BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pada isi bab 2 ini akan menjelaskan mengenai konsep dari gaya
diartikan juga sebagai seni atau proses untuk memengaruhi orang lain sehingga
orang lain dengan senang hati melakukan tugas yang diberikan dalam upaya
mencapai tujuan organisasi dan merupakan elemen penting untuk organisasi yang
organisasi.
guna mencapai tujuan yang akan diinginkan. Kepempinan muncul saat adanya
1. Teori Genetis
melainkan terjadi karena adanya bakat yang luar biasa sejak lahir. Dapat
2. Teori Sosial
Pada teori ini bahwa pemimpin tidak bisa lahir begitu saja, melainkan
perlu disiapkan serta dibentuk untuk menjadi pemimpin. Tiap orang bisa
pembelajaran.
3. Teori Ekologis
Pada teori ini yang merupakan gabungan dari teori sosial serta genetis
yang dimana pempin yang baik jika sejak lahir mempunyai bakat dalam
lingkungan.
efisien agar mencapai tujuan yang telah ditentukan. Maka beberapa nilai
moralitas yang menyangkut budi pekerti, akhlak, susila serta ajaran baik
serta buruk.
2. Visi Pemimpin
3. Tanggung Jawab
4. Keteladanan
Keteladanan dari seorang pemimpin yaitu sikap serta tingkah laku yang
5. Kebijaksanaan
6. Menjaga kehormatan
7. Kemampuan berkomunikasi
Pemimpin serta yang dipimpin perlu adanya suatu ikatan yang kuat
lain. guna mencapai hal itu maka seorang pemimpin wajib dapat
8. Beriman
secara pikiran, fisik, serta akal budi, sehingga banyak masalah yang tidak
tersebut.
conceptual skill, technical skill, serta human relation skill. Dari ketiga tersebut
yang baik, serta kepekaan untuk tujuan bersama. Pemimpin pada saat ini perlu
kekuasaan saja.
untuk mempengeruhi orang lain atau bawahan agar bertindak sesuai dengan apa
dalam suatu organisasi dapat membantu menciptakan efektifitas kerja yang positif
bagi anggota. Gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi dan kondisi
organisasi maka anggota akan lebih semangat dalam menjalankan tugas dan
kelompok menuju tercapainya sasaran, hal itu berbeda dengan penelitian Rivai
dalam Prayatna & Made (2016) yang menyatakan bahwa Gaya Kepemimpinan
adalah pola menyeluruh dari tindakan pemimpin, baik yang nampak atau yang
sebagai berikut:
bersifat keras.
keputusan tersebut.
berikut:
a. Gaya kepemimpinan otoriter tergolong efisien dalam hal waktu. Dalam hal
ini, lebih mudah untuk membuat keputusan oleh satu orang daripada
sebagai berikut:
menjadi anggota.
orang lain supaya bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah
dalam bekerja.
b. Keputusan dibuat oleh kelompok yang lebih efektif. Dalam hal ini,
membiarkan staf melaksanakan tugas tanpa arahan dan supervisi; menilai hasil
kerja staf menurut caranya sendiri yang dianggap tepat digunakan pada organisasi
informal.
individu dan akan menjadi sulit untuk menyelesaikan tugas dari kelompok
dengan mudah.
sebagai berikut:
kelompoknya.
kelompok.
