mengikuti pemimpinnya.
5. Sakya Samanta (bisamenyadarkan dan mengontrol bawahan)
Pimpinan harus bisa menyakinkan orang-orang yang dipimpinnya untuk
melaksanakan kewajiban secara sadar dan penuh tanggung jawab. Orang-
orang yang tidak bergerak mengikuti tuntunan dan bimbingan pemimpinnya
dengan penuh kesadaran akan menunaikan kewajibannyadengan sebaik-
baiknya sampai tuntas.
6. Aksudra Parisatha (mampu memimpin persidangan )
Seorang pemimpin dalam kegiatan pengambilan keputusan sering-sering harus
memimpin persidangan, sabha atau rapat-rapat. Karena itu ia harus memiliki
kemampuan mengatur jalannyapersidangan supaya tertib dimana setiap orang
mendapat kesempatan yang cukup untuk urun rembug mengemukakan
pendapat. Seorang pemimpin harus mampu secara arif mengakomodasikan
berbagai pendapat yang konstruktif. Kesimpulan yang diambil hendaknya
dicerminkan pendapat-pendapat yang berkembang sehingga semua pihak
merasa dihargai pendapatnya dan karena itu mempunyai komitmen untuk
melaksanakannya. Pengetahuan dan pengalaman yang luas serta objektivitas
dalam menilai pendapat-pendapat yang berkembang sangat diperlukan oleh
seorang pemimpin yang ingin berhasil memimpin persidangan.

Kepemimpinan Hindu 36

Anda mungkin juga menyukai