Anda di halaman 1dari 57

Kepemimpinan (Karakteristik Pemimpin)

Posted on 13 Januari 2015 by AGIL COMPANY Tinggalkan komentar

Fenomena organisasi pada umumnya tidak terlepas dari peranan, kegiatan, dan keterampilan
pimpinan organisasi. Sebaliknya, perkembangan fenomena organisasional juga membentuk
peranan-peranan (keterampilan) baru bagi pimpinan organisasi. Keduanya saling membentuk
satu sama lain. Para ahli dalam bidang ini memandang bahwa fenomena organisasional dapat
dijelaskan dalam kerangka kuasa-menguasai dan pengaruh-mempengaruhi.

Pemimpin organisasi pada umumnya dipandang sebagai orang yang berusaha menguasai dan
mempengaruhi orang atau kelompok agar dapat melakukan dan mengerjakan sesuatu sebagai
bagian dari usaha mencapai kebaikan organisasi. Kekuasaan yang dimaksud adalah potensi dan
kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi dan mengemudikan orang
lain agar berpikir dan bertindak sesuai dengan yang diinginkannya (Robbins, 2002:50; Pace dan
Faules, 2002:253).

2.1 Manajemen Kepemimpinan

Menurut stoner Manajemen Kepemimpinan adalah sebagai proses mengarahkan dan


mempengaruhi kegiatan yang berhubungan dengan tugas. Ada tiga implikasi penting, pertama,
kepemimpinan melibatkan orang lain ( bawahan atau pengikut ), kwalitas seorang pemimpin
ditentukan oleh bawahan dalam menerima pengarahan dari pemimpin. Kedua, kepemimpinan
merupakan pembagian yang tidak seimbang diantara para pemimpin dan anggota kelompok.
Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan beberapa dari kegiatan anggota kelompok
dan sebaliknya anggota kelompok atau bawahan secara tidak langsung mengarahkan kegiatan
pimpinan. Ketiga kepemimpinan disamping dapat mempengaruhi bawahan juga mempunyai
pengaruh. Dengan kata lain seorang pimpinan tidak dapat mengatakan kepada bawahan apa yang
harus dikerjakan tapi juga mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintah pemimpin.

Ada tiga teori yang menjelaskan bagaimana munculnya pemimpin: (Kartini Kartono, 1983: 29)
1) Teori Genetik

Teori ini menyatakan bahwa pemimpin itu sudah ada bakat sejak lahir dan tidak dapat dibuat.
2) Teori Sosial

Teori ini menyatakan bahwa seorang pemimpin tidak dilahirkan akan tetapi seorang calon
pemimpin dapat disiapkan dididik dan dibentuk agar dia menjadi pemimpin yang hebat
dikemudianahari.
3) Teori Ekologis atau Sintesis

Teori ini menyatakan bahwa seseorang akan sukses menjadi pemimpin apabila dia memang
memilikisbakat-bakatapemimpin.

2.2ApendekatanAStudiAKepemimpinan
Untuk mempelajari kepemimpinan menggunakan tiga pendekatan.

Pendekatan pertama bahwa kepemimpinan itu tumbuh dari bakat, kedua kepemimpinan tumbuh
dari perilaku. Kedua pendekatan diatas berasumsi bahwa seseorang yang memiliki bakat yang
cocok atau memperlihatkan perilaku yang sesuai akan muncul sebagai pemimpin dalam situasi
kelompok ( organisasi ) apapun yang ia masuki. Pendekatan yang ketiga bersandar pada
pandangan situasi ( situasionar perspective ) pandangan ini berasumsi bahwa kondisi yang
menentukan efektivitas pemimpin. Efektifitas pemimpin bervariasi menurut situasi tugas yang
harus diselesaikan, keterampilan dan pengharapan bawahan lingkungan organisasi dan
pengalaman masa lalu pemimpin dan bawahan. Dalam situasi yang berbeda prestasi seorang
pemimpin berbeda pula, mungkin lebih baik atau lebih buruk. Pendekatan ini memunculkan
pendekatan kontingensi yang menentukan efektivitas situasi gaya pemimpin.

1. Pendekatan Sifat-Sifat (Traits Approach)

Pendekatan psikologi ini untuk sebagian besar didasarkan atas pengakuan umum bahwa perilaku
individu untuk sebagian ditentukan oleh struktur kepribadian (Oteng Sutisna, 1982: 24).
Pendekatan sifat-sifat menyatakan bahwa terdapat sifat-sifat tertentu pada pemimpin antara lain:
memiliki kekuatan fisik dan keramahan. Ada sifat kepribadian yang dapat dipandang
berhubungan positif dengan prilaku pemimpin dan mempunyai korelasi tinggi ialah popularitas,
keaslian, adaptabilitas, ambisi, ketekunan, status sosial, status ekonomi, mampu berkomunikasi.

Dia mampu berkomunikasi dengan para relasi yang diharapkan dapat memasok barang, dan dia
berkomunikasi mempengaruhi calon langganan. Selanjutnya ada sifat-sifat yang berkaitan positif
dengan prilaku pemimpin tapi berkolerasi tidak terlalu tinggi seperti tanggung jawab, integritas,
percaya diri, mobilitas, keterampilan sosial, sifat-sifat fisik, kelancaran pembicara. Meskipun
dikalangan para ahli persyaratan pemimpin belum disepakati sepenuhnya namun ada sejumlah
sifat-sifat kepribadian yang perlu dimiliki para memimpin (Andy Undap, 1983: 29).

1) Pendidikan umum yang luas

2) Kematangan mental

3) Sifat ingin tahu

4) Kemampuan analitis

5) Memiliki daya ingat yang kuat

6) Integratif. Seorang wirausaha harus memiliki kepribadian terpadu tidak terpecah-pecah yang
membuat dia terombang-ambing.

7) Keterampilan berkomunikasi

8) Keterampilan mendidik. Seorang wirausaha harus mampu memberi petunjuk dan mendidik
para karyawan dalam beberapa hal yang berhubungan dengan pekerjaan
9) Rasional dan objektif. Pemikiran-pemikiran, kesimpulan dan keputusan yang diambil oleh
seorang wirausaha harus berlandaskan pada pemikiran-pemikiran sehat, rasional dan objektif,
tidak pilih kasih dan tidak emosional

10) Pragmatisme. Keputusan-keputusan seorang wirausaha harus dibuat sesuai kemampuan dan
sumber daya yang tersedia

11) Ada naluri prioritas. Berhubungan terbatasnya sumber daya yang tersedia maka seorang
wirausaha harus mampu menetapkan skala prioritas apa yang harus dikerjakan lebih dulu

12) Pandai mengatur waktu. Seorang wirausaha harus mampu bertindak cepat dan tepat dan
mempertimbangkan waktu secara efisien

13) Sifat keberanian

14) Kemampuan mendengar. Seorang wirausaha harus mampu menggali .informasi dan
mendengar apa ide dan keinginan dari para karyawannya.

2. Pendekatan Kepribadian (Behavioral Approach)

Perilaku pemimpin ini dapat berorientasi pada tugas atau pada hubungan antar karyawannya.
Menurut teori ini kepemimpinan terdiri atas empat sistem yaitu:

1. Exploitative authoritative ( tidak ada kepercayaan kepada bawahan )


b. Benevolent authoritative (sedikit kepercayaan pada bawahan tetapi hubungan seperti
seorang tuan dengan budaknya hanya juga masih menggunakan ancaman dan hukuman
dalam pelaksanaan tugas )
c. Consultative (berdasarkan kepercayaan kepada bawahan tetapi tidak penuh)
d. Participative (merupakan sistem yang ideal ada kepercayaan tetapi tidak penuh)

2.3 Perilaku Pemimpin

1. Fungsi-fungsi Kepemimpinan
Perilaku pemimpin mempunyai dua aspek yaitu fungsi kepemimpinan (style leadership). Aspek
yang pertama yaitu fungsi-fungsi kepemimpinan menekankan pada fungsi-fungsi yang dilakukan
pemimpin dalam kelompoknya. Agar berjalan efektif, seseorang harus melakukan dua fungsi
utama yaitu :

1) fungsi yang berkaitan dengan pemecahan masalah : meliputi pemberian saran pemesahan dan
menawarkan informasi dan pendapat

2) fungsi-fungsi pemeliharaan (pemecahan masalah sosial) : meliputi menyetujui atau memuji


orang lain dalam kelompok atau membantu kelompok beroperasi lebih lancar.

2.aGaya-gayaKepemimpinan
Pada pendekatan yang kedua memusatkan perhatian pada gaya kepemimpinan. Gaya
kepemimpinan meliputi :

1) Gaya dengan orientasi tugas, dalam hal ini pemimpin mengarahkan dan mengawasi melalui
tugas-tugas yang diberikan kepada bawahannya secara tertutup, pada gaya ini lebih
memperhatikan pelaksanaan pekerjaan daripada pengembangan dan pertumbuhan karyawan

2) Gaya berorientasi dengan karyawan dalam hal ini lebih memperhatikan motivasi daripada
mengawasi, disini karyawan diajak untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan melalui
tugas-tugas yang diberikan.

Manajemen tentang kepemimpinan adalah suatu keunggulan wirausaha yang sukses


dibandingkan dengan wirausaha yang gagal atau bangkrut yang terletak pada dinamika dan
efektivitasAManajemenAkepemimpinan.
Pada umumnya kegagalan itu disebabkan oleh kepeminpinan yang tidak efektif, mereka mampu
memimpin karyawan, tidak bisa bekerja sama dengan orang lain atau mereka tidak bisa
menguasai, mengendalikan diri sendiri karena Manajemen Sumber Daya Manusia nya.

Seorang wirausaha yang baik adalah seorang pemimpin dalam bisnis, haruslah orang yang dapat
menguasai dan mengembangkan diri sendiri, dan juga mampu menguasai diri sendiri, dan juga
mampu menguasai serta mengarahkan dan mengembangkan para karyawannya.

1. Kepeminpinan melibatkan orang lain seperti bawahan atau pengikut. Seorang wirausaha
akan berhasil apabila dia berhasil memimpin karyawannya atau pembantu-pembantu
yang mau bekerja sama dengan dia untuk memajukan perusahaan.
2. Kepeminpinan menyangkut distribusi kekuasaan. Para wirausaha mempunyai otoritas
untuk memberikan sebagian kekuasaan kepada karyawan atau seorang karyawan
diangkat menjadi pemimpinapadaabagian-bagianatertentu.
3. Kepemimpinan menyangkut penanaman pengaruh dalam rangka mengarahkan para
bawahan.
4. Sifat-Sifat Pemimpin

Ordway Tead mengemukakan 10 sifat kepemimpinan sebagai berikut: (Kartini Kartono, 1983:
37)

1. Energi Jasmaniah dan Mental


Seorang pemimpin memiliki daya tahan keuletan, kekuatan yang luar biasa seperti tidak
akan pernah habis.
2. Kesadaran Akan tujuan dan Rah
Ia memiliki keyakinan teguh akan kebenaran dan kegunaan dalam mencapai tujuan
terarah.
3. Antusiasme
Dia yakin bahwa tujuan yang hendak dicapai akan memberikan harapan menimbulkan
kasih sayang, simpati yang tulus, diikuti dengan kesediaan berkorban untuk mencapai
kesuksesan perusahaan.
4. Keramahan dan Kecintaan
Sifat ramah mempunyai kebaikan dalam mempengaruhi orang lain sehingga
menimbulkan kasih saying, simpati yang tulus, diikuti dengan kesediaan berkorban untuk
mencapai kesuksesan perusahaan.
5. Integritas
Seorang pemimpin mempunyai perasaan sejiwa dan senasib sepernanggungan dengan
para karyawannya dalam menjalankan perusahaan.
6. Penguasaan Teknis
Agar pemimpin mempunyai wibawa terhadap bawahan maka dia harus menguasai
sesuatu pengetahuan atau keterampilan teknis.
7. Ketegasan dalam mengambil keputusan (Decisiveness)
8. Kecerdasan
Seorang pemimpin harus mampu melihat dan memahami sebab dan akibat dari suatu
gejala, cepat menemukan jalan keluar dan mengatasi kesulitan dengan cara efektif.
9. Keterampilan Mengajar (Teaching Skill)
Seorang pemimpin atau wirausaha adalah seorang guru yang mampu mendidik,
mengarahkan, memotivasi karyawannya untuk berbuat sesuatu yang menguntungkan
perusahaan.
10. Kepercayaan (Faith)
Kepercayaan bawahan ini akan memunculkan sikap rela berjuang, melaksanakan semua
perintah, disiplin dalam bekerja untuk menjalankan roda perusahaan.
Dalam hal ini memberikan perintah, maka seorang pemimpin harus menyampaikan
perintah secara jelas baik dalam bentuk lisan maupun tertulis. Perintah yang samara-
samar akan membingungkan orang yang diberi perintah. Seandainya pemimpin
mengamati gejala-gejala yang kurang sehat dalam perusahaan atau memperoleh
imformasi tentang isu-isu yang berkembang antar karyawan maka pemimpin harus cepat
mengumpulkan informasi dari sumber-sumber yang layak dipercaya.
11. Tipe Kepemimpinan
12. Tipe kharismatis
Pemimpin kharismatik merupakan kekuatan energi, daya tarik yang luar biasa yang akan
dikuti oleh para pengikutnya.
13. Tipe paternalistis dan maternalistis
Tipe paternalistis bersifat melindungi bawahan sebagai seorang bapak atau sebagai
seorang ibu yang penuh kasih saying.
14. Tipe militeristis
Tipe meliteristis banyak menggunakan system perintah, system komando dari atasan ke
bawahan sifatnya keras sangat otoriter, menghendaki agar bawahan agar selalu patuh,
penuh acara formalitas.
15. Tipe otokratis
Tipe otokratis berdasarkan kepada kekuasaan dan paksaan yang mutlak harus dipatuhi.
16. Tipe laissez faire
Tipe laissez faire ini membiarkan bawahan berbuat semaunya sendiri semua pekerjaan
dan tanggung jawab dilakukan oleh bawahan.
17. Tipe populistis
Tipe populistis ini mampu menjadi pemimpin rakyat.
18. Tipe administrative
Pemimpin tipe administrative ialah pemimpin yang mampu menyelenggarakan tugas-
tugas administrasi secara efektif.
19. Tipe demokratis
Tipe kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan
kepada pengikutnya.
20. Fokus Kepemimpinan