maupun sosial. Aplikasi dari pola epemimpinan ini telah terbutki efektik untuk
merupakan induk penggerak yang menentukan arah dari pencapaian misi visi dan
aplikasi nilai yang berlaku pada organisasi tersebut. Beberapa teori dari
1. Teori Sifat
Teori sifat ini mempunyai lima konsep utama yang biasa disebut dengan
serta neurotisme atau kestabilan emosi. Dari lima konsep tersebut disebutkan
bahwa ekstraversi merupakan elemen yang paling jelas menggambarkan teori sifat
2. Teori Behavioral
Teori perilaku yang berfokus pada pengakjian pola kerja serta fungsi seorang
serta perilaku independen dari seorang pemimpin dipersempit dalam dua kategori
yaitu inisiasi yang terstruktur serta konsiderasi atau pemimpin yang mampu
agresif dalam keadaan darurat ketika tugas-tugas harus dilakukan dengan cepat
dan akurat. Akan tetapi, ketika bekerja dengan perawat baru, manajer perawat
pendukungnya yaitu tingkat kepercayaan, struktur tugas serta tujuan yang jelas,
2. Teori Karismatik
3. Teori Transaksional
pengikut mereka ke arah tujuan yang ditetapkan dengan menjelaskan peran dan
persyaratan tugas. Menurut Robbins & Judge (2013: 383) yang berjudul
mengetahui apa yang diinginkan karyawan dan menjelaskan apa yang akan
sebanding dengan nilai pekerjaan yang dilakukan karyawan. Menurut Bass dalam
Yuki (2010:260)
4. Teori Transformasional
14
kesetiaan, dan hormat terhadap pemimpin tersebut, dan mereka termotivasi untuk
untuk mengubah kepentingan diri mereka sendiri dan yang mampu memiliki efek
mendalam dan luar biasa pada pengikut menurut Robbins & Judge (2013:383)
trancend their own self-interests and who are capable of having a profound and
5. Teori Populistik
Teori ini yaitu merealisir kebebasan manusia serta memenuhi setiap kebutuhan
melakukan hal tersebut perlu organisasi yang baik serta pemimpin yang baik yang
bawahannya.
1. Model Tim
Pada model ini dicirikan dengan adanya hubungan saling percaya, saling
perawatan. Anggota tim yang tidak masuk satu hari harus mendapat
c) Kebencian dapat tumbuh diantara anggota tim jika satu anggota tim
atau lebih merasa bahwa mereka selalu diberi tugas yang tidak
perawat lebih menyukai anggota tim yang satu daripada anggota lain.
2. Model Primer
keperawatan pasien selama 24 jam. Metode penugasan yang dimana satu orang
16
pasien, mulai pasien masuk hingga keluar Rumah Sakit. Nursalam, (2014).
Setiap perawat primer mempunyai 6-4 pasien serta bertanggung jawab selama
24 jam saat pasien dirawat di Rumah Sakit. Perawat primer bertanggung jawab
diperlukan.
komprehensif.
Menurut Teori dari Joseph Reitz dalam Rahayu dkk (2017) menyatakan
1. Kepribadian (Personality)
kepemimpinannya.
perilaku karyawan.
kepemimpinan.
18
Menurut Kartini Kartono dalam gaya kepemimpinan yang terdiri dari lima
indikator yaitu:
pergerakan perilaku
maupun keberanian.
rumah sakit, Kepala Ruangan merupakan manajer tingkat lini yang bertanggung
yang optimal dan menjamin kesiapan asuhan keperawatan oleh perawat klinik.
inap dan mempunyai tanggung jawab yang lebih besar daripada perawat
manajer perlu melaksanakan peran dan fungsi manajemen untuk mencapai tujuan
filosofi, tujuan, sasaran, kebijakan, aturan, dan prosedur menurut Marquis &
Broome, (2017)
Fungsi dari kepala ruangan terdiri atas 4 fungsi yang utama yaitu:
bisnis.
c. Bisa membuat pelaksanaan tugas jadi tepat serta aktivitas tiap unit akan
sumber daya fisik yang lainnya yang dimiliki oleh perusahaan untuk bisa
melaksanakan rencana yang telah ditetapkan serta mencapai tujuan utama pada
perusahaan.
b. Aktivitas penempatan tenaga kerja dalam posisi yang pas serta paling tepat
tenaga kerja.
4. C: Controlling (Pengendalian)
23
Controlling adalah kegiatan untuk menilai suatu kinerja yang berdasarkan pada
2020). Peran manajerial mencakup tiga peran utama yaitu peran interpersonal
atasan.
seperti:
peralatan.