Pimpinan puncak berada pada hierarki paling tinggi pada sebuah organisasi.
Pemimpin yang baik ialah pemimpin tiga arah ia berusaha memimpin ke atas (lead up, yaitu
mempengaruhi pemimpinnya dan meringankan beban atas. Dia juga memimpin ke samping lead
across, yaitu membantu kolegannya untuk mencapai hal produktif, dan memperoleh rasa saling
hormat. Lead down, yaitu membantu anak buah untuk menggali potensinya menjadi contoh
peran yang kuat dan membantu orang lain untuk bergabung demi meraih tujuan yang lebih tinggi
dalam hal ini tugas pemimpin tidak terbatas pada memimipin anak buah, tapi juga ke samping
dan ke atas, Pemimpin yang tidak baik akan bermain peran yang menguntungkan diri sendiri,
dengan cara menginjak ke bawah, menyikut ke samping dan menjilat ke atas. Seorang pemimpin
yang baik tidak akan berkompetisi dengan kolegannya melainkan bekerja sama hindarkan politik
kotor isu murahan, tapi gunakan diplomatis, munculkan ide-ide cemerlang dan hargai teman.

Pemimpin yang berhasil akan selalu mengedepankan kerjasama dalam satu tim, bukan semuanya
dikerjakan sendiri, atau semua bergantung kepada pemimpin, tidak ada delegasi wewenang bagi
bawahan (one man show). Zimmerer menyatakan pemimpin yang baik building a top
management team, not a one person show. Sifat dan perilaku seorang pemimpin akan
mempengaruhi budaya organisasi dan iklim organisasi itu sendiri. Inilah yang diungkapan oleh
Jhon Maxwell. Pemimpin yang efektif di bagian tengah akan memiliki kemungkinan suksesnya
lebih besar bila ia dipromosikan ke tingkat lebih tinggi, karena dia sudah lebih dekat dengan
bawahannya, serta di terima baik oleh koleganya.

Kepemimpinan adalah proses pengarahan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan
tugas dari anggota kelompok. Untuk lebih mempermudah dalam memahami kepemimpinan
tersebut perlu digunakan beberapa pendekatan. Pendekatan-pendekatan tersebut antara lain
adalah pendekatan kemimpinam berdasarkan sifat, pendekatan kepemimpinan berdasarkan
tingkah laku, dan pendekatan kepemimpinan berdasarkan teori situasional, serta pendekatan
kepemimpinan berdasarkan teori penerimaan.

Untuk dapat menjadi pemimpin efekfif mungkin seseorang harus berusaha walaupun cukup sulit
untuk dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:

1 Memiliki daya pikat karena pengetahuan, keterampilan, sikap dan tindak-tanduknya

2 Tergolong sebagai pemimpin yang pada dasarnya demokratik tetapi sekaligus mampu
melakukan penyesuaian tertentu tergantung pada situasi yang dihadapinya

3 Menyadari benar makna dan hakiakt keberadaannya dalam organisasi yang tercermin pada
kemampuannya menyelenggarakan berbagai fungsi kepemimpinan yang harus diselenggarakan
4 Dalam hubungan atasan dan bawahan menseimbangkan struktur tugas yang harus dilakukan
oleh para bawahannya dengan perhatian yang wajar pada kepentingan dan kebutuhan para
bawahan tersebut

5 Menerima kenyataan bahwa setiap bawahan seperti juga diri sendri mempunyai jati diri yang
khas dengan kelebihan dan kekurangannya serta kekuatan dan kelemahannya

6 Mampu menggabungkan bakat, pengetahuan teoritikal kesempatan memimpin dengan terus


berusaha memiliki sebanyak mungkin ciri-ciri kepemimpinan yang ideal

7 Dengan tetap menggunakan paradigma yang holistik dan integralistik, mampu menentukan
skala prioritas organisasi sesuai dengan sifat, bentuk dan jenis tujuan dan berbagai sasaran yang
ingin dicapai

8 Memperhitungkan situasi lingkungan yang berpengaruh, baik secara positif maupun secara
negatif, terhadap organisasi

9 Memanfaatklan perkembangan yang terjadi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa
berinjak dari orientasi manusia sebagai unsur terpenting dalam organisasi

10 Menempatkan kepentingan organisasi di atas kepentingan diri sendiri seperti tercermin dalam
satunya ucapan dan perbuatan

DAFATAR PUSTAKA

www.makalahmanajemen.com/2010/manajemen-perubahan-dan-pengembangan.

Siagian, Sondang (1994). Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta.

http://www.ilmumanajemen.com/index.php?com…

blog.beswandjarum.com Home Ilmu Akuntansi

Sastradipura, Komarudin. (1993). Manajemen Kantor, Teori dan Praktek. Bandung: Trigenda
Karya.

Rivai, Veithzal (2004). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.

Robbins, S.P. (2007). Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Indeks


7 Karakter Utama Pemimpin yang Ideal
April 26, 2015 by Abi Ummi

319

SHARES

Bagikan di Facebook
Manusia adalah makhluk sosial yang menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri dan menjadi
pemimpin bagi orang lain. Menjadi pemimpin berarti menjadi seseorang yang memiliki tanggung
jawab lebih dalam hidup. 7 karakter utama pemimpin ideal adalah deskripsi yang menjelaskan
tentang point-point yang harus dimiliki seorang pemimpin. Baik secara sempit maupun luas,
seorang pemimpin tentunya perlu mengetahui dan memiliki sifat dari 7 karakter utama pemimpin
ideal.

Seorang pemimpin adalah individu dengan jiwa yang terlatih dan mampu melatih individu-
individu lain untuk mewujudkan visi yang bersifat seragam. Seorang pemimpin diharuskan
mampu melibatkan diri dalam unsur keberagaman sifat anggota yang menjadi tanggung
jawabnya. Pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang mampu membawa misi kelompoknya ke
arah yang baik dan tetap teguh merangkul semua anggota kelompok.
Pemimpin Ideal adalah Pemimpin yang Cerdas

Kecerdasan adalah titik tentu yang idealnya harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Kecerdasan
merupakan point utama yang menentukan seberapa baik langkah yang diambil oleh seorang
pemimpin jika dihadapkan oleh suatu masalah kelompok. Pemimpin ideal adalah pemimpin yang
cerdas dalam membawa diri yang didukung dengan keunggulan berfikir dan peka terhadap hal-
hal sekitar. Dalam menjalankan tugasnya, seorang pemimpin yang ideal akan mampu berfikir
luwes dan memiliki ide-ide segar untuk keberlangsungan kepentingan kelompoknya.
Pemimpin Ideal adalah Pemimpin yang Berinisiatif
Tidak hanya cerdas, pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang berani berinisiatif jika
dihadapkan dengan suatu masalah. Inisiatifme diri jelas dibutuhkan oleh seorang pemimpin demi
terciptanya solusi yang bersifat nyata dan menjanjikan. Pemimpin yang berinisiatif adalah
pemimpin yang mampu menggerakkan dirinya sendiri terlebih dahulu untuk memulai segala
sesuatunya tanpa adanya paksaan. Dengan sifat inisiatif yang ada dalam diri pemimpin, kekuatan
diri dari tiap anggota untuk menjalankan misi kelompok pun akan terjamin dengan baik.

Pemimpin Ideal adalah Pemimpin yang Bertanggung jawab


Bertanggung jawab berarti berani untuk menanggung efek dari segala keputusan yang timbul
akibat tindakan yang telah dilaksanakan. Selain cerdas dan berinisatif, seorang pemimpin yang
ideal tentunya perlu memiliki sifat bertanggung jawab. Pengambilan keputusan terhadap cara
kerja dan pelaksanaan misi suatu kelompok tentunya diputuskan dengan tidak tergesa-gesa.
Pemimpin yang bertanggung jawab adalah pemimpin yang tetap teguh dan dan mampu berfikir
taktis untuk menerima segala resiko yang timbul dari keputusan yang diambil.

Pemimpin Ideal adalah Pemimpin yang Dapat Dipercaya

Karakter yang satu ini tentunya timbul dari seberapa berhasilnya seorang pemimpin dalam
menggerakkan anggotanya dan bijak dalam mengambil keputusan. Pemimpin ideal adalah
pemimpin yang tanpa perlu berfikir ulang, anggotanya akan dengan kesungguhan hati mampu
mempercayai pemimpin tersebut untuk mengambil keputusan. Pemimpin yang dapat dipercaya
adalah pemimpin yang mampu mendamaikan hati semua anggota. Dengan pemimpin yang dapat
dipercaya, setiap anggota akan merasa lebih terpacu untuk menyatukan hati dan menciptakan
keseragaman kelompok demi terciptanya keutuhan.
Pemimpin Ideal adalah Pemimpin yang Jujur
Kejujuran dalam diri seseorang tentunya menjadi point khas yang harus dimiliki oleh seorang
manusia, terutama oleh seorang pemimpin. Pemimpin yang jujur menjanjikan keterbukaan dan
keluwesan dalam memberikan segala informasi yang mencakup kepentingan kelompok.
Kejujuran yang ada dalam diri seorang pemimpin akan menjadi ciri khas tersendiri yang mampu
diandalkan oleh anggota. Pemimpin ideal dengan tingkat kejujuran tinggi akan mendapatkan
kepercayaan yang luas dari kelompoknya.

Pemimpin Ideal adalah Pemimpin yang Rela Berkorban

Rela berkorban berarti rela menerjunkan diri dalam kepentingan kelompoknya dibandingkan
dengan kepentingan pribadi. Pemimpin yang rela berkorban akan mampu memfokuskan diri
untuk mencapai visi kelompok secara detail. Sifat rela berkorban ini pun tentunya harus didasari
dengan kecerdasan dan kebijakan dari seorang pemimpin. Pemimpin ideal yang rela berkorban
akan mampu mengambil keputusan secara tepat tanpa merugikan banyak pihak.

Pemimpin Ideal adalah Pemimpin yang Dicintai dan Mencintai Kelompoknya


Cinta hadir dalam diri seorang pemimpin yang ideal dan juga kelompok yang dipimpinnya.
Segala bentuk tingkah laku yang hadir dari seorang pemimpin yang ideal akan selalu diiringi
dengan unsur cinta yang akan meminimalisir bentuk kecurangan juga hal-hal buruk lainnya.
Kelompok yang dipimpinnya pun akan mampu mencintai pemimpin tersebut tanpa adanya unsur
paksaan yang berlebih. Pemimpin yang ideal jelas akan mampu menciptakan tindakan dengan
cinta yang terkoordinir rapih untuk kemajuan.

Setelah membaca artikel di atas, tentunya kita bisa mengetahui 7 karakter utama pemimpin ideal
dari seorang pemimpin. Seorang pemimpin bukanlah manusia sempurna namun, seorang
pemimpin yang ideal dituntut untuk mengusahakan kesempurnaan untuk kemajuan visi
kelompoknya. Jadilah pemimpin ideal!
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Manusia adalah makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalau
berinteraksi dengan sesame serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam
kelompok besar maupun dalam kelompok kecil.

Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang
harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati & menghargai. Keteraturan hidup
perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan & menjaga
kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia.

Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi disbanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia
di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah & memilih mana yang baik
& mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan
dengan baik.

Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan social manusiapun perlu
dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber
daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri.

Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok & lingkungan dengan
baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik & sulit. Disinilah dituntut
kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan
dengan baik.

I.2 RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang masalah yang penulis uraikan, banyak permasalahan yang penulis dapatkan.
Permasalahan tsb antara lain :

Bagaimana hakikat menjadi seorang pemimpin?