6) Melakukan dinas sesuai jadwal yang telah dibuat oleh kepala ruangan
serta lingkungannya, peraturan dan tata tertib yang berlaku dan fasilitas yang
13) Membantu merujuk pasien pada petugas kesehatan lain yang lebih mampu
3. Counsellor (Pembimbing)
baik materi ataupun kemampuan klien secara terkoordinasi sehingga tidak ada
klien)
26
Istilah kolaborasi antar profesi adalah salah satu sistem yang terus
perawat, dan tenaga kesehatan lain) baik dengan pasien serta keluarganya untuk
mencapai suatu tujuan. Kolaborasi juga bisa di artikan sebagai hubungan timbal
praktisi
praktisi, pasien atau klien atau kerga dan masyarakat untuk mengoptimalkan
tujuan dan memberikan manfaat bersama bagi semua yang terlibat (Ridar and
Santoso, 2018)
27
yang efektif dari berbagai tenaga kesehatan yang terlibat maka kolaborasi
interprofesional dapat terjalin dengan baik. Koordinasi yang baik tentu bermanfaat
diharapkan tidak ada tumpang tindih peran kolaborasi para praktisi kesehatan
sangat diperlukan dalam penyelesaian masalah pasien karena perawat dan dokter
memiliki tanda-tanda efek samping atau komplikasi juga agar perawatan pasien
berjalan maksimal.
yang komprehensif dan berkualitas tinggi serta memberi manfaat bersama bagi
semua yang terlibat Menurut Green and Johnson, (2017) tenaga kesehatan harus
kesehatan sendiri-sendiri, hal itu agar keselamatan pasien lebih terjaga di Rumah
antara perawat dan dokter juga bisa terlaksana dengan baik karena perawat dan
dokter sama-sama mengetahui apa yang telah dijelaskan kepada pasien terkait
kondisinya atau perawatannya serta perawat dan dokter saling menyapa setiap
hari. Ketiga pelaku itu dapat menciptakan hubungan dan komunikasi yang baik
28
antar perawat dan dokter, sehingga perawat dan dokter bisa menjalin hubungan
Sinubu, dkk (2021) kerjasama interprofesi dokter dan perawat yang efektif
(2017) Elemen penting dalam kolaborasi tim kesehatan adalah komunikasi yang
dan otonomi
interprofesi meliputi:
semua tenaga kesehatan yang terlibat berguna untuk mencapai tujuan bersama
tenaga kesehatan yang terlibat harus bertanggung jawab atas perannya masing-
masing.
kompetensinya.
interprofesi bisa membangun organisasi yang tepat serta baik yang dibutuhkan
8. Tujuan umum yaitu untuk meningkatkan kesehatan pasien setiap tindakan yang
(2009) dalam melakukan praktik kolaborasi antara perawat dan dokter antara lain:
3. Saling membantu
antara lain:
1. Kontrol Kekuasaan
tertentu. Karena kemungkinan jika hal tersebut tidak ada mungkin bisa ada
informasi yang tidak lengkap pada saat memberi perawatan kepada pasien.
2. Lingkungan
orang. Meskipun perawat serta dokter mempunyai bidang praktik yang terpisah
sesuai dengan peraturan dari negara yang bersangkutan tetapi terdapay tugas
3. Kepentingan bersama
4. Tujuan bersama
namun tujuan tersebut bersifat lebih berorientasi pada pasien serta bisa
menentukan waktu kapan pasien diberikan izin untuk pulang dari rumah sakit.
Kemudian contoh dari tujuan bersama yang dilakukan perawat dan dokter
tenaga kesehatan.
31
Alat ukur ini berfokus pada metode interaksi yang bermanfaat untuk
dengan menggunakan poin skala likert mulai dari yang selalu sampai tidak
penelitian, apabila instrumen valid maka validitas juga akan tinggi negitu
Pada penelitian ini tidak perlu dilakukan uji validitas lagi, dikarenakan
Scale) yang diteliti oleh Ushiro (2009) yang telah dilakukan uji validitas
dengan memakai sampel dari perawat serta dokter yang memenuhi syarat,
diantaranya:
32
1) Validitas Konstruk
tiga dimensi. Skala dimensi tersebut yang selanjutnya dinilai oleh CFA
dengan hasil perubahan yang sesuai meningkat menjadi CFI > 0,9 serta
RMSEA <0,08
2) Validitas Konvergen
3) Validitas Serentak
= 0,152, P<0,01)
Adapaun dengan hasil yang didapatkan bahwa dari uji validitas maka
3. Uji Reliabilitas
33
pertanyaan dengan didapatkan nilai Alpha Cronback dengan nilai 0,8 dari
dinyatakan reliabel sehingga peneliti tidak perlu untuk uji reliabilitas lagi.
pelaksanaan sasaran keselamatan pasien yang ada di Rumah Sakit karena melalui
kolaborasi dan kerjasama yang baik maka keselamatan pasien meningkat hal itu
dijelaskan pada penelitian Kurniasih et al. (2019), dan selaras dengan penelitian
dari Andriani, et al. (2019) yang menjelaskan bahwa kolaborasi memberi dampak
yang diharapkan, karena dengan kerjasama yang baik, maka kualitas dan mutu
pelayanan rumah sakit akan meningkat, menurut penelitian dari Ariyani, (2017)
dan sejalan dengan penelitian dari Ellys, (2019) bahwa kerjasama merupakan
memahami ruang lingkup praktik perawat, sehingga tanggung jawab perawat dan
dokter sering tumpang tindih, serta dokter kurang yakin dengan kemampuan
kesalahan yang dapat disebabkan oleh pelaksana kesehatan seperti perawat dan
dokter yang dimana dokter merasa bahwa pengetahuan dan perannya lebih tinggi
dilakukan menjadi kurang baik. Latar belakang tingkat pendidikan dari masing-
ynng dapat diartikan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan
pengetahuannya.
2. Komunikasi
adalah hal penting yang harus dilaksanakan dalam pelaksanaan kolaborasi, karena
melalui komunikasi, proses penyampaian informasi antar satu dengan yang lain
akan lebih jelas dan dapat meningkatkan kerjasama dan kolaborasi yang baik.
Tenaga kesehtan harus bekerjasama dengan baik serta tidak melakukan pelayanan
secara verbal lewat telepon ditulis lengkap, dibaca ulang oleh penerima pesan,
secara verbal ditulis lengkap, dibaca ulang, dan dikonfirmasi oleh pemberi pesan
Mardiana, dkk (2019) Sedangkan menurut (Astuti, Ilmi dan Wati, 2019) bahwa
pasien meningkat.
36
dengan situasi.
Proses kerja sama dilakukan oleh para pihak yang bersepakat atas dasar
prinsip saling menghormati, saling kerja sama, saling percaya, saling menghargai,
saling asah, asih, asuh, dan saling memberikan kemanfaatan. (Permenhut P.19
tahun 2104)
2) Prinsip saling kerja sama artinya ikut serta dan berpartisipasi sesuai peran dan
kedudukan masing-masing.
3) Prinsip saling asah,asih, dan asuh artinya dalam berkolaborasi setiap pihak bisa
saling belajar, peduli, serta menyayangi. Dengan adanya perbedaan maka kita
mempunyai peluang untuk saling belajar satu sama lain, saling peduli serta
menyayangi.