Adakah teori teori untuk menjadi pemimpin yang baik?

Apa & bagaimana menjadi pemimpin yang melayani?

Apa & bagaimana menjadi pemimpin sejati?

Bagaimana hubungan kearifan lokal dengan kepemimpinan?

I.3 TUJUAN PENULISAN


Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah

Melatih mahasiswa menyusun paper dalam upaya lebih meningkatkan pengetahuan dan
kreatifitas mahasiswa.

Agar mahasiswa lebih memahami dan mendalami pokok bahasan khususnya tentang
kepemimpinan dan kearifan lokal.

I.4 METODE PENULISAN

Dari banyak metode yang penulis ketahui, penulis menggunakan metode kepustakaan. Pada
zaman modern ini metode kepustakaan tidak hanya berarti pergi ke perpustakaan tapi dapat pula
dilakukan dengan pergi ke warung internet (warnet). Penulis menggunakan metode ini karena
jauh lebih praktis, efektif, efisien, serta sangat mudah untuk mencari bahan dan data data
tentang topik ataupun materi yang penulis gunakan untuk karya tulis ini.

I.5 RUANG LINGKUP

Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan yang penulis miliki maka ruang lingkup karya
tulis ini terbatas pada pembahasan mengenai kepemimpinan dan kearifan lokal

.BAB II

PEMBAHASAN
II.1 HAKIKAT KEPEMIMPINAN

Dalam kehidupan sehari hari, baik di lingkungan keluarga, organisasi, perusahaan sampai
dengan pemerintahan sering kita dengar sebutan pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan.
Ketiga kata tersebut memang memiliki hubungan yang berkaitan satu dengan lainnya.

Beberapa ahli berpandapat tentang Pemimpin, beberapa diantaranya :

Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang
kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya
dalam mencapai tujuan.

Menurut Robert Tanembaum, Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenang


formal untuk mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para bawahan yang bertanggung
jawab, supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan.

Menurut Prof. Maccoby, Pemimpin pertama-tama harus seorang yang mampu menumbuhkan
dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Pemimpin yang baik
untuk masa kini adalah orang yang religius, dalam artian menerima kepercayaan etnis dan
moral dari berbagai agama secara kumulatif, kendatipun ia sendiri mungkin menolak
ketentuan gaib dan ide ketuhanan yang berlainan.

Menurut Lao Tzu, Pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu mengembangkan
orang lain, sehingga akhirnya mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.

Menurut Davis and Filley, Pemimpin adalah seseorang yang menduduki suatu posisi
manajemen atau seseorang yang melakukan suatu pekerjaan memimpin.

Sedangakn menurut Pancasila, Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong,
menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas utama dari
kepemimpinan Pancasila adalah :

Ing Ngarsa Sung Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan sifat dan
perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang orang yang
dipimpinnya.

Ing Madya Mangun Karsa : Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat


berswakarsa dan berkreasi pada orang orang yang dibimbingnya.

Tut Wuri Handayani : Pemimpin harus mampu mendorong orang orang yang
diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.

Seorang pemimpin boleh berprestasi tinggi untuk dirinya sendiri, tetapi itu tidak memadai
apabila ia tidak berhasil menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para
bawahannya. Dari begitu banyak definisi mengenai pemimpin, dapat penulis simpulkan bahwa :
Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya yang baik
untuk mengurus atau mengatur orang lain.

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain


untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi
dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,
mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan kekuasaan adalah
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan pap yang diinginkan pihak
lainnya.The art of influencing and directing meaninsuch away to abatain their willing
obedience, confidence, respect, and loyal cooperation in order to accomplish the mission.
Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhidan menggerakkan orang orang sedemikian
rupa untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama secara royal untuk
menyelesaikan tugas Field Manual 22-100.

Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan
apa yang diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan
yang dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena
untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor.
Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut
pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat
sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap
teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.

Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan sesuatu fungsi
yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan. Pada dasarnya
fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :

Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanakan administrasi dan


menyediakan fasilitasnya.

Fungsi sebagai Top Mnajemen, yakni mengadakan planning, organizing, staffing, directing,
commanding, controling, dsb.

II.2 TEORI KEPEMIMPINAN

Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana
kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif serta menunjang
kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan. Dalam karya tulis ini akan dibahas tentang
teori dan gaya kepemimpinan.

Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai
referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang kepemimpinan antara
lain :

Teori Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )

Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian


pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan
Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan
yang kemudian teori ini dikenal dengan The Greatma Theory. Dalam
perkembanganya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir
psikologi yang berpandangan bahwa sifat sifat kepemimpinan tidak seluruhnya
dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman.
Sifat sifat itu antara lain : sifat fisik, mental, dan kepribadian.

Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan


kepemimpinan organisasi, antara lain :

o Kecerdasan

Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang


tinggi di atas kecerdasan rata rata dari pengikutnya akan mempunyai
kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada
umumnya memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan pengikutnya.
o Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial

Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal


maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi
yang matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik
dan goyah dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.

o Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi

Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang


tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian
tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.

o Sikap Hubungan Kemanusiaan

Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para


pengikutnya mampu berpihak kepadanya

Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi

Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini


memiliki kecendrungan kearah 2 hal.

o Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang


pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan.
Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti : membela bawahan,
memberi masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan
bawahan.

o Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang


memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat ,
bawahan mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana
pekerjaan dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.

Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana
seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan
terhadap hasil yang tinggi pula.

Teori Kewibawaan Pemimpin

Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab


dengan faktor itu seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang
lain baik secara perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia
untuk melakukan apa yang dikehendaki oleh pemimpin.

Teori Kepemimpinan Situasi


Seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus
bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.

Teori Kelompok

Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang
positif antara pemimpin dengan pengikutnya.

Dari adanya berbagai teori kepemimpinan di atas, dapat diketahui bahwa teori kepemimpinan
tertentu akan sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan (Leadership Style), yakni pemimpin
yang menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan segenap filsafat, keterampilan dan sikapnya.
Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpan bersikap, berkomunikasi, dan berinteraksi
dengan orang lain dalam mempengaruhi orang untuk melakukan sesuatu.Gaya tersebut bisa
berbeda beda atas dasar motivasi , kuasa ataupun orientasi terhadap tugas atau orang tertentu.
Diantara beberapa gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif dan negatif, dimana
perbedaan itu didasarkan pada cara dan upaya mereka memotivasi karyawan. Apabila
pendekatan dalam pemberian motivasi ditekankan pada imbalan atau reward (baik ekonomis
maupun nonekonomis) berartitelah digunakan gaya kepemimpinan yang positif. Sebaliknya jika
pendekatannya menekankan pada hukuman atau punishment, berarti dia menerapkan gaya
kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua ini dapat menghasilakan prestasi yang diterima dalam
banyak situasi, tetapi menimbulkan kerugian manusiawi.

Selain gaya kepemimpinan di atas masih terdapat gaya lainnya.

Otokratis

Kepemimpinan seperti ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai


keputusan dan pengembangan strukturnya. Kekuasaan sangat dominan digunakan.
Memusatkan kekuasaan dan pengambilan keputusan bagi dirinya sendiri, dan menata
situasi kerja yang rumit bagi pegawai sehingga mau melakukan apa saja yang
diperintahkan. Kepemimpinan ini pada umumnya negatif, yang berdasarkan atas
ancaman dan hukuman. Meskipun demikian, ada juga beberapa manfaatnya antaranya
memungkinkan pengambilan keputusan dengan cepat serta memungkinkan
pendayagunaan pegawai yang kurang kompeten.

Partisipasif

Lebih banyak mendesentrelisasikan wewenang yang dimilikinya sehingga keputusan


yang diambil tidak bersifat sepihak.

Demokrasi

Ditandai adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan


pengambilan keputusan yang kooperatif. Di bawah kepemimpinan pemimpin yang
demokrasis cenderung bermoral tinggi dapat bekerjasama, mengutamakan mutu kerja dan
dapat mengarahkan diri sendiri.
Kendali Bebas

Pemimpin memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi bersifat


longgar dan pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin menghindari kuasa dan tanggung
jawab, kemudian menggantungkannya kepada kelompok baik dalam menetapkan tujuan
dan menanggulangi masalahnya sendiri.

Dilihat dari orientasi si pemimpin, terdapat dua gaya kepemimpinan yang diterapkan,
yaitu gaya konsideral dan struktur, atau dikenal juga sebagai orientasi pegawai dan orientasi
tugas. Beberapa hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa prestasi dan kepuasan kerja
pegawai dapat ditingkatkan apabila konsiderasi merupakan gaya kepemimpinan yang dominan.
Sebaliknya, para pemimpin yang berorientasi tugas yang terstruktur, percaya bahwa mereka
memperoleh hasil dengan tetap membuat orang orang sibuk dan mendesak mereka untuk
berproduksi.

Pemimpin yang positif, partisipatif dan berorientasi konsiderasi,tidak selamanya merupakan


pemimpinyan terbaik.fiedler telah mengembakan suatumodel pengecualian dari ketiga gaya
kepemimpinan diatas,yakni model kepemimpinankontigennis.model ini nyatakan bahwa gaya
kepemimpinan yang paling sesuai bergantung pada situasi dimana pemimpin bekerja.dengan
teorinya ini fiedler ingin menunjukkan bahwa keefektifan ditunjukkan oleh interaksi antara
orientasi pegawai dengan 3 variabel yang berkaitan dengan pengikut, tugas dan organisasi.
Ketiga variabel itu adalah hubungan antara pemimpin dengan anngota ( Leader member
rolations), struktur tugas (task strukture), dan kuasa posisi pemimpin (Leader position power).
Variabel pertama ditentukan oleh pengakuan atau penerimaan (akseptabilitas) pemimpin oleh
pengikut, variabel kedua mencerminkan kadar diperlukannya cara spesifik untuk melakukan
pekerjaan, variabel ketiga menggambarkan kuasa organisasi yang melekat pada posisi pemimpin.

Model kontingensi Fieldler ini serupa dengan gaya kepemimpinan situasional dari Hersey dan
Blanchard. Konsepsi kepemimpinan situasional ini melengkapi pemimpin dengan pemahaman
dari hubungan antara gaya kepemimpinan yang efektif dengan tingkat kematangan (muturity)
pengikutnya.perilaku pengikut atau bawahan ini amat penting untuk mengetahui kepemimpinan
situasional, karena bukan saja pengikut sebagai individu bisa menerima atau menolak
pemimpinnya, akan tetapi sebagai kelompok , pengikut dapat menemukan kekuatan pribadi
apapun yang dimiliki pemimpin.

Menurut Hersey dan Blanchard (dalam Ludlow dan Panton,1996 : 18 dst), masing
masing gaya kepemimpinan ini hanya memadai dalm situasi yang tepat meskipun disadari bahwa
setiap orang memiliki gaya yang disukainya sendiri dan sering merasa sulit untuk mengubahnya
meskipun perlu.

Banyak studi yang sudah dilakukan untuk melihat gaya kepemimpinan seseorang. Salah
satunya yang terkenal adalah yang dikemukakan oleh Blanchard, yang mengemukakan 4 gaya
dari sebuah kepemimpinan. Gaya kepemimpinan ini dipengaruhi oleh bagaimana cara seorang
pemimpin memberikan perintah, dan sisi lain adalah cara mereka membantu bawahannya.
Keempat gaya tersebut adalah
Directing

Gaya tepat apabila kita dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf kita belum memiliki
pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut. Atau apabila anda berada di
bawah tekanan waktu penyelesaian. Kita menjelaskan apa yang perlu dan apa yang harus
dikerjakan. Dalam situasi demikian, biasanya terjadi over-communicating (penjelasan
berlebihan yang dapat menimbulkan kebingungan dan pembuangan waktu). Dalam proses
pengambilan keputusan, pemimpin memberikan aturan aturan dan proses yang detil kepada
bawahan. Pelaksanaan di lapangan harus menyesuaikan dengan detil yang sudah dikerjakan.

Coaching

Pemimpin tidak hanya memberikan detil proses dan aturan kepada bawahan tapi juga
menjelaskan mengapa sebuah keputusan itu diambil, mendukung proses perkembangannya,
dan juga menerima barbagai masukan dari bawahan. Gaya yang tepat apabila staf kita telah
lebih termotivasi dan berpengalaman dalam menghadapi suatu tugas. Disini kita perlu
memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengerti tentang tugasnya, dengan
meluangkan waktu membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan mereka.

Supporting

Sebuah gaya dimana pemimpin memfasiliasi dan membantu upaya bawahannya dalam
melakukan tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak memberikan arahan secara detail, tetapi
tanggung jawab dan proses pengambilan keputusan dibagi bersama dengan bawahan. Gaya ini
akan berhasil apabila karyawan telah mengenal teknik teknik yang dituntut dan telah
mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan anda. Dalam hal ini kita
perlumeluangkan waktu untuk berbincang bincang, untuk lebih melibatkan mereka dalam
penganbilan keputusan kerja, serta mendengarkan saran saran mereka mengenai
peningkatan kinerja.

Delegating

Sebuah gaya dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang dan tanggung
jawabnya kepada bawahan. Gaya Delegating akan berjalan baik apabila staf kita sepenuhnya
telah paham dan efisien dalm pekerjaan, sehingga kita dapat melepas mereka menjalankan
tugas atau pekerjaan itu atas kemampuan dan inisiatifnya sendiri.

Keempat gaya ini tentu saja mempunyai kelemahan dan kelebihan, serta sangat tergantung dari
lingkungan di mana seorang pemimpin berada, dan juga kesiapan dari bawahannya. Maka
kemudian timbul apa yang disebut sebagai situational leadership. Situational leadership
mengindikasikan bagaimana seorang pemimpin harus menyesuaikan keadaan dari orang orang
yang dipimpinnya.

Ditengah tengah dinamika organisasi (yang antara lain diindikasikan oleh adanya
perilaku staf / individu yang berbeda beda), maka untuk mencapai efektivitas organisasi,
penerapan keempat gaya kepemimpinan diatas perlu disesuaikan dengan tuntutan keadaan. Inilah
yang dimaksud dengan situasional lesdership,sebagaimana telah disinggung di atas. Yang perlu
diperhatikan adalah bahwa untuk dapat mengembangkan gaya kepemimpinan situasional ini,
seseorang perlu memiliki tiga kemampuan khusus yakni :

Kemampuan analitis (analytical skills) yakni kemampuan untuk menilai tingkat pengalaman
dan motivasi bawahan dalam melaksanakan tugas.

Kemampuan untuk fleksibel (flexibility atau adaptability skills) yaitu kemampuan untuk
menerapkan gaya kepemimpinan yang paling tepat berdasarkan analisa terhadap situasi.

Kemampuan berkomunikasi (communication skills) yakni kemampuan untuk menjelaskan


kepada bawahan tentang perubahan gaya kepemimpinan yang kita terapkan.

Ketiga kemampuan di atas sangat dibutuhkan bagi seorang pemimpin, sebab seorang
pemimpin harus dapat melaksanakan tiga peran utamanya yakni peran interpersonal, peran
pengolah informasi (information processing), serta peran pengambilan keputusan (decision
making) (Gordon, 1996 : 314-315).

Peran pertama meliputi :

Peran Figurehead Sebagai simbol dari organisasi

Leader Berinteraksi dengan bawahan, memotivasi dan mengembangkannya

Liaison Menjalin suatu hubungan kerja dan menangkap informasi untuk kepentingan
organisasi.

Sedangkan peran kedua terdiri dari 3 peran juga yakni :

Monitior Memimpin rapat dengan bawahan, mengawasi publikasi perusahaan, atau


berpartisipasi dalam suatu kepanitiaan.

Disseminator Menyampaikan informasi, nilai nilai baru dan fakta kepada bawahan.

Spokeman Juru bicara atau memberikan informasi kepada orang orang di luar
organisasinya.

Peran ketiga terdiri dari 4 peran yaitu :

Enterpreneur Mendesain perubahan dan pengembangan dalam organisasi.

Disturbance Handler Mampu mengatasi masalah terutama ketika organisasi sedang


dalam keadaan menurun.
Resources Allocator Mengawasi alokasi sumber daya manusia, materi, uang dan
waktu dengan melakukan penjadwalan, memprogram tugas tugas bawahan, dan
mengesahkan setiap keputusan.

Negotiator Melakukan perundingan dan tawar menawar.

Dalam perspektif yang lebih sederhana, Morgan ( 1996 : 156 ) mengemukakan 3 macam peran
pemimpin yang disebut dengan 3A, yakni :

Alighting Menyalakan semangat pekerja dengan tujuan individunya.

Aligning Menggabungkan tujuan individu dengan tujuan organisasi sehingga setiap


orang menuju ke arah yang sama.

Allowing Memberikan keleluasaan kepada pekerja untuk menantang dan mengubah


cara kerja mereka.

Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar
biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut
mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak
mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat
yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.

Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari
kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Maka jika ingin menjadi
pemimpin yang baik jangan pikirkan orang lain, pikirkanlah diri sendiri dulu. Tidak akan bisa
mengubah orang lain dengan efektif sebelum merubah diri sendiri. Bangunan akan bagus, kokoh,
megah, karena ada pondasinya. Maka sibuk memikirkan membangun umat, membangun
masyarakat, merubah dunia akan menjadi omong kosong jika tidak diawali dengan diri sendiri.
Merubah orang lain tanpa merubah diri sendiri adalah mimpi mengendalikan orang lain tanpa
mengendalikan diri.

II.3 KEPEMIMPINAN YANG MELAYANI

Merenungkan kembali arti makna kepemimpinan, sering diartikan kepemimpinan adalah jabatan
formal, yang menuntut untuk mendapat fasilitas dan pelayanan dari konstituen yang seharusnya
dilayani. Meskipun banyak di antara pemimpin yang ketika dilantik mengatakan bahwa jabatan
adalah sebuah amanah, namun dalam kenyataannya sedikit sekali atau bisa dikatakan hampir
tidak ada pemimpin yang sungguh sungguh menerapkan kepemimpinan dari hati, yaitu
kepemimpinan yang melayani.

A. Karakter Kepemimpinan

Hati Yang Melayani


Kepemimpianan yang melayani dimulai dari dalam diri kita. Kepemimpinan menuntut
suatu transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter. Kepemimpinan yang melayani
dimulai dari dalam dan kemudian bergerak keluar untuk melayani mereka yang
dipimpinnya. Disinilah pentingnya karakter dan integritas seorang pemimpin untuk menjadi
pemimpin yang diterima oleh rakyat yang dipimpinnya. Kembali kita saksikan betapa
banyak pemimpin yang mengaku wakil rakyat ataupun pejabat publik, justru tidak memiliki
integritas sama sekali, karena apa yang diucapkan dan dijanjikan ketika kampanye dalam
pemilu tidak sama dengan yang dilakukan ketika sudah duduk nyaman di kursinya.

Paling tidak menurut Ken Blanchard dan kawan kawan, ada sejumlah ciri ciri dan nilai
yang muncul dari seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani,yaitu tujuan utama
seorang pemimpin adalah melayani kepentingan mereka yang dipimpinnya. Orientasinya
adalah bukan untuk kepentingan diri pribadi maupun golongan tapi justru kepentingan
publik yang dipimpinnya.

Seorang pemimpin memiliki kerinduan untuk membangun dan mengembangkan mereka


yang dipimpinnya sehingga tumbuh banyak pemimpin dalam kelomponya. Hal ini sejalan
dengan buku yang ditulis oleh John Maxwell berjudul Developing the Leaders Around You.
Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung dari kemampuannya untuk membangun
orang orang di sekitarnya, karena keberhasilan sebuah organisasi sangat tergantung pada
potensi sumber daya manusia dalam organisasi tersebut. Jika sebuah organisasi atau
masyarakat mempunyai banyak anggota dengan kualitas pemimpin, organisasi atau bangsa
tersebut akan berkembang dan menjadi kuat.

Pemimpin yang melayani memiliki kasih dan perhatian kepada mereka yang
dipimpinnya. Kasih itu mewujud dalam bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan,
impian da harapan dari mereka yang dipimpinnya.

Seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani adalah akuntabilitas ( accountable
). Istilah akuntabilitas adalah berarti penuh tanggung jawab dan dapat diandalkan. Artinya
seluruh perkataan,pikiran dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada public atau
kepada setiap anggota organisasinya.

Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar setiap
kebutuhan, impian, dan harapan dari mereka yang dipimpin. Pemimpin yang melayani
adalah pemimpin yang dapat mengendalikam ego dan kepentingan pribadinya melebihi
kepentingan public atau mereka yang dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti dapat
mengendalikan diri ketika tekanan maupun tantangan yang dihadapi menjadi begitu
berat,selalu dalam keadaan tenang, penuh pengendalian diri, dan tidak mudah emosi.

B. Metode Kepemimpinan

Kepala Yang Melayani

Seorang pemimpin tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata, tapi
juga harus memiliki serangkaian metode kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang
efektif. Banyak sekali pemimpin memiliki kualitas sari aspek yang pertama yaitu karakter
dan integritas seorang pemimpin, tetapi ketika menjadi pimpinan formal, justru tidak efektif
sama sekali karena tidak memiliki metode kepemimpinan yang baik. Contoh adalah para
pemimpin yang diperlukan untuk mengelola mereka yang dipimpinnya.

Tidak banyak pemimpin yang memiliki metode kepemimpinan ini. Karena hal ini
tidak pernah diajarkan di sekolah sekolah formal. Keterampilan seperti ini disebut dengan
Softskill atau Personalskill. Dalam salah satu artikel di economist.com ada sebuah ulasan
berjudul Can Leadership Be Taught, dibahas bahwa kepemimpinan (dalam hal ini metode
kepemimpinan) dapat diajarkan sehingga melengkapi mereka yang memiliki karakter
kepemimpinan. Ada 3 hal penting dalam metode kepemimpinan, yaitu :

Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan visi yang jelas. Visi ini merupakan sebuah
daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan, yang mendorong terjadinya proses
ledakan kreatifitas yang dahsyat melalui integrasi maupun sinergi berbagai keahlian
dari orang orang yang ada dalam organisasi tersebut. Bahkan dikatakan bahwa
nothing motivates change more powerfully than a clear vision. Visi yang jelas dapat
secara dahsyat mendorong terjadinya perubahan dalam organisasi. Seorang pemimpin
adalah inspirator perubahan dan visioner yaitu memiliki visi yang jelas kemana
organisasinya akan menuju. Kepemimpinan secara sederhana adalah proses untuk
membawa orang orang atau organisasi yang dipimpin menuju suatu tujuan yang jelas.
Tanpa visi, kepemimpinan tidak ada artinya sama sekali. Visi inilah yang mendorong
sebuah organisasi untuk senantiasa tumbuh dan belajar serta berkembang dalam
mempertahankan survivalnya sehingga bias bertahan sampai beberapa generasi. Ada 2
aspek mengenai visi, yaitu visionary role dan implementation role. Artinya seorang
pemimpin tidak hanya dapat membangun atau menciptakan visi bagi organisasinya tapi
memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan visi tsb ke dalam suatu rangkaian
tindakan atau kegiatan yang diperlukan untuk mencapai visi itu.

Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang yang responsive. Artinya dia selalu
tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan, dan impian dari mereka yang
dipimpin. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari setiap
permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi.

Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau pendamping bagi orang
orang yang dipimpinnya (performance coach). Artinya dia memiliki kemempuan untuk
menginspirasi, mendorong dan memampukan anak buahnya dalam menyusun
perencanaan (termasuk rencana kegiatan, target atau sasaran, rencana kebutuhan
sumber daya, dsb), melakukan kegiatan sehari hari seperti monitoring dan
pengendalian, serta mengevaluasi kinerja dari anak buahnya.

C. Perilaku Kepemimpinan

Tangan Yang Melayani


Pemimpin yang melayani bukan sekedar memperlihatkan karakter dan integritas, serta
memiliki kemampuan metode kepemimpinan, tapi dia harus menunjukkan perilaku maupun
kebiasaan seorang pemimpin. Dalam buku Ken Blanchard disebutka perilaku seorang
pemimpin, yaitu :

Pemimpin tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang dipimpin, tapi sungguh
sungguh memiliki kerinduan senantiasa untuk memuaskan Tuhan. Artinya dia hidup
dalam perilaku yang sejalan dengan firman Tuhan. Dia memiliki misi untuk senantiasa
memuliakan Tuhan dalam setiap apa yang dipikirkan, dikatakan, dan diperbuatnya.

Pemimpin focus pada hal hal spiritual dibandingkan dengan sekedar kesuksesan
duniawi. Baginya kekayaan dan kemakmuran adalah untuk dapat memberi dan beramal
lebih banyak. Apapun yang dilakukan bukan untuk mendapat penghargaan, tapi
melayani sesamanya. Dan dia lebih mengutamakan hubungan atau relasi yang penuh
kasih dan penghargaan, dibandingkan dengan status dan kekuasaan semata.

Pemimpin sejati senantiasa mau belajar dan bertumbuh dalam berbagai aspek , baik
pengetahuan, kesehatan, keuangan, relasi, dsb. Setiap harinya senantiasa menyelaraskan
(recalibrating ) dirinya terhadap komitmen untuk melayani Tuhan dan sesame. Melalui
solitude (keheningan), prayer (doa), dan scripture (membaca Firman Tuhan ).

Demikian kepemimpinan yang melayani menurut Ken Blanchard yang sangat


relevan dengan situasi krisis kepemimpinan yang dialami oleh bangsa Indonesia. Bahkan
menurut Danah Zohar, penulis buku Spiritual Intelligence: SQ the Ultimate Intelligence,
salah satu tolak ukur kecerdasan spiritual adalah kepemimpinan yang melayani (servant
leadership). Bahkan dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Gay Hendrick dan Kate
Luderman, menunjukkan pemimpin pemimpin yang berhasil membawa perusahaannya
ke puncak kesuksesan biasanya adalah pemimpin yang memiliki SQ yang tinggi. Mereka
biasanya adalah orang orang yang memiliki integritas, terbuka, mampu menerima kritik,
rendah hati, mampu memahami spiritualitas yang tinggi, dan selalu mengupayakan yang
terbaik bagi diri mereka sendiri maupun bagi orang lain.

II.4 KEPEMIMPINAN SEJATI

Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari proses
perubahan karakter atau tranformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah
jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan dalam diri
seseorang. Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam
diri (inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan
tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika keberadaannya
mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin
sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan
sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari
proses internal (leadership from the inside out ).
Kepemimpinan sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat atau jabatan seseorang.
Kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari keputusan
seseorang untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi keluarga, bagi
lingkungan pekerjaan, maupun bagi lingkungan sosial dan bahkan bagi negerinya. I dont think
you have to be waering stars on your shoulders or a title to be leadar. Anybody who want to raise
his hand can be a leader any time,dikatakan dengan lugas oleh General Ronal
Fogleman,Jenderal Angkatan Udara Amerika Serikat yang artinya Saya tidak berpikir anda
menggunakan bintang di bahu anda atau sebuah gelar pemimpin. Orang lainnya yang ingin
mengangkat tangan dapat menjadi pemimpin di lain waktu.

Sering kali seorang pemimpin sejati tidak diketahui keberadaannya oleh mereka yang
dipimpinnya. Bahkan ketika misi atau tugas terselesaikan, maka seluruh anggota tim akan
mengatakan bahwa merekalah yang melakukannya sendiri. Pemimpin sejati adalah seorang
pemberi semangat (encourager), motivator, inspirator, dam maximizer.

Konsep pemikiran seperti ini adalah sesuatu yang baru dan mungkin tidak bisa diterima
oleh para pemimpin konvensional yang justru mengharapkan penghormatan dan pujian (honor &
praise) dari mereka yang dipimpinnya. Semakin dipuji bahkan dikultuskan, semakin tinggi hati
dan lupa dirilah seorang pemimpin. Justru kepemimpinan sejati adalah kepemimpinan yang
didasarkan pada kerendahan hati (humble).

Pelajaran mengenai kerendahan hati dan kepemimpinan sejati dapat kita peroleh dari
kisah hidup Nelson Mandela. Seorang pemimpin besar Afrika Selatan, yang membawa
bangsanya dari negara yang rasialis menjadi negara yang demokratis dan merdeka.Selama
penderitaan 27 tahun penjara pemerintah Apartheid, justru melahirkan perubahan dalam diri
Beliau. Sehingga Beliau menjadi manusia yang rendah hati dan mau memaafkan mereka yang
telah membuatnya menderita selam bertahun tahun.

Seperti yang dikatakan oleh penulis buku terkenal, Kenneth Blanchard, bahwa
kepemimpinan dimulai dari dalam hati dan keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya.
Perubahan karakter adalah segala galanya bagi seorang pemimpin sejati. Tanpa perubahan dari
dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan hati, tanpa adanya integritas yang kokoh, daya
tahan menghadapi kesulitan dan tantangan, dan visi serta misi yang jelas, seseorang tidak akan
pernah menjadi pemimpin sejati.

Sebuah jenis kepemimpinan yaitu Q Leader memiliki 4 makna terkait dengan


kepemimpinan sejati, yaitu :

Q berarti kecerdasan atau intelligence. Seperti dalam IQ berarti kecerdasan intelektual,EQ


berarti kecerdasan emosional, dan SQ berarti kecerdasan spiritual. Q leader berarti seorang
pemimpin yang memiliki kecerdasan IQ,EQ,SQ yang cukup tinggi.

Q leader berarti kepemimpinan yang memiliki kualitas(quality), baik dari aspek visioner
maupun aspek manajerial.
Q leader berarti seorang pemimpin yang memiliki qi ( dibaca chi dalam bahasa Mandarin
yang berarti kehidupan).

Q keempat adalah qolbu atau inner self. Seorang pemimpin sejati adalah seseorang yang
sungguh sungguh mengenali dirinya (qolbunya) dan dapat mengelola dan
mengendalikannya (self management atau qolbu management).

Menjadi seorang pemimpin Q berarti menjadi seorang pemimpin yang selalu belajar dan
bertumbuh senantiasa untuk mencapai tingkat atau kadar Q (intelligence-quality-qi-qolbu) yang
lebih tinggi dalam upaya pencapaian misi dan tujuan organisasi maupun pencapaian makna
kehidupan setiap pribadi seorang pemimpin.

Rangkuman kepemimpinan Q dalam 3 aspek penting yang disingkat menajadi 3C, yaitu :

Perubahan karakter dari dalam diri (character chage).

Visi yang jelas (clear vision).

Kemampuan atau kompetensi yang tinggi (competence).

Ketiga hal tersebut dilandasi oleh suatu sikap disiplin yang tinggi untuk senantiasa bertumbuh,
belajar dan berkembang baik secara internal (pengembangan kemampuan intrapersonal,
kemampuan teknis, pengatahuan,dll) maupun dalam hubungannya dengan orang lain
(pengembangan kemampuan interpersonal dan metode kepemimpinan). Seperti yang dikatakan
oleh John Maxwell, The only way that I can keep leading is to keep growing. The the day I
stop growing, somebody else takes the leadership baton. That is way it always it. Satu-satunya
cara agar saya tetap menjadi pemimpin adalah saya harus senantiasa bertumbuh. Ketika saya
berhenti bertumbuh, orang lain akan mengambil alih kepemimpinan tsb.

II.5 KEPEMIMPINAN DAN KEARIFAN LOKAL

Kearifan local yaitu spirit local genius yang disepadankan maknanya dengan pengetahuan,
kecerdikan,kepandaian, keberilmuan, dan kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan dan
berkenaan dengan penyelesaian masalah yang relative pelik dan rumit,

Dalam suatu local (daerah ) tentunya selalu diharapkan kehidupan yang selaras, serasi dan
seimbang (harmonis). Kehidupan yang penuh kedamaian dan suka cita. Kehidupan yang
dipimpin oleh pimpinan yang dihormati bawahannya. Kehidupan yang teratur dan terarah yang
dipimpin oleh pimpinan yang mampu menciptakan suasana kondusif.

Kehidupan manusia tidak lepas dari masalah. Serangkaian masalah tidaklah boleh didiamkan.
Setiap masalah yang muncul haruslah diselesaikan. Dengan memiliki jiwa kepemimpinan,
seseorang akan mampu menaggulangi setiap masalah yang muncul.

Manusia di besarkan masalah. Dalam kehidupan local masyarakat, setiap masalah yang muncul
dapat ditanggulangi dengan kearifan local masyarakat setempat. Contohnya adalah masalah
banjir yang di alami masyarakat di berbagai tempat. Khususnya di Bali, seringkali terjadi banjir
di wilayah Kuta. Sebagai tempat tujuan wisata dunia tentu hal ini sangat tidak menguntungkan.
Masalah ini haruslah segera ditangani. Dalam hal pembuatan drainase dan infrastruktur lainnya,
diperlukan kematangan rencana agar pembangunan yang dilaksanakan tidak berdampak buruk.
Terbukti, penanggulangan yang cepat dengan membuat gorong gorong bisa menurunkan debit
air yang meluber ke jalan.

Sebagai pemimpin lokal, pihak Camat Kuta, I Gede Wijaya sebelumnya telah melakukan
sosialisasi terkait pembangunan gorong gorong. Camat Kuta secara langsung dan tertulis telah
menyampaikan hal tersebut kepada pengusaha serta pemilik bangunan dalam surat No.
620/676/ke/07 , tertanggal 27 desember 2007

BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN

Kata pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat
dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya,
tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang
tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya,
keterampilan, bakat, sifat sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya
sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.

Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari
kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati
selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain.

Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu
yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses
internal (leadership from the inside out).

III.2 SARAN

Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa kepemimpinan
itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk memimpin diri sendiri.

Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar
biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut
mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak
mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat
yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalu berinteraksi
dengan sesama serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar
maupun dalam kelompok kecil.

Hidup dalam berkelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis
anggota kelompok haruslah saling menghormati & menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga.
Hidup yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan & menjaga kehidupan yang harmonis
adalah tugas manusia.

Untuk mewujudkan nya dibutuhkan sosok seorang panutan yang dapat di andalkan.Sosok itu dapat
disebut dengan pemimpin.Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok &
lingkungan dengan baik.

Namun bagaimana sebenarnya sosok pemimpin yang baik dan bertanggungjawab serta apa
hubungannya pemimpin dengan kepemimpinan serta kekuasaan.

Untuk menjawab pernyataan tersebut dapat ditemukan pada bagian PEMBAHASAN.

B. TUJUAN MAKALAH
Adapun tujuan makalah kami ini adalah sebagai berikut.

1. Memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen Ibu Juliana Sirait ,SE

2. Menjelaskan Defenisi Kepemimpinan

3. Menjelaskan hubungan pemimpin, kepemimpinan dan kekuasaan

4. Menjelaskan tipe-tipe kepemimpinan


5. Menjelaskan masalah masalah dalam kepemimpinan

6. Menjelaskan bagaimana menjadi Pemimpin yang baik

BAB II
PEMBAHASAN

A. KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengarahkan pengikut-pengikutnya untuk
bekerja sama dengan kepercayaan serta tekun mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh pimpinan
mereka. Kepemimpinan dapat juga di artikan sebagai kemampuan seseorang mempengaruhi dan
memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama.

B. KEPEMIMPINAN , PEMIMPIN DAN KEKUASAAN


1. Kepemimpinan.
Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi
perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok .
Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang orang sedemikian rupa
untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama secara royal untuk menyelesaikan
tugas (Field Manual 22-100)

Adapun defenisi dari kepemimpinan menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut.
George R. Terry (yang dikutip dari Sutarto, 1998 : 17)
Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang atau pemimpin, mempengaruhi orang
lain untuk bekerja secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan
G.L.Feman & E.K.aylor (1950)
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk menciptakan kegiatan kelompok mencapai tujuan organisasi
dengan efektifitas maksimum dan kerjasama dari tiap-tiap individu.
C.M. Bundel Is Leadership losing its importance ?
Kepemimpinan seorang seni mendorong/mempengaruhi orang-orang lain untuk mengerjakan apa yang
dikehendaki seseorang pemimpin untuk dikerjakannya.

R. C. Davis The Fundamentals of Top Management


Kepemimpinan sebagai kekuatan dinamika yang pokok yang mendorong memotivasi, dan
mengkoordinasikan organisasi dalam pencapaian tujuan-tujuannya.

2. Pemimpin
Dalam kehidupan sehari hari, baik di lingkungan keluarga, organisasi, perusahaan sampai dengan
pemerintahan sering kita dengar sebutan pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan. Ketiga kata
tersebut memang memiliki hubungan yang berkaitan satu dengan lainnya.
Pemimpin berarti orang yang melaksanakan kepemimpinan tersebut.Untuk lebih jelasnya turut kami
sajikan defenisi pemimpin dari beberapa ahli.

Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang
kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam
mencapai tujuan.
Menurut Robert Tanembaum, Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenang formal untuk
mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para bawahan yang bertanggung jawab, supaya semua
bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan.
Menurut Lao Tzu, Pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu mengembangkan orang lain,
sehingga akhirnya mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.
Menurut Davis and Filley, Pemimpin adalah seseorang yang menduduki suatu posisi manajemen atau
seseorang yang melakukan suatu pekerjaan memimpin.
Sedangakn menurut Pancasila, Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong,
menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas utama dari kepemimpinan
Pancasila adalah :
Ing Ngarsa Sung Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan sifat dan perbuatannya menjadikan dirinya
pola anutan dan ikutan bagi orang orang yang dipimpinnya.
Ing Madya Mangun Karsa : Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan
berkreasi pada orang orang yang dibimbingnya.
Tut Wuri Handayani : Pemimpin harus mampu mendorong orang orang yang diasuhnya berani berjalan
di depan dan sanggup bertanggung jawab.

3. Kekuasaan

Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa yang
diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan yang dijelaskan
sebelumnya tersebut memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin
bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil
hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang
digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat sifatnya, atau kewenangannya yang
dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan
diterapkan.

C .TEORI KEPEMIMPINAN

Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana
kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif serta menunjang kepada
produktifitas organisasi secara keseluruhan. Dalam makalah ini akan dibahas tentang teori
kepemimpinan. Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya
mempunyai referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang kepemimpinan
antara lain :

1. Teori Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )

Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri. Teori
sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu
dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian teori ini dikenal dengan The Greatma Theory. Dalam
perkembanganya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan
bahwa sifat sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui
pendidikan dan pengalaman. Sifat sifat itu antara lain : sifat fisik, mental, dan kepribadian.

Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan
organisasi, antara lain :

Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang tinggi di atas kecerdasan rata
rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin
pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.

Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial


Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun eksternal, seorang
pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak
mudah panik dan goyah dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.

Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi


Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi serta dorongan untuk
berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.

Sikap Hubungan Kemanusiaan


Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya mampu berpihak
kepadanya.

2. Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi

Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki kecenderungan
kearah 2 hal.

a) Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang pemimpin yang menggambarkan
hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti : membela bawahan,
memberi masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan.
b) Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yangmemberikan batasan kepada
bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan,
bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.
Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang pemimpin yang
memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi pula.

3. Teori Kewibawaan Pemimpin

Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab dengan faktor itu
seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik secara perorangan maupun
kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk melakukan apa yang dikehendaki oleh pemimpin.

4. Teori Kepemimpinan Situasi

Seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat fleksibel, sesuai
dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.

5. Teori Kelompok

Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang positif antara pemimpin
dengan pengikutnya.

Dari adanya berbagai teori kepemimpinan di atas, dapat diketahui bahwa teori kepemimpinan
tertentu akan sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan (Leadership Style), yakni pemimpin yang
menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan segenap filsafat, keterampilan dan sikapnya.

D. TIPE KEPEMIMPINAN

Tipe kepemimpinan dapat disebut dengan model (gaya) kepemimpinan seseorang. Tipe kepemimpinan
yang secara luas dikenal adalah sebagai berikut.

1. Tipe Otoriter

Disebut juga tipe kepemimpinan authoritarian. Dalam kepemimpinan ini, pemimpin bertindak sebagai
diktator terhadap anggota kelompoknya. Baginya memimpin adalah menggerakkan dan memaksa
kelompok. Batasan kekuasaan dari pemimpin otoriter hanya dibatasi oleh undang-undang. Bawahan
hanya bersifat sebagai pembantu, kewajiban bawahan hanyalah mengikuti dan menjalankan perintah
dan tidak boleh membantah atau mengajukan saran. Mereka harus patuh dan setia kepada pemimpin
secara mutlak.

Kelebihan:

a. Keputusan dapat diambil secara cepat

b. Mudah dilakukan pengawasan

Kelemahan:

a. Pemimpin yang otoriter tidak menghendaki rapat atau musyawarah.

b. Setiap perbedaan diantara anggota kelompoknya diartikan sebagai kelicikan, pembangkangan, atau
pelanggaran disiplin terhadap perintah atau instruksi yang telah diberikan.

c. Inisiatif dan daya pikir anggota sangat dibatasi, sehingga tidak diberikan kesempatan untuk
mengeluarkan pendapatnya.

d. Pengawasan bagi pemimpin yang otoriter hanyalah berarti mengontrol, apakah segala perintah yang
telah diberikan ditaati atau dijalankan dengan baik oleh anggotanya.

e. Mereka melaksanakan inspeksi, mencari kesalahan dan meneliti orang-orang yang dianggap tidak taat
kepada pemimpin, kemudian orang-orang tersebut diancam dengan hukuman, dipecat, dsb. Sebaliknya,
orang-orang yang berlaku taat dan menyenangkan pribadinya, dijadikan anak emas dan bahkan diberi
penghargaan.

f. Kekuasaan berlebih ini dapat menimbulkan sikap menyerah tanpa kritik dan kecenderungan untuk
mengabaikan perintah dan tugas jika tidak ada pengawasan langsung.

g. Dominasi yang berlebihan mudah menghidupkan oposisi atau menimbulkan sifat apatis.

2. Tipe Laissez-faire (Bahasa Perancis : biarkan mereka sendiri)

Dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan kepemimpinannya, dia
membiarkan bawahannya berbuat sekehendaknya.Pemimpin akan menggunakan sedikit kekuasaannya
untuk melakukan tugas mereka.Dengan demikian sebagian besar keputusan diambil oleh anak
buahnya.Pemimpin semacam ini sangat tergantung pada bawahannya dalam membuat tujuan
itu.Mereka menganggap peran mereka sebagai pembantu usaha anak buahnya dengan cara
memberikan informasi dan menciptakan lingkungan yang baik.
Kelebihan:

a. Keputusan berdasarkan keputusan anggota

b. Tidak ada dominasi dari pemimpin

Kekurangan:

a. Pemimpin sama sekali tidak memberikan control dan koreksi terhadap pekerjaan bawahannya.

b. Pembagian tugas dan kerja sama diserahkan sepenuhnya kepada bawahannya tanpa petunjuk atau
saran-saran dari pemimpin. Dengan demikian mudah terjadi kekacauan dan bentrokan.

c. Tingkat keberhasilan anggota dan kelompok semata-mata disebabkan karena kesadaran dan dedikasi
beberapa anggota kelompok, dan bukan karena pengaruh dari pemimpin.

d. Struktur organisasinya tidak jelas atau kabur, segala kegiatan dilakukan tanpa rencana dan tanpa
pengawasan dari pimpinan.

3. Tipe Demokratis

Pemimpin ikut berbaur di tengah anggota kelompoknya. Hubungan pemimpin dengan anggota bukan
sebagai majikan dengan bawahan, tetapi lebih seperti kakak dengan saudara-saudaranya. Dalam
tindakan dan usaha-usahanya ia selalu berpangkal kepada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya,
dan mempertimbangkan kesanggupan dan kemampuan kelompoknya.

Kelebihan:

a. Dalam melaksanalan tugasnya, ia mau menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan saran dari
kelompoknya.

b. Ia mempunyai kepercayaan pula pada anggotanya bahwa mereka mempunyai kesanggupan bekerja
dengan baik dan bertanggung jawab.

c. Ia selalu berusaha membangun semangat anggota kelompok dalam menjalankan dan


mengembangkan daya kerjanya dengan cara memupuk rasa kekeluargaan dan persatuan. Di samping
itu, ia juga memberi kesempatan kepada anggota kelompoknya agar mempunyai kecakapan memimpin
dengan jalan mendelegasikan sebagian kekuasaan dan tanggung jawabnya.

Kekurangan:
a. Proses pengambilan keputusan akan memakan waktu yang lebih banyak.

b. Sulitnya pencapaian kesepakatan.

4. Tipe Pseudo-demokratis

Tipe ini disebut juga semi demokratis atau manipulasi diplomatic. Pemimpin yang bertipe pseudo-
demokratis hanya tampaknya saja bersikap demokratis padahal sebenarnya dia bersikap otokratis.
Misalnya jika ia mempunyai ide-ide, pikiran, atau konsep yang ingin diterapkan di lembaga
Pendidikannya, maka hal tersebut akan dibicarakan dan dimusyawarahkan dengan bawahannya, tetapi
situasi diatur dan diciptakan sedemikian rupa sehingga pada akhirnya bawahan didesak agar menerima
ide atau pikiran tersebut sebagai keputusan bersama. Pemimpin ini menganut demokrasi semu dan
lebih mengarah kepada kegiatan pemimpin yang otoriter dalam bentuk yang halus, samar-samar, dan
yang mungkin dilaksanakan tanpa disadari bahwa tindakan itu bukan tindakan pimpinan yang
demokratis.

5. Tipe Kharismatik

Seorang pemimpin yang kharismatik memiliki karakteristik yang khas yaitu daya tariknya yang sangat
memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang sangat besar dan para pengikutnya tidak selalu
dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tertentu itu dikagumi. Pengikutnya tidak
mempersoalkan nilai yang dianut, sikap, dan perilaku serta gaya dari si pemimpin.

E. MASALAH DALAM KEPEMIMPINAN


Adapun Masalah dalam Kepemimpinan di Organisasi Saat Ini yang dapat kami sajikan adalah sebagai
berikut.

Ketika perusahaan terlalu fokus pada bagaimana ia bersaing dengan perusahaan lain, kondisi dalam
organisasi diperlakukan dengan cara yang tidak efektif. Manajemen lebih tertarik pada penampilan yang
baik daripada melakukan apa yang diperlukan, hasilnya yaitu kemunduran besar bagi ekonomi dan
pendidikan di dunia. Pemimpin tim berfokus untuk memeras bakat individu demi kepentingan organisasi
Manajer, di sisi lain mengevaluasi isu-isu dan masalah. Perbedaannya jelas sebuah tim memiliki visi dan
sebuah manajemen memiliki agenda.
Koordinasi dari bakat-bakat pengikut dan mengarahkan mereka pada tujuan-tujuan tertentu adalah hal
yang penting. Dari semua sumber daya yang tersedia untuk organisasi uang, bahan, peralatan, dan
orang sumber daya vital orang. Tidak seperti sumber daya lain, manusia memiliki potensi luar biasa
untuk pertumbuhan dan pembangunan. Kenyataan ini membuat motivasi karyawan menjadi paling
penting dan menantang aspek sistem kepemimpinan.
Dalam organisasi dewasa ini, tuntutannya adalah untuk menanggapi perubahan teknologi dan pasar
dengan menjadi organisasi belajar. Pemimpin dan karyawan menjangkau luar batas-batas mereka dalam
rangka untuk mengembangkan hubungan yang lebih efektif, prosedur, proses, dan penglihatan.
Sebagian besar masalah organisasi saat ini adalah kurangnya kepemimpinan bukan bakat. Untungnya,
orang-orang mulai menyadari bahwa kinerja dari peran kepemimpinan sangat penting tidak hanya untuk
kesuksesan, tapi juga untuk bertahan hidup.

Organisasi harus ingat bahwa generasi ini memiliki kewajiban etis untuk masa depan dan kesejahteraan
generasi berikutnya. Motivation Saat seseorang memotivasi dirinya sendiri atau orang lain, orang
tersebut sedang mengembangkan kondisi yang akan membantu mendorong seseorang untuk
berperilaku sesuai kehendak. Apakah itu adalah melalui motivasi intrinsik atau ekstrinsik motivasi,
sebagian besar individu digerakkan oleh keyakinan mereka, nilai,kepentingan pribadi dan bahkan
ketakutan. Salah satu tantangan yang lebih sulit untuk seorang pemimpin adalah untuk belajar
bagaimana secara efektif memotivasi mereka yang bekerja untuk mereka. Salah satu alasan mengapa
begitu sulit adalah karena motivasi bisa sangat pribadi. Biasanya, para pemimpin yang tidak
berpengalaman percaya bahwa faktor-faktor yang memotivasi diri mereka sendiri akan memotivasi lain.
Kesalahpahaman lain adalah bahwa para pemimpin yang tidak berpengalaman adalah bahwa faktor-
faktor yang memotivasi seorang karyawan akan juga bekerja pada orang lain padahal satu ukuran tidak
cocok untuk semua ketika berhubungan dengan motivasi.

1. Kurangnya Koordinasi

a. Koordinasi dalam Program kerja

Seringkali dalam sebuah organisasi yang sudah mapan sekali pun, atau dapat dikatakan ketika dalam
organisasi terdapat sebuah program kerja yang sangat bagus sekali pun, jika tidak ada koordinasi maka
sering kali menyebabkan kesalahpahaman, yang tentunya dapat menyebabkan kacaunya terlaksanya
sebuah program.

Kekacauan tersebut dapat terjadi ketika antar penanggung jawab tidak mengetahui batasan-batasan
kerjanya, yang seringkali hanya dapat diperoleh melalui koordinasi antar penanggungjawab
b. Koordinasi antar Pimpinan

Parahnya lagi, koordinasi yang buruk dapat mengarah pada komunikasi yang buruk pula. Komunikasi
yang buruk antar pimpinan tersebut dalam sebuah program dapat berakibat pada program-program
selanjutnya. Maka seringkali terjadi salah sangka dan salah paham diantaranya.

Padahal para pimpinan selain berhubungan dalam pelaksanaan program kerja seharusnya memiliki
ikatan cultural, ketika terjalin komunikasi yang baik diantaranya.

2. Pengkaderan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah kader berarti : (1) perwira atau bintara dl ketentaraan;
(2) orang yg diharapkan akan memegang peran yg penting di pemerintahan, partai, dsb. Jika dalam hal
ini kita ambil definisi kedua, maka, istilah pengkaderan bisa diartikan sebagai : sebuah proses yang
menghasilkan orang yg diharapkan akan memegang peran yg penting di pemerintahan, partai, dsb.

a. Rekrutmen

Bagi sebagian periode organisasi, dan bagi berbagai macam organisasi masalah pengkaderan ini
dirasakan berbeda-beda, oleh karena tingkat animo peminat organisasi yang berbeda beda misalnya. (
Animo artinya hasrat dan keinginan yg kuat untuk berbuat, melakukan, atau mengikuti sesuatu).

Namun pernyataan kesuksesan suatu periode adalah bukan sekedar sukses ketika masa jabatanya
namun ketika dapat menghasilkan (kader-kader) periode yang lebih sukses.

Maka dapat dikatakan dalam sebuah organisasi adalah ketika dalam suatu periode dapat dikatakan
sebagai masa kejayaan, namun hal tersebut tidak ada artinya ketika setelah itu organisasi tersebut
terpuruk atau bahkan bubar karena kelemahan tau bahkan tidak adanya kader penerus.

b. Mempertahankan kader

Pengkaderan ini, terkait erat pada pengembangan organisasi. Ketika suatu organisasi dapat merekrut
kader dalam animo besar, memungkinkan jangkauan organisasi tersebut pada komunitas yang luas,
serta hal tersebut merupakan sumber daya yang tidak bisa diremehkan.
Setelah berhasil merekrut kader dalam animo yang besar, jika tidak dapat memberdayakan, dalam
rangka mempertahankan kader-kadernya maka seringkali kader-kader tersebut akan maengalami seleksi
alam. Oleh karena itu usaha mempertahankan kader sering kali lebih penting daripada rekrutmennya.

3. Praktik praktik Organisasi

1. Rasa hormat, martabat, dan kebebasan perorangan. Masalah ini berhubungan dengan cara organisasi
memperlakukan anggotanya. Dari sudut pandang sebagian besar anggota oraganisasi, kepentingan
organisasi didahulukan dan kepentingan anggota dijadikan yang paling akhir.

2. Kebijakan dan praktik personel. Masalah ini berkenaan dengan etika kepegawaian, pemberian gaji,
kenaikan pangkat, pendisiplinan, dan masalah pensiun anggota organisasi. Kewajiban umum organisasi
adalah berlaku adil pada anggota organisasi yang prospektif disetiap jenjang karirnya.

F. BAGAIMANA MENJADI PEMIMPIN IDEAL

Menurut William Glasser dalam bukunya, Choice Theory, sesungguhnya di dalam situasi yang paling
ekstrem sekalipun, seseorang tidak dapat dipaksa untuk melakukan suatu pekerjaan. Jikalau orang
tersebut mau mengerjakan pekerjaan yang dipaksakan itu, biasanya hasil kerjanya tidak memuaskan.

Dalam bukunya tersebut, William menyebutkan 8 ciri perilaku yang menggambarkan sifat seorang
pemimpin yang baik.

1. Beri teladan tentang arti sukses kepada bawahan.

Alasan umum seseorang tidak berusaha keras dalam bekerja adalah karena mereka tidak tahu persis
tujuan mereka bekerja. Ketidakadaan tujuan dan arah sering mematahkan motivasi kerja. Oleh sebab
itu, seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa memberi contoh kesuksesan yang bisa
diraih para bawahannya.

2. Beri bawahan Anda peralatan yang mereka butuhkan.

Banyak orang mempersepsikan, tugas seorang pemimpin adalah menyelesaikan masalah bawahannya.
Namun, sebenarnya itu bukan tugas dari atasan. Daripada terus-menerus turun tangan menyelesaikan
masalah orang lain, lebih baik berikan pada bawahan cara dan rambu untuk menyelesaikan masalahnya
sendiri.

3. Jangan sungkan untuk memuji keberhasilan bawahan.

Tak hanya kritik, pujian dan apresiasi terhadap hasil kerja bawahan juga dapat memotivasi produktivitas
dan membangun kepercayaan diri bawahan untuk lebih sukses lagi.

4. Berikan ruang untuk kesalahan.

Sesungguhnya kesalahan adalah guru terbaik bagi pembelajaran, maka berilah toleransi bagi kesalahan
yang dilakukan bawahan. Terkadang kesalahan dilakukan bawahan bukan karena ia tidak becus bekerja,
tapi karena ketidaktahuannya akan suatu hal.

5. Delegasikan tugas tanpa banyak turut campur.

Pemimpin yang baik adalah seorang yang mampu mempercayakan tugas secara penuh kepada
bawahannya. Biarkan bawahan mengatasi kendala pekerjaannya sendiri. Namun, di sisi lain pastikan diri
anda selalu ada untuk membantu saat mereka membutuhkan Anda.

6. Lebih baik bertanya daripada memberi nasihat

Seringkali bawahan anda tahu lebih banyak daripada yang anda pikir mereka ketahui. Tanyakan
pendapat mereka tentang masalah-masalah yang sedang mereka hadapi di kantor. Dengan demikian,
Anda membantu mereka menyimpulkan sendiri jalan keluar terbaik dari masalah tersebut. Hindari
memberi nasihat, karena akan terkesan menggurui.

7. Bersikaplah ramah.

Aturan mainnya sungguh sederhana. Jangan berharap orang lain bersikap ramah kepada anda jika anda
tidak ramah terhadap orang lain. Seorang pemimpin yang baik tak perlu menjadi galak untuk bisa tegas
dan efektif memanajeri bawahannya. Dengan bersikap ramah, Anda akan selalu bisa melihat sisi positif
dari setiap karyawan Anda dan memotivasi mereka untuk bekerja lebih baik lagi.

8. Tak kenal maka tak sayang.

Kepemimpinan erat terkait dengan hubungan antar manusia. Saat bawahan percaya bahwa anda tulus
peduli dengan mereka, mereka akan berusaha lebih baik dalam bekerja. Kenali lebih dekat bawahan
anda, dengarkan cerita dan keluh kesahnya. Pada akhirnya, kualitas kepemimpinan seseorang dapat
dilihat dari kualitas hubungannya dengan orang-orang di sekitarnya.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengarahkan pengikut-pengikutnya untuk


bekerja sama dengan kepercayaan serta tekun mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh pimpinan
mereka. Kepemimpinan dapat juga di artikan sebagai kemampuan seseorang mempengaruhi dan
memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama.

Dalam kehidupan sehari hari, baik di lingkungan keluarga, organisasi, perusahaan sampai dengan
pemerintahan sering kita dengar sebutan pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan. Ketiga kata
tersebut memang memiliki hubungan yang berkaitan satu dengan lainnya.
Pemimpin berarti orang yang melaksanakan kepemimpinan tersebut.

Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai referensi
dalam menjalankan sebuah organisasi.Gaya Kepemimpinan yang diterapkan tentu berbeda-beda seperti
gaya yang otoriter,demokratis dan lain-lain.

Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh
dan berkembang dari dalam diri seseorang.

B. SARAN

Adapun saran yang dapat kami berikan adalah sebagai berikut.


1. Melalui pembahasan kepemimpinan ini, diharapkan mahasiswa memahami arti kepemimpinan.

2. Mahasiswa diharapkan memahami tentang arti kepemimpinan,pemimpin dan kekuasaan

3. Mahasiswa diharapkan memahami dan menerapkan bagaimana menjadi seorang pemimpin yang ideal
dan yang di harapkan.

DAFTAR PUSTAKA

http://emperordeva.wordpress.com/about/makalah-tentang-kepemimpinan/

http://intisari-online.com/read/8-sifat-pemimpin-yang-baik

http://id.wikipedia.org/wiki/Kepemimpinan

http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2012/02/02/empat-dasar-kepemimpinan-efektif-

435672.html

http://www.artikata.com/arti-319094-animo.html

http://id.scribd.com/doc/54057570/Arti-Kader-Dan-Pengkaderan

http://christhoper.wordpress.com/2010/12/21/masalah-dalam-kepemimpinan-di-organisasi-saat-ini/

Adji,Wahyu dkk.Ekonomi untuk SMA/Ma kelas XII(hal.116-117).Jakarta.Penerbit


Erlangga.2007
KEPEMIMPINAN

(10 KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN EQ)

Pemimpin tidak dibuat dengan posisi yang dijabat. Namun pemimpin membuat posisi. Ada
karakteristik yang membuat pemimpin menonjol. Karakteristik ini mirip operasi plastik agar
nyaman sehingga menjadi bagian tubuh. Orang semacam ini membuat kepemimpinan terlihat
mudah. Pemimpin besar tidak harus menjadi pakar komunikasi, penjual andal, atau bahkan
humoris. Mereka punya pribadi yang menyatakan, Saya punya integritas pribadi yang tinggi dan
menghargai orang dan kehidupan. Hakekat orang ini berasal dari siapa mereka, bukan apa yang
dikatakan atau dikerjakan.

Apakah Anda dilahirkan dengan kualitas kepemimpinan atau dapatkah memilikinya dengan
belajar dan meniru? Kepemimpinan dapat diajarkan dan bahkan dicontoh setelah orang tahu dan
kagum. Namun pemimpin besar berasal dari suatu karakter dan disiplin menjadi jenis orang yang
dihargai dan dikagumi orang.

Pemimpin besar punya legalitas yang jauh lebih bagus daripada yang dimiliki orang yang
dipimpin. Ketrampilan pemimpin besar adalah memotivasi orang menjadi

pemimpin sendiri. Pemimpin besar tidak memerlukan peristiwa yang terjadi sekali-sekali.
Mungkin bisa berupa kejadian berkelanjutan di seluruh negara atau organisasi jika Anda
menyadari bahwa pemimpin besar berarti terlebih dahulu menjadi orang besar. Perbedaan yang
disorot adalah ada banyak pemimpin yang baik dan bahkan efektif. Namun dunia perlu
kebesaran dari berbagai perspektif untuk mendorong Anda keluar dari realita sukses dan masuk
ke khasanah signifikansi.

Artinya, membuat bagian dunia menjadi tempat yang lebih baik untuk tempat tinggal dan
bekerja. Meski banyak orang di dunia masih hidup miskin dan berjuang memenuhi kebutuhan,
ada banyak orang yang lebih makmur sekarang daripada sebelumnya. Sukses seseorang memiliki
berbagai tingkatan. Namun menjadi signifikan berarti lebih dari sekadar membuat perjanjian
seumur hidup atau membeli perusahaan. Artinya, Anda harus berkontribusi untuk perkembangan
umat manusia. Tempat terbaik melakukan hal ini adalah di tempat kerja.

Karakteristik kepemimpinan berasal dari karakter dan temperamen. Keduanya

menentukan bagaimana bereaksi, apa yang dirasakan, dan bagaimana berpikir. Anda

dapat mengubah kualitas kealamian dengan menyadari bahwa perubahan itu positif dan dengan
memiliki kemauan dan keinginan untuk bertindak disiplin mengendalikan emosi. Anda tidak
harus terpaku dengan emosi yang di luar kendali atau suasana hati
yang menentukan Anda sedang tidak gembira atau cemberut. Jika Anda menyertakan kecerdasan
emosional (EQ), seperti sedang dalam penalaran, Anda dapat memupuk karakteristik yang
membentuk dasar-dasar kepemimpinan besar.

Adapun ke-10 karakter tersebut itu, antara lain:

1. Penyingkapan diri

Dapat berbagi perasaan merupakan pertanda kekuatan. Sebagian pemimpin percaya bahwa
ungkapan perasaan merupakan tindakan negatif dan akan membatasi keefektifan.

Adalah benar bahwa membuat pengakuan pribadi atau memberikan informasi yang dapat
merugikan reputasi Anda atau orang lain adalah tidak bijaksana. Ada orang yang selalu mencari
kesempatan mendiskreditkan kesuksesan orang lain.

Pengungkapan diri berarti mengetahui bagaimana mempresentasikan pandangan Anda yang


positif dan cerah. Orang yang dapat melakukan ini sering membuat lingkungan di mana orang
lain merasa aman mengungkapkan perasaan diri sendiri. Inilah awal persahabatan yang produktif
dan menciptakan sistem pendukung, sinergi tim, kemitraan, produktifitas, dan pemecahan
masalah. Sayangnya, banyak organisasi gagal membangun lingkungan bersuasana bisnis yang
harmonis, karena orang merasa tidak aman untuk berbagi apa yang mereka pikirkan.

1. Wawasan (knowledge)

Mampu mengenali pola dalam emosi dan reaksi berarti dapat mengenali kecenderungan tertentu,
baik positif atau negatif. Apa yang Anda lakukan dengan pengetahuan ini akan menentukan
tingkatan komitmen terhadap perubahan. Seringkali, Anda tidak menyadari cara menaklukkan
diri saat menghadapi orang, khususnya ketika menghadapi situasi yang penuh emosi. Semakin
terampil mengenali pola respon yang sejenis, semakin bagus Anda dapat mengoreksi atau
menyempurnakan. Komplemen wawasan pribadi adalah kapasitas mengenali pola orang lain. Ini
dapat memicu perbandingan yang mempermudah menangani kebutuhan emosi orang dan
mengetahui bagaimana memecahkan permasalahan.

1. Tanggung Jawab Pribadi

Memberikan wejangan yang memotivasi merupakan cara menaikkan potensi karyawan dan
mengejawantahkan misi organisasi. Bahkan jika tidak ada tindak lanjut pun, cara ini sebetulnya
tidak akan mengurangi kekuasaan. Namun, pemimpin akan kehilangan kharisma jika tidak
menepati janji. Karyawan dan pelanggan tidak lagi mudah dibodohi dengan retorika dan
kharisma. Mereka menginginkan tindakan.

Merealisasikan berarti memiliki tanggung jawab pribadi untuk menggapai hasil. Banyak
pemimpin sekarang mengharapkan perubahan dan menuntut hasil, tetapi tidak berpartisipasi
dalam berusaha dan tidak diperhitungkan dalam menentukan kesuksesan perusahaan. Bos
semacam ini perlu umpan balik dan duduk bersama dalam membuat keputusan. Pemimpin
sekarang perlu terlibat aktif dan bertanggung jawab terhadap proses pengembangan dan
implementasi.

Pemimpin yang selalu terlibat aktif dan tertarik ikut andil dalam proses perubahan dan ingin
mengetahui bagaimana dampaknya terhadap karyawan biasanya selalu mendambakan hasil yang
positif.

1. Agen Perubahan (agent of change)

Menjadi agen perubahan berarti memacu berbagi gagasan, perasaan, dan informasi yang
meningkatkan produktifitas. Dengan demikian membuahkan pemahaman dua arah yang jujur.
Dengan perspektif ini, tidak ada konsekuensi negatif untuk berbicara dengan jujur.

Membangun kepercayaan merupakan unsur penting dalam berinteraksi. Berbagi perasaan tanpa
marah atau menyalahkan orang lain merupakan langkah penting ke arah rekonsiliasi. Dalam
berbagai diskusi, debat atau negosiasi, harus ada sinergi emosi untuk menstabilkan suasana hati
dan nada pembicaraan. Jika seseorang marah dan berbicara terus tanpa berhenti, peluang
menyelesaikan pertentangan atau konflik sangat tipis.

Pemimpin otokratis tidak mengijinkan orang lain mengungkapkan pernyataan dengan jujur.
Ketika menghadapi orang jenis pemimpin ini, karyawan akan menyembunyikan informasi,
mengatakan apa yang menyenangkan dan selalu takut terhadap hasil akhir.

Ketidakjujuran semacam ini akan memicu dua masalah yang destruktif. Yakni:

Ketika karyawan merasa tidak diberdayakan, mereka tidak efektif dalam memberikan
pandangan. Karyawan cenderung takut dan tidak tergoda dengan aktifitas baru atau yang
inovatif.
Ketika karyawan dirundung stres dan kecemasan, biasanya tidak sehat dan tidak
produktif.

1. Pengembang

Pengembang adalah pembuat konsensus dan pemerjelas pemahaman. Mereka tahu kapan
mendengarkan, empati, berbicara, dan memberikan pengarahan. Mereka punya

kombinasi yang seimbang antara asertif dan ketenangan. Pengembang percaya bahwa setiap
orang punya hak mengungkapkan pendapat dan perbedaan merupakan kualitas positif suatu
organisasi.

1. Pemegang Saham

Pemimpin dengan sikap pemegang saham memberikan karyawan peluang berbagi rasa dalam
kesuksesan dan tantangan organisasi. Karyawan diberikan saham beban untuk merealisasikan
misi perusahaan dan bertanggung jawab terhadap apa yang mereka lakukan. Pemimpin dengan
mental seperti ini tahu bagaimana mendelegasikan dan memberikan peluang kepada karyawan
untuk menyumbangkan kreatifitas kepada suatu posisi. Dalam lingkungan semacam ini, orang
merasa memiliki perusahaan dan akan bekerja sebaik-baiknya.

1. Ketrampilan Mengatasi Stres

Ada banyak manfaat dalam kepemimpinan, namun juga banyak tekanan dan stres. Mengatasi
kekompleksan masalah, isu, dan tuntutan pemimpin abad 21 memerlukan orang yang tahu
bagaimana mengendalikan emosi.

Ada empat strategi yang dapat membantu mengendalikan emosi:

Meluangkan waktu untuk memeriksa realita perilaku dan sikap. Tanyakan kepada diri
sendiri:

Bagaimana saya memperlakukan karyawan?

Bagaimana perasaan saya sekarang, pekerjaan, dan tantangan dalam hidup saya?

Apakah saya sering marah?

Apakah saya mau mendengarkan?

Apakah saya capai?

Kapan terakhir kali mengerjakan sesuatu yang benar-benar saya sukai dan yang

membuat rileks?

Apakah saya menelantarkan keluarga?

Jika tahu bahwa Anda memberikan tanggapan yang kurang memadai kepada pertanyaan di atas,
tibalah saatnya untuk berhenti dan melakukan hal baru. Anda perlu memfokuskan diri dengan
sungguh-sungguh dan seksama untuk mengubah perilaku diri sendiri dan cara mendayagunakan
waktu. Seringkali, pemimpin bilang tidak punya waktu. Pada kenyataannya, yang menjadi
masalah bukan waktu, tetapi prioritas. Jika klien potensial yang bisa mendatangkan keuntungan 4
triliun dollar memanggil Anda pada saat-saat menjelang akhir hari kerja yang sibuk, itulah waktu
untuk bertemu dengan klien.

Perhatikan kesehatan, keluarga, dan waktu rileks sebagai aset lima triliun dollar yang
harus diperhitungkan setiap hari. Ketrampilan yang perlu dimiliki dalam hal ini antara
lain:

dapat mengenali kapan Anda capai dan terlalu banyak beban kerja.

dapat mengenali emosi dan menyesuaikan perilaku.


dapat menyisihkan waktu dari tekanan kerja dan dapat rileks.

dapat percaya kepada teman yang diajak berbicara dan diskusi. Hal ini sulit dilakukan laki-
laki, namun sangat penting untuk kondisi tertentu.

dapat menerima umpan balik dari kolega yang loyal yang bertindak sebagai barometer
dalam menghadapi tekanan kerja. Sebagian karyawan sangat pintar menyesuaikan suasana hati
pemimpin. Pengetahuan karyawan semacam ini sangat membantu bos dalam memberikan ruang
gerak restrukturisasi kelompok.

Mengurangi tekanan yang dibebankan kepada diri sendiri. Seringkali jabatan pemimpin
menjadi musuh terburuk bagi diri sendiri. Dorongan meraih jabatan yang ia pegang sama
dengan dorongan mempelantingkan dirinya ke spiral pribadi yang melengkung ke bawah.
Tujuan utama pemimpin seharusnya menjaga keseimbangan antara waktu pribadi dan
profesional.

Ingin tetap di puncak atau tetap memegang tampuk pimpinan dapat menjadi masalah jika Anda
tidak berhati-hati dengan konsekuensi terhadap emosi dalam diri manusia. Banyak pemimpin
sekarang meninggalkan posisi papan atas di perusahaan multinasional karena alasan pribadi.
Adalah lebih baik mempersiapkan diri menghadapi masalah daripada melakukannya nanti
setelah masalah merebak. Sukses akan berdampak fatal kepada pemimpin, jika perhatian yang
memadai tidak dicurahkan untuk menjaga keseimbangan.

Belajar mengenali kapan cangkir Anda penuh dan bertindak seperlunya. Pemahaman diri
dapat membantu mengidentifikasi perasaan. Mendengarkan suara hati dapat memberitahu
Anda kapan menghadapi bahaya atau kondisi kritis. Ketika Anda merasa bahwa orang
dan masalah membuat frustasi, marah dan mengganggu ekuilibrium, lebih baik
mundurlah selangkah untuk menghela napas, daripada harus berkonfrontasi dengan orang
pertama yang Anda hadapi. Menyadari perasaan diri sendiri ketika stress merupakan
salah satu cara menghindari perilaku yang tidak perlu, yang dapat melukai hati orang
lain.

1. Ekspresi

Pernyataan Bukan apa yang Anda katakan, tetapi bagaimana Anda mengatakan bahwa sesuatu
selalu diperhitungkan memang benar adanya. Apa yang Anda katakan bisa membuat perbedaan
hubungan antar pribadi. Misalnya, jika Anda memberitahu karyawan bahwa ia dipecat, apa pun
nada Anda dalam mengucapkan kalimat ini, maknanya masih sama. Bentuk ungkapan, derajat
empati, dan pertimbangan terhadap seseorang dapat membuat respon orang lain berbeda. Contoh
pernyataan EQ: Adalah sulit bagi saya untuk mengatakan Anda demikian meskipun kita
menghargai darma bakti Anda di masa lalu. Sayangnya, berhubung proyek ini kurang dana, kami
tidak dapat mempertahankan gaji Anda. Kami terpaksa harus mencari kemungkinan lain. Namun
usaha kami sia-sia sehingga terpaksa meniadakan posisi Anda. Saya akan senang hati membantu
Anda mencari pekerjaan lain dan akan mengupayakan memberikan surat rekomendasi.

Bagaimana Anda mengekspresikan diri bagaikan es di atas kue dan dapat menjadi
faktor penentu apakah sukses atau gagal dalam menghadapi situasi sulit. Ungkapan

terima kasih yang singkat dan tulus atas darma bakti karyawan dalam bentuk tawaran
memberikan rekomendasi memungkinkan karyawan tahu bahwa keputusan tidak dapat dihindari
dan Anda sangat menaruh perhatian terhadapnya. Bahkan memperingatkan kepada karyawan
atas perbuatannya yang tidak pantas masih dapat dilakukan tanpa merusak karakter orang yang
masih dalam proses. Ketegasan dan pengarahan dapat diterapkan ketika mempertimbangkan
perasaan karyawan. Cara yang positif untuk mengungkapkan perasaan adalah dengan berikut ini:

menghargai seseorang

empati terhadap situasi

memfokuskan pada masalah, bukan pada pribadi

jelas dan jujur

mengalokasikan waktu untuk menerima umpan balik dari seseorang Puisi dan drama selalu
dimulai dengan kata-kata yang ditulis di suatu halaman. Apa yang membuatnya tampak hidup
adalah emosi yang dimainkan dan penyesuaian perasaan antar orang. Demikian juga dalam
kehidupan. Cara kita mengungkapkan diri sendiri membayangi pesan yang disampaikan. Bagi
pemimpin, bentuk ekspresi yang digunakan untuk menghadapi orang sangat penting, khususnya
terhadap citra dan jenis organisasi yang ingin dibangun. Pilihan kata sepenting ekspresi.
Perpaduan yang selaras antara kedua pihak merupakan keharusan dalam membuat pemimpin EQ.

1. Menjinakkan Anomi Perusahaan

Anomi dalam organisasi diukur dengan indikator licik yang menunjukkan bahwa ada cacat
tujuan, identitas, nilai, dan kondisi yang menyebabkan kekurangan atau kegagalan dalam
menjalankan tugas. Anomi mungkin terkesan seperti zona perang. Tetapi anomi semakin
menjadi-jadi di berbagai jenjang organisasi dewasa ini. Visi atau nilai inti yang tidak dijunjung
bersama punya makna yang tak berarti bagi orang yang bukan memberikan otoritas kepadanya.

Kode etik yang universal tidak akan berlaku jika selalu tidak dijadikan rujukan. Akar dari semua
permasalahan adalah jenjang kepemimpinan di mana masalah seringkali muncul.

Menjinakkan anomi perusahaan berarti:

memimpin dengan konsisten, jujur, dan penuh integritas.

berbagi visi jenis lingkungan yang harus ada untuk semua karyawan dan yang akan dipakai
untuk merealisasikan misi perusahaan.

mencontoh jenis perilaku yang dapat diterima dan menunjukkan bagaimana menghindari
perilaku perusahaan yang menyimpang.
membangun tim yang sinergis di mana harmonisasi emosi dan sudut pandang digalakkan
dan konsensus dapat dibuat.

menciptakan nilai inti yang sesuai dengan aspirasi individu.

menciptakan sistem pemeriksa dan penyeimbang pengatur emosi sehingga marah,


intimidasi, balas dendam, dan tidak hormat, tidak akan tumbuh subur.

10. Harmoni

Karakteristik kepemimpinan EQ adalah mau menciptakan harmoni di tempat kerja. Artinya, di


setiap jenjang terdapat:

hubungan dan persetujuan bagaimana setiap orang diperlakukan.

peluang untuk interaksi profesional dan pribadi.

proses tim untuk menyalurkan aspirasi pribadi dan tujuan profesional.

prosedur resolusi yang mengkaitkan pekerjaan untuk membuat konsensus.

berbagi tanggung jawab misi dan nilai dalam organisasi.

Pengertian menciptakan harmoni adalah salah satu usaha paling penting dalam organisasi, namun
sering diabaikan. Menciptakan harmoni merupakan tugas yang paling sulit dicapai karena ada
perbedaan agenda, kepribadian, kebutuhan, dan tantangan. Meski perlu usaha dan konsentrasi
untuk menciptakan atmosfir yang harmonis, usaha menciptakan keharmonisan merupakan tujuan
paling mulia. Ketika ada harmonisasi, lingkungan kerja bagaikan lingkungan yang
mengagumkan. Di mana semua usaha dinamis menyatu untuk menggapai kebaikan bersama.
Tidak ada satu bintang, tetapi banyak bintang individu yang menambahkan bakat ke
pengembangan mega bintang (superstar) yang mengejawantahkan kesuksesan organisasi.

Demikianlah, artikel dari penulis tulisan ini merupakan rujukan dari Ari Ginanjar Aguatian
(Pencetus ESQ) mga dapat bermanfaat bagi kita semua aamiin

Anda mungkin juga menyukai