37
4) Prinsip saling percaya artinya konsep umum untuk semua prinsip kolaborasi.
menjadi tanpa makna, kerja sama tidak akan pernah ada, tidak ada saling
kepercayaan.
antara orang-orang yang ditandai oleh keinginan maju untuk mencapai tujuan
pemasangan infus, pemasangan kateter, dan hal lainnya yang bisa membantu
tugas seorang dokter. Menurut penelitian Amir, N & Purnama, (2021) Berikut
tugas yang merupakan pendelegasian tugas dari dokter pada perawat terdapat 7
pasien. Dalam menjalankan nilai ini maka dapat dilihat dari pencerminan sikap,
contohnya tekun, penuh kasih sayang,, bekerja keras, dan sabar saat
sekitar, dan pasien. Dalam menjalankan nilai ini maka dapat dilihat dari
3) Human dignity yaitu sikap perawat harus menghargai martabat dari pasien
4) Equality yaitu antara perawat satu dengan yang lain mempunyai kedudukan
5) Kebebasan yaitu dalam menerapkan nilai ini sikap perawat bisa berupa adanya
6) Justice yaitu perawat harus selalu menjaga prinsip-prinsip pada etik dan legal.
7) Truth yaitu kesesuaian antara fakta serta realitas. Sikap yang dicerminkan oleh
seorang perawat saat menerapkan nilai ini adalah jujur dan rasional.
3. Perawat harus memberikan asuhan keperawatan dengan baik serta sesuai dan
Sedangkan menurut Yudi, dkk (2019) bahwa peran perawat dalam kolaborasi
ketika terlihat adanya perubahan tanda-tanda vital pada pasien serta terapi obat
2. Perawat juga akan langsung menuliskan pada rekam medis pasien mengenai
temuan masalah pada pasien supaya tim kesehatan lain dapat melihat ataupun
4. Perawat juga perlu melakukan diskusi dengan tenaga kesehatan lain mengenai
antara lain model praktik hirarkis tipe 1, model praktik kolaborasi tipe 2, serta
1. Pada model praktik hirarki tipe 1 yang paling dominan yaitu dokter sehingga
kontak langsung akan terbatas antara pasien dengan dokter serta pemusatan
. Dokter
Registered Nurse
Pasien
Gambar 2.1 Model Praktik Hirarkis Tipe 1 Burchell, R.C., Thomas D.A., dan
Smith H.L. (1983) dalam Siegler & Whitney (2000)
41
2. Pada model praktik kolaborasi tipe 2, posisi utama dokter sehingga hubungan
antara dokter dengan pasien terbatas, bisa melakukan komunikasi dengan dua
arah.
Dokter
Pasien
Gambar 2.2 Model Praktik Kolaborasi Tipe 2 Burchell, R.C., Thomas D.A.,
dan Smith H.L. (1983) dalam Siegler & Whitney (2000)
3. Pada model praktik kolaborasi tipe 3, tidak ada yang saling mendominasi
Dokter Perawat
Pasien
42
Pemberi pelayanan
lain
Gambar 2.3 Model Praktik Kolaborasi Tipe 3 Burchell, R.C., Thomas D.A., dan
Smith H.L. (1983) dalam Siegler & Whitney (2000)
Eelemen-elemen Kolaborasi:
1. Kerjasama
2. Saling mendengarkan
3. Bertanggung jawab
4. Komunikasi
5. Pemberian pertolongan
6. Kewenangan
Gaya Kolaborasi
7. Koordinasi Kepemimpinan: Dokter dan
8. Tujuan umum Otoriter Perawat (YI)
Demokratis
Laissez-Faire Pada lembar
Sumber: Suharno (2019)
format Catatan
perkembangan
pasien terintegrasi
Faktor yang mempengaruhi Sumber:McEachen “Konsul SBAR”
kepemimpinan: , Irene 2018
1. Kepribadian
2. Harapan dan perilaku
pemimpin terhadap
karyawan
3. Karakteristik pimpinan
4. Kebutuhan akan tugas yang
memepengaruhi gaya
Gambarkepemimpinan
2.5:
5. Iklim dan kebijakan
organisasi
6. Harapan dan perilaku rekan
kerj
Sumber:Teori Joseph Reitz dalam
Rahayu (2017)
43
Keteranagan :
Tidak Diteliti:
Diteliti:
kolaborasi perawat-dokter